Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Faras Ivandi

Kelas : Hukum Perbankan (C)

NIM : E0021281

Dampak Diundangkannya UUP2SK Pada Peran dan Tugas Bank Indonesia dan OJK

1. Latar Belakang Dibentuknya UUP2SK


Reformasi terus berlangsung di sektor keuangan dengan tujuan membangun perekonomian
yang kuat, mandiri, berkelanjutan, dan adil. Proses ini dimulai sejak krisis moneter Indonesia
pada tahun 1997-1998, yang memicu perubahan dalam pengelolaan sektor keuangan. Krisis
global pada tahun 2008 juga memaksa perbaikan manajemen risiko di sektor keuangan akibat
penurunan nilai tukar. Melalui UU 21/2011, OJK diberi wewenang untuk mengatur dan
mengawasi lembaga keuangan secara mikroprudensial, sementara BI bertanggung jawab atas
pengaturan dan pengawasan makroprudensial dengan fokus pada stabilitas sistem keuangan.
Reformasi ini penting untuk mengatasi masalah dalam sektor keuangan, seperti kasus gagal
bayar industri asuransi yang menunjukkan rendahnya perlindungan nasabah di Indonesia. Hal
ini juga mendorong perlunya program penjaminan polis untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap industri asuransi, sehingga minat masyarakat terhadap jasa asuransi
meningkat. Perbaikan dalam pengelolaan industri keuangan menjadi sangat penting
mengingat rendahnya tingkat tabungan masyarakat dalam bentuk dana pensiun dan asuransi,
serta adanya inovasi teknologi keuangan (fintech), disrupsi di berbagai sektor, dan dinamika
ekonomi global yang cepat.
Menyikapi perkembangan dan tantangan terbaru di sektor keuangan, DPR RI dan pemerintah
setuju untuk mengesahkan RUU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU
P2SK) sebagai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 pada 12 Januari 2023. Hal ini
menegaskan perlunya regulasi dan pengawasan yang memadai dalam menghadapi perubahan
dan tantangan di sektor keuangan.
2. Dampak Pembentukan UUP2SK Pada Peran Dan Tugas Bank Indonesia
Bank Indonesia, sebagai bank sentral, memiliki kepentingan dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan dengan fokus pada perannya sebagai Lender of Last Resort (LoLR). Ini berarti Bank
Indonesia adalah wewenang yang bertanggung jawab untuk menyediakan likuiditas ketika
terjadi krisis. Berdasarkan UU Bank Indonesia yang telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan
Sektor Keuangan (UU P2SK), tujuan utama Bank Indonesia adalah mencapai stabilitas nilai
Rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran, dan turut serta menjaga stabilitas sistem
keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu alat yang
digunakan Bank Indonesia untuk mencapai tujuan ini adalah kebijakan makroprudensial.
Dalam menjalankan peran kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berupaya untuk
mempromosikan intermediasi keuangan yang seimbang, berkualitas, dan berkelanjutan. Ini
juga mencakup upaya dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko sistemik serta
meningkatkan inklusi ekonomi, inklusi keuangan, dan keuangan berkelanjutan. Untuk
melaksanakan tugas ini, UU memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk
melakukan beberapa hal, seperti:
a. Berkoordinasi dengan otoritas yang relevan.
b. Mengatur dan mengembangkan pembiayaan inklusif dan keuangan berkelanjutan.
c. Mengatur aspek makroprudensial.
d. Melakukan pengawasan dalam kerangka makroprudensial.
e. Menyediakan dana kepada bank dalam rangka menjalankan peran sebagai Lender of the
Last Resort.
f. Melakukan transaksi reverse repo (perjanjian jual beli kembali) dan/atau membeli surat
berharga negara yang dimiliki oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) ketika LPS
membutuhkan likuiditas.

3. Dampak Pembentukan UUP2SK Pada Peran Dan Tugas OJK


UUP2SK memperluas peran OJK dengan memasukkan fungsi-fungsi baru, terutama dalam
mengawasi sektor keuangan yang baru, seperti inovasi teknologi keuangan (fintech) dan
aktivitas transaksi aset keuangan digital, termasuk kripto. UUP2SK memberikan OJK mandat
tambahan dalam beberapa tanggung jawab, termasuk memberikan wewenang kepada OJK
untuk mengeluarkan peraturan terkait persyaratan izin, prinsip-prinsip tata kelola, dan aspek
lain yang relevan untuk menjaga stabilitas dan keamanan sektor keuangan. Selain itu,
UUP2SK memberikan OJK wewenang untuk mengawasi dan menyelidiki lembaga-lembaga
keuangan yang beroperasi di Indonesia, termasuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan
terhadap kegiatan keuangan mereka guna memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku.
Selain itu, UUP2SK memberikan OJK tanggung jawab dalam mengawasi perlindungan
konsumen, termasuk dalam mengatur tata kelola perusahaan yang melayani konsumen.
UUP2SK juga memberikan OJK wewenang untuk menyelesaikan sengketa dalam sektor jasa
keuangan, baik sebagai mediator atau penyelesaian sengketa dalam kasus yang melibatkan
lembaga keuangan. Terlebih lagi, OJK memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan nasional, dan UUP2SK memberikan OJK wewenang untuk mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencegah atau mengatasi gangguan dalam sistem keuangan.
Dengan demikian, UUP2SK memberikan dasar hukum yang kuat dan wewenang yang jelas
kepada OJK untuk menjalankan fungsi-fungsi pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa
keuangan di Indonesia. Hal ini menjadikan UUP2SK sangat berperan dalam membentuk peran
OJK sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan di negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai