Anda di halaman 1dari 6

1.

Sejarah dan Pengertian


a. Sejarah
Pada tahun 1998 terjadi krisis pada sistem keuangan Indonesia. Sejak itu terjadilah kesepakatan untuk
membentuk otoritas jasa keuangan pada tahun 2002. Sayangnya terjadi pro kontra sehingga menyebabkan
tertundanya pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, dan baru bisa terbentuk pada tahun 2011
b. Pengertian
OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang sebagaimana diatur dalam undang undang.

2. Tujuan dan Fungsi


a. Tujuan
Tujuannya seluruh kegiatan sektor jasa keuangan (1) terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel (2)mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil (3)mampu
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
b. Fungsi
Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap seluruh kegiatan sektor
jasa keuangan

3. Tugas dan Wewenang


a. Tugas
Melakukan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan

b. Wewenang
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank
 Perizinan pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan,
kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, pencabutan izin usaha
bank
 Kegiatan usha bank antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, aktivitas bidang jasa
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank
 Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum
pemberian kredit, rasio pinkaman terhadap simpanan, pencadangan bank
 Laporan bank terkait kesehatan dan kinerja
 Sistem informasi debitur
 Pengujian kredit
 Standar akuntansi bank
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai kehati-hatian bank
 Manajemen resiko
 Tata kelola bank
 Prinsip mengenal nasabah dan anti pencurian uang
 Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan
d. Pemeriksaan bank
 Tugas pengaturan di sektor jasa keuangan
o Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang dan di sektor jasa keuangan
o Menetapkan peraturan dan keputusan serta kebijakan pelaksanaan tugas OJK
o Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap lembaga jasa
keuangan dan pihak tertentu
o Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur serta mengelola, memelihara, dan menatausahkan
kekayaan dan kewajiban
o Menetapan peraturan tata cara pengenaan sanksi sesuai ketentuan perundang undangan
 Tugas pengawasan di sektor jasa keuangan
o Menetapkan kebijakan operasionalpengawasan terhadapkegiatan jasa keuangan
o Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala eksekutif
o Melakuka pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain
terhdap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang undangan di sektor jasa keuangan
o Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau pihak tertentu
o Melakukan penunjukan statuter
o Menetapkan penggunaan pengelola statuter
o Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan disektor jasa keuangan
o Memberi dan/atau mencabut izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan
pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan elakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan
atau penetapan pembubaran, penetapan lain
4. Struktur Organisasi OJK

5. Nilai Strategis dari OJK


Integritas
Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik dan kebijakanorganisasi dengan
menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.
Profesionalisme
Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi yang tinggi untuk mencapai
kinerja terbaik.
Sinergi
Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal secara
produktif dan berkualitas.
Inklusif
Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta memperluas kesempatan dan
akses masyarakat terhadap industri keuangan.
Visioner
Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (Forward looking) serta dapat berpikir
di luar kebiasaan (Out of The Box Thinking).
6. Visi dan Misi OJK
Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi
pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan
umum.

Misi OJK adalah:

1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara teratur,
adil, transparan, dan akuntabel;
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta;
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

7. Tujuan OJK dalam Perlindungan Konsumen dan Masyarakat


Tujuannya adalah untuk melakukan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat dan
meminimalisir kerugian yang dialami masyarakat akibat perbuatan nakal lembaga jasa keuangan.
Bentuk perlindungannya:
1. Meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya yang berpotensi merugikan
masyarakat, kemudian melakukan pembelaan hukum dengan pengajuan gugatan di pengadilan
terhadap pihak-pihak yang merugikan konsumen di sektor jasa keuangan.
2. Memberikan peringatan kepada perusahaan yang dianggap menyimpang agar segera
memperbaikinya.

8. Koordinasi dan Kerja Sama Antarlembaga OJK

1. Hubungan OJK dengan BI

OJK berkoordinasi dengan BI dalam pengaturan dan pengawasan perbankan, misalnya, dalam hal
kewajiban pemenuhan modal minimum bank ataupun kebijakan penerimaan dana dari luar negeri,
penerimaan dana valuta asing maupun pinjaman komersial luar negeri. Berikut ini berbagai bentuk
nyata sinergi antara BI dan OJK:

a.OJK berkoordinasi dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan dengan
maksud mampu menciptakan suatu tatanan aturan perbankan yang lebih sempurna. Penyamaan
persepsi antara BI dan OJK dalam menentukan kebijakan atau pengaturan perbankan akan
menghasilkan tatanan sistem perbankan yang tangguh dalam menghadapi segala kondisi;

b. Terintegrasi dalam tukar menukar informasi perbankan. Melalui penggabungan sistem informasi
ini, BI dan OJK akan lebih mudah mengakses informasi perbankan yang disediakan masing-masing
lembaga setiap saat (timely basis). Informasi strategis yang dimiliki masing-masing lembaga dan
aksesibilitas yang mudah sangat menunjang efektivitas pelaksanaan tugas;

c. Dalam rangka pemeriksaan bank, BI dan OJK juga terus melakukan hubungan timbal balik. BI
melakukan pemeriksaan khusus terhadap bank setelah berkoordinasi dengan OJK. Sedangkan OJK
mengidentifikasi bank tertentu yang mengalami kondisi buruk dan segera menginformasikan kepada
BI. Kerja sama reciprocal dimaksud sangat bermanfaat untuk mengantisipasi dampak sistemik
negatif dari suatu kondisi perbankan. Dengan kerja sama itu pula tindakan penanganan yang tepat
dapat diambil dengan cepat.

2. Hubungan OJK dengan LPS

Sesuai Pasal 41 UU Nomor 21 Tahun 2011, OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK. Begitu
juga LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas dan
wewenangnya serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK.

OTORITAS MONETER
1. Otoritas Moneter di Indonesia
Pada masa berlakunya Undang-undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, otoritas kebijakan
moneter di Indonesia pada dasarnya berada di tangan pemerintah. Meskipun berdasarkan undang-
undang terdapat lembaga utama sebagai pelaksana kebijakan moneter yaitu bank Indonesia dan
dewan moneter. Pemerintah melalui presiden dan menteri keuangan mempunyai kekuasaan atau
akses yang besar untuk mengarahkan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dan Dewan Moneter, karena pada waktu itu presiden mempunyai wewenang untuk mengangkat
pejabat Gubernur dan Direktur Bank Indonesia atas usul Dewan Moneter. Berbagai wewenang yang
diberikan kepada pemerintah terutama melalui presiden dan menteri-menterinya di atas
menyebabkan otoritas moneter tidak terletak pada Bank Indonesia tapi pada pemerintah. Campur
tangan yang besar dari pemerintah mengandung resiko berupa pelaksanaan dan pengawasan
lembaga keuangan yang tidak efisien. Sistem ini sangat rentan terhadap campur tangan individual
pejabat dan pihak lain dalam perumusan kebijakan moneter. Setelah menyadari kelemahan dari
sistem ini maka dilahirkanlah undang-undang No. 3 tahun 2004, yang mana memberikan wewenang
yang besar kepada Bank Indonesia untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter di
Indonesia. Dengan kata lain bank Indonesia ditempatkan sebagai otoritas moneter di Indonesia
sedangkan lembaga dewan moneter ditiadakan.

2. Status dan Modal Bank Indonesia


Bank Indonesia bersifat independen, berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia dan
mempunyai kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah Negara Republik Indonesia. Modal Bank
Indonesia sekurang-kurangnya Rp2.000.000.000.000 dan harus di tambah paling banyak 10% yang
dananya dapat berasal dari cadangan umum atau dari hasil revaluasi aset.

3. Tujuan dan Tugas


Tujuan bank sentral adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan untuk mencapai
tujuan tersebut bank sentral melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten,
transparan dan mempertimbangkan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
Bank Indonesia tiga pilar yang merupakan bidang tugasnya sebagai berikut :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Bank Indonesia berwenang melaksanakan kebijakan moneter dengan mempertimbangkan
sasaran laju inflasi dengan cara melakukan pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto,
penetapan cadangan wajib minimum dan pengaturan kredit pembayaran.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Bank indonesia berwenang melaksanakan dn memberikan persetujuan dan perizinan
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Bank indonesia satu-satunya lembaga yang
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang
yang beredar.
c. Mengatur dan mengawasi bank
Bank Indonesia menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan perbankan, memberikan
dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan
pengawasan bank secara langsung atau tidak langsung seperti mewajibkan bank untuk
menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan kepada bank sentral.

4. Dewan Gubernur
Dewan gubernur adalah pimpinan bank Indoesia. Dewan gubernur terdiri atas seorang gubernur,
seorang deputi gubernur senior dan 4 atau 7 orang deputi gubernur. Jika gubernur dan deputi
gubernur senior berhalangan maka yang menggantikan adalah deputi gubernur yang masa
jabatannya paling lama untuk memimpin dewan gubernur yang di tunjuk oleh gubernur atau deput
gubernur senior. Kinerja dewan gubernur dan anggota dewan gubernur dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya dinilai oleh DPR.
Pengangkatan dewan gubernur yaitu gubernur, deputi gubernur senior dan deputi gubernur
diusulkan dan diangkat oleh presiden denga persetujuan DPR. Masa jabatannya 5 tahun dan dapat
diangkat kembali maksimal 1 kali.
Rapat dewan gubernur dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh lebih dari separuh
anggoa dewan gubernur. Pengambilan keputusan rapat dewan gubernur dilakukan atas dasar
musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, gubernur menetapkan
keputusan akhir.

5. Struktur Organisasi Bank Indonesia

1. Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai
pemimpin, dan dibantu oleh asisten gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Asisten Gubernur
selama 5 tahun dan dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1
kali masa jabatan berikutnya. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan
oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, tidak
dapat hadir secara fisik dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, dinyatakan tidak mampu memenuhi kewajiban kepada kreditur, atau
berhalangan tetap.

2. Sektor Moneter

 Departemen Kebijakan ekonomi dan moneter : Grup Asesmen Moneter, Grup kebijakan
moneter, Grup riset ekonomi
 Departemen Statistik : Grup statistik dokumen, Grup neraca pembayaran dan Pengembangan
statistik, Divisi disemenasi statistik dan manajemen intern

3. Stabilitas Sistem Keuangan


Departemen kebijakan makroprudensial : Grup Asesmen dan Rekomendasi Kebijakan
Makroprudensial, Grup Riset dan Pengaturan Makroprudensial
Grup Riset dan Pengaturan Makroprudensial : Grup Sektor Keuangan 1, Grup Sektor Keuangan 2,
Grup Sektor Keuangan 3
4. Sektor Manajemen Intern
Departemen Logistik dan Pengamanan : Grup Perencanaan Logistik, Grup Pelaksanaan Logistik,
Grup Pengamanan dan Arsip
Departemen Keuangan Intern :Grup Pengaturan, Perencanaan, dan Pelaporan Keuangan dan Grup
Operasional Pajak serta Transaksi Keuangan

5. Jaringan Kantor
A. Dalam Negeri
Regional 1: Provinsi Riau (0761) 31055, DKI Jakarta (021) 3514070
B. Luar Negeri
London (10 City road, London EC 1Y 2EH), Singapore (11 Collyer Quay 08-01 .The Arcade
Singapore 049317), New York (One Liberty Plaza)

Anda mungkin juga menyukai