Dampak Diundangkannya UUP2SK Pada Peran dan Tugas Bank Indonesia dan OJK
1. Latar Belakang Dibentuknya UUP2SK
Reformasi terus berlangsung di sektor keuangan dengan tujuan membangun perekonomian yang kuat, mandiri, berkelanjutan, dan adil. Proses ini dimulai sejak krisis moneter Indonesia pada tahun 1997-1998, yang memicu perubahan dalam pengelolaan sektor keuangan. Krisis global pada tahun 2008 juga memaksa perbaikan manajemen risiko di sektor keuangan akibat penurunan nilai tukar. Melalui UU 21/2011, OJK diberi wewenang untuk mengatur dan mengawasi lembaga keuangan secara mikroprudensial, sementara BI bertanggung jawab atas pengaturan dan pengawasan makroprudensial dengan fokus pada stabilitas sistem keuangan. Reformasi ini penting untuk mengatasi masalah dalam sektor keuangan, seperti kasus gagal bayar industri asuransi yang menunjukkan rendahnya perlindungan nasabah di Indonesia. Hal ini juga mendorong perlunya program penjaminan polis untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi, sehingga minat masyarakat terhadap jasa asuransi meningkat. Perbaikan dalam pengelolaan industri keuangan menjadi sangat penting mengingat rendahnya tingkat tabungan masyarakat dalam bentuk dana pensiun dan asuransi, serta adanya inovasi teknologi keuangan (fintech), disrupsi di berbagai sektor, dan dinamika ekonomi global yang cepat. Menyikapi perkembangan dan tantangan terbaru di sektor keuangan, DPR RI dan pemerintah setuju untuk mengesahkan RUU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK) sebagai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 pada 12 Januari 2023. Hal ini menegaskan perlunya regulasi dan pengawasan yang memadai dalam menghadapi perubahan dan tantangan di sektor keuangan. 2. Dampak Pembentukan UUP2SK Pada Peran Dan Tugas Bank Indonesia Bank Indonesia, sebagai bank sentral, memiliki kepentingan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dengan fokus pada perannya sebagai Lender of Last Resort (LoLR). Ini berarti Bank Indonesia adalah wewenang yang bertanggung jawab untuk menyediakan likuiditas ketika terjadi krisis. Berdasarkan UU Bank Indonesia yang telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), tujuan utama Bank Indonesia adalah mencapai stabilitas nilai Rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran, dan turut serta menjaga stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu alat yang digunakan Bank Indonesia untuk mencapai tujuan ini adalah kebijakan makroprudensial. Dalam menjalankan peran kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berupaya untuk mempromosikan intermediasi keuangan yang seimbang, berkualitas, dan berkelanjutan. Ini juga mencakup upaya dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko sistemik serta meningkatkan inklusi ekonomi, inklusi keuangan, dan keuangan berkelanjutan. Untuk melaksanakan tugas ini, UU memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melakukan beberapa hal, seperti: a. Berkoordinasi dengan otoritas yang relevan. b. Mengatur dan mengembangkan pembiayaan inklusif dan keuangan berkelanjutan. c. Mengatur aspek makroprudensial. d. Melakukan pengawasan dalam kerangka makroprudensial. e. Menyediakan dana kepada bank dalam rangka menjalankan peran sebagai Lender of the Last Resort. f. Melakukan transaksi reverse repo (perjanjian jual beli kembali) dan/atau membeli surat berharga negara yang dimiliki oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) ketika LPS membutuhkan likuiditas.
3. Dampak Pembentukan UUP2SK Pada Peran Dan Tugas OJK
UUP2SK memperluas peran OJK dengan memasukkan fungsi-fungsi baru, terutama dalam mengawasi sektor keuangan yang baru, seperti inovasi teknologi keuangan (fintech) dan aktivitas transaksi aset keuangan digital, termasuk kripto. UUP2SK memberikan OJK mandat tambahan dalam beberapa tanggung jawab, termasuk memberikan wewenang kepada OJK untuk mengeluarkan peraturan terkait persyaratan izin, prinsip-prinsip tata kelola, dan aspek lain yang relevan untuk menjaga stabilitas dan keamanan sektor keuangan. Selain itu, UUP2SK memberikan OJK wewenang untuk mengawasi dan menyelidiki lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi di Indonesia, termasuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap kegiatan keuangan mereka guna memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Selain itu, UUP2SK memberikan OJK tanggung jawab dalam mengawasi perlindungan konsumen, termasuk dalam mengatur tata kelola perusahaan yang melayani konsumen. UUP2SK juga memberikan OJK wewenang untuk menyelesaikan sengketa dalam sektor jasa keuangan, baik sebagai mediator atau penyelesaian sengketa dalam kasus yang melibatkan lembaga keuangan. Terlebih lagi, OJK memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional, dan UUP2SK memberikan OJK wewenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah atau mengatasi gangguan dalam sistem keuangan. Dengan demikian, UUP2SK memberikan dasar hukum yang kuat dan wewenang yang jelas kepada OJK untuk menjalankan fungsi-fungsi pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan di Indonesia. Hal ini menjadikan UUP2SK sangat berperan dalam membentuk peran OJK sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan di negara tersebut.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro