UNIVERSITAS MATARAM
2020
OTORITAS JASA KEUNGAN
Setelah UU No. 21 Tahun 2011 disahkan pada 16 Juli 2012 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, pemerintah langsung menetapkan sembilan anggota dewan
komisioner OJK. Dua diantaranya merupakan mantan pekerja Kementerian Keuangan
dan Bank Indonesia.
Karena sifat tugas dan fungsinya yang membawahi seluruh sektor jasa keuangan,
diperlukan tim transisi guna menggiatkan irisan kebijakan antara Bank Indonesia,
Kementerian Keuangan dan OJK sendiri.
Maka terbentuklah Tim Transisi OJK Tahap I di 15 Agustus 2012. Tugasnya adalah
membantu membantu para Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan selama masa
transisi.
Selama kurang lebih empat bulan berdiri, per tanggal 31 Desember 2012, OJK telah
beroperasi secara efektif dengan cakupan tugasnya mengawasi Pasar Modal dan
Industri Keuangan Non-Bank.
Lalu pada 18 Maret 2013, OJK kembali membentuk Tim Transisi Tahap II yang
bertugas membantu Dewan Komisioner dalam melaksanakan seluruh fungsi, tugas dan
kewajiban Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia.
Semenjak itu, terhitung dari 31 Desember 2013 hingga 1 Januari 2015, OJK telah
sepenuhnya menjalankan tugas dalam mengawasi kinerja Perbankan serta Industri
Keuangan Non-Bank, yaitu Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM).
B. Latar Belakang
1. Amanat Undang-Undang
Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi
informasi serta inovasi keuangan telah menciptakan industri keuangan yang sangat
kompleks, dinamis, dan saling terkait.
Saat ini terdapat kecenderungan lembaga jasa keuangan besar memiliki beberapa
anak perusahaan di bidang keuangan yang berbeda-beda kegiatan usahanya
(konglomerasi). Misalnya, bank memiliki anak perusahaan dalam bentuk asuransi,
perusahaan sekuritas, perusahaan pembiayaan, dan dana pensiun. Konglomerasi
lembaga keuangan tersebut mendorong terciptanya kompleksitas kegiatan usaha
lembaga jasa keuangan.
4. Perlindungan Konsumen
Tidak jauh berbeda dengan lembaga lain yang dibentuk oleh pemerintah, OJK juga
memiliki tujuan yang ingin dicapai guna memajukan lembaga tersebut. Adapun yang
menjadi tujuan dari pembentukan OJK adalah sebagai berikut:
Pada umumnya, OJK mempunyai dua tugas khusus yakni melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor
Pasar Modal, dan sektor IKNB.
Dalam melaksanakan tugas pengaturan, setidaknya OJK memiliki wewenang penuh
antara lain ialah:
Sedangkan untuk tugas pengawasan sendiri, OJK memiliki tujuh wewenang meliputi:
Terdapat pula tugas dan wewenang OJK baik dalam sektor perbankan, pasar modal,
hingga sektor non-bank yang dilansir dari beberapa sumber. Tugas pokok OJK dalam
sektor perbankan antara lain memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
perbankan.
Selain itu OJK juga melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang perbankan,
serta melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi atas penyimpangan di bidang
perbankan.
Disamping mengatur dan mengawasi perbankan konvensional dan syariah, OJK pun
turut mengatur dan mengawasi penyelenggaraan sektor pasar modal yang menyatu
dalam keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Cakupan industri keuangan non-bank yang diawasi oleh OJK umumnya sangat luas
mulai dari asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, hingga financial
technology atau yang populer disebut fintech.
Otoritas Jasa Keungan (OJK) saat ini berkomitmen kontribusi dalam mitigasi
persebaran virus covid-19 yang berdampak kepada kesehatan masyarakat dan
berpengaruh terhadap indikator perekonomian baik global maupun nasional. Seiring
dengan stimulus ekonomi yang telah disampaikan oleh Pemerintah, Otoritas Jasa
Keuangan dan Bank Indonesia, maka untuk menjaga kesehatan pegawai OJK dan
Industri Jasa Keuangan, maka dilakukan kebijakan sebagai berikut:
OJK menerapkan mekanisme kerja dari rumah (work from home) untuk Pegawai OJK.
Penerapan kerja dari rumah (work from home) untuk IndustriJasa Keuangan diserahkan
kepada masing-masing Lembaga Jasa Keuangan, Self Regulatory Organization di
Pasar Modal, dan Lembaga Penunjang Profesi di Industri Jasa Keuangan;
Meniadakan layanan kunjungan langsung (Walk In). Layanan Informasi dan Pengaduan
Konsumen Keuangan OJK (Kontak 157) masih dapat diakses melalui telephone (157),
email (konsumen@ojk.go.id) dan whatsapp (081-157-157-157);
OJK akan mengevaluasi kondisi tersebut diatas dan terus berkoordinasi dengan
Pemerintah dan otoritas lainnya termasuk implikasinya terhadap perekonomian
nasional.