Anda di halaman 1dari 17

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

 Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan


istilah OJK, adalah sebuah lembaga pengawasan jasa
keuangan yang independen dan mengawasi industri
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Tujuan
dibentuknya OJK yaitu untuk mengatasi kompleksitas
keuangan global dari ancaman krisis, menghilangkan
penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari efisiensi di
sektor perbankan dan keuangan lainnya.
Fungsi Otoritas Jasa Keuangan:
1. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari
forum stabilitas keuangan.
2. Menjaga stabilitas sistem keuangan.
3. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yg
sama seperti sekarang.
4. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai
bank sentral dan dipegang oleh lembaga baru.
Pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa
Keuangan disahkan oleh DPR, dan selanjutnya
Pemerintah mensahkan dan mengundangkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan
dalam Lembaran Negara Republik pada tanggal 22
November 2011. Berikut merupakan ringkasan dari isi
Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011.
 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat
OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat
OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
3.Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor
Perbankan OJK mempunyai wewenang:
1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang
meliputi:
a. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan
dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi
bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
b. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan
dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang
meliputi:
a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio
pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
b. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
c. Sistem informasi debitur;
d. Pengujian kredit (credit testing); dan
f. Standar akuntansi bank;
3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian
bank, meliputi:
a. Manajemen risiko;
b. Tata kelola bank;
c. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
d. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan
4. Pemeriksaan bank.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
a. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
c. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter
pada Lembaga Jasa Keuangan;
h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Untuk melaksanakan tugas pengawasan OJK mempunyai wewenang:
a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
h. Memberikan dan/atau mencabut :
1). Izin usaha;
2). Izin orang perseorangan;
3). Efektifnya pernyataan pendaftaran;
4). Surat tanda terdaftar;
5). Persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6). Pengesahan;
7). Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8). penetapan lain,
9). Sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
di sektor jasa keuangan.
DEWAN KOMISIONER
OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang bersifat kolektif dan kolegial.
Dewan Komisioner ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan
beranggotakan 9 (sembilan) orang anggota yang susunan terdiri atas:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
c. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
e. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
f. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
g. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;
h. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
i. Seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan
pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.
 Anggota Dewan Komisioner dari huruf a sampai
dengan huruf g dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
berdasarkan calon anggota yang diusulkan oleh
Presiden
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN MASYARAKAT
Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang
melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan
masyarakat, yang meliputi:
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas
karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
2. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan
kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan
masyarakat; dan
3. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia
dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain:
1. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank;
2. Sistem informasi perbankan yang terpadu;
3. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta
asing, dan pinjaman komersial luar negeri;
4. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya;
5. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important
bank; dan
6. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi.
Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan dengan
anggota terdiri atas:
1. Menteri Keuangan selaku anggota merangkap
koordinator;
2. Gubernur Bank Indonesia selaku anggota;
3. Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan
4. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan
selaku anggota.

Anda mungkin juga menyukai