Disusun Oleh
Kelompok 2 ; HES 4C
Muhammad Fandi
Wahyu Patalima
Chyntia Yasti Paputungan : 20112029
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI
SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) MANADO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia(BI), pemerintah diamanatkan membentuk lembaga pengawas sektor
jasa keuangan yang independen, selambat-lambatnya akhir tahun 2010. Lembaga
ini bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal,
modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.
Alasan pembentukan OJK ini antara lain makin kompleks dan bervariasinya
produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan,
dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu, salah satu alasan rencana
pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan bahwa BI, sebagai
Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sekor perbankan. Kegagalan tersebut
dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai pertengahan
tahun 1997, dimana sebanyak 16 bank dilikuidasi pada saat itu.
Tujuan OJK dibentuk antara lain agar keseluruhan kegiatan didalam sector
jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Disamping itu tujuan pembentukan OJK ini agar BI fokus kepada pengelolaan
moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank itu merupakan
sektor perekonomian.
Jika dilihat sedikit kebelakang, sejarah pembentukan lembaga yang
independen ini terbilang sulit dan penuh dengan tantangan. Bahkan untuk
melahirkan pengawasan sistem keuangan inipun membutuhkan waktu hingga 12
tahun sampai lembaga ini lahir.
Adapun kronologis lahirnya OJK dapat dijabarkan pada tahun 1999, pasca krisis
ekonomi yang melumpuhkan industri perbankan pada tahun 1997-1998,
pemerintah langsung berbenah. Gagasan pembentukan otoritas, dimasukkan dan
menjadi perintah UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian OJK Menurut Para Pakar Eknomi?
2. Apa Fungsi Dan Tujuan Dari OJK?
3. Apa Peran OJK dalam Perbankan Syariah?
4. Apa Tantangan Dari OJK?
5. Apa Kelemahan Dari OJK?
6. Apa Struktur Dari OJK?
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian
PBI yang telah dibentuk oleh Bank Indonesia akan tetap berlaku walaupun
fungsi, tugas, dan wewenang Bank Indonesia telah beralih ke OJK.
Keberlakuan PBI dimaksud sepanjang belum diatur melalui peraturan yang
kelak dikeluarkan oleh OJK yang mengatur materi muatan yang sama.
Pada masa transisi kepengurusan dari KPS yang ada bisa tetap diminta
melaksanakan tugasnya hingga habis masa jabatannya. OJK KPS
diformulasikan dalam bentuk Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah
(KPJKS) OJK. Secara yuridis eksistensi KPJKS merupakan menifestasi dari
amanat pembentukan Komite Perbankan Syariah (KPS) sebagai amanah dari
Pasal 26 UU No.21 tahun 2008.
3. Hubungan kelembagaan antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
keuangan.
D. Tantangan OJK
Apabila kita meninjau aset sektor jasa keuangan dan kapitalisasi pasar
modal, kita tertinggal dibandingkan dengan negara berkembang lain. Salah satu
tujuan dari pembentukan OJK menurut UU adalah agar keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan dapat diintegrasikan sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan memudahkan koordinasi. Tantangan utama yang
dihadapi di sektor keuangan di Indonesia adalah konsekuensi dari pendalaman
sektor keuangan, kerentanan pada risiko global, dan kredibilitas OJK.
OJK adalah lembaga otoritas yang dibentuk dari integrasi dua lembaga
besar, yaitu Direktorat Pengatur dan Pengawas Perbankan BI dan Bapepam-
LK Kementerian Keuangan. Selain kendala kelambanan waktu, efektivitas
lembaga, dan cakupan wilayah kerja, OJK menghadapi permasalahan dalam
mencapai model integrasi yang optimal karena peran dan kepentingan masing-
masing cenderung berbeda, yakni antara prinsip prudensial pada perbankan
dan lembaga keuangan serta keterbukaan pada pasar modal.
Sedangkan mengenai masalah kelemahan OJK sendiri, menurut Calon
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulia P Nasution kelemahan dari
OJK antara lain soal pengaturan dan pengawasan dalam satu organisasi secara
terpadu namun beliau juga mengatakan bahwa dengan organisasi yang
mengatur dan mengawasi yang baru ini, mestinya bisa bekerja dengan baik
dibandingkan dengan organisasi yang sekarang
E. Kelemahan OJK
F. Struktur OJK
A. Kesimpulan
http://news.okezone.com/ read/2012/03/12/457/591834/laporan-dk-ojk-akan-jadi-
pertimbangan
http://www.bi.go.id/web/id/
Publikasi/Artikel+dan+Kertas+Kerja/Artikel/peran_otoritas_muslimin_an
war_070409.htm
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/ blog/toswari/2009/06/22/peran-otoritas-jasa-
keuangan-ojk-dan-bi/
http://news.okezone.com/read/ 2010/12/03/20/399711/mayoritas-pegawai-bi-
tolak-ojk
http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2012/03/06/sedikit-menilik-otoritas-
jasa-keuangan-menurut-uu-no-21-tentang-otoritas-jasa-keuangan/
http://www.ojk.go.id
setiawan.bu@ojk.go.id
setiawanbudiutomo2012@gmail.com