BANK INDNESIA
Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) merupakan bank sentral
Republik Indonesia.
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Yaitu :
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga
bidang tugasnya. Yaitu :
Dibentuk suatu lembaga pengawasan yang independe yang bernama Otoritas Jasa
Keuangan.
OJK menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia tersebut
harus sudah terbentuk pada tahun 2002, namun pada praktiknya OJK baru terbentuk
pada tahun 2011 melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 yang disahkan pada
tanggal 22 Nopember 2011.
OJK ( Otoritas Jasa Keuangan ) adalah Lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
didalam sektor Jasa Keuangan.
OJK merupakan lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan secara umum dapat dikatakan bahwa OJK ini didirikan
untuk menggantikan peran Bapepam-LK untuk melakukan pengawasan secara ketat
terhadap Lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun dan asuransi.
OJK dibentuk dengan tujuan agar seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
dapat terselenggara secara teratur, adil, transfaran, akuntabel dan mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Wewenang OJK dalam hal menjalankan tugasnya tersebut dapat dijelaskan sbb:
1.1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank serta pencabutan izin usaha bank.
1.2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas dalam bidang jasa.
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai Kesehatan Bank yang meliputi :
VISI
Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawasan industri jasa keuangan yang
terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu
mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang
berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
Setiap bank baik Bank Umum maupun BPR yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS.
LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga
stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya.
Tugas LPS yaitu menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian
atau penanganan bank yang tidak berhasil disehatkan atau bank gagal.
Besaran nilai yang dijamin oleh LPS diatur dalam PP NO. 66 tahun 2008 tentang
Besaran Nilai Simpanan yang dijamin LPS
Peserta LPS adalah setiap bank yang beoperasi di indonesia baik bank umum
maupun bank perkreditan rakyat ( BPR ).
Jenis Simpanan di bank yang dijamin meliputi : tabungan, giro, sertifikat deposito
dan deposito berjangka serta jenis simpanan lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Penjaminan simpanan ini berjalan saat suatu bank mengalami kesulitan keuangan
dan gagal untuk disehatkan kembali sehingga izin usahanya dicabut.
Dalam kasus seperti ini LPS akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut
sampai jumlah tertentu sebagaimana ditetapkan jumlah maksimal yang dijamin LPS.
Untuk yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank.
Fungsi LPS lain adalah penanganan bank yang tidak berhasil disehatkan atau bank
gagal.
Pengertian pengelola statuter adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga
negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan
untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar
modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran Bank Indonesia dalam
pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa
keuangan.
Arti Bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
– bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
Sebelum berlakunya undang-undang no. 7 tahun 1992 yang diubah dengan UU no.
10 tahun 1998 bank dapat digolongkan berdasarkan jenis kegiatan usahanya seperti
: Bank Tabungan, Bank Pembangunan, Bank Ekspor Impor.
1. Bank Umum
BANK UMUM
Bank Umum menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
❖ Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat-
surat dimaksud.
❖ Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud
❖ Obligasi
❖ Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu)
tahun
2. Memberikan Kredit
b. Permodalan
c. Kepemilikan
BLK/UNIGA/S1/AK/3/2021 @TATANG HIDAYAT,SE.MM 10
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
a. Perseroan terbatas ( PT )
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah ( PD )
a. Perusahaan Daerah ( PD )
b. Koperasi
Disamping itu mengingat pada saat diterapkannya UU No. 7 tahun 1992 banyak
lembaga-lembaga keuangan terutama di pedesaan yang mempunyai kegiatan seperti
BPR, maka lembaga-lembaga keuangan tersebut diberikan status sebagai BPR yang
tata caranya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Contohnya : Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih
Nagari, Lembaga Perkreditan Desa, Badan Kredit desa, Badan Kredit Kecamatan,
Kredit Usaha Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan dan Bank Karya Produksi
Desa.
a. Retail Bank
b. Corporate Bank
Disamping kedua jenis bank diatas terdapat juga bank yang tidak memfokuskan
pada kedua pilihan jenis nasabah diatas. Bank jenis ini memberikan
pelayanannya tidak hanya kepada nasabah ritel, tetapi juga kepada nasabah
korporasi.
b. Bank Umum yaitu bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan
pihak ketiga serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana.
d. Bank desa yaitu kantor bank disuatu desa yang tugas utamanya adalah
melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka
program pemerintah memajukan pembangunan desa.
b. Bank Milik Swasta Nasional yaitu bank milik swasta yang didirikan dalam
bentuk hukum perseroan terbatas, dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI
dan/atau badan-badan hukum di Indonesia.
c. Bank Swasta Asing yaitu bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank
yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing
dan bank nasional yang ada di Indonesia.
Contohnya : Bank Jatim, Bank Jateng, Bank Jabar, Bank DKI dan Bank Papua
e. Bank Campuran yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing
dan pihak swasta nasional.
Contohnya : Bank UOB Buana, ANZ Panin Bank, CINB Niaga, Bank OCBC NISP
dan Bank DSB Indonesia.
Contohnya : BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BCA, Bank Mega dan
Bank Permata.
Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan alat pembayaran baik berupa
uang kartal maupun uang giral.
Bank Sekunder yaitu bank yang tidak dapat menciptakan alat pembayaran
dan hanya berperan sebagai perantara dalam perkreditan.
2. Bank Syariah
• Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam.
Wali amanat adalah kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum
untuk mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian
antara bank umum dengan emiten surat berharga yang bersangkutan.