Anda di halaman 1dari 11

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN AKUNTAN PUBLIK

A. Otoritas Jasa Keuangan


1. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Krisis pada tahun 1997-1998 memberikan pelajaran yang sangat
berarti bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi yang kacau Karena
krisis tersebut membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam membuat
suatu keputusan. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menghindari terulangnya krisis ekonomi seperti pada tahun 1997-1998
adalah dengan membentuk suatu lembaga pengawasan independen yang
bernama Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan menurut
undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia tersebut
sebenarnya sudah harus terbentuk pada tahun 2002, namun pada
praktiknya Otoritas Jasa Keuangan ini baru terbentuk pada tahun 2011
melalui undang-undang No. 21 Tahun 2011 yang disahkan pada 22
November 2011
2. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen
dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Pengertian Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menurut para pakar ekonomi; Darmin Nasution
mengatakan OJK adalah untuk mencari efisiensi di sektor perbankan,
pasar modal dan lembaga keuangan.Sebab, suatu perekonomian yang kuat,
stabil, dan berdaya saing membutuhkan dukungan dari sektor keuangan.
Terdapat beberapa tugas fungsi Bapepam-LK yang tetap
dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan (tidak berpindah ke OJK),
yaitu:
a. Fungsi Pengaturan
1) Mewakili pemerintah dalam mengajukan Rancangan
UndangUndang terkait bidang tugas OJK kepada DPR

1
2) Memberikan masukan kepada pejabat ex officio OJK dari
Kementerian Keuangan atas substansi draft Peraturan OJK untuk
memastikan bahwa Peraturan OJK sejalan dengan kebijakan
Pemerintah.
b. Fungsi Kesekretariatan. Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan
Dalam pasal 44 ayat (2) Unang-Undang OJK dinyatakan bahwa
“Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan dibantu kesekretariatan
yang dipimpin salah seorang pejabat eselon I di Kementerian
Keuangan”, sehingga fungsi tersebut harus diakomodasikan dalam unit
pengganti eks Bapepam-LK.
c. Fungsi Hubungan Internasional Fungsi ini diperlukan untuk
mengakomodasikan kepentingan OJK dalam hubungan internasional
yang bersifat Government to government.
d. Penanganan dokumen dan permasalahan eks UP3 (Unit Pelaksana
Penjaminan Pemerintah).
e. Perizinan dan pengawasan aktuaris Mengingat cakupan jasa aktuaris
sangat luas, tidak terbatas pada industri jasa keuangan, maka tidak
tepat apabila perizinan dan pengawasannya tetap berada pada OJK.
f. Pembinaan atas jaminan sosial dan dana pensiun PNS saat ini menjadi
salah satu tugas Biro Dana Pensiun.
g. Pelaksanaan UU No 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan Penumpang dan UU Nomor
34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan
Lalu Linta
h. Jalan. h.BPJS.

Dalam menjalankan tugasnya, OJK memiliki nilai-nilai penting yaitu :

a. Integritas. Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode


etik dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan
komitmen.
b. Profesionalisme. Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
kompetensi yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.

2
c. Sinergi. Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
d. Inklusif. Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan
serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri
keuangan.
e. Visioner. Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan
(Forward looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of The
Box Thinking)
3. Fungsi dan Tujuan Otoritas Jasa Keuangan
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan. Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK
menyebutkan bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi
kepentingan konsumen maupun masyarakat.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat
mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga
meningkatkan daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu
menjaga kepentingan nasional. Antara lain meliputi sumber daya manusia,
pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan
dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
4. Tugas dan Wewenang OJK
Berdasarkan pada Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan, sejak 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
pasar modal, perasuransian, dana pensiun, Lembaga pembiayaan, dan
Lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan
Pengawas Pasar Modal dan lembaga keuangan ke Otoritas Jasa Keuangan
dan sejak 31 Desember 2013, fungsi, tugas, daan wewenang pengaturan

3
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan disektor perbankan beralih dari
bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan
Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas
utama dari OJK adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap:
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan.
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal.
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun.
 Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:

a) Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan


Bank yang meliputi:
 Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan
izin usaha bank.
 Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
 Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang
meliputi: likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit,
rasio pinjaman terhadap simpanan dan pencadangan bank, laporan
bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank, sistem
informasi debitur; pengujian kredit (credit testing), dan standar
akuntansi bank
 Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,
meliputi: manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal
nasabah dan anti-pencucian uang, dan pencegahan pembiayaan
terorisme dan kejahatan perbankan, serta pemeriksaan bank.
b) Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank)
meliputi:
 Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.

4
 Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa
keuangan.
 Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah
tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola
statuter pada lembaga jasa keuangan.
 Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban.
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
c) Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank)
meliputi:
 Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan
jasa keuangan.
 Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif.
 Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan,
pelaku, dan atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
 Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan
atau pihak tertentu.
 Melakukan penunjukan pengelola statute.
 Menetapkan penggunaan pengelola statute.
 Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di sektor jasa
keuangan.
 Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang
perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda

5
terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan,
persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.
5. Asas-Asas Otoritas Jasa Keuangan
Berikut ini adalah beberapa asas dalam pelakasanaan tugas Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) :
a. Asas Independensi yakni independen dalam pengambilan keputusan
dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seperti yang telah
disebutkan pada pengertian OJK, lembaga negara ini bekerja secara
independen dalam mengatur jasa-jasa keuangan lembaga pembiayaan
non bank di Indonesia;
b. Asas Kepastian Hukum, yakni asas dalam Negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK. Dalam pembentukan
dan penyelenggaraan lembaga OJK berlandaskan pada hukum dan
Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.
c. Asas Kepentingan Umum, yakni asas membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum. OJK dibentuk dan menjalankan tugasnya mengacu kepada
kepentingan umum (konsumen). Dengan kata lain, dalam pelaksanaan
tugas OJK harus melindungi dan membela kepentingan konsumen;
d. Asas Keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasin yangb benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan,
serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. OJK memberikan akses terbuka
kepada masyarakat apabila ingin memberikan informasi yang jujur dan
tidak diskriminatif terkait dengan adanya pelanggaran di sektor jasa-
jasa lembaga keuangan non bank.

6
e. Asas Profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan.
f. Asas Integritas yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai dan
moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam
penyelenggaraan OJK.
g. Asas Akuntabilitas yakni asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Segala tindakan
dan keputusan yang dilakukan oleh OJK adalah untuk kebaikan
konsumen dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
6. Kebijakan Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan
Untuk mencapai ekonomi yang berkelanjutan, untuk menciptakan
peluang kerja yang luas dan seimbang di semua sektor ekonomi dan untuk
memastikan kesejahteraan yang adil bagi semua orang Indonesia, program
pembangunan nasional harus sepenuhnya diimplementasikan dan mampu
memajukan kegiatan ekonomi yang lebih luas, dan menyentuh semua
sektor riil ekonomi Indonesia.
B. Akuntan Publik
1. Profesi Akuntan Publik
Profesi akuntan publik adalah profesi yang memberikan jasa
akuntansi profesional secara independen kepada klien yang membutuhkan.
Jasa akuntansi profesional yang diberikan oleh akuntan publik meliputi
audit, review, kompilasi, perpajakan, konsultasi manajemen, dan lain-lain.
Sekelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan
menjadi 3 golongan antara lain:
 Audit independen yaitu auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan.
 Auditor pemerintahan yaitu auditor profesional yang bekerja di
instansi pemerintah yang diberi tugas pokok melakukan audit atas

7
pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit
organisasi sebagai pertanggung jawaban keuangan kepada pemerintah.
 Auditor intern yaitu auditor yang bekerja dalam perusahaan dan
diberi tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai organisasi.
2. Jasa jasa akuntan public
a. Jasa Penjaminan
Jasa penjaminan (assurance services) adalah jasa profesional
independen untuk memperbaiki kualitas informasi bagi para
peengambil keputusan. Orang-orang yang bertanggungjawab untuk
melakukan pengambilan keputusan memebutuhkan jasa penjaminan
guna membantu memperbaiki keandalan dan relevansi informasi yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
b. Jasa atestasi
Jasa atestasi adalah jenis jasa penjaminan yang dilakukan kantor
akuntan publik dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang
menyatakan kesimpulan tentang keandalan pernyataa tertulis yang
dibuat oleh pihak lain. Ada tiga bentuk jasa atestasi yaitu audit atas
laporan keuangan historis, review atas laporan keuangan historis, dan
jasa atestasi lainnya.
c. Jasa penjamin lainnya
Kebanyakan jasa penjaminan lain yang diberikan kantorkantor
akuntan publik tidak merupakan jasa atetstasi. Jasa-jasa tersebut mirip
dengan jasa atestasi yaitu akuntan publik harus independen dan harus
memberikan jaminan atas informasi yang akan dipakai para pengambil
keputusan. Perbedaannya ialah bahwa akuntan publik tidak diminta
untuk menerbitkan laporan tertulis dan penjamin tidak mengenai

8
keandalan pernyataan tertulis yang dibuat pihak lain dalam kaitannya
dengan suatu kriteria tertentu.
d. Jasa bukan penjaminan
Kantor akuntan publik juga memberikan berbagai jenis jasa lain
yang pada umumnya tidak merupakan jasa penjaminan. Tiga contoh
jenis jasa bukan penjaminan yang sering diberikan kantorkantor
akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan,
dan jasa konsultasi manajemen. Antara jasa konsultasi manajemen dan
jasa penjaminan seringkali nampak tumpeng-tindih.
3. Tanggung Jawab Akuntan Publik
Secara umum auditor sama dengan profesi lainnya merupakan
subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas
kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di
dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara
(lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis.
Litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau
reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik
tersebut. Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap
kepercayaan yang diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat
memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggung jawabkan dengan
mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif dan
independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam
teknis pekerjaannya.
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan
Bank, pada pasal 19 menyatakan Akuntan Publik yang melakukan audit
terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib :
 Melakukan audit sesuai dengan standar professional akuntan publik
serta perjanjian kerja dan lingkup audit yang disepakati Bank dan
Kantor Akuntan Publik

9
 Memberitahukan pelanggaran perundang-undangan dan keadaan lain
yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank
selambatlambatnya 7 ari setelah ditemukan.
 Menyampaikan hasil audit dan Management Letter kepada Bank
Indonesia.
 Memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur UndangUndang
Nomor 10 tahun 1998.
4. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Etik Profesi Akuntan Publik Pada dasarnya setiap individu yang
rnelakukan pekeIjaan akan mendapatkan kepercayaan dari pihak lain agar
dapat mendukung kelancaran pekeIjaan yang ia lakukan. Agar
kepercayaan tersebut dapat terus terjaga, maka setiap individu
berkewajiban untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan dengan
berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan aturan yang ada dan
memperhatikan kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan
pekerjaannya. Dengan kata lain, setiap individu harus memiliki etika
dalam menjalankan profesinya.
Ethics can be defined broadly as a set of moral principles or values
(Elder, Beasley, dan Arens, 2008:76). Hal ini berarti bahwa etika dapat
didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip moral atau nilai-nilai.
Apabila terdapat aturan tertulis mengenai prinsip moral atau nilai-nilai
tersebut, maka dapat dikatakan sebagai kode etik.
5. Big 4 KAP
Big 4 mengacu pada empat perusahaan akuntansi dan audit terbesar
di dunia. Perusahaan-perusahaan ini adalah PricewaterhouseCoopers
(PwC), Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte), Ernst & Young (E&Y) dan
Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG). Mereka adalah perusahaan
akuntan publik bersertifikat (CPA) yang menangani sebagian besar audit
perusahaan AS dengan saham yang diperdagangkan secara publik. Selain
audit dan akuntansi, perusahaanperusahaan ini juga menyediakan layanan
berikut:
 Assurance

10
 Konsultasi manajemen
 Perpajakan
 Aktuaria
 Penasehat
 Layanan hukum
 Keuangan Perusahaan

The Big 4 bukanlah perusahaan individu melainkan sekelompok


jaringan layanan profesional. Setiap perusahaan di Big 4 dibentuk oleh
jaringan perusahaan yang dimiliki dan dikelola secara independen.
Perusahaan-perusahaan ini setuju dengan anggota lainnya untuk berbagi
nama, standar, dan merek yang sama dari salah satu dari 4 Besar.

11

Anda mungkin juga menyukai