Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME EKONOMI MONETER

OTORITAS JASA KEUNGAN

Disusun Oleh: Nia Ermadani (A1B018176)

JURUSAN S1 MANAJEMEN PAGI

KELAS B KONSENTRASI PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2020
OTORITAS JASA KEUNGAN

A. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan

Setelah UU No. 21 Tahun 2011 disahkan pada 16 Juli 2012 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, pemerintah langsung menetapkan sembilan anggota dewan
komisioner OJK. Dua diantaranya merupakan mantan pekerja Kementerian Keuangan
dan Bank Indonesia.

Karena sifat tugas dan fungsinya yang membawahi seluruh sektor jasa keuangan,
diperlukan tim transisi guna menggiatkan irisan kebijakan antara Bank Indonesia,
Kementerian Keuangan dan OJK sendiri.

Maka terbentuklah Tim Transisi OJK Tahap I di 15 Agustus 2012. Tugasnya adalah
membantu membantu para Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan selama masa
transisi.

Selama kurang lebih empat bulan berdiri, per tanggal 31 Desember 2012, OJK telah
beroperasi secara efektif dengan cakupan tugasnya mengawasi Pasar Modal dan
Industri Keuangan Non-Bank.

Lalu pada 18 Maret 2013, OJK kembali membentuk Tim Transisi Tahap II yang
bertugas membantu Dewan Komisioner dalam melaksanakan seluruh fungsi, tugas dan
kewajiban Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia.

Semenjak itu, terhitung dari 31 Desember 2013 hingga 1 Januari 2015, OJK telah
sepenuhnya menjalankan tugas dalam mengawasi kinerja Perbankan serta Industri
Keuangan Non-Bank, yaitu Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM).

B. Latar Belakang

Latar Belakang Terbentuknya OJK Pembentukan OJK dilatarbelakangi oleh adanya


kebutuhan untuk melakukan penataan kembali lembaga-lembaga yang melaksanakan
fungsi pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan. Hal tersebut dilandasi
oleh berbagai hal, yaitu:

1. Amanat Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah


beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia menjadi Undang-Undang, mengamanatkan pembentukan lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun,
sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan, serta badanbadan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.

2. Perkembangan Industri Keuangan

Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi
informasi serta inovasi keuangan telah menciptakan industri keuangan yang sangat
kompleks, dinamis, dan saling terkait.

3. Konglomerasi Lembaga Jasa Keuangan

Saat ini terdapat kecenderungan lembaga jasa keuangan besar memiliki beberapa
anak perusahaan di bidang keuangan yang berbeda-beda kegiatan usahanya
(konglomerasi). Misalnya, bank memiliki anak perusahaan dalam bentuk asuransi,
perusahaan sekuritas, perusahaan pembiayaan, dan dana pensiun. Konglomerasi
lembaga keuangan tersebut mendorong terciptanya kompleksitas kegiatan usaha
lembaga jasa keuangan.
4. Perlindungan Konsumen

Permasalahan di industri jasa keuangan yang semakin beragam, antara lain


meningkatnya pelanggaran di bidang jasa keuangan dan belum optimalnya
perlindungan konsumen jasa keuangan, mendorong diperlukannya fungsi edukasi,
perlindungan konsumen, dan pembelaan hukum. Dari hal-hal tersebut perlu dibentuk
suatu lembaga yang dapat mengatur dan mengawasi semua lembaga jasa keuangan
secara terintegrasi, yaitu OJK.

C. Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan

Tidak jauh berbeda dengan lembaga lain yang dibentuk oleh pemerintah, OJK juga
memiliki tujuan yang ingin dicapai guna memajukan lembaga tersebut. Adapun yang
menjadi tujuan dari pembentukan OJK adalah sebagai berikut:

1. Terselenggaranya seluruh kegiatan dalam sektor jasa keuangan yang teratur,


adil, transparan, dan akuntabel.
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil.
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

Pada umumnya, OJK mempunyai dua tugas khusus yakni melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor
Pasar Modal, dan sektor IKNB.
Dalam melaksanakan tugas pengaturan, setidaknya OJK memiliki wewenang penuh
antara lain ialah:

1. Menetapkan peraturan pelaksanaan berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011.


2. Menetapkan peraturan perundang-undangan serta pengawasan di sektor jasa
keuangan.
3. Menetapkan peraturan dan kebijakan dalam pelaksanaan tugas OJK.
4. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan tertulis dan pengelolaan
statuter terhadap Lembaga Jasa Keuangan.
5. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pemberian sanksi yang sesuai
dengan ketentuan UU dalam sektor jasa keuangan.
6. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur.

Sedangkan untuk tugas pengawasan sendiri, OJK memiliki tujuh wewenang meliputi:

1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan.
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif.
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, perlindungan konsumen, hingga tindakan
lainnya terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan penunjang kegiatanjasa
keuangan yang tercantum dalam peraturan UU di sektor jasa keuangan.
4. Memberi perintah tertulis kepada pihak Lembaga Jasa Keuangan.
5. Melakukan penunjukan dan menetapkan penggunaan pengelola statuter.
6. Menetapkan sanksi administratif kepada pihak-pihak yang melanggar peraturan
UU di sektor jasa keuangan.
7. Memberikan serta mencabut izin usaha.

Terdapat pula tugas dan wewenang OJK baik dalam sektor perbankan, pasar modal,
hingga sektor non-bank yang dilansir dari beberapa sumber. Tugas pokok OJK dalam
sektor perbankan antara lain memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
perbankan.

Selain itu OJK juga melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang perbankan,
serta melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi atas penyimpangan di bidang
perbankan.

Disamping mengatur dan mengawasi perbankan konvensional dan syariah, OJK pun
turut mengatur dan mengawasi penyelenggaraan sektor pasar modal yang menyatu
dalam keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.

Mulai dari menyusun peraturan pelaksanaan di bidang pasar modal, melaksanakan


protokol manajemen krisis pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada pihak yang memperoleh izin usaha, serta melaksanakan analisis dan
pengawasan pasar modal merupakan tugas pokok yang wajib dilakukan oleh OJK
terhadap sektor pasar modal.
Terakhir, OJK juga mengatur dan mengawasi sektor industri keuangan non-bank yang
mana tugas pokoknya ialah melaksanakan protokol manajemen krisis IKNB, menyusun
peraturan di bidang IKNB, menyiapkan rumusan kebijakan di bidang IKNB, hingga
melaksanakan kebijakan di bidang IKNB yang sesuai dengan ketentuan undang-
undang.

Cakupan industri keuangan non-bank yang diawasi oleh OJK umumnya sangat luas
mulai dari asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, hingga financial
technology atau yang populer disebut fintech.

E. Perkembangan OJK Terkini

Otoritas Jasa Keungan (OJK) saat ini berkomitmen kontribusi dalam mitigasi
persebaran virus covid-19 yang berdampak kepada kesehatan masyarakat dan
berpengaruh terhadap indikator perekonomian baik global maupun nasional. Seiring
dengan stimulus ekonomi yang telah disampaikan oleh Pemerintah, Otoritas Jasa
Keuangan dan Bank Indonesia, maka untuk menjaga kesehatan pegawai OJK dan
Industri Jasa Keuangan, maka dilakukan kebijakan sebagai berikut:

OJK menerapkan mekanisme kerja dari rumah (work from home) untuk Pegawai OJK.
Penerapan kerja dari rumah (work from home) untuk IndustriJasa Keuangan diserahkan
kepada masing-masing Lembaga Jasa Keuangan, Self Regulatory Organization di
Pasar Modal, dan Lembaga Penunjang Profesi di Industri Jasa Keuangan;

Pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan dilakukan


dengan meminimalisir kontak langsung melalui pemanfaatan teknologi Informasi seperti
video/call conference; dan

Layanan kepada masyarakat/konsumen keuangan diatur sebagai berikut:

Meniadakan layanan kunjungan langsung (Walk In). Layanan Informasi dan Pengaduan
Konsumen Keuangan OJK (Kontak 157) masih dapat diakses melalui telephone (157),
email (konsumen@ojk.go.id) dan whatsapp (081-157-157-157);

Permintaan informasi debitur (SLIK) dilakukan dengan cara online melalui:


https://konsumen.ojk.go.id/MinisiteDPLK/Registrasi.

OJK akan mengevaluasi kondisi tersebut diatas dan terus berkoordinasi dengan
Pemerintah dan otoritas lainnya termasuk implikasinya terhadap perekonomian
nasional.

Anda mungkin juga menyukai