Anda di halaman 1dari 18

MATERI MENGENAI

OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN), BANK, DAN


LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)


1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan istilah OJK, adalah sebuah lembaga
pengawasan jasa keuangan yang independen dan mengawasi industri perbankan, pasar modal,
reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Tujuan dibentuknya OJK
yaitu untuk mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis, menghilangkan
penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari efisiensi di sektor perbankan dan keuangan lainnya.

Menurut UU No 21 tahun 2011 Bab I pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan OJK "adalah
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini."

Pada dasarnya UU mengenai OJK hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata
pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan
pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Diharapkan dengan dibentuknya OJK ini dapat
dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang
timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem
keuangan dan agar adanya pengaturan juga pengawasan yang lebih terintegrasi.

Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan) sebagai suatu lembaga
pengawasan sektor keuangan di Indonesia yg perlu diperhatikan, karena ini harus
dipersiapkan dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan Otoritas Jasa Keuangan
tersebut. Pada dasarnya OJK mempunyai fungsi dan tujuan dalam pembentukannya, seperti
yang sudah dijelaskan dalam pengertian OJK sendiri.

2. Fungsi OJK

Fungsi Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai berikut :

 Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan.
 Menjaga stabilitas sistem keuangan.
 Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yg sama seperti sekarang.
 Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh
lembaga  baru.

3. Tugas dan Wewenang OJK


Menurut pasal 6 dari UU No 21 tahun 2011 tugas utama dari OJK adalah berupa
melakukan pengaturan dan juga pengawasan terhadap kegiatan berikut :

 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan


 Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

 Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank yang
meliputi :
o Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
o Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
o Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan, dan pencadangan bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan
dan kinerja bank; sistem informasi debitur; pengujian kredit (credit testing);
dan standar akuntansi bank;
o Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti
pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan pemeriksaan bank.
 Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :
o Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
o Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
o Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
o Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
o Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan;
o Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
o Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
 Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :
o Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
o Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
o Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen,
dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
o Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
o Melakukan penunjukan pengelola statuter;
o Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
o Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
o Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.

4. Asas-asas OJK dalam Menjalankan Kegiatan

Untuk melaksanakan kegiatannya OJK sendiri juga mempunyai asas-asas tertentu yang harus
dijadikan pedoman yaitu :

 Asas Independensi, tentang sifat independensi OJK dalam melaksanakan kegiatannya


 Asas Kepastian Hukum, bahwa OJK mengutamakan landasan dari UU yang berlaku
untuk melakukan kegiatannya
 Asas Kepentingan Umum, bahwa semua kegiatan OJK didasarkan untuk melindungi
dan memajukan kepentingan umum
 Asas Profesionalitas
 Asas Integritas, OJK selalu berpegang teguh pada nilai moral dalam setiap tindakan
dan keputusan yang diambilnya
 Asas Keterbukaan
 Asas Akuntabilitas, bahwa semua kegiatan dari OJK sendiri dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik

5. Tantangan dan Kelemahan dari OJK

Dengan digabungkannya kegiatan dan pengawasan sektor keuangan menjadi OJK tentu
ada tantangan dan kelemahan yang menyertainya, salah satu bentuk tantangan terbesar
efektivitas dan kredibilitas OJK. Seperti yang sudah kita ketahui selama ini sector jasa
keuangan di Indonesia masih bisa tergolong lemah terhadap krisis keuangan global.

Salah satu penyebabnya adalah masih terkonsentrasi pada perbankan. Bank menghadapi
masalah struktural lemahnya permodalan, rendahnya variasi pendanaan, dan risiko UMKM
sehingga mengakibatkan masih tingginya biaya dana dan suku bunga perbankan. Diharapkan
kelemahan ini dapat diatasi dengan sektor jasa keuangan akan diatur dan diawasi Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Menurut Anggito Abimanyu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM, Yogyakarta berikut ini adalah beberapa tantangan dari OJK:

a. Tantangan Pendalaman
b. Kerentanan Terhadap Krisis Global
c. Kepercayaan Terhadap OJK menurun

Sedangkan mengenai masalah kelemahan OJK sendiri, menurut Calon Komisioner


Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulia P Nasution kelemahan dari OJK antara lain soal
pengaturan dan pengawasan dalam satu organisasi secara terpadu namun beliau juga
mengatakan bahwa dengan organisasi yang mengatur dan mengawasi yang baru ini, mestinya
bisa bekerja dengan baik dibandingkan dengan organisasi yang sekarang.

6. Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat sistem
keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan untuk membentuk
Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun
2002. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan
oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan belum
ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut direvisi, menjadi
UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011,  RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan oleh
DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada
tanggal 22 November 2011. Berikut merupakan ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21
Tahun 2011.

OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;


2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan


pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:

 Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa
keuangan, layanan, dan produknya;
 Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan
tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
 Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam


membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain:

 Kewajiban pemenuhan modal minimum bank;


 Sistem informasi perbankan yang terpadu;
 Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan
pinjaman komersial luar negeri;
 Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya;
 Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank; dan
 data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi.

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan dengan anggota terdiri atas:

 Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordinator;


 Gubernur Bank Indonesia selaku anggota;
 Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan
 Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan selaku anggota.

7. Asas-asas OJK dalam Menjalankan Kegiatan

Untuk melaksanakan kegiatannya OJK sendiri juga mempunyai asas-asas tertentu yang harus
dijadikan pedoman yaitu :

 Asas Independensi, tentang sifat independensi OJK dalam melaksanakan kegiatannya


 Asas Kepastian Hukum, bahwa OJK mengutamakan landasan dari UU yang berlaku
untuk melakukan kegiatannya
 Asas Kepentingan Umum, bahwa semua kegiatan OJK didasarkan untuk melindungi
dan memajukan kepentingan umum
 Asas Profesionalitas
 Asas Integritas, OJK selalu berpegang teguh pada nilai moral dalam setiap tindakan
dan keputusan yang diambilnya
 Asas Keterbukaan
 Asas Akuntabilitas, bahwa semua kegiatan dari OJK sendiri dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik

8. Tantangan dan Kelemahan dari OJK

Dengan digabungkannya kegiatan dan pengawasan sektor keuangan menjadi OJK tentu
ada tantangan dan kelemahan yang menyertainya, salah satu bentuk tantangan terbesar
efektivitas dan kredibilitas OJK. Seperti yang sudah kita ketahui selama ini sector jasa
keuangan di Indonesia masih bisa tergolong lemah terhadap krisis keuangan global.

Salah satu penyebabnya adalah masih terkonsentrasi pada perbankan. Bank menghadapi
masalah struktural lemahnya permodalan, rendahnya variasi pendanaan, dan risiko UMKM
sehingga mengakibatkan masih tingginya biaya dana dan suku bunga perbankan. Diharapkan
kelemahan ini dapat diatasi dengan sektor jasa keuangan akan diatur dan diawasi Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Menurut Anggito Abimanyu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM, Yogyakarta berikut ini adalah beberapa tantangan dari OJK:

d. Tantangan Pendalaman
e. Kerentanan Terhadap Krisis Global
f. Kepercayaan Terhadap OJK menurun

Sedangkan mengenai masalah kelemahan OJK sendiri, menurut Calon Komisioner


Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulia P Nasution kelemahan dari OJK antara lain soal
pengaturan dan pengawasan dalam satu organisasi secara terpadu namun beliau juga
mengatakan bahwa dengan organisasi yang mengatur dan mengawasi yang baru ini, mestinya
bisa bekerja dengan baik dibandingkan dengan organisasi yang sekarang.

BANK
1. Pengertian Bank

Kata bank berasal dari bahasa Italia, banca yang berarti meja. Menurut UU Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.

Beberapa pengertian bank yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.
a. Macleod, tugas bank adalah menciptakan kredit, sedangkan bankir adalah
pengusaha yang membeli uang dan peminjam dengan cara menciptakan pinjaman lainnya.
b. R.G. Hawtery, pengusaha bank adalah pedagang yang mengadakan transaksi kredit,
yang berupa penerimaan dan pengeluaran kredit.
c. A. Hann, tugas bank terletak pada pemberian pinjaman dengan cara menciptakan
pinjaman dari simpanan yang dipercayakan.

2. Jenis-Jenis Bank

Dalam praktiknya, di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan. Menurut Undang-


Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, perbankan di Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian,
sehingga fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat.

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu segi
fungsi, kepemilikan, status, dan cara menentukan harga.

a. Dilihat dari Segi Fungsi

Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis bank menurut fungsinya adalah
sebagai berikut.
o Bank umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
o Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Dilihat dari Segi Kepemilikan

Jenis bank berdasarkan kepemilikannya dapat dibedakan sebagai berikut.


1. Bank milik pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya maupun modal bank
ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungannya dimiliki oleh pemerintah
pula. Contoh bank milik pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI),
Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Contoh bank milik
pemerintah daerah antara lain Bank DKI, Bank Jabar, Bank Jateng, Bank Jatim, Bank DIY,
Bank Riau, Bank Sulawesi Selatan, dan Bank Nusa Tenggara Barat.
2. Bank milik swasta nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh swasta nasional, sehingga keuntungannya menjadi milik swasta pula.
Contoh bank milik swasta nasional antara lain Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Mega,
Bank Danamon, Bank Bumi Putra, Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, dan Bank
Universal.
3. Bank milik koperasi
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum
Koperasi Indonesia (Bukopin).
4. Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank milik asing antara lain ABN
AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank,
City Bank, Hongkong Bank, dan Deutsche Bank.
5. Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional dan secara mayoritas sahamnya dipegang oleh warga Negara
Indonesia. Contoh bank campuran adalah Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank PDFCI,
Bank Sakura Swadarma, Ing Bank, Inter Pacifik Bank, dan Mitsubishi Buana Bank.

c. Dilihat dari Segi Status

Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut.


 Bank devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar
negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, dan pembayaran L/C. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ditentukan oleh Bank Indonesia.
 Bank nondevisa
Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi yang
berhubungan dengan luar negeri.

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Berdasarkan cara menentukan harga, bank dapat dibedakan dalam dua jenis.
1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Hampir semua bank yang ada di Indonesia berdasarkan prinsip kerja konvensional. Bank
konvensional mendapatkan keuntungan dengan cara menetapkan bunga sebagai harga, baik
untuk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Harga untuk pinjaman (kredit) juga
ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga. Sedangkan penetapan keuntungan untuk jasa
bank lainnya ditetapkan biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan
falsafah yang dianut. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga, sedangkan bank
konvensional dengan sistem bunga. Bagi bank syariah penentuan harga atau pencarian
keuntungan didasarkan pada prinsip bagi hasil.

Dalam menjalankan fungsinya bank harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.


a. Likuiditas
Artinya kemampuan bank untuk melunasi kewajiban sewaktu-waktu atau saat jatuh
tempo atau dapat melunasinya dalam jangka pendek.
b. Solvabilitas
Artinya kemampuan bank untuk memenuhi seluruh kewajibannya bila bank tersebut
bubar, atau dapat melunasinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Rentabilitas
Artinya kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan atau laba agar dapat terjaga
kontinuitasnya.
d. Soliditas
Artinya kemampuan bank untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat, sehingga
menunjukkan bahwa bank tersebut dalam kondisi sehat.

Penjelasan mengenai jenis-jenis bank :

a. Bank Sentral

Bank sentral di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Menurut UU Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang
independen bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk
hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut.

Fungsi bank sentral adalah sebagai bank dari pemerintah dan bank dari bank umum
(banker’s bank), sekaligus untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Adapun tugas bank sentral antara lain sebagai berikut.


1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank
Sentral untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan pengendalian
jumlah uang yang beredar
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Bank Sentral merupakan satu-satunya lembaga yang berwenanguntuk mengeluarkan dan
mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan menghilangkan uang dari peredaran
(misalnya bila secara fisik uang rupiah rusak)
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Bank Sentral menetapkan peraturan, memeberikan dan mencabut izin kegiatan usaha dari
bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi terhadap bank.
4. Sebagai penyedia dana terakhir (last lending resort) bagi bank umum dalam bentuk
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Untuk memperjelas pemahaman tentang hubungan antara Bank Indonesia (BI) dengan
pemerintah, perlu memperhatikan UU Nomor 23 Tahun 1999, yang antara lain memuat
sebagai berikut.
1. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
2. Untuk dan atas nama pemerintah, Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar
negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
pemerintah terhadap pihak luar negeri.
3. Pemerintah wajib meminta pendapat BI dan atau mengundang BI dalam sidang
kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan
dengan tugas BI atau kewenangan BI.
4. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan
APBN.
5. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat utang negara, pemerintah wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan BI dan pemerintah juga wajib terlebih dahulu
berkonsultasi dengan DPR.
6. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat utang negara yang diterbitkan
oleh pemerintah.
7. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada pemerintah.

Selanjutnya hubungan Bank Indonesia dengan dunia internasional antara lain sebagai
berikut.
1. Dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral Negara lain dan organisasi atau
lembaga internasional.
2. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota internasional dan atau lembaga multilateral
adalah negara, maka BI dapat bertindak untuk dan atas nama negara RI sebagai
anggota.

b. Bank Umum

Bank umum sering disebut juga sebagai bank komersial (commercial bank). Bank
umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.

Dari definisi tersebut, kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan berikut
ini.

1. Menghimpun dana (funding) dalam bentuk:


a. Simpanan giro (demand deposit), artinya simpanan di bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek/bilyet giro.
b. Simpanan tabungan (saving deposit), artinya simpanan pada bank yang penarikannya
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank.
c. Simpanan deposito (time deposit), artinya simpanan yang memiliki jangka waktu
tertentu (jatuh tempo) untuk penarikannya.
2. Menyalurkan dana (lending) atau menjual dana yang dihimpun dari masyarakat,
dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit
produktif, kredit konsumtif, dan kredit profesi.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, dalam bentuk:


a. Kiriman uang (transfer), artinya jasa pengiriman uang lewat bank.
b. Kliring (clearing), artinya penagihan warkat (surat-surat berharga) seperti cek, bilyet
giro yang berasal dari dalam kota.
c. Inkaso (collection), artinya penagihan warkat yang berasal dari luar kota atau luar
negeri.
d. Kartu kredit atau ATM atau bank card.
e. Letter of Credit (L/C), artinya pembayaran dari importir kepada eksportir melalui
bank yang ditunjuk.
f. Cek wisata (trevellers cheque) artinya cek perjalanan yang biasanya digunakan oleh
turis atau wisatawan.
g. Dan jasa-jasa lainnya.

Sedangkan fungsi bank umum antara lain sebagai berikut.


1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan.
2. Memberikan kredit pada masyarakat.

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Usaha Bank Perkreditan Rakyat, meliputi hal-hal berikut.


1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai yang
ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.

Larangan yang dikenakan pada Bank Perkreditan Rakyat, antara lain sebagai berikut.
 Menerima simpanan berupa giro dan ikut dalam lalu lintas pembayaran.
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
 Melakukan penyertaan modal.
 Melakukan usaha perasuransian.

d. Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatannya dengan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah
Islam.

Dalam perdagangan Islam ada dua konsep utama, yaitu:


1. Larangan atas penerapan bunga.
2. Sebagai penggantiannya dipakai sistem bagi hasil.

Kedudukan bank syariah dalam hubungan dengan nasabah adalah sebagai mitra investor,
digunakan teknik dan metode investasi seperti kontrak mudharabah, yaitu seorang pemilik
modal memberikan modal dan mudharab (mitra tenaga kerja) memberikan kecakapan teknik
dan keterampilan. Laba dibagi antara keduanya menurut persentase yang disetujui dengan
mengacu pada prinsip keadilan (persentase ditentukan oleh usaha).

Bank syariah juga bisa melakukan aktivitas di pasar devisa dan menjalankan jasa
perbankan lainnya, seperti surat kredit dan surat jaminan. Selain itu dapat melakukan trust
business, real estate, dan jasa konsultan.

Prinsip bank syariah antara lain sebagai berikut.


a. Prinsip mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil), di mana bank memberi
modal, nasabah memberikan keahliannya, laba dibagi menurut rasio nisbah yang disetujui.
b. Prinsip murabahah (prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan), di mana
nasabah membeli suatu komoditi menurut rincian tertentu, bank mengi- rimkan kepada
nasabah imbalan harga tertentu berdasarkan persetujuan awal kedua belah pihak.
c. Prinsip musharakah (pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal), di mana bank
dan nasabah menjadi mitra usaha yang masing-masing menyumbang modal dan menyepakati
rasio laba di muka untuk waktu tertentu.
d. Prinsip ijarah (pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan).
e. Prinsip ijarah wa iqtina, dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak Bank oleh pihak lain.
LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB)

1. Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank ( LKBB ) :

Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang
keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif.

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No, KEP-38/MK/IV/1972, Lembaga


Keuangan Bukan Bank (LKKB) adalah semua lembaga (badan) yang melakukan kegiatan
dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan
cara mengeluarkan surat-surat berharga, kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama
untuk membiayai investasi perusahaan-perusahaan.

2. Usaha – Usaha yang Dilakukan LKBB antara lain :


 Menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan kertas berharga
 Sebagai perantara untuk mendapatkan kompanyon ( dukungan dalam bentuk dana )
dalam usaha patungan
 Perantara untuk mendapatkan tenaga ahli

3. Peran-peran LKKB antara lain :

 Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang / jasa


 Memperlancar distribusi barang
 Mendorong terbukanya lapangan pekerjaaN

3. Bentuk usaha Lembaga Keuangan Bukan Bank di Indonesia

a. Badan hukum Indonesia yang didirikan  oleh warga negara Indonesia atau badan
hukum Indonesia dalam bentuk kerja sama dengan badan hukum asing.
b. Badan hukum asing dalam bentuk perwakilan dari lembaga keuangan yang
berkedudukan di luar negeri.

Lembaga keuangan bukan bank dapat mendorong pengembangan pasar uang dan pasar
modal serta membantu permodalan sejumlah perusahaan yang dimiliki pengusaha golongan
ekonomi lemah. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga keuangan bukan bank adalah
sebagai berikut.
a. Menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga.
b. Memberikan kredit jangka menengah dan panjang kepada perusahaan atau proyek yang
dimiliki oleh pemerintah maupun swasta.
c. Menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan Indonesia dan badan hukum pemerintah
untuk mendapatkan kredit dari dalam maupun luar negeri.
d. Melakukan penyertaan modal di perusahaan-perusahaan dan penjualan saham-saham di
pasar modal.
e. Melakukan usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat  persetujuan Menteri
Keuangan.
f. Menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan tenaga ahli di
bidang keuangan.

Adapun beberapa contoh lembaga keuangan bukan bank yang terdapat dalam masyarakat
antara lain adalah perusahaan perasuransian, perusahaan dana pensiun (taspen), koperasi
kredit, perusahaan umum pegadaian, perusahaan sewa guna, bursa efek/pasar modal,
perusahaan anjak piutang, dan perusahaan modal ventura.

1) Perusahaan Asuransi

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, asuransi adalah perjanjian antara


seseorang penanggung yang mengikat diri kepada seseorang tertanggung dengan menerima
suatu premi dan memberi penggantian senilai yang diasuransikan kepada tertanggung karena
suatu kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan akibat peristiwa yang tidak tertentu.
Penggantian kerugian akan dilakukan jika kerugian itu benar-benar terjadi dan bukan
disengaja. Sesuai dengan definisi asuransi di atas, kalian dapat menyimpulkan bahwa
perusahaan asuransi menghimpun dana melalui penarikan premi dengan menjanjikan akan
memberi sejumlah uang sebagai ganti rugi kepada pihak yang membayar premi apabila
terjadi suatu peristiwa yang merugikan pembayar premi  tersebut. Lembaga asuransi
memiliki peranan ganda, yaitu sebagai lembaga pelimpahan
risiko dan sebagai lembaga penyerap dana dari masyarakat.
Contoh perusahaan asuransi adalah Asuransi Jiwasraya, Asuransi Bumi Putra,
Asuransi Sosial Tenaga Kerja, Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes), dan Asuransi Kerugian
Jasa Raharja.

Istilah yang perlu diketahui dalam asuransi:


 Polis Asuransi : surat kontrak pelaksanaan asuransi yang berupa kesepakatan kedua
belah pihak
 Premi Asuransi : uang pertanggungan yang dibayar tertanggung kepada penanggung

Dalam kegiatan perasuransian terdapat dua pihak yang terkait.


1. Pihak tertanggung, yakni pihak yang mengasuransikan dan berkewajiban membayar
premi asuransi.
2. Pihak penanggung, yakni pihak yang menerima premi asuransi yang akan
menanggung atau memberi ganti rugi jika terjadi risiko

Adapun syarat- syarat  risiko yang dapat diasuransikan sebagai berikut.


1. Kerugiannya cukup besar, tetapi kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga
asuransi terhadapnya dapat dilakukan secara ekonomis.
2. Kemungkinan kerugian dapat diperhitungkan.
3. Terdapat sejumlah besar unit yang terbuka terhadap risiko yang sama.
4. Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan.
5. Kerugiannya tertentu.
2) Perusahaan Dana Pensiun ( TASPEN )

Merupakan jaminan pegawai di hari tua dan hal ini diatur dalam Undang-Undang  No. 8
Tahun 1974. Dana pensiun dihimpun oleh Lembaga Dana Pensiun contohnya PT Tabungan
Asuransi Pensiun (PT Taspen) dan Perum Asabri. Penjelasan mengenai PT Taspen dan
kepengurusannya terdapat dalam PP No.10 Tahun 1963. Ketentuan tentang dana Pensiun dan
Pemberi Kerja tertuang dalam Undang-Undang No.11 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah
No. 76 Tahun 1992. Pemerintah selalu menghimbau kepada perusahaan-perusahaan untuk
mendirikan lembaga sejenis. Tujuan utama Lembaga Dana Pensiun adalah meningkatkan
kesejahteraan pegawai  beserta keluarganya melalui asuransi sosial yang ditentukan dalam
perundang-undangan.

Lembaga Dana Pensiun tersebut  berfungsi:


a. Sebagai tempat untuk mengumpulkan dana masyarakat yang sifatnya jangka panjang
dan
b. Sebagai  tempat untuk memberikan jaminan pensiun bagi anggota pensiun/peserta
program.

Dana pensiun diperoleh melalui pemotongan gaji pegawai setiap bulan selama seseorang
masih aktif bekerja, kemudian dibayarkan kembali kepada pegawai tersebut setelah pensiun.
Dalam masa tenggang, yaitu masa pemotongan sebagian gaji dengan masa pembayaran saat
pegawai/karyawan pensiun, dana yang terkumpul tersebut disalurkan kepada masyarakat
dengan cara sebagai berikut.
a. Dipinjamkan kepada badan-badan yang membutuhkan.
b. Dibelikan surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah.

Manfaat perusahaan dana pensiun:

a. Bagi perekonomian nasional, dana yang dihimpun dari iuran peserta dapat sebagai
modal bagi dunia usaha.
b. Bagi peserta, dana pensiun akan memberi jaminan pendapatan hari tua.
c. Bagi perusahaan, yaitu loyalitas, kewajiban moral, dan kompetisi tenaga kerta.
d. Bagi karyawan, yaitu rasa aman dan kompensasi yang lebih baik.

3) Koperasi Simpan Pinjam/ Kredit

Kegiatan koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah menerima simpanan dan
memberikan pinjaman uang kepada para anggota yang memerlukan dengan syarat-syarat
yang mudah dan bunga ringan. Untuk meminjam uang, anggota tidak perlu menyerahkan
jaminan. Koperasi kredit ini dapat digunakan untuk  memberantas riba. Selain itu, koperasi
kredit memajukan semangat menabung, dan mendidik anggota untuk tetap hidup hemat.

Modal koperasi kredit berasal dari beberapa sumber antara lain:


a. Simpanan pokok yang boleh diminta kembali jika anggota keluar.
b. Simpanan wajib sejumlah uang tertentu yang dilakukan secara teratur.
c. Simpanan suka rela yang setiap saat dapat diambil  sesuai ketentuan koperasi yang
bersangkutan.
d. Dana cadangan, dan
e. Hibah.

Landasan koperasi adalah :


1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan Struktural : UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1
3. Landasan Operasional: UU No 20 Tahun 1992
4. Landasan Mental : Kesetiakawanan dan kesadaran

Keuntungan dari kopersi adalah :


o Tidak memekai jaminan
o Anggota terhindar dari rentenir
o Akhir tahun memperoleh SHU

4) Perusahaan Umum Pegadaian (Perum Pegadaian)

Perum Pegadaian merupakan perusahaan umum milik pemerintah yang tujuannya


memberikan pinjaman kepada perseorangan atau golongan ekonomi lemah. Pinjaman yang
diberikan oleh Perum Pegadaian didasarkan pada nilai barang jaminannya. Dalam
memberikan kreditnya, pegadaian tidak memerhatikan penggunaan uang tersebut. Pinjaman
dapat digunakan untuk usaha perdagangan, industri rumah tangga, dan bahkan untuk
keperluan konsumsi. Jaminan kredit dapat berupa benda-benda bergerak dan tidak bergerak.
Jaminan tersebut diserahkan oleh peminjam untuk dikuasai pemberi kredit tanpa akta notaris.
Apabila peminjam terlambat melunasi pinjamannya, maka ia dikenai peringatan dan
diberi kesempatan tiga minggu untuk melunasi pinjamannya. Jika ternyata tetap tidak dapat
melunasi, barulah barang jaminannya dilelang. Jika nilai jual jaminan lebih tinggi daripada
nilai utang, kelebihannya dikembalikan kepada pihak peminjam.

5) Perusahaan Sewa Guna (Leasing)

Dewasa ini banyak penjual barang yang menggunakan cara sewa guna (leasing) agar
menarik minat pembeli. Sewa guna merupakan pembelian secara angsuran, namun sebelum
angsurannya selesai (lunas), hak barang yang diperjualbelikan masih dimiliki oleh penjual.
Namun demikian, begitu kontrak leasing ditandatangani, segala fasilitas  dan kegunaan
barang tersebut boleh digunakan oleh pembeli.
Manfaat Leasing :
1. Menghemat modal
2. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan
3. Persyaratan lebih mudah dan fleksibel
4. Biaya lebih murah
6) Bursa Efek/ Pasar Modal

Yaitu tempat jual beli surat-surat berharga. Istilah yang perlu diketahui :

 Saham    : surat berharga dimana pemiliknya merupakan pemilik perusahaan.


 Obligasi : surat berharga yang merupakan instrumen utama perusahaan. Pemiliknya
bukan merupakan pemilik perusahaan.

Keuntungan pasar modal :

1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang untuk dunia usaha.


2. Sarana untuk mengalokasikan sumber dana secara optimal bagi investor.
3. Memungkinkan adanya upaya diversifikasi.

Kelemahan pasar modal :

1. Mekanisme pasar modal yang cukup rumit menyulitkan pihak-pihak tertentu yang
akan terlibat  di dalamnya.
2. Saham pasar modal bersifat spekulatif sehingga dapat merugikan pihak tertentu.
3. Jika kurs tidak stabil, maka harga saham ikut terpengaruh.

Manfaat bagi Investor :

 Memperoleh deviden bagi pemegang saham


 Memperoleh capital gain jika ada kenaikan harga saham
 Memperoleh bunga bagi pemegang obligasi
 Memperoleh hak suara dalam RUPS
 Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi

Manfaat bagi Emiten :

o Mendapatkan dana yang lebih besar


o Perusahaan dapat lebih fleksibel dalam mengolah dana
o Memperkecil ketergantungan terhadap bank
o Besar kecilnya deviden tergantung besar kecilnya keuntungan
o Tidak ada kewajiban yang terikat sebagai jaminan

Manfaat bagi Pemerintah :

 Membantu pemerintah dalam mendorong perkembangan pembangunan


 Membantu pemerintah dalam mendorong kegiatan investasi
 Membantu pemerintah dalam menciptakan kesempatan kerja
7) Perusahaan Anjak Piutang

Yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan  pembiayaan dalam bentuk pembelian atau
pengalihan serta pengurusan piutang.

Manfaat bagi klien :

1. Peningkatan penjualan
2. Kelancaran modal kerja
3. Memudahkan penagihan hutang
4. Efisiensi usaha

Manfaat bagi factor yaitu fee dari klien

Manfaat bagi customer :

1. Kesempatan untuk membeli secara kredit


2. Pelayanan penjualan yang lebih baik

8) Perusahaan Modal Ventura

Yaitu badan usaha yang melakukan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalam
perusahaan

Keunggulan Modal Ventura :

1. Sumber dana bagi perusahaan baru.


2. Adanya penyertaan manajemen.
3. Keperdulian yang tinggi dari perusahaan modal Ventura.
4. Dengan adanya penyertaan modal,PPU dapat mencari bantuan modal dalam bentuk
lain.
5. MV menaikkan pamor PPU.
6. PPU mendapat mitra baru yang dimiliki perusahaan modal ventura
7. Mendukung usaha kecil yg berpotensi berkembang dan memperluas kesempatan kerja

Kelemahan modal ventura :

1. Jangka waktu pembiayaan yang relatif panjang


2. Terlalu selektifnya perusahaan modal ventura dalam mencari perusahaan pasangan
usaha
3. Kontrol manajemen perusahaan pasangan usaha dapat diambil alih oleh perusahaan
modal ventura apabila menunjukan gejala kegagalan.

Manfaat modal ventura :

1. Keberhasilan usaha meningkat


2. Efisiensi dalam pendistribusian barang
3. Meningkatkan bank-abilitas perusahaan
4. Pemanfaatan dana perusahaan menigkat
5. Likuiditas meningkat

Sumber :

o http://berita.liputan6.com/read/409404/calon-anggota-komisioner-kritik-kelemahan-
ojk
o http://nasional.kompas.com/read/2012/03/30/02065538/Tantangan.OJK
o http://id.wikipedia.org/wiki/Jasa_keuangan
o http://en.wikipedia.org/wiki/Financial_services
o http://pascasarjana-stiami.ac.id/2012/05/sedikit-menilik-otoritas-jasa-keuangan-
menurut-uu-no-21-tentang-otoritas-jasa-keuangan/
o http://boniephoel.wordpress.com/2010/04/26/lembaga-keuangan-bukan-bank/
o http://handikap60.blogspot.com/2013/09/pengertian-fungsi-dan-contoh-lembaga.html
o http://tasbul.blogdetik.com/?p=158

Anda mungkin juga menyukai