Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan pengawasan
perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU No. 23/1999 tentang Bank
Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap bank akan
dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk
dengan undang-undang. Dengan melihat ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang
pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan
bahkan pada ketentuan selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukan lembaga pengawasan
akan dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan
landasan dasar bagi pembentukan suatu lembaga independen untuk mengawasi sektor jasa
keuangan. Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk
pembentukan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenal dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan dalam kurun waktu
hampir satu dekade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak dapat menjadi pengawas
perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak fenomena-fenomena negatif. Seperti
Kasus Bank Century yang melakukan penyimpangan tanpa ada ketakutan bertindak dan
dikarenakan memang tidak ada lembaga tertentu yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) kini bisa menjadi penting, apabila dalam perkembangan praktek perbankan
dan pengawasan perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kepentingan.
2.6 Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengganti Bank Indonesia dalam
Pengawasan Lembaga Perbankan
Otoritas Jasa Keuangan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang indenpenden dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. Pengaturan dan pengawasan mengenai
kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup
pengaturan dan pengawasan mikroprudensial yang menjadi tugas dan wewenang Otoritas
Jasa Keuangan sedangkan lingkup pengaturan dan pengawasan makroprudensial merupakan
tugas dan wewenang Bank Indonesia untuk mendorong bank-bank ikut menunjang
pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas moneter.
Tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengganti Bank Indonesia dalam lembaga
pengawasan perbankan dimana Otoritas Jasa Keuangan akan lebih mengawasi aspek
mikroprudensialnya, sedangkan aspek makroprudensial ada di Bank Indonesia. Tugas Bank
Indonesia akan lebih fokus sebagai regulator pada bidang moneter sedangkan tugas Otoritas
Jasa Keuangan lebih kepada pengaturan dan pengawasan individual perbankan atau lembaga
keuangan, kejahatan bank, kepengurusan bank, dan kualitas sumber daya manusianya.
KESIMPULAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang untuk
melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal,
reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan utama
pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang
jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.
Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat,
melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Rendahnya peran pengawasan OJK dan
agar peran OJK dikembalikan lagi ke Bank Indonesia menjadi masukan paling fundamental.
Tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengganti Bank Indonesia dalam
pengawasan lembaga perbankan diamana Otoritas Jasa Keuangan akan lebih mengawasi
aspek mikroprudensialnya, sedangkan umum tetap ada di Bank Indonesia dari segi
makroprudensial.
DAFTAR PUSTAKA
Djoni, S. Gazali, dan Rachmadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika,
Jakarta
MAULIDIANA, L. (2014). FUNGSI OTORITAS JASA KEUANGAN SEBAGAI
LEMBAGA PENGAWAS PERBANKAN NASIONAL DI INDONESIA.
KEADILAN PROGRESIF, 102-120.
Ni Made Nita Widhiadnyani, d. (n.d.). ANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA
KEUANGAN SEBAGAI PENGGANTI BANK INDONESIA DALAM
PENGAWASAN LEMBAGA PERNBANKAN.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.