Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga independen didirikan oleh pemerintah di bawah UU RI
No. 24 Tahun 2004 yang berfungsi untuk menjamin dan melindungi simpanan/tabungan nasabah
perbankan di Indonesia. Saat terjadi konflik antar nasabah dan lembaga keuangan, LPS berwenang
menjadi penengah dan memutuskan solusi dari konflik tersebut.
Awal mula terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan adalah saat krisis moneter di Indonesia 1998
mengakibatkan 16 bank dilikuidasi sehingga masyarakat tidak percaya kepada bank. Padahal
perbankan merupakan komponen penting dalam perekonomian nasional. Stabilitas perekonomian
secara keseluruhan dipengaruhi sebagian besar oleh kondisi perbankan.
LPS menjadi solusi atas masalah tersebut. Hal ini didasarkan pada Keputusan Presiden No. 26 Tahun
1998 mengenai jaminan kewajiban pembayaran bank umum dan Keputusan Presiden No. 193 Tahun
1998 terkait jaminan kewajiban pembayaran bank perkreditan rakyat.
Dengan adanya jaminan simpanan maka kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan
tumbuh kembali. Lembaga ini dapat menciptakan rasa aman bagi nasabah yang menyimpan uangnya
di bank. Akibatnya stabilitas sistem perbankan dapat terjaga.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki beberapa fungsi utama dalam menjaga stabilitas sistem
perbankan dan melindungi simpanan nasabah di Indonesia:
1. Menjamin simpanan nasabah: LPS menjamin simpanan nasabah perbankan hingga batas
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah, saat ini sebesar Rp 2 miliar per nasabah per bank.
Jaminan ini mencakup tabungan, deposito, dan produk simpanan lainnya.
2. Mengelola dana jaminan: LPS mengelola dana yang dikumpulkan dari iuran bank peserta
untuk membayar klaim nasabah jika ada bank yang gagal.
3. Menjaga stabilitas sistem keuangan: LPS bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan Bank Indonesia untuk mencegah dan mengatasi krisis perbankan serta menjaga stabilitas
sistem keuangan nasional.
4. Resolusi bank: LPS berperan dalam penanganan bank yang bermasalah atau gagal, termasuk
pengambilalihan, restrukturisasi, dan likuidasi.
5. Mengawasi kepesertaan bank: LPS mengawasi bank peserta, termasuk kepatuhan terhadap
syarat dan ketentuan kepesertaan serta pembayaran iuran jaminan simpanan.
6. Melakukan edukasi dan sosialisasi: LPS juga berfungsi sebagai penyuluhan dan penyadaran
kepada masyarakat mengenai keamanan simpanan dan perlindungan yang diberikan oleh
LPS.
7. Melalui berbagai fungsi ini, LPS berupaya untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap
sektor perbankan dan melindungi kepentingan nasabah.
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
3. Berperan aktif dalam perumusan dan penetapan kebijakan untuk memelihara stabilitas
sistem perbankan.
4. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah Bank Gagal yang tidak berdampak secara
sistemik.
2. Memilih pihak lain sebagai perwakilan LPS untuk menjalankan sebagian tugas tertentu.
6. Menetapkan nominal dan memungut kontribusi kepada bank yang baru menjadi peserta.
8. Memiliki data kesehatan dan laporan keuangan bank, simpanan nasabah, dan laporan hasil
pemeriksaan bank.
9. Menjalankan rekonsiliasi, verifikasi, dan konfirmasi atas data nasabah yang mengajukan
klaim.
Pengertian OJK
Pengertian OJK atau Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen sebagai penyelenggara
sistem pengaturan dan pengawasan terintegrasi pada seluruh aktivitas di sektor jasa keuangan dan
non-keuangan. Pengawasan sektor jasa keuangan, mulai dari pasar modal hingga perbankan.
Sedangkan, sektor jasa non-keuangan seperti dana pensiun, asuransi, dan lembaga pembiayaan
lainnya.
Dalam menjalankan tugasnya, OJK berdiri sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Sehingga lembaga
ini mempunyai sejumlah fungsi dan wewenang baik pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan.
Sejarah OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non- bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.
Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang
mempunyai fungsi, tugas, dan izin pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut.
Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi beralih dari
Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada tanggal 31 Desember 2012. Sedangkan
pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada tanggal 31 Desember 2013 dan Lembaga
Keuangan Mikro pada tahun 2015.
Terdapat beberapa tugas OJK di berbagai sektor keuangan, seperti perbankan, investasi, dan non-
perbankan. Simak penjelasan lengkapnya terkait tugas OJK di bawah ini.
1. Sektor Perbankan
Pertama, tugas OJK adalah menciptakan lingkungan perbankan sesuai aturan lembaga
keuangan. Pada sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan memiliki peranan penting dalam
mensukseskan sistem transaksi keuangan yang aman. Adapun tugas OJK adalah sebagai
berikut.
o Menegakkan hukum melalui berbagai kebijakan dan peraturan dalam bidang
perbankan.
2. Sektor Non-Bank
Sektor jasa keuangan non-bank juga menjadi sorotan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam sektor non-bank, tugas OJK adalah di bawah ini.
o Menyusun dan merumuskan standar, norma, prosedur dan kriteria dalam sektor
non-bank.
o Menjalankan protokol manajemen saat muncul isu dan masalah krisis pada sektor
non-bank.
3. Sektor Investasi
Lembaga investasi sangat beragam di Indonesia. Demi menjaga keamanan dan keterjaminan
investor, maka Otoritas Jasa Keuangan berperan penting dalam menetapkan kebijakan di
sektor tersebut. Demi terwujudnya lembaga investasi yang aman, beberapa tugas OJK adalah
sebagai berikut.
o Menjalankan protokol manajemen ketika terdapat isu atau masalah dalam lembaga
investasi.
o Mengawasi dan membina pihak atau lembaga yang mendapat izin usaha,
persetujuan, dan peresmian dari Otoritas Jasa Keuangan.
Wewenang OJK
Otoritas Jasa Keuangan memiliki sejumlah wewenang dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Diantara wewenang OJK adalah seperti dijelaskan di bawah ini.
Jadi dapat di simpulkan perbedaan utama antara LPS dan OJK adalah peran dan tanggung
jawab mereka dalam industri perbankan. LPS bertugas menjamin simpanan nasabah dan
memelihara stabilitas sistem perbankan, sedangkan OJK bertanggung jawab atas
pengawasan dan pengaturan lembaga jasa keuangan, termasuk perbankan.
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/05/27/lembaga-penjamin-simpanan-adalah
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/ojk-adalah
https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/05/27/lembaga-penjamin-simpanan-adalah