Anda di halaman 1dari 88

MAKALAH EKONOMI

Lembaga Jasa Keuangan

Kelompok 5:
1. Adam Permata
2. Deka Fakira Berna
3. Faiz Muzakky
4. Khoirul Imam Firmansyah
5. Muhammad Vebrian Hawaari
6. Muhammad Zacky Rilsan

SMA NEGERI 10 PADANG


2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan makalah
yang berjudul “Lembaga Jasa Keuangan” dapat diselesaikan dengan
baik. Tim penulis menyadari proses penulisan laporan ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, tim
penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
sumber-sumber referensi yang dijadikan sebagai referensi bacaan bagi
tim penulis.

Tim penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan dalam


pembuatan laporan ini, sehingga dalam penyelesaian laporan ini
belum sempurna. Sehingga tim penulis sangat berterima kasih akan
adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kedepannya.

Penyusunan dan penulisan laporan ini didasarkan atas kerja


sama tim yang sangat baik. Akhir kata, tim penulis berharap semoga
laporan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkhusus
kepada tim penulis dan pembaca.

Padang, Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................
A. Latar Belakang........................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................
C. Tujuan.....................................................................................
D. Manfaat...................................................................................
BAB II ISI.....................................................................................
A. Otoritas Jasa Keuangan...........................................................
1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan...................................
2. Asas-asas Otoritas Jasa Keuangan....................................
3. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan................
B. Lembaga Jasa Keuangan Perbankan.......................................
1. Sejarah Bank.....................................................................
2. Pengertian Bank................................................................
3. Fungsi Bank......................................................................
4. Jenis-jenis Bank................................................................
5. Prinsip Kegiatan Usaha Bank...........................................
6. Bank Umum......................................................................
7. Bank Sentral......................................................................
8. Bank Perkreditan Rakyat..................................................
9. Bank Tabungan Negara....................................................
C. Pasar Modal............................................................................
1.
D. Perasuransian..........................................................................
1.
E. Dana Pensiun.........................................................................
1.
F. Lembaga Pembiayaan............................................................
1.
G. Pegadaian...............................................................................
1.
BAB III PENUTUP.....................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran......................................................................................
DOKUMENTASI.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Keuangan merupakan badan usaha atau institusi di
bidang jasa keuangan yang bergerak dengan cara memberikan fasilitas
jasa layanan keuangan, menghimpun dana dari masyarakat, dan
menyalurkannya kembali untuk pendanaan ke berbagai kegiatan
keuangan yang mempengaruhi jalannya perekonomian. Tak hanya itu,
Lembaga Keuangan juga perlu memutar arus uang dalam
perekonomian dengan mendapatkan keuntungan dalam bentuk bunga
atau persentase.

Kegiatan usaha dalam Lembaga Keuangan pun berbagai


macam, seperti memberikan jasa layanan keuangan, memberikan
pinjaman, penyertaan modal, dan lain sebagainya. Walau demikian,
dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan hanya menjalankan salah
satu atau dua kegiatan usaha sekaligus. Contoh proses pengumpulan
dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan yang cukup
konvensional antara lain, seperti penyediaan layanan penyimpanan
dana (tabungan) dan contoh dari kegiatan proses penyaluran dana,
yaitu penyediaan jasa pinjaman (kredit).

Dalam KBBI, Lembaga Keuangan adalah badan di bidang


keuangan yang bertugas menarik uang dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Menurut OJK, Lembaga Keuangan merupakan institusi
yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam
bentuk aset keuangan lain. Misalnya, kredit, surat-surat berharga, giro,
dan aktiva produktif lainnya yang termasuk dalam Lembaga Keuangan
Bank maupun Lembaga Keuangan Non-Bank.

Lembaga Keuangan di Indonesia terdiri atas Otoritas Jasa


Keuangan, Lembaga Keuangan Perbankan, Lembaga Jasa Keuangan
Non Perbankan yang terdiri atas: Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Pegadaian. Untuk itu, akan
dibahas lebih lanjut mengenai lembaga jasa keuangan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Otoritas Jasa Keuangan?
2. Apa itu Lembaga Jasa Keuangan Perbankan?
3. Apa itu Pasar Modal?
4. Apa itu Perasuransian?
5. Apa itu Dana Pensiun?
6. Apa itu Lembaga Pembiayaan?
7. Apa itu Pegadaian?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang Otoritas Jasa Keuangan.
2. Mengetahui tentang Lembaga Jasa Keuangan Perbankan.
3. Mengetahui tentang Pasar Modal.
4. Mengetahui tentang Perasuransian.
5. Mengetahui tentang Dana Pensiun.
6. Mengetahui tentang Lembaga Pembiayaan.
7. Mengetahui tentang Pegadaian.

D. Manfaat
Bagi penulis:
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam menjelaskan
mengenai lembaga jasa keuangan; yang terdiri dari Otoritas Jasa
Keuangan hingga Pegadaian.

Bagi pembaca:

Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah


pengetahuan dan wawasan tentang lembaga jasa keuangan; yang terdiri
dari Otoritas Jasa Keuangan hingga Pegadaian.

BAB II
ISI
A. Otoritas Jasa Keuangan

1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan


berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK). Lembaga ini di buat untuk
melaksanakan pengawasan lembaga jasa keuangan secara terpadu.
Menurut ketentuan Pasal 1 Angka 1 UU OJK, di rumuskan bahwa
OJK yaitu lembaga yang bebas dari campur tangan pihak lain
independen, dan mempunyai tugas, fungsi, pemeriksaan,
pengawasan dan wewenang pengaturan serta penyidikan
sebagaimana yang di maksud dalam hal Ini undang-undang yang
terkait.

Tujuan OJK dibentuk agar seluruh kegiatan di setiap sektor


jasa keuangan dapat terselenggara secara adil, akuntabel,
transparan, dan teratur, mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh dengan stabil dan secara berkelanjutan, dan mampu dapat
melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen, yang
diwujudkan melalui sistem pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan dan pengaturan di dalam sektor jasa
keuangan. OJK melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan
pada setiap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, lembaga
pembiayaan, dana pensiun, perasuransian, pasar modal, dan
lembaga jasa keuangan lainnya, antara lain melakukan
pemeriksaan, perlindungan konsumen, penyidikan, pengawasan
dan tindakan lain pada lembaga atau pelaku jasa keuangan, dan
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana yang di singgung
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan,
termasuk kewenangan perizinan kepada Lembaga Jasa Keuangan.

2. Asas-asas Otoritas Jasa Keuangan

Adapun OJK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya


yang tercantum dalam UU No. 21 Tahun 2011 harus berlandaskan
pada asas-asas sebagai berikut:
 Asas Independensi, yaitu independen di dalam mengambil
sebuah keputusan dan pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi
OJK, tetap berdasarkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Asas Kepastian Hukum, yakni asas dalam Negara hukum yang
meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan OJK.
 Asas Kepentingan Umum, yaitu asas melindungi dan membela
kepentingan konsumen dan masyarakat serta meningkatkan
kesejahteraan umum,
 Asas Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif, dengan tetap memperhatikan
perlindungan hak asasi golongan atau pribadi, serta rahasia
negara, termasuk rahasia sebagaimana disebutkan dalam
peraturan perundang-undangan.
 Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengedepankan keahlian
dalam melaksanakan wewenang dan tugas OJK, dengan tetap
berdasarkan pada kode etik dan peraturan perundang-
undangan.
 Asas Integritas, yaitu asas yang berdasarkan pada nilai-nilai
moral dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil.
 Asas Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan akhir dari kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

3. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa


Keuangan

Lembaga Otoritas Jasa Keuangan telah dibentuk dengan


UU No. 21 tahun 2011 yang diberlakukan mulai tahun 1 Januari
2013, dengan tugas untuk mengawasi lembaga sektor keuangan
baik itu di bank maupun non bank. Lembaga ini didirikan/dibentuk
sesuai dengan amanat pasal 34 Undang-Undang No.23 tahun 1999
yaitu tentang Bank Indonesia. Sesuai dengan Pasal 34 tersebut
yang berbunyi bahwa yang dialihkan adalah tugas pengawasan
bank, namun perkembangannya dalam hal ini pengaturan
perbankan juga akan diambil alih, yang berarti tidak sesuai dengan
yang tertuang pada Pasal 34 yang dimaksud. Tugas pengaturan
perbankan yang diambil alih oleh OJK dari Bank Indonesia, dapat
juga mengakibatkan

Terganggunya pelaksanaan tugas pengelolaan moneter


karena ketika timbul masalah dengan perbankan, Bank Indonesia
sudah tidak berhak mengatur perbankan, padahal pengelolaan
moneter tidak lepas dari kinerja perbankan nasional karena
sebagaimana yang disebutkan di atas, perbankan yaitu lembaga
yang menguasai sekitar 80% sistem keuangan Nasional. Sekalipun
ada pasal-pasal yang mungkin OJK dapat berkoordinasi dengan
pihak Bank Indonesia apabila perekonomian sedang dalam kondisi
krisis, namun tetapi pekerjaan koordinasi di negeri ini masih relatif
“mahal”, padahal dalam kondisi krisis penanganan harus dilakukan
secara cepat. Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 9 UU No. 21
tahun 2011, OJK mempunyai wewenang yaitu:
 Menetapkan kebijakan standar operasional pengawasan
terhadap suatu kegiatan jasa keuangan
 Mengawasi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh
Kepala eksekutif
 Melakukan pengawasan, penyidikan, perlindungan Konsumen,
pemeriksaan dan tindakan lain pada Lembaga Jasa Keuangan,
pelaku, atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
yang di sebut dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan
 Memberikan perintah tertulis/tulisan kepada Lembaga Jasa
Keuangan dan pihak tertentu
 Melakukan penunjukan tugas pengelola statuter
 Menetapkan penggunaan pengelola statuter
 Menetapkan dan memberikan sanksi administratif terhadap
pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan; serta
memberikan dan/atau mencabut:
1) Izin usaha
2) Izin orang perseorangan
3) Efektifnya pernyataan pendaftaran
4) Surat tanda terdaftar
5) Persetujuan dalam melakukan kegiatan usaha
6) Pengesahan
7) Persetujuan atau penetapan pembubaran
8) Penetapan lain

Hal yang baru dalam UU OJK ini adalah bahwa OJK


berwenang untuk melakukan penyidikan. Wewenang ini tidak
pernah dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank
selama ini. Wewenang yang sangat luas dalam konteks
pemeriksaan ini seperti wewenang aparat penegak hukum. OJK
dapat bertindak lebih sangat tegas lagi apabila menemukan
pelanggaran atau penyelewengan dari hasil pemeriksaannya.
Namun perlu garis bawahi bahwa sebagaimana disebutkan dengan
melandaskan kepada prinsip-prinsip tata kelola yang baik,
meliputi, independensi, akuntabilitas, pertanggung jawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness). Untuk dapat melihat
efektivitas dari tugas pengawasan yang dilaksanakan OJK dapat
dilihat dari beberapa hal, yaitu; apakah otoritas memiliki
kewenangan untuk memberikan dan mencabut izin/lisensi, apakah
otoritas memiliki kewenangan untuk pengaturan dan penegakan
sanksi, apakah ada perlindungan hukum atas tindakan yang
dilakukan dengan itikad baik, sesuai dengan konsep atau teori yang
di gunakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksaan pengawasan
OJK dapat dilihat dari bentuk Pengawasan Preventif yang diukur
dengan berdasarkan aspek:
 Sosialisasi
 Rencana Kerja
 Sumber Daya Manusia (SDM), dan untuk Pengawasan Represif
diukur dengan berdasarkan aspek:
 Post-Audit
 Inspeksi
B. Lembaga Jasa Keuangan Perbankan

1. Sejarah Bank
Bank adalah lembaga perantara keuangan antara pihak pemilik
dana dan pihak yang memerlukan dana. Kata bank berasal dari bahasa
Italia, banque atau banca yang berarti bangku. Bank pertama di dunia
adalah Banca Monte dei Paschi di Italia yang didirikan pada 1397.
Pada masa Renaissance, para bankir melakukan kegiatan transaksi
mereka sembari duduk di meja penukaran uang. Seiring dengan
perubahan zaman, dunia perbankan juga terus mengalami
perkembangan.

a. Abad ke-18 SM
Sebenarnya, bank sudah ada di dunia sejak abad ke-18
Sebelum Masehi (SM). Namun, pada masa ini, bank belum
dalam bentuk bangunan yang megah dan besar, melainkan
berupa rumah ibadah. Pada abad ke-18 SM, sudah dikenal
banyak barang berharga, salah satunya emas. Namun,
menyimpan emas di rumah sangat rawan dicuri atau dirampok.
Oleh karena itu, tempat yang dijadikan sebagai tempat
penyimpanan barang berharga adalah rumah ibadah. Selain itu,
karena bangunannya kokoh, banyak orang yang datang ke
rumah ibadah dengan tujuan mulia, yakni beribadah. Oleh
sebab itu, sangat kecil kemungkinannya orang-orang akan
mencuri di rumah ibadah. Di Mesir, emas disimpan di dalam
rumah ibadah oleh lembaga penyimpan yang khusus
ditugaskan untuk itu. Kemudian, di Babilonia pada masa
Hammurabi, sudah dibuat sebuah catatan pinjaman oleh para
pendeta di dalam rumah ibadah. Catatan pinjaman ini menjadi
konsep pertama perbankan sebagai tempat menyimpan barang
berharga dan melakukan pertukaran barang.

b. Abad ke-4 SM
Pada abad ke-4 SM, aktivitas perbankan, khususnya di
Yunani, sudah lebih maju dibandingkan dengan negara lain.
Para pengusaha sudah mulai melakukan kegiatan yang sama
dengan menyimpan barang berharga di rumah ibadah dan
melakukan transaksi keuangan. Mereka menerima simpanan,
menyalurkan pinjaman, penukaran uang (money changer), dan
menguji keaslian dan kemurnian koin sebagai alat tukar.
Biasanya, para pemberi pinjaman akan membuatkan catatan
dan menyediakan jasa untuk mengirim koin yang sudah lolos
uji dalam jumlah besar. Kegiatan ini kemudian diadopsi oleh
Kerajaan Roma yang mengatur seluruh kegiatan perbankan di
Yunani dengan cara demikian. Namun, ketika Roma jatuh dan
kalah perang, para pelaku perbankan mengalami kerugian
besar, karena para penguasa gereja Katolik melarang
melakukan penarikan bunga. Akibatnya, kegiatan perbankan
saat itu dihentikan.

c. Abad ke-12 hingga ke-14 M


Sepanjang abad ke-12 hingga ke-13 M, para bankir dari
Italia Utara memberi pinjaman kepada orang yang
membutuhkan dana. Pada masa itu, orang-orang Italia Utara
memang memiliki harta yang berlimpah alias kaya raya, berkat
kepiawaian mereka dalam berbisnis. Kemampuan bisnis orang
Italia Utara pun semakin bertambah setelah menemukan buku
bertajuk “double entry book keeping”, yang mengajarkan
tentang debit dan kredit. Pada waktu itu, sudah ada bank
terkenal di Eropa bernama Bank Valensia pada 1171, yang
kemudian disusul dengan munculnya Bank of Genoa dan Bank
of Barcelona pada 1320. Pada awal abad ke-14 M, ada dua
orang keluarga bersaudara kaya raya di Kota Florence, Italia,
yakni Bardi dan Peruzzi. Kedua orang ini kemudian membuka
penerimaan uang dan menyalurkannya kepada para rentenir
uang, yang disebut “papacy.” Bardi dan Peruzzi memfasilitasi
perdagangan masyarakat Italia dengan menyediakan alat tukar
kertas kepada para saudagar. Alat pembayaran ini dibeli oleh
debitor di satu kota yang kemudian bisa digunakan sebagai alat
pembayaran di mana pun (sejenis cek). Kemampuan bank-bank
di Florence ini lantas mendorong berdirinya cabang-cabang
jasa keuangan lain bahkan sampai di luar Italia.

d. Abad ke-15 hingga ke-16 M


Selanjutnya, pada awal abad ke-15, ada sebuah keluarga
bernama Medici yang merupakan dinasti perbankan terbesar di
Eropa. Keluarga Medici mendirikan bank bernama Medici
Bank atau Banca Monte dei Paschi yang berdiri pada 1397. Ini
merupakan bank pertama di dunia. Namun, sejak keluarga
Medici terjun dalam bidang politik, kemajuan perbankan mulai
tersendat. Giovanni Medici yang berambisi masuk dalam dunia
politik mulai mengabaikan bisnis perbankannya. Bahkan, usaha
perbankan Medici berhasil diambil alih oleh kekuasaan
keluarga Jerman, yang disebut keluarga Funggers. Kendati
demikian, Medici dan Funggers justru bersama-sama
mengelola keuangan kepausan dan ratu. Seiring berjalannya
waktu, usaha perbankan Medici perlahan mulai bangkit lagi.
Pada awal abad ke-16, untuk keperluan mendesak para bankir
dapat menegosiasikan perolehan bunga sampai dengan 45
persen per tahun.

e. Abad ke-16 M
Pada 1587, Piazza Bank dibuka di Venice, Italia, atas
inisiatif pemerintah setempat. Tujuan didirikannya Piazza Bank
adalah untuk mengatasi fungsi-fungsi perbankan, seperti
menciptakan alat pembayaran berupa surat berharga, alat
pembayaran berupa bukti kertas di Venice, dan kegiatan
transaksi lainnya yang tidak lagi menggunakan koin sebagai
alat pembayaran. Alat pembayaran selain koin yang mulai
diperkenalkan oleh pemerintah adalah cek. Akan tetapi, alat
pembayaran non-fisik ini memiliki risiko yang termasuk tinggi.
Kendati demikian, pemerintah bersedia menjamin agar para
pedagang tidak perlu khawatir akan gagal atau bangkrut.
Sepanjang abad ke-16 M, beberapa lembaga bank juga mulai
menciptakan metode pembayaran wesel dan promes. Wesel
adalah perintah untuk membayar sejumlah uang yang sudah
ditentukan sebelumnya. Adapun promes adalah nota yang bisa
diuangkan, artinya suatu kontrak yang berisikan janji dari satu
pihak untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak
lainnya. Perkembangan bank lebih lanjut adalah tumbuhnya
kebiasaan discounting (mendiskonto) yang berupa penjualan
wesel kepada seorang yang bersedia memegang sampai tanggal
jatuh tempo. Istilah “discounting” digunakan karena pada masa
itu para pembeli wesel biasanya membayar dalam jumlah
sedikit lebih kecil dari jumlah nominal weselnya.
f. Abad ke-17 hingga ke-18 M
Pada abad ke-17 hingga ke-18 M, bank-bank nasional
sudah mulai marak. Bank di Venice bukan hanya sebagai
tempat untuk bertransaksi dan penyimpanan uang dalam bentuk
deposito dan penerbitan cek. Mereka juga menjadi pionir bank
yang mengelola keuangan negara. Pada 1617, pemerintah Italia
mendirikan Banco Giro untuk menyelesaikan permasalahan
Piazza Bank yang memberikan pinjaman berisiko. Oleh karena
itu, jika uang pemerintah ditempatkan di bank swasta akan
menimbulkan risiko, ada bank milik pemerintah untuk
mencairkan pinjaman bagi masyarakat dan menjamin pinjaman
tersebut. Ide ini kemudian berkembang dan banyak negara lain
di Eropa yang mulai mendirikan bank milik pemerintah.
Contohnya adalah Bank of Sweden (1668) dan Bank of
England (1694).
g. Abad ke-19 hingga ke-20 M
Sepanjang periode 1800-1914, bank-bank pemerintah
semakin berkembang, yang mendesak para bankir perorangan
untuk bekerja sama, bergabung, dan membentuk bank-bank
besar. Pada periode ini juga dikembangkan berbagai fasilitas-
fasilitas khusus untuk memenuhi kebutuhan keuangan di
bidang pertanian dan industri. Oleh karena itu, banyak bank-
bank koperasi didirikan. Kemudian, sekitar tahun 1914, negara-
negara mulai mencoba mengaktifkan sistem perbankan dan
pembayaran nasional, yaitu dengan upaya kembali ke sistem
standar emas. Akan tetapi, karena kondisi perbankan yang
sedang kritis saat itu, beberapa usaha lain mulai dilakukan
untuk menciptakan dasar kerja sama bagi sistem pembayaran
internasional yang baru dan kerja sama di lapangan ekonomi.
Lebih lanjut, pada 1920, diadakan konferensi di Brussel dengan
didukung Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang berpendapat bahwa
harus didirikan bank-bank sentral di setiap negara. Konferensi
selanjutnya diadakan di Genoa pada 1922 yang menghasilkan
bahwa setiap negara perlu menggunakan uang kertas di dalam
sistem mata uang guna menghemat adanya pemakaian emas.
Dengan demikian, pada masa ini, lembaga perbankan sudah
melakukan kerja sama internasional, membentuk sistem bank
yang modern, dan sistem perbankan berbasis teknologi.

2. Pengertian Bank

Pengertian bank diatur dalam Undang-Undang Nomor 10


Tahun 1998 tentang Perbankan, bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan lalu
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk
lain untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dari masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah badan
usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang
dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang.
Menurut A, Abdurrachman (2014:6) menyatakan bahwa bank
adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai
macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-
perusahaan.
Menurut Kasmir (2008:7) menyatakan secara sederhana bahwa
bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Menurut G.M Veryn (2014:5) menyatakan bahwa bank adalah
suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya
dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
penukaran uang berupa uang giral.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2014:6) menyatakan
bahwa bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak
yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.
Menurut B.N. Ajuha (2017:2) menyatakan bahwa bank
menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara
menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih
produktif untuk keuntungan masyarakat.
Menurut Pierson, seorang ahli ekonomi dari Belanda, bank
adalah badan atau lembaga yang menerima kredit. Bank menerima
simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka dan
tabungan. Simpanan dari masyarakat tersebut kemudian dikelola
dengan cara menyalurkannya dalam bentuk investasi dan kredit kepada
badan usaha swasta atau pemerintah. Dari kegiatan tersebut, bank
memperoleh keuntungan berupa deviden atau pendapatan bunga yang
dapat digunakan untuk membayar biaya operasional dan
mengembangkan usaha.
Menurut RG. Howtery dalam bukunya Currency on Credit,
Menyatakan bahwa uang di tangan masyarakat berfungsi sebagai alat
penukar (medium exchange) dan sebagai alat pengukur nilai (standard
on value). Masyarakat memperoleh alat penukar (uang) berdasarkan
kredit yang diperoleh oleh badan perantara utang dan piutang, yaitu
bank. Dari pendapat ini, dapat disimpulkan suatu definisi bank, yaitu
badan perantara kredit.
Menurut F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang
transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposito)
dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan
penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau
menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk
pembayaran kembali.
Menurut Hasibuan (2005:2), bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets)
serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan
saja.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 31.1), bank adalah
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu
lintas pembayaran.
Menurut J.D Parera (2004 : 137), bahwa di Indonesia,
sebagaimana diatur dalam undang-undang yang dimaksud dengan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Sommary, bank adalah suatu badan yang berfungsi
sebagai pengambil dan pemberi kredit, baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang.
Menurut Dendawijaya, bank adalah suatu badan usaha yang
tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan yang
menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana pada waktu yang
ditentukan.
Menurut Dictionary of Banking an Services by Jerry Rosenbeg
bahwa bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito,
dan membayar atas dokumen yang tertarik pada satu orang atau
lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman
dan menanamkan dananya dalam surat berharga.
Dengan beberapa pengertian di atas, maka tim penulis menarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

3. Fungsi Bank

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan


prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan
untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan
taraf hidup rakyat banyak. Bank juga berfungsi sebagai penyalur dana
pada masyarakat dalam bentuk kredit dan pemberi jasa dalam lalu
lintas pembayaran uang, seperti pengiriman uang, inkaso, kartu kredit,
dan pelayanan jasa lainnya. Beberapa manfaat perbankan dalam
kehidupan:
o Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat
dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada
umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield
enhancement).
o Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat
berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko
dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk
management.
o Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi
sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga
barang komoditas tertentu dikemudian hari (price discovery).
o Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat
memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap
perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.
o Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang
berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada
manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu
permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.

4. Jenis-jenis Bank

Secara sederhana, cara kerja bank berawal dari tabungan yang


disetorkan oleh nasabahnya. Dana yang terkumpul dari tabungan
nasabah akan dipinjamkan ke pihak yang memerlukan modal dengan
bunga yang lebih tinggi. Dana yang dikumpulkan tadi juga bisa
diinvestasikan kembali ke instrumen investasi yang lain seperti surat
utang pemerintah (obligasi). Bunga yang didapat dari selisih peminjam
atau hasil investasi dengan yang diberikan kembali ke nasabah inilah
yang nantinya akan menjadi keuntungan pihak bank.

a. Jenis-jenis Bank Menurut Fungsinya

1) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan BPR ini jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Hal ini
dikarenakan BPR dilarang menerima simpanan giro,
kegiatan valas, dan perasuransian seperti yang dilakukan
pada jenis bank secara umum. Tugas Bank Perkreditan
Rakyat:
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat
deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

2) Bank Sentral
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya
adalah sebuah instansi yang bertanggung jawab atas
kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Fungsi dan
peran bank sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai
mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem
finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank
sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI).
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk
mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang
merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini
adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Tugas Bank Indonesia:
 Melaksanakan dan menetap kebijakan moneter.
 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran.
 Mengatur dan mengawasi kinerja bank-bank.
3) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di
seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank
komersial (commercial bank). Tugas Bank Umum:
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan.
 Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman.
 Menerbitkan uang melalui pembayaran kredit dan
investasi.
 Menawarkan jasa-jasa keuangan seperti kartu kredit,
cek perjalanan, ATM, transfer uang antar bank, dan
lain sebagainya.
 Menyediakan fasilitas untuk perdagangan antar
negara atau internasional.
 Melayani penyimpanan barang berharga.
b. Jenis-jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

1) Bank Campuran
Bank campuran adalah jenis bank yang
kepemilikan sahamnya bercampur antara pihak asing dan
pihak swasta nasional. Saham bank ini sebagian besar
dimiliki oleh warga negara Indonesia, namun sebagian
juga dimiliki oleh pihak asing. Contoh Bank Campuran
Bank ANZ Indonesia, Bank Commonwealth, Bank Agris,
Bank BNP Paribas Indonesia, Bank Capital Indonesia,
Bank Sumitomo Mitsui Indonesia dan Bank Windu
Kentjana International.
2) Bank Asing
Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada
di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintahan
negara asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri secara utuh. Contoh Bank Asing: Bank of
America, Bangkok Bank, Bank of China, Citibank,
Deutsche Bank, HSBC, The Bank of Tokyo-Mitsubishi
UFJ.

3) Bank Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau
seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.
Contoh Bank Pemerintah Bank Mandiri, Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Tabungan Negara (BTN).

4) Bank Swasta Nasional


Bank swasta adalah bank di mana sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian
keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank swasta
dibedakan menjadi dua, yaitu bank swasta nasional devisa
dan bank swasta nasional nondevisa. Contoh Bank
Swasta Nasional Bank Muamalat, Bank Central Asia
(BCA), Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa
Internasional, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Mega,
Bank Bumi Putra.
5) Bank Koperasi
Bank milik koperasi adalah jenis bank yang
kepemilikan sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi. Bank ini menerapkan asas-asas
dan prinsip koperasi pada umumnya. Contoh Bank
Koperasi adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.

c. Jenis-jenis Bank Berdasarkan Kegiatan


Operasionalnya

1) Bank Konvensional
Bank konvensional adalah jenis bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran secara umum berdasarkan prosedur dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Bank konvensional pada
umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-
produk untuk menyerap dana masyarakat, menyalurkan
dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan
kredit, pelayanan jasa keuangan, dan jasa-jasa lainnya.
2) Bank Syariah
Bank syariah merupakan jenis perbankan yang
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan
unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Berkaitan dengan bank syariah, ada dua konsep
dalam hukum agama Islam, yaitu: larangan penggunaan
sistem bunga, karena bunga (riba) adalah haram
hukumnya. Sebagai pengganti bunga digunakan sistem
bagi hasil.

d. Jenis-jenis Bank Berdasarkan Bentuk Badan


Usaha

1) Bank berbentuk Koperasi


Bank jenis ini merupakan bank yang memiliki
badan usaha berbentuk koperasi. Segala struktur dan
susunan organisasi dalam bank dibentuk seperti sebuah
koperasi pada umumnya.

2) Bank berbentuk Perusahaan Perseorangan


Bank jenis ini merupakan bank yang memiliki
badan usaha berbentuk perusahaan perseorangan.
3) Bank berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
Bank jenis ini memiliki badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau PT. Segala struktur
dan susunan organisasi dalam bank dibentuk seperti
sebuah Perseroan Terbatas pada umumnya.

4) Bank berbentuk Firma


Bank jenis ini merupakan bank yang memiliki
badan usaha berbentuk firma. Segala struktur dan susunan
organisasi dalam bank dibentuk seperti sebuah firma pada
umumnya.

5. Prinsip Kegiatan Usaha Bank

Dalam menjalankan kegiatan usahanya bank memiliki dua


prinsip, yaitu prinsip konvensional dan prinsip syariah.

a. Prinsip Konvensional
Bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode berikut ini:
 Menetapkan bunga sebagai balas jasa atas simpanan dan kredit
yang diberikan. Besarnya persentase bunga yang diberikan
tergantung pada kebijakan masing-masing bank. Penentuan
bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku
bunga simpanan lebih besar daripada suku bunga pinjaman,
maka hal ini biasa disebut negative spread.
 Untuk jasa-jasa perbankan lainnya, bank akan menerapkan
biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem ini
biasa disebut fee based.

b. Prinsip Syariah
Bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan bank
konvensional. Dalam menjalankan kegiatannya bank syariah
memiliki 5 prinsip sebagai berikut:
 Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil.
 Musyarakah merupakan prinsip penyertaan modal.
 Murabahah merupakan prinsip jual beli.
 Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan.
 Ijarah wa iqtina merupakan akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa yang diikuti
dengan pemindahan kepemilikan.

6. Bank Umum

a. Pengertian Bank Umum


Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank
umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank umum adalah lembaga keuangan yang bertugas
menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit (lending), bank umum juga berfungsi sebagai agent
of trust, agent of equity, dan agent of development.
Bank umum menurut para ahli perbankan di negara-negara
maju adalah sebagai institusi keuangan yang berorientasi pada laba.
Untuk mencapai tujuannya tersebut bank umum melaksanakan
fungsi intermediasi. Karena bank umum diizinkan mengumpulkan
dana berbentuk deposito, bank umum juga disebut sebagai lembaga
keuangan depositori. Bank umum juga disebut sebagai bank umum
pencipta uang (giral) karena berdasarkan kemampuannya
menciptakan uang (giral).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007,
pengertian bank umum adalah bank yang kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran, dalam usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Bank umum sering disebut dengan bank komersial
(commercial bank). Jasa yang diberikan bank umum bersifat
umum, itu artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada.

b. Tugas dan Fungsi Bank Umum


Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan
memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada unit surplus maupun
kepada unit defisit. Tugas bank umum secara umum adalah
melakukan 2 (dua) kegiatan yaitu:
1. Menghimpun dana dari masyarakat atau disebut juga funding
dan
2. Menyalurkan dana lending.
Fungsi Bank Umum secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
 Agent of Trust (Agen Kepercayaan)
Sebagai lembaga keuangan, bank umum harus menjadi
badan usaha terpercaya yang dipercaya oleh masyarakat
dan nasabah. Kepercayaan masyarakat berkaitan dengan
keamanan dana masyarakat yang disimpan di bank.

 Agent of Equity (Agen Ekuitas/Permodalan)


Setiap masyarakat yang membutuhkan modal dalam jumlah
besar biasanya akan ke bank untuk meminjam sejumlah
uang. Di sinilah bank menjalankan perannya sebagai agen
pemodalan sehingga masyarakat dapat meminjam modal di
bank dengan bunga pinjaman yang telah disepakati.

 Agent of Development (Agen Pembangunan)


Fungsi bank umum sebagai agen pembangunan, yang mana bank
umum berkewajiban ikut serta dalam pembangunan negara.
Fungsi ini berkaitan dengan tanggung jawab bank agar dapat
menunjang kelancaran transaksi ekonomi. Dalam menjalankan
produksi, distribusi, maupun konsumsi dibutuhkan uang yang
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Sehingga, sebagai
lembaga keuangan bank berperan penting sebagai sarana untuk
menyalurkan kepentingan para pengusaha atau pelaku
ekonomi dalam bertransaksi.

.Menurut Dahlan (2005 : 276) Bank umum memiliki fungsi pokok


sebagai berikut:
 Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih
efisien dalam kegiatan ekonomi.
 Menciptakan uang.
 Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
 Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
c. Kegiatan Usaha Bank Umum
Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Umum:
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menerbitkan surat pengakuan utang.
 Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
o Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh
bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
o Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang
masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud.
o Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan
pemerintah.
o Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
o Obligasi.
o Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1)
tahun.
o Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan satu (1) tahun.
 Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah.
 Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
 Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga.
 Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga.
 Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
 Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di
bursa efek.
 Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat.
 Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan
 Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
dana pensiun yang berlaku.

d. Jenis Bank Umum


Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani
masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam.
Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini
menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal, maupun kualitas
pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut
diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang mendapat
persetujuan atau ditunjuk oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia) untuk dapat melakukan kegiatan usaha bidang
perbankan dalam valuta asing. Bank devisa memiliki
kelebihan yaitu bisa menawarkan jasa-jasa bank yang
berkaitan dengan mata uang asing tersebut. Contohnya:
transfer uang ke luar negeri, transaksi ekspor dan impor,
jual beli valuta asing dan lainnya.

2) Bank Non Devisa


Merupakan bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa
sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti
halnya bank devisa.

7. Bank Sentral
a. Pengertian Bank Sentral
Bank sentral sendiri yang secara umum yang memiliki
pengertian sebuah instansi yang memiliki banyak tanggung jawab
atas kebijakan moneter sebuah wilayah negara. Bank sentral
mempunyai sebuah peran untuk menjaga stabilitas harga maupun
nilai mata uang yang telah berlaku pada negara tersebut, yang
banyak dikenal dengan istilah inflasi.

Bank sentral wajib menjaga agar tingkat inflasi terkendali


serta selalu dalam nilai serendah mungkin maupun pada posisi
optimal untuk perekonomian, dengan bentuk mengontrol
keseimbangan pada jumlah barang serta uang. Apabila dalam
jumlah uang yang telah beredar terlalu banyak, bank sentral juga
telah berhak menggunakan sebuah otoritas yang dimilikinya.

Di Indonesia sendiri, fungsi dari sebuah bank sentral oleh


Bank Indonesia. Bank Indonesia merupakan sebuah lembaga
negara yang independen, bebas dari urusan Pemerintah maupun
pihak lain, kecuali pada hal-hal yang secara tegas serta diatur pada
undang-undang.

Fungsi bank sentral di Indonesia ini dilaksanakan oleh


Bank Indonesia. Peran serta tugas Bank Indonesia yang sebagai
bank sentral sudah mengalami merupakan evolusi yang cukup
panjang dari yang berawal sebagai bank sirkulasi, kemudian
pernah menjadi sebuah agen dalam pembangunan dari pemerintah,
dan terakhir pada tahun 1999 telah menjadi sebuah lembaga yang
independen dengan tujuan tunggal yaitu untuk mencapai kestabilan
nilai Rupiah.

b. Sejarah Bank Sentral


Pada sebuah negara, tingkat sebuah stabilitas ekonomi sangat amat
tergantung dari nilai mata uang yang sudah berlaku. Pada usaha
menjaga tingkat kestabilan mata uangnya, maka akan lahirlah
sebuah lembaga yang sudah dikenal dengan nama bank sentral.
Akhir-akhir ini, peran bank sentral dalam Indonesia sendiri
diserahkan pada Bank Indonesia atau disebut dengan BI. Namun
ternyata, bank yang telah memiliki peran sebagai sebuah bank
sentral di Indonesia bukan hanya BI saja.

Dalam perjalanannya, tercatat tiga bank yang sudah pernah


menjadi bank sentral dalam negara ini, yaitu Bank Nasional
Indonesia (BNI), De Javasche Bank, serta BI. Ketiganya memiliki
peranan yang sangat penting untuk menjaga tingkat stabilitas mata
uang di zaman penjajahan, kemerdekaan hingga sekarang.

De Javasche Bank: Bank Sentral Pertama di


Indonesia
De Javasche Bank merupakan sebuah bank sentral pertama di
Indonesia. Lembaga ini dibangun pada tahun 1929 di masa
pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin Raja Willem I.
Lokasinya tepat di Jakarta. De Javasche Bank melakukan ekspansi
besar dengan membangun cabangnya di daerah Sumatra, Sulawesi,
Semarang, Surabaya, Kalimantan, dan bahkan hingga di New
York.

Fungsinya yaitu berusaha untuk mencetak serta mendistribusikan


uang kertas pada wilayah jajahan Hindia Belanda. Mata uang yang
disebarkan pada masa tersebut merupakan gulden Belanda. Bank
yang telah didirikan dengan badan hukum PT maupun pada saat itu
disebut dengan Naamloze Vennootschap, sangat memiliki peran
penting untuk menjaga sirkulasi mata uang. Begitu pun dalam
kegiatan perdagangan internasional di masa itu sudah tinggi.

BNI 46: Bank Sentral yang Menerbitkan Oeang


Republik Indonesia (ORI)

Banyak masyarakat awam yang menyatakan bahwa Bank


Indonesia merupakan bank sentral yang dimiliki oleh Indonesia
setelah masa kemerdekaan Indonesia dicetuskan. Anggapan ini
merupakan hal yang salah. Jika kita melihat fakta, bahwa BI
sendiri baru berdiri pada tahun 1953. Pada awal kemerdekaan
Indonesia, lembaga perbankan yang telah memiliki peran penting
untuk menjaga kestabilan mata uang yaitu Bank Nasional
Indonesia 46 atau disebut dengan BNI 46.

Dengan penetapan BNI 46 ini sebagai bank sentral Indonesia


adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1946 yang saat itu dibuat pada tanggal 5
Juli 1946. Dalam perkembangannya, BNI menjadi sebuah lembaga
finansial yang pada saat itu menerbitkan Oeang Republik Indonesia
maupun disebut dengan ORI yang dikenal dengan mata uang
pertama yang telah di terbitkan oleh Indonesia.
Proses percetakan serta juga pendasaran ORI yang dijalankan oleh
BNI 46 ini berjalan dari tanggal 30 Oktober tahun 1946. Dengan
adanya ORI, maka uang yang telah diterbitkan oleh pihak Jepang
maupun De Javasche Bank sudah tidak bisa berlaku lagi. ORI
dicetak dengan bentuk uang kertas yang sudah ditandatangani
langsung oleh Menteri Keuangan.

Namun, peran BNI sendiri sebagai bank sentral saat itu tidak
berjalan lama. Alasannya utamanya yaitu BNI 46 memiliki aset
yang terbatas. Peredaran ORI saat itu tertulis tidak bisa dijalankan
secara maksimal serta juga tidak dapat tersebar pada seluruh daerah
Indonesia. Sehingga, peran bank sentral di Indonesia dialihkan
kembali kepada pihak De Javasche Bank di tahun 1949.

Nasionalisasi De Javasche Bank dan BI Dipilih


sebagai Bank Sentral

Di bulan Desember tahun 1951 ini, Pemerintah Indonesia sudah


menggenggam kebijakan untuk menasionalkan De Javasche Bank
yang kemudian ditandai dengan UU Nomor 24 pada Tahun 1951
yang memiliki kaitan dengan nasionalisasi De Javasche Bank NV.
Selain itu, awal bulan Juli tahun 1953, Pemerintah Indonesia telah
membangun Bank Indonesia serta menjadikannya sebagai bank
sentral Indonesia.

Dalam perjalanan kali ini, BI mempunyai sebuah tugas serta peran


yang sama dengan De Javasche Bank, yaitu bertugas sebagai
lembaga perbankan, mengatur moneter, serta mengatur sistem
pembayaran di Indonesia.
Selanjutnya, tugas serta fungsi BI mulai berkurang pada tahun
1968. Hal tersebut ditandai dengan adanya UU Bank sentral pada
tahun 1968 yang berisi bahwa BI tidak akan lagi menjalankan
perannya menjadi bank komersial, namun akan bertugas menjadi
sebuah agen pembangunan pada usaha meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat.

Namun, pada tahun 1999 BI mendapatkan peranannya kembali


sebagai bank sentral dengan diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun
1999. Dengan UU tersebut, maka peran BI untuk menjaga serta
memelihara stabilitas nilai rupiah kembali digenggam. Kemudian,
peran BI akan bertambah dalam tujuan memperkuat pemerintahan
Indonesia dengan diciptakannya amandemen tahun 2004.

Banyak peranan itu telah dipegang oleh Bank Indonesia hingga


sekarang. Dalam menjalankan perannya, BI singkatnya memiliki
tiga tugas utama, menetapkan dan menjalankan kebijakan moneter,
menjaga kelancaran pada sistem pembayaran, dan juga menjaga
tingkat kestabilan sistem keuangan di Indonesia.

c. Tugas Bank Sentral

Seperti yang telah disebutkan, Bank Indonesia sendiri mempunyai


tugas serta tanggung jawabnya sendiri yang harus dijalankan
dengan baik, menetapkan serta menjalankan kebijakan moneter,
menjaga kelancaran sebuah sistem pembayaran, dan menjaga
tingkat kestabilan sistem keuangan di Indonesia. Berdasarkan
pengertian dari bank sentral itu, di bawah ini merupakan penjelasan
lengkap tugas dari bank sentral:
1) Menetapkan serta Melaksanakan Kebijakan
Moneter
Ditetapkannya kewajiban moneter harus dijalankan, untuk
menjaga peredaran jumlah mata uang yang ada pada
masyarakat, maka seluruh harga produk barang serta jasa dapat
dijaga serta dikendalikan. Dalam Kebijakan moneter tersebut
perlu dijalankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
nasional. Sehingga, pihak BI harus bekerja sama dengan pihak
pemerintah yang mana seluruh kebijakan yang telah ditetapkan
dapat berjalan sesuai dengan kebijakan fiskal serta beberapa
kebijakan ekonomi lainnya.

2) Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem


Pembayaran
Makna dari sebuah sistem pembayaran ini merupakan sebuah
sistem pembayaran tunai serta non tunai. Bank Indonesia
memiliki peran penuh saat mengeluarkan aturan, standar,
kesepakatan serta tata cara untuk digunakan dalam mengatur
peredaran uang.

3) Mengatur dan Mengawasi Perbankan


BI perlu melakukan pengawasan makroprudensial yang
berguna untuk menjaga kestabilan sebuah sistem keuangan
yang berlaku di Indonesia. Kebijakan makroprudensial ini
adalah sebuah kebijakan yang telah disusun untuk bisa
memberikan batasan dengan risiko serta biaya krisis yang
sistemik, supaya tetap dapat menjaga keseimbangan sebuah
sistem keuangan di Indonesia.
d. Wewenang Bank Sentral

BI yang berperan sebagai bank sentral di Indonesia memiliki


wewenang khusus yang telah diatur UU Republik Indonesia, yaitu :

1) Kewenangan Membuat Kebijakan Moneter


Bank Indonesia perlu menentukan serta menetapkan dengan
tingkat diskonto, perlu membuat kebijakan pembiayaan
maupun kredit. Bank Indonesia pun harus bisa menetapkan
serta menentukan target moneter dengan menentukan tingkat
inflasi yang terjadi di Indonesia pada tiap tahunnya. BI pun
juga memiliki wewenang yang sangat penting pada
mengendalikan moneter dengan tidak membatasi kegiatan
pasar terbuka.

2) Kewenangan Mengatur Sistem Pembayaran


Bank Indonesia memiliki tiga dasar wewenang. Pertama, BI
memiliki sebuah wewenang untuk menentukan serta
menetapkan dalam penggunaan alat pembayaran. Kedua,
membuat dan memberikan persetujuan izin untuk
menyelenggarakan sistem pembayaran. Terakhir, untuk
mengawasi penyelenggaraan pada sistem pembayaran.

3) Kewenangan Mengatur dan Mengawasi


Perbankan
Kemudian, Bank Indonesia sebagai bank sentral tentunya
memiliki empat wewenang utama. Pertama, untuk memiliki
wewenang dalam membuat juga untuk menetapkan sebuah
kebijakan yang terkait pelaksanaan perbankan yang sudah
berlaku pada Indonesia. Kedua, berwenang untuk memberikan
sanksi dengan pihak yang sudah melanggar kebijakan, sudah
ditetapkan sesuai dengan peraturan UU. Yang ketiga,
berwenang untuk memberikan ataupun mencabut izin pada
kelembagaan serta dalam kegiatan usaha bank. Yang terakhir,
BI juga berwenang dalam mengawasi dengan berbagai macam
kegiatan bank konvensional, pada sistem perbankan ataupun
secara individu.

e. Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral


Sebagai bank sentral, Bank Indonesia ini memiliki lima buah peran
utama untuk menjaga stabilitas pada sistem keuangan. Kelima
peran tersebut yang mencakup kebijakan serta instrumen untuk
menjaga stabilitas pada sebuah sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia ini memiliki tugas untuk menjaga


stabilitas moneter antara lain melalui sebuah instrumen suku bunga
pada operasi pasar terbuka. Bank Indonesia sendiri dituntut untuk
dapat menetapkan kebijakan moneter dengan berimbang serta
tepat. Hal ini mengingat kembali pada gangguan stabilitas moneter
mempunyai dampak langsung pada berbagai macam aspek
ekonomi.
Untuk kebijakan moneter sendiri, dengan penerapan suku bunga
yang sudah terlalu ketat, akan bersifat mematikan banyak sekali
kegiatan ekonomi, begitu pun sebaliknya. Maka dari itu, untuk
dapat menciptakan sebuah stabilitas moneter, BI sudah
menerapkan kebijakan yang disebut sebagai inflation targeting
framework.
Peranan yang ke kedua, Bank Indonesia sendiri memiliki peran
penting atau vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan
yang sehat, khususnya dalam perbankan. Penciptaan dari sebuah
kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan dengan
mekanisme pengawasan serta regulasi. Seperti halnya pada negara
lainnya, sektor perbankan ini memiliki bagian yang dominan pada
sebuah sistem keuangan. Sehingga, kegagalan dalam sektor ini bisa
menimbulkan ketidakstabilan pada keuangan serta mengganggu
perekonomian. Untuk dapat mencegah terjadinya dalam kegagalan
tersebut, sistem pengawasan serta kebijakan perbankan yang
efektif harus ditegakkan. Selain itu juga, disiplin pasar melalui
kewenangan pada pengawasan serta pembuat kebijakan dan
penegakan hukum (law enforcement) harus terus dijalankan. Bukti
yang menunjukkan dalam negara-negara yang menjalani sebuah
disiplin pasar, yang memiliki konsep stabilitas dalam sistem
keuangan yang kokoh atau kuat. Sementara itu, dalam upaya
penegakan hukum dimaknai untuk dapat melindungi perbankan
serta stakeholder sekaligus mendorong kepercayaan pada sistem
keuangan. Untuk bisa menciptakan stabilitas dalam sektor
perbankan yang berkelanjutan, BI sudah menyusun Arsitektur
Perbankan Indonesia serta rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia telah memiliki sebuah kewenangan dalam


mengatur serta menjaga kelancaran pada sistem pembayaran. Bila
terjadi peristiwa gagal dalam pembayaran (failure to settle) pada
salah satu peserta dalam sistem-sistem pembayaran, maka akan
melahirkan risiko potensial yang serius dan bahkan mengganggu
sebuah kelancaran dalam sistem pembayaran. Kegagalan tersebut
pada akhirnya menimbulkan risiko yang bersifat menular
(contagion risk) sehingga menimbulkan sebuah gangguan yang
sistemik. Bank Indonesia juga mengembangkan mekanisme serta
pengaturan yang bertujuan mengurangi risiko dalam sebuah sistem
pembayaran yang kian meningkat. Yaitu dengan menetapkan
sistem pembayaran yang real time serta telah dikenal dengan nama
sebutan sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang bisa
lebih meningkatkan keamanan serta kecepatan pada sistem
pembayaran. Sebagai otoritas pada sistem pembayaran, BI sendiri
pun memiliki informasi serta keahlian dalam mengidentifikasi
risiko potensial pada sistem pembayarannya.

Kemudian yang keempat, dengan fungsinya pada riset serta


pemantauan, Bank Indonesia bisa mengakses informasi-informasi
yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan
secara makroprudensial, Bank Indonesia dapat memantau
kerentanan sektor keuangan serta mendeteksi potensi kejutan
(potential shock) yang bisa berdampak pada stabilitas sistem
keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia bisa mengembangkan
instrumen serta indikator yang makroprudensial untuk bisa
mendeteksi kerentanan dalam sektor keuangan. Hasil riset serta
pemantauan tersebut, selanjutnya dapat menjadi sebuah
rekomendasi untuk otoritas terkait dalam memilih langkah-langkah
yang tepat untuk bisa meredam gangguan pada sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi untuk sebagai jaring


pengaman pada sistem keuangan melalui fungsi bank sentral,
lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR sendiri adalah peran
tradisional Bank Indonesia yang sebagai bank sentral pada
mengelola krisis guna untuk menghindari terjadinya
ketidakstabilan pada sistem keuangan. Fungsinya untuk sebagai
LoLR yang mencakup pada penyediaan likuiditas dalam kondisi
normal maupun dalam krisis. Fungsi tersebut pun hanya diberikan
pada bank yang telah menghadapi masalah likuiditas dan tentunya
berpotensi akan terjadi dampak krisis yang sudah bersifat sistemik.
Pada kondisi normal, dalam fungsi LoLR dapat diterapkan pada
bank yang telah mengalami kesulitan likuiditas temporer sehingga
masih memiliki kemampuan untuk dapat membayar kembali.
Untuk menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia
wajib menghindari terjadinya moral hazard. Maka dari itu,
pertimbangan risiko sistemik serta dalam persyaratan yang ketat
harus diterapkan penyediaan likuiditas tersebut.

8. Bank Perkreditan Rakyat

a. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan


kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang
menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.

Berbeda dengan bank konvensional yang memberikan berbagai


layanan kompleks seperti valas (valuta asing), asuransi dan giro,
pengertian Bank Perkreditan Rakyat adalah lembaga keuangan
yang lebih sederhana dengan jasa terbatas contohnya tabungan,
deposito berjangka dan perkreditan. BPR tidak bisa melayani
asuransi, valas dan giro.
Dalam sejarahnya, BPR dibentuk untuk membantu para buruh,
petani dan tenaga kerja melunasi hutang dari rentenir. Para rentenir
menarik suku bunga begitu tinggi sehingga membuat warga
kesulitan melunasinya. Oleh sebab itu, pemerintah membentuk
BPR guna membebaskan warga dari pinjaman yang mencekik.

b. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat

Berikut usaha yang dapat dilaksanakan oleh BPR:


 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau
tabungan pada bank lain.

c. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat

Walau BPR memiliki keterbatasan dalam layanan, namun jasa


yang ditawarkan sudah cukup lengkap bagi individu maupun
organisasi dengan akses pengetahuan mengenai perbankan yang
terbatas dan tidak memiliki rekening bank. BPR yang mempunyai
layanan mikro tidak hanya diperbolehkan berdiri dengan badan
hukum Perseroan Terbatas (PT), tetapi juga koperasi atau
perseroan daerah.
1) Membantu pembangunan desa menjadi lebih cepat
Fungsi Bank Perkreditan Rakyat yang pertama adalah
memajukan pembangunan desa dengan lebih cepat sebab
bersamaan dengan akses layanan perbankan yang maju juga
berkontribusi pada pengetahuan dan jangkauan keuangan yang
semakin mudah.

2) Memberikan usaha mikro akses keuangan


Fungsi Bank Perkreditan Rakyat berikutnya berkaitan dengan
usaha mikro kecil yang berada di daerah terpencil. Mereka
akan sangat terbantu dengan kehadiran BPR lantaran akses
keuangan dan permodalan yang diberikannya. Hal ini tentunya
mendukung warga-warga setempat untuk lebih percaya diri
dalam membuka usaha.

3) Menyebarkan pengetahuan perbankan kepada


masyarakat luas
Masih terdapat banyak warga di Indonesia yang belum
memiliki rekening bank walau fitur digitalisasi telah maju.
Sebab, layanan bank baru terpusat pada wilayah-wilayah besar.
Oleh karenanya, fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah
memperkenalkan cara kerja perbankan pada masyarakat umum
di lokasi-lokasi di mana bank konvensional belum berdiri.

d. Tugas Bank Perkreditan Rakyat


Walau tidak menyediakan jasa kompleks seperti giro, valas dan
asuransi, tawaran BPR cukup sederhana dan berguna bagi
masyarakat wilayah terpencil. Beberapa tugas maupun kegiatan
usaha Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah sebagai berikut:

o Mengumpulkan dana dari masyarakat dalam wujud simpanan


berjangka, tabungan maupun bentuk lainnya.
o Kepada masyarakat yang membutuhkan, BPR dapat
memberikan pinjaman dalam bentuk kredit
o Menaruh dana dari nasabah dalam bentuk sertifikat deposito,
deposito berjangka maupun jenis tabungan lainnya
o Mengadakan pembiayaan untuk nasabah dengan prinsip bagi
hasil selaras ketentuan dari pemerintah

e. Contoh Bank Perkreditan Rakyat

Contoh Bank Perkreditan Rakyat adalah Lumbung Desa, Bank


Desa, Bank Pasar, Badan Kredit Desa (BKD), Bank Pegawai, Lumbung
Pitih Nagari (LPN) serta Lembaga Perkreditan Desa. Label BPR hanya
bisa disematkan kepada lembaga-lembaga lainnya sesuai dengan
Peraturan Pemerintah. Bentuk BPR  juga bermacam-macam seperti yang
telah diatur dalam UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992. Berbagai bentuk
tersebut termasuk Bank Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) dan Bank Karya
Produksi Desa (BKPD). Dalam rangka mendirikan BPR, dana yang perlu
disiapkan tentunya lebih kecil dibanding dengan bank umum. Hal ini
disesuaikan dengan zona lokasi yang akan dibangun. Sebagai contoh
paling rendah berada di zona minimum 4 dengan nilai dana sekitar 4
milyar. Membuka kantor cabang BPR berarti menyiapkan lebih banyak
akses bantuan dan jasa keuangan untuk para pemilik usaha kecil, mikro
dan menengah dalam wilayah terpencil. Hal lain yang perlu dicatat ialah
bahwa kantor cabang BPR hanya bisa dibuka jika dalam wilayah provinsi
tersebut terdapat kantor pusat BPR. Maka dari itu, jarang sekali Anda
bisa menemukan BPR dengan cabang lintas provinsi.

9. Bank Tabungan Negara

Bank BTN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang


berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan
perbankan. Cikal bakal Bank BTN dimulai dengan didirikannya
Postspaarbank di Batavia pada tahun 1897, pada masa pemerintah
Belanda.
Pada 1 April 1942 Postparbank diambil alih pemerintah Jepang dan
diganti namanya menjadi Tyokin Kyoku.

Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku


diambil alih oleh pemerintah Indonesia, dan namanya diubah menjadi
Kantor Tabungan Pos RI. Usai dikukuhkannya, Bank Tabungan Pos RI
ini sebagai satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia. Pada tanggal
9 Februari 1950 pemerintah mengganti namanya dengan nama Bank
Tabungan Pos.
Tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal
Bank BTN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 4 tahun 1963 Lembaran Negara Republik Indonesia No.
62 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, maka resmi sudah nama Bank
Tabungan Pos diganti namanya menjadi Bank Tabungan Negara.
Dalam periode ini posisi Bank BTN telah berkembang dari sebuah unit
menjadi induk yang berdiri sendiri.
Kemudian sejarah Bank BTN mulai diukir kembali dengan
ditunjuknya oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974
melalui Surat Menteri Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974 sebagai
wadah pembiayaan proyek perumahan untuk rakyat. Sejalan dengan
tugas tersebut, maka mulai 1976 mulailah realisasi KPR (Kredit
Pemilikan Rumah) pertama kalinya oleh Bank BTN di negeri ini.
Waktu demi waktu akhirnya terus mengantar Bank BTN sebagai satu-
satunya bank yang mempunyai konsentrasi penuh dalam
pengembangan bisnis perumahan di Indonesia melalui dukungan KPR
BTN.
Sayap Bank BTN pun makin melebar pada tahun 1989 Bank
BTN sudah mengeluarkan obligasi pertamanya. Pada tahun 1992 status
Bank BTN ini menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) karena
sukses Bank BTN dalam bisnis perumahan melalui fasilitas KPR
tersebut. Status persero ini memungkinkan Bank BTN bergerak lebih
luas lagi dengan fungsinya sebagai bank umum (komersial). Demi
mendukung bisnis KPR tersebut, Bank BTN mulai mengembangkan
produk-produk layanan perbankan sebagaimana layaknya bank umum
(komersial).
Sukses Bank BTN dalam bisnis KPR juga telah meningkatkan
status Bank BTN sebagai bank Konvensional menjadi Bank Devisa
pada tahun 1994. Layanan bank dalam bentuk penerbitan Letter of
Credit (L/C), pembiayaan usaha dalam bentuk Dollar, dan lain-lain
bisa diberikan Bank BTN dengan status tersebut. Dengan status baru
ini tidak membuat Bank BTN lupa akan fungsi utamanya sebagai
penyedia KPR untuk masyarakat menengah ke bawah. BTN pun
makin melebar pada tahun 1989 Bank BTN sudah mengeluarkan
obligasi pertamanya. Pada tahun 1992 status Bank BTN ini menjadi
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) karena sukses Bank BTN dalam
bisnis perumahan melalui fasilitas KPR tersebut. Status persero ini
memungkinkan Bank BTN bergerak lebih luas lagi dengan fungsinya
sebagai bank umum (komersial). Demi mendukung bisnis KPR
tersebut, Bank BTN mulai mengembangkan produk-produk layanan
perbankan sebagaimana layaknya bank umum (komersial).
Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Water House
Coopers, Pemerintah melalui menteri BUMN dalam surat No. 5 –
544/MMBU/2002 memutuskan Bank BTN sebagai Bank umum
dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi pada tahun
2002.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) mengeluarkan pernyataan efektif terhadap produk
investasi baru berbasis sekuritisasi. Produk itu adalah EBA Danareksa
Sarana Multigriya Finansial I – Kredit Kepemilikan Rumah Bank
Tabungan Negara (SMF I-KPR BTN). Di tahun yang sama yaitu 2009
juga Bank BTN melakukan Penawaran Umum Saham Perdana (IPO)
dan listing di Bursa Efek Indonesia.
Kepercayaan masyarakat dan pemerintah terhadap Bank BTN
telah mengantarkan Bank BTN mendapatkan penghargaan dalam ajang
Anugerah Perbankan Indonesia VI 2017 sebagai Peringkat 1 Bank
Terbaik Indonesia 2017. Dengan adanya penghargaan tersebut akan
mengukuhkan optimisme perseroan untuk mampu melanjutkan catatan
kinerja positif dan mencapai target bisnis perseroan pada tahun-tahun
berikutnya.
Visi Bank BTN:
Menjadi The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara pada tahun 2025

Misi Bank BTN:


 Secara aktif mendukung pemerintah dalam memajukan
kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui kepemilikan rumah
 Mewujudkan kehidupan yang diimpikan jutaan rakyat Indonesia
melalui penyediaan rumah yang layak
 Menjadi home of Indonesia’s best talent
 Meningkatkan shareholder value dengan berfokus pada
pertumbuhan profitabilitas yang berkelanjutan sebagai perusahaan
blue chip dengan prinsip manajemen risiko yang kokoh
 Menjadi mitra keuangan bagi para pemangku kepentingan dalam
ekosistem perumahan dengan menyediakan solusi menyeluruh dan
layanan terbaik melalui inovasi digital

Bank BTN memiliki 6 (Enam) Core Values AKHLAK yang


menjadi fondasi bagi seluruh BTNers (sebutan Pegawai Bank BTN)
dalam berperilaku untuk mencapai visi Bank BTN.

a. Amanat (Memegang teguh kepercayaan yang


diberikan)
 Memenuhi janji dan komitmen.
 Bertanggung jawab atas tugas, keputusan, dan tindakan yang
dilakukan.
 Berpegang teguh kepada nilai moral dan etika.
b. Kompeten (Terus belajar dan mengembangkan
kapabilitas)
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah.
 Membantu orang lain belajar.
 Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.

c. Harmonis (Saling peduli dan menghargai


perbedaan)
 Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
 Suka menolong orang lain.
 Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

d. Loyal (Berdedikasi dan mengutamakan


kepentingan Bangsa dan Negara)
 Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan
Negara.
 Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
 Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan
hukum dan etika.

e. Adaptif (Terus berinovasi dan antusias dalam


menggerakkan ataupun menghadapi
perubahan)
 Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.
 Terus-menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan
teknologi.
 Bertindak proaktif.
f. Kolaboratif (Membangun kerja sama yang
sinergis)
 Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi.
 Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
 Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk
tujuan bersama.

B.
C. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Seperti halnya sebuah pasar, istilah pasar modal merujuk pada


tempat bertemunya perusahaan emiten yang tengah membutuhkan
dana dan para investor yang ingin menanamkan uang mereka. Menurut
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, pasar modal adalah
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, seperti utang, ekuitas (saham), maupun instrumen
lainnya. Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut
emiten pasar modal sebagai pihak yang melakukan penawaran umum
untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam peraturan undang-undang yang berlaku. Emiten yang
dimaksud dapat berbentuk perorangan, usaha bersama, perusahaan,
asosiasi, maupun kelompok yang terorganisasi. Di pasar modal, emiten
diperkenankan untuk menawarkan efek perusahaan berupa surat
berharga komersial, surat pengakuan utang, saham, obligasi, tanda
bukti utang, kontrak berjangka atas efek, hingga unit penyertaan
kontrak investasi kolektif. Selain itu, jenis efek lain yang ditawarkan
adalah sukuk atau efek syariah.

2. Sejarah Pasar Modal

Menurut buku “Effectengids” yang dikeluarkan Vereniging


voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah
berlangsung sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi
sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun
1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komunitas dan
sekuritas, yakni Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas. Baru pada
tahun 1912 tepatnya tanggal 14 Desember Amsterdamse
Effectenbueurs membuka cabang bursa efek untuk pertama kalinya di
Indonesia yang bertempat di Batavia (Jakarta). Pasar modal ini
merupakan yang tertua keempat untuk tingkat Asia setelah Mumbai,
Hongkong, dan juga Tokyo. Awal mula kenapa pihak pemerintahan
Belanda mendirikan bursa efek di Batavia ini karena pada awal abad
ke-19 tersebut berbagai perkebunan sedang dibangun secara besar-
besaran. Agar proses pembangunan bisa berjalan dengan baik, maka
pemerintah kolonial Belanda tentu saja membutuhkan modal. Salah
satu sumber modal yang digunakan saat itu adalah tabungan dari
orang-orang Eropa dan juga Belanda yang mempunyai penghasilan di
atas rata-rata. Atas dasar itulah pada tanggal 14 Desember 1912
tersebut resmi berdiri pasar yang satu ini dengan nama Vereniging
voor de Effectenhandel. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
namanya adalah Asosiasi Perdagangan Efek. Pasar ini terletak di
Batavia (Jakarta) dengan efek yang diperjualbelikan berupa saham dan
juga obligasi.

3. Jenis-jenis Pasar Modal

Hingga saat ini, di Indonesia hanya mengenal satu pasar modal,


yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) atau yang juga biasa di sebut
Indonesia Stock Exchange (IDX) yang sudah memiliki beberapa
kantor cabang yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. BEI
merupakan gabungan dari dua bursa pernah ada, yaitu Bursa Efek
Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sementara itu,
sejumlah negara Asia Tenggara lain juga memiliki pasar modal mereka
sendiri, seperti Bursa Malaysia (KLSE), Stock Exchange of Thailand
(SET), Philippine Stock Exchange (PSE), dan Chi Minh City Stock
Exchange. Bila dilihat dari skala global, saat ini bursa efek terbesar di
dunia terletak di Amerika Serikat, yakni Bursa Efek New York (New
York Stock Exchange). Selain itu, ada juga bursa-bursa berskala besar
lainnya, seperti NASDAQ Stock Exchange, Japan Stock Exchange
Group, dan London Stock Exchange.

Berdasarkan transaksinya, pasar modal dibagi menjadi dua,


yakni pasar modal perdana dan pasar modal sekunder. Pasar perdana
adalah tempat efek atau surat-surat berharga lainnya yang perdana
diperdagangkan, dan nantinya akan tercatat secara resmi di bursa.
Sementara pasar sekunder merupakan perdagangan untuk efek-efek
yang telah terdaftar di bursa pasar modal. Investor yang sudah
membeli efek di pasar perdana bisa mendapatkan harga lebih tinggi
apabila menjual kembali efeknya di pasar sekunder.
4. Pihak yang Terlibat Dalam Transaksi
Pasar Modal

Dalam transaksi di pasar modal, ada beberapa pihak yang terlibat,


yaitu emiten, investor, BEI selaku operator merangkap regulator
perdagangan bursa pasar modal, dan perusahaan sekuritas atau broker
selaku pihak yang memfasilitasi perantara perdagangan. Tak hanya itu,
kegiatan ini juga melibatkan underwriter atau penjamin emisi selaku
penanggung jawab apabila emiten melakukan wanprestasi (gagal
bayar), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI). Transaksi efek juga mendapat
pengawasan dari OJK.

5. Fungsi Pasar Modal


Fungsi pasar modal tentunya untuk mempertemukan pihak
yang membutuhkan dana dengan investor untuk kemudian terjadi
transaksi di antara keduanya. Kegiatan jual-beli yang berlangsung di
pasar modal mampu menggerakkan dan menambah laju roda
perekonomian Indonesia. Dana-dana yang terkumpul dari para investor
nantinya akan digunakan untuk bermacam-macam keperluan
perusahaan, tergantung prioritas, seperti pengembangan usaha,
penambahan tenaga kerja, penambahan mesin produksi, pembayaran
utang, dan sebagainya. Sementara untuk para investor, investasi
dimaksudkan sebagai sumber penghasilan tambahan, dan lain
sebagainya.
 Pasar modal sebagai sarana penambah modal bagi usaha
Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual
saham ke pasar modal. Saham-saham ini akan dibeli oleh
masyarakat umum, perusahaan-perusahaan lain, lembaga, atau
oleh pemerintah.
 Pasar modal sebagai sarana pemerataan pendapatan
Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang telah dibeli
akan memberikan deviden (bagian dari keuntungan
perusahaan) kepada para pembelinya (pemiliknya). Oleh karena
itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap
sebagai sarana pemerataan pendapatan.
 Pasar modal sebagai sarana peningkatan kapasitas
produksi
Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar
modal, maka produktivitas perusahaan akan meningkat.
 Pasar modal sebagai sarana penciptaan tenaga kerja
Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan
berkembangnya industri lain yang berdampak pada terciptanya
lapangan kerja baru.
 Pasar modal sebagai sarana peningkatan pendapatan
negara

Setiap dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham


akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Adanya tambahan
pemasukan melalui pajak ini akan meningkatkan pendapatan
negara.
 Pasar modal sebagai indikator perekonomian negara
Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang
semakin meningkat (padat) memberi indikasi bahwa aktivitas
bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan baik. Begitu pula
sebaliknya.

6. Instrumen Investasi Pasar Modal

Pasar modal juga dikenal dengan istilah bursa efek. Di dalamnya,


kamu bisa menemukan berbagai jenis surat berharga yang setiap hari
diperdagangkan. Jenis-jenis surat berharga tersebut di antaranya
adalah:

 Saham
Saham merupakan surat berharga yang menjadi bukti kepemilikan
atas sebuah perusahaan. Investor yang memiliki saham di sebuah
perusahaan, berhak untuk mendapatkan dividen atau pembagian
laba.
 Reksadana
Reksadana dikenal sebagai instrumen investasi yang menjadi
wadah untuk pengumpulan serta pengelolaan dana beberapa
investor. Dana tersebut kemudian dikelola manajer investasi
menjadi berbagai instrumen, seperti pasar uang, obligasi, saham,
atau efek lainnya.
 Surat utang atau obligasi
Seseorang juga bisa mendapatkan surat berharga berupa obligasi di
pasar modal. Kepemilikan surat utang dapat dipindahtangankan,
dan pemegangnya memiliki hak untuk memperoleh bunga serta
pelunasan utang pada jangka yang telah ditentukan.
 Exchange Traded Fund (ETF)
Surat berharga yang satu ini sebenarnya memiliki kemiripan
dengan reksadana, sama-sama dikumpulkan secara kolektif. Hanya
saja, EFT bisa diperdagangkan di bursa efek layaknya saham.
 Derivatif
Selanjutnya, ada pula surat berharga dalam bentuk derivatif. Surat
berharga ini dikenal sebagai bentuk turunan dari saham. Terdapat 2
jenis derivatif yang bisa ditemukan di pasar modal Indonesia, yaitu
warrant dan right.

7. Manfaat Pasar Modal

Pasar modal memiliki manfaat bagi emiten (Pihak yang melakukan


Penawaran Umum, yaitu Penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten
untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam peraturan Undang-undang yang berlaku), maupun untuk
para investor.

Manfaat Pasar Modal untuk Emiten:


 Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar
 Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai
 Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana/perusahaan
 Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih
kecil

Manfaat Pasar Modal untuk Investor:


 Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham
yang mencapai capital gain.
 Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang
saham dan juga bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
 Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen
yang mengurangi risiko.

D. Perasuransian

1. Pengertian Perasuransian

Berdasarkan pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


(KUHD). Disebutkan asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
orang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian
kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan. Pengertian pihak
tertanggung adalah pihak yang mengasuransikan atau memercayakan
miliknya atas suatu risiko yang mungkin terjadi. Adapun pihak
penanggung atau penjamin (perusahaan asuransi) adalah pihak
penerima pertanggungan yang memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pihak tertanggung apabila terjadi musibah yang menimpa
dirinya atau barang miliknya sesuai dengan persetujuan yang
disepakati. Pihak penanggung diwajibkan membayar.

2. Fungsi Perasuransian
Fungsi Utama
Fungsi utama yaitu mengalihkan atau membagi risiko dan
pengumpulan dana. Melalui asuransi, seseorang atau perusahaan dapat
mengalihkan atau membagi risiko yang kemungkinan terjadi atas
hidup dan harta benda karena sesuatu yang tidak pasti kepada
perusahaan asuransi adapun mengenai pengumpulan dana, premi
(pembayaran) yang diterima akan dihimpun perusahaan asuransi
sebagai dana membayar risiko yang terjadi

Fungsi Sekunder
Fungsi sekunder asuransi antara lain mendorong pertumbuhan usaha,
adanya keamanan sehingga tertanggung dapat berkonsentrasi pada
usahanya, pencegahan kerugian melalui identifikasi berbagai risiko
potensial pengendalian kerugian, dan manfaat sosial yaitu
mempercepat pemulihan perekonomian

3. Peran Perasuransian

Memberikan keamanan
Asuransi menyediakan dukungan keuangan dan mengurangi
ketidakpastian dalam bisnis dan kehidupan seseorang. Asuransi
menjadi pelindung atas kehilangan atau kerusakan yang tiba-tiba
terjadi.

Menghasilkan sumber dana


Premi yang dikumpulkan dari nasabah asuransi dapat diinvestasikan
perusahaan asuransi pada pembelian surat berharga pemerintah atau
saham. Dana hasil penjualan tersebut dapat digunakan perusahaan
untuk mengembangkan industri dan oleh pemerintah untuk
mengembangkan perekonomian negara.

Mendorong pertumbuhan ekonomi


Asuransi mengurangi kerugian sehingga meningkatkan stabilitas
keuangan dan mendorong aktivitas perdagangan.

4. Jenis Perasuransian

Menurut Umi Karomah (dalam Sigma, 2011), asuransi dapat dibagi


menjadi beberapa jenis. Perhatikan penjabarannya. Dari segi sifatnya
yaitu sebagai berikut

a. Asuransi sosial atau asuransi wajib


Warga negara harus ikut serta asuransi ini. Maksud dan tujuan
asuransi sosial untuk menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat
dan tidak untuk keuntungan komersial. Contohnya BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan.

b. Asuransi sukarela
Tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk menjadi anggota.
Contohnya PT Jiwasraya.

Dari segi objek dan bidang usahanya yaitu sebagai berikut.


1) Asuransi orang. Meliputi asuransi jiwa, asuransi kecelakaan,
asuransi kesehatan, asuransi beasiswa, dan asuransi hari tua.
2) Asuransi umum atau asuransi kerugian. Mencakup asuransi
untuk harta benda, kepentingan keuangan, dan tanggung jawab
hukum. Objek pertanggungan asuransi ini adalah harta atau
milik seseorang.
3) Perusahaan reasuransi umum. Reasuransi merupakan
pengalihan sebagian risiko kepada penanggung lain yang
dilakukan oleh penanggung pertama karena risiko yang
dirasakan terlalu besar. Contohnya PT Re-Asuransi Nasional
Indonesia.
4) Perusahaan asuransi sosial. Bidang usaha perusahaan ini
menanggung risiko finansial masyarakat kecil kurang mampu.
Perusahaan ini diselenggarakan oleh pemerintah. Contohnya
PT Jasa Raharja.

E. Dana Pensiun

1. Pengertian Dana Pensiun

Berdasarkan yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia (KBBI), dana pensiun adalah sekumpulan dana yang
diperoleh dari iuran tetap tiap peserta ditambah penyisihan penghasilan
perusahaan, serta para peserta memiliki hak mendapatkan bagian
keuntungan itu setelah pensiun. Sementara itu, berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 tahun 1992, dana pensiun dibagi menjadi:

a. Dana Pensiun Pemberi Kerja


Dana pensiun ini merupakan dana yang dibentuk oleh orang atau
badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri. Tujuan
diberlakukannya adalah untuk menyelenggarakan Program Pensiun
Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan
sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang
menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan


Jenis dana pensiun ini adalah dana yang dibentuk oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program
Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun
pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi
karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

c. Dana Pensiun Berdasarkan Keuntungan


Dana pensiun yang satu ini merupakan dana pensiun yang
menyelenggarakan Program Perorangan Iuran Pasti, dengan iuran
hanya dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus yang
dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.

d. Dana Pensiun Lembaga Asuransi


Asuransi dana pensiun ini bertujuan untuk memberikan proteksi
dan manfaat di hari tua. Untuk bisa mendapatkan manfaatnya,
diperlukan pembayaran wajib premi setiap bulannya sehingga
masa yang sudah disepakati.

Mengutip laman resmi OJK, dana pensiun memiliki dua


manfaat untuk masa depan, yaitu sebagai penyambung hidup atau
bekal pensiun dan sebagai modal usaha di masa pensiun. Selain itu,
ada beberapa manfaat dana pensiun lainnya yang wajib dipahami.
Diantaranya sebagai berikut:
o Biaya berobat di hari tua
o Mencegah lansia menjadi orang yang terlantar
o Menunjang kebutuhan hidup keluarga

Ada cara-cara yang harus dilakukan apabila ingin


mempersiapkan dana pensiun. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
o Mengontrol pengeluaran
o Mencari penghasilan tambahan
o Fokus pada masa depan
o Tidak bergantung pada dana pensiun kantor

Keberadaan dana pensiun memang penting untuk dipahami.


Namun, pastikan penggunaannya harus dikontrol dengan benar agar
dapat menunjang kehidupan di masa depan. Sehingga, dari pengertian
dana pensiun di atas, dana tersebut artinya dikumpulkan oleh lembaga
tertentu dengan menggunakan iuran pekerja untuk diberikan kembali
kepada pekerja pada saat masa pensiun.

2. Fungsi Dana Pensiun

Fungsi dana pensiun terbagi berdasarkan tiga hal, yaitu fungsi


bagi perusahaan, bagi karyawan, dan bagi penyelenggara program
dana hari tua. Berikut penjelasannya:

a. Bagi perusahaan
 Memberikan penghargaan kepada setiap karyawan karena telah
memberikan pengabdian terhadap perusahaan.
 Menciptakan rasa aman untuk karyawan agar mampu
menurunkan tingkat karyawan yang berhenti bekerja.
 Meningkatkan citra sebuah perusahaan ketika menjalankan
bisnis.
 Meningkatkan motivasi kerja karyawan, sehingga produktivitas
perusahaan juga meningkat.

b. Bagi karyawan
 Hari tua yang umumnya sulit untuk melanjutkan kerja dan
meraih pendapatan, bisa tergantikan oleh dana hari tua yang
sudah dikumpulkan sejak lama. Rasa aman bisa terjaga dan
motivasi kerja saat masa muda bisa terus dipertahankan.
 Jika penerima dana ini meninggal, dana tersebut bisa
diwariskan pada keluarga yang masih hidup. Sehingga, rasa
aman juga didapatkan oleh keluarga penerima.

c. Bagi penyelenggara program


 Penyelenggara program memiliki kesempatan untuk mengelola
dana agar menghasilkan keuntungan, sebab iuran dana hari tua
dapat digolongkan ke dalam investasi.
 Mendukung program pemerintah dalam pengadaan dana hari
tua.
 Sebagai aktivitas bakti sosial kepada peserta iuran dana
tersebut.

3. Produk Dana Pensiun

Produk dana pensiun di Indonesia biasanya terbagi menjadi dua


program, yaitu:

a. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)


Besaran manfaat dari produk ditentukan dalam peraturan yang
berlaku di Indonesia. Setiap iurannya dibebankan pada
pemotongan gaji karyawan. Di samping itu, produk/program ini
juga ditentukan berdasarkan masa kerja serta jumlah penghasilan
karyawan.

b. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)


Besaran manfaat dari produk ini ditetapkan dari hasil
pengembangan kekayaan. Iuran dibebankan pada karyawan dan
perusahaan. Secara umum, dana ditentukan oleh money purchase
plan saving plan, , serta profit sharing.

4. Jenis Dana Pensiun

Jenis dana pensiun secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pemberi kerja jenis yang pertama adalah dana yang dibuat oleh
individu atau sebuah badan yang mempekerjakan karyawan.
Individu atau badan tersebut berlaku sebagai pendiri dan
menyelenggarakan program dana hari tua tersebut untuk seluruh
karyawan. Iurannya bersifat pasti dan pemberian hasil
pengumpulan dana kepada karyawan adalah kewajiban pemberi
kerja.
b. Jenis berikutnya adalah dana yang diselenggarakan oleh
perusahaan asuransi jiwa untuk perorangan, baik untuk
karyawan kantor maupun pekerja independen, dan terpisah
dengan dana hari tua dari pemberi kerja.
c. Lembaga keuangan jenis yang terakhir dana yang dibuat oleh
lembaga keuangan seperti bank. Sehingga, iurannya bersifat pasti
dan hanya dibebankan pada pemberi kerja, serta besarannya
berdasar pada keuntungan pemberi kerja

F. Lembaga Pembiayaan

1. Pengertian Lembaga Pembiayaan

Yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah lembaga atau


badan usaha yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembiayaan.
Baik itu menyediakan dana maupun modal dalam bentuk barang.

2. Jenis Lembaga Pembiayaan

Jenis dari lembaga pembiayaan sendiri beragam. Berikut ini adalah


jenis lembaga pembiayaan yang perlu diketahui:

a. Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan yang satu ini disebut juga dengan Venture Capital


Company. Perusahaan modal ventura memiliki fokus pada
penyertaan modal suatu perusahaan dalam waktu tertentu sesuai
dengan kesepakatan tanpa agunan. Risiko kegagalan bukan ada
pada debitur namun terletak pada perusahaan modal ventura.
Aktivitas perusahaan yang satu ini seperti penyertaan saham, profit
dan pembagian hasil usaha dan terakhir adalah pembelian obligasi
konversi.

b. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur

Lembaga pembiayaan yang satu ini dibentuk untuk menyediakan


dana bagi proyek infrastruktur. Ada beberapa aktivitas dari
perusahaan pembiayaan infrastruktur seperti pinjaman subordinasi.
Selain itu, ada juga pemberian pinjaman langsung untuk
pembiayaan infrastruktur dan refinancing infrastruktur. Perusahaan
pembiayaan infrastruktur juga melakukan credit enhancement atau
mendukung kredit. Misalnya menjamin pembiayaan infrastruktur,
jasa konsultasi, dan berbagai macam aktivitas lainnya.

c. Perusahaan Pembiayaan

Yang terakhir ada perusahaan pembiayaan. Perusahaan yang satu


ini dibentuk untuk bisa melakukan leasing, anjak piutang,
pembiayaan konsumen hingga usaha kartu kredit. Yang dimaksud
dengan leasing adalah aktivitas usaha yang digunakan dalam
bentuk modal barang. Aktivitas yang satu ini dijadikan sebagai
objek transaksi yang menjadi hak milik lembaga pembiayaan
selama masa perjanjian leasing tersebut berlaku. Yang dimaksud
dengan pembiayaan konsumen merupakan aktivitas pembiayaan
dan menyediakan berbagai macam barang yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen. Barang yang dimaksud bisa elektronik,
kendaraan bermotor, rumah dan lain sebagainya. Untuk sistem
pembayaran adalah angsuran atau cicilan yang tenornya bisa
disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan konsumen. Anjak
piutang sering disebut dengan factoring. Kegiatan pembiayaan
yang satu berupa pembelian piutang dagang perusahaan dalam
jangka pendek. Didalamnya juga termasuk kepengurusan piutang
itu. Anjak piutang yang satu ini bisa dilakukan dengan
menggunakan jaminan atau tidak. Yang terakhir adalah usaha kartu
kredit, yakni pembelian barang dengan menggunakan kartu.
Nantinya pengguna harus membayar tagihan sebelum jatuh tempo.
Penyediaan kartu kredit yang satu ini juga mengikuti peraturan BI.

3. Tujuan Lembaga Pembiayaan

Banyak yang salah kaprah dan mengartikan hadirnya lembaga


pembiayaan ini digunakan untuk menggantikan dan bersaing dengan
lembaga keuangan seperti perbankan. Padahal tujuan dari lembaga
pembiayaan bukanlah seperti itu. Tujuan adanya lembaga pembiayaan
adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kesempatan kerja.
Selain itu, lembaga pembiayaan menjadi sumber dana yang beragam
selain dari lembaga keuangan.

4. Perbedaan Lembaga Pembiayaan dan


Lembaga Keuangan

a. Kegiatan
Yang menjadi perbedaan pertama antara lembaga pembiayaan dan
lembaga keuangan adalah kegiatannya. Dilihat dari kegiatannya,
lembaga pembiayaan melaksanakan aktivitas atau kegiatan tidak
memungut dana dari masyarakat. Sangat berbeda dengan lembaga
perbankan yang dananya bersumber dari masyarakat. Dana
dihimpun dari masyarakat.

b. Yang Disediakan
Lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan menyediakan hal
yang berbeda. Untuk lembaga pembiayaan tidak hanya
menyediakan dana saja, namun juga menyediakan barang modal.
Contohnya seperti perusahaan leasing yang menyediakan barang
modal. Khusus lembaga keuangan seperti perbankan hanya
menyediakan modal finansial saja.

c. Jaminan
Perbedaan mendasar lembaga pembiayaan dengan lembaga
perbankan adalah jaminannya. Untuk lembaga pembiayaan tidak
memerlukan jaminan sama sekali, sedangkan lembaga perbankan
atau keuangan harus disertai jaminan. Semakin besar jaminan yang
dijadikan sebagai agunan maka semakin besar pinjaman yang akan
didapatkan. Kebanyakan lembaga perbankan tidak bisa
memberikan pinjaman jika tidak ada agunannya.

d. Suku Bunga
Bisa dikatakan lembaga pembiayaan dan lembaga perbankan
memiliki suku bunga berbeda. Suku bunga yang diberikan lembaga
pembiayaan lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga perbankan.
Meski demikian, lembaga pembiayaan diklaim mampu
memberikan pinjaman pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan
lembaga perbankan. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab
mengapa lembaga pembiayaan memberlakukan suku bunga tinggi.

e. Uang Giral
Perbedaan selanjutnya adalah uang giral. Lembaga pembiayaan
tidak bisa menciptakan uang giral, berbeda dengan lembaga
perbankan yang bisa uang giral. Lalu apa itu uang giral? Yang
dimaksud uang giral merupakan alat pembayaran seperti uang
berharga yang dikeluarkan bank umum. Uang giral juga menjadi
tagihan yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang bisa
digunakan kapan pun tak terbatas waktu.

f. Perizinan
Perbedaan yang terakhir perizinan. Khusus lembaga pembiayaan,
pengaturan, pembinaan, pengawasan dan perizinan dilakukan oleh
departemen keuangan. Untuk lembaga perbankan pengaturan,
pembinaan dan pengawasan, dan perizinan dilakukan oleh Bank
Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.
Selanjutnya izin lembaga keuangan atau perbankan dialihkan ke
lembaga pengawas jasa keuangan sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999.

5. Fungsi Lembaga Pembiayaan

 Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari pinjaman yang


memberikan bunga tinggi.
 Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memberikan akses pinjaman yang lebih mudah.
 Membantu pengembangan bisnis.
 Membantu pengembangan infrastruktur mengingat biaya
pembangunan yang tinggi.
G. Pegadaian

1. Pengertian Pegadaian

Menurut OJL-Pedia, Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha


Milik Negara (BUMN) yang meminjamkan uang atau menerima uang
dengan menerima barang sebagai barang jaminan dari peminjam.
Barang tersebut dapat berupa perhiasan, alat-alat elektronik, maupun
sertifikat rumah. Pegadaian hadir untuk memudahkan pemberian
pinjaman ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Orang yang
menggadaikan barang ke Pegadaian disebut pegadai. Barang yang
sudah digadaikan dapat ditebus saat peminjam melunasi pinjamannya,
sesuai jumlah pokok dan bunga gadai yang ditetapkan. Jika pegadai
gagal melunasi pinjaman tersebut sampai jangka waktu yang
disepakati, Pegadaian akan menjual barang tersebut kepada orang lain.
Bisnis utama Pegadaian adalah produk pinjaman konvensional maupun
syariah. Sedangkan bisnis pendukung dapat meliputi pembiayaan
usaha mikro, cicilan kendaraan bermotor, cicilan tabungan emas, biaya
haji, dan wisata syariah. Adapun jasa lain yang ditawarkan oleh
Pegadaian, seperti mengirim uang, pembayaran multi payment, jasa
titipan, dan safe deposit box.

2. Sejarah Berdirinya Pegadaian


Cikal bakal berdirinya PT Pegadaian terjadi pada tahun 1746,
tepat saat masa penjajahan Belanda di Indonesia. Dimulai dengan
didirikannya bank yang menggunakan sistem gadai, bernama Bank
Van Leening yang didirikan oleh VOC. Bank ini kemudian dibubarkan
pada tahun 1811 ketika pemerintah Inggris mengambil alih Indonesia.
Pada saat inilah masyarakat dibebaskan untuk mendirikan badan usaha
pegadaian miliknya sendiri. Pada tahun 1901, berdirilah Pegadaian,
dan pada tahun 1905 berubah menjadi lembaga resmi bernama
Jawatan. Sekitar tahun 1961-1990, terjadi sejumlah perubahan. Dan
pada akhirnya tahun 2012, Pegadaian berubah dari Perum menjadi
Persero. Perubahan ini dicatat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 51
tahun 2011.

3. Jenis Usaha Pegadaian


a. Pegadaian Konvensional
Merupakan produk pinjaman yang memberikan keuntungan
tersendiri bagi Pegadaian. Keuntungan tersebut diperoleh dari
biaya administrasi dan bunga. Meski demikian, produk yang satu
ini menggunakan prinsip tolong-menolong sesuai dengan yang
tercatat dalam hukum perdata.

b. Pegadaian Syariah

Pegadaian Syariah merupakan salah satu produk yang ditawarkan


oleh instansi ini. Perbedaannya dengan produk konvensional
adalah dari suku bunga pinjaman. Pegadaian syariah bebas dari
unsur bunga-berbunga atau riba, sesuai dengan nilai dalam Islam.
Berikut ini 9 produk Pegadaian Syariah yang ditawarkan:
1) Amanah
Produk pegadaian syariah untuk kendaraan bermotor. Plafon
pinjaman antara Rp5.000.000 sampai Rp45.000.000 dengan
tenor pembayaran 12-60 bulan. Peminjam dikenakan biaya
administrasi sebesar Rp70.000 untuk motor, dan Rp200.000
untuk mobil. Dalam Amanah, terdapat biaya pemeliharaan
yang besarnya 0,9 persen dari harga kendaraan.

2) Rahn
Produk pegadaian syariah yang pembiayaannya berupa gadai
emas, baik dalam bentuk perhiasan maupun batangan. Jumlah
pinjaman mulai dari Rp50.000 sampai Rp1.000.000.000
dengan tenor pembayaran 4 bulan, dan masih bisa
diperpanjang. Terdapat biaya pemeliharaan sebesar Rp2.000
sampai Rp120.000, tergantung dari jumlah pinjaman.

3) Arrum BPKB
Sesuai namanya, produk ini ditujukan untuk pengembangan
UMKM yang jaminannya menggunakan Buku Kepemilikan
Kendaraan Bermotor (BPKB). Plafon pinjaman antara
Rp1.000.000 sampai Rp400.000.000 dengan tenor 1-3 tahun.
Biaya pemeliharaan akan dikenakan sebesar 1 persen dari total
pinjaman untuk plafon pinjaman di bawah Rp100.000.000.
Sedangkan di atas Rp100.000.000 akan dibebaskan dari biaya
pemeliharaan.

4) Arrum emas
Produk pegadaian syariah berupa dana tunai yang jaminannya
perhiasan, seperti emas atau berlian. Biaya administrasi sebesar
Rp70.000, dan biaya pemeliharaan sebesar 0,95 persen dari
nilai taksiran barang per bulan. Besarnya plafon pinjaman,
yaitu 95 persen dari nilai taksiran.

5) Arrum haji
Produk yang satu ini untuk pembiayaan agar dapat nomor
antrian haji yang jaminannya adalah emas. Plafon pinjaman
antara Rp1.900.000 sampai Rp25.000.000 dengan tenor
pembayaran 1-5 tahun. Biaya administrasi sebesar Rp270.000
dan terdapat biaya pemeliharaan yang digunakan untuk
memelihara barang yang dititipkan sebagai jaminan.

6) Rahn hasan
Produk pegadaian syariah yang menjadikan emas, kendaraan,
dan perhiasan sebagai jaminannya. Plafon pinjamannya sesuai
golongan A, yaitu maksimal Rp500.000 dengan jangla waktu
pembayaran 60 hari. Sementara biaya pemeliharaannya adalah
0 persen.

7) Rahn flexi
Produk pinjaman yang jaminannya berupa barang bergerak
berbasis syariah, seperti kendaraan, perhiasan, dan alat-alat
elektronik. Biaya pemeliharaan sebesar 0,1 persen dari nilai
taksiran barang dengan tenor pelunasan dari 5-60 hari.

8) Rahn bisnis
Produk pinjaman dana tunai yang ditawarkan oleh pegadaian
syariah dengan jaminan emas, baik perhiasan maupun
batangan. Plafon pinjaman mulai dari Rp100.000.000 sampai
Rp1.000.000.000 dengan tenor pelunasan hingga 4 bulan.
Biaya administrasinya sebesar Rp100.000, sedangkan biaya
pemeliharaannya sebesar 0,38-0,55 persen dalam 10 hari.

9) Pegadaian syariah gadai sertifikat


Produk pinjaman yang diberikan kepada masyarakat dengan
penghasilan tetap. Barang yang dijaminkan berupa sertifikat
tanah maupun Hak Guna Bangunan (HGB). Plafon pinjaman
sebesar Rp1.000.000 sampai Rp200.000.000.

4. Fungsi Pegadaian

Adapun fungsi pegadaian adalah sebagai berikut:


 Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang
menguntungkan bagi pegadaian maupun kepada masyarakat.
 Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai
dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat.
 Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan
pelatihan.
 Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi
pengelolaan Pegadaian.
 Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian.
 Membina pola perkreditan agar benar-benar terarah dan
bermanfaat, bila perlu memperluas daerah operasinya.
 Berperan serta dalam mencegah adanya pemberian yang tidak
wajar, Pegadaian gelap dan praktik riba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Lembaga yang mengatur keuangan ini memiliki arti yang jelas,


yakni suatu lembaga untuk menghimpun dana dari masyarakat sekaligus
menanamkan dana tersebut dalam bentuk lain, berupa aset keuangan.
Contohnya seperti kredit, berbagai surat-surat yang berharga, giro, serta
aktiva produktif lain yang bersangkutan dengan lembaga bank atau
nonbank.

Sedangkan otoritas dari jasa keuangan ini memiliki pengertian


sebagai suatu bidang keuangan yang memiliki peranan untuk menarik
keluar sejumlah uang lalu menyalurkannya pada masyarakat. Lembaga ini
juga memiliki pengertian sebagai lembaga yang memfasilitasi produk di
bidangnya dan memutar arus uang yang berada dalam perekonomian suatu
tempat. Baik menarik uang masyarakat untuk masyarakat lain yang lebih
pantas atau hanya memfasilitasi penyimpannya saja.

Keraf (2001) memaparkan bahwa laporan merupakan sarana


komunikasi dengan adanya penulis yang menyampaikan informasi atas
dasar tanggung jawab yang dibebankan padanya. Adapun menurut J.C.
Denyern, secara garis besar memaparkan bahwa laporan merupakan alat
komunikasi tempat penulis dengan beberapa konklusi yang didapat
berdasar keadaan yang telah diselidiki terlebih dahulu. Sedangkan menurut
Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, secara garis besar, laporan merupakan
setiap tulisan yang isinya adalah informasi hasil pengolahan data.
Lembaga keuangan tentunya memiliki peran yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah sebagai perantara antara
pemilik dari modal yang disimpan, ada juga pasar utang yang bertanggung
jawab dalam hal penyaluran dana yang dipinjam tersebut. Fungsi lainnya
adalah melancarkan pertukaran produk, baik barang atau jasa, dengan cara
yang lebih praktis sekali gesek dengan kartu kredit, meski yang menjadi
alat pertukaran memang tetap uang. Adapun manfaat lain yang lebih
banyak adalah membantu orang yang kekurangan dan sedang butuh uang
melalui proses meminjam dari investor ini.

Bank yang menjadi sarananya juga bisa menjadi tempat menabung


bagi masyarakat, khususnya yang memiliki usaha dan menjadi investor.
Menyimpan dana di lembaga yang mengatur keuangan jelas mempunyai
tingkat akurasi dan keamanan yang tinggi dibanding tidak sama sekali.
Catatan kapan dan berapa jumlah Anda memasukkan atau menarik uang di
lembaga ini juga bisa menentukan akurasinya karena bisa saja manusia
lupa. Tapi lembaga pengatur keuangan telah memberikan bukti catatannya.

Sedangkan dalam bidang perekonomian, fungsi dari lembaga


keuangan ini adalah sebagai pencetak uang rupiah dengan tujuan
mempermudah transaksi di Indonesia. Sekaligus memperhatikan kemajuan
perekonomian dengan masyarakat dan perusahaan mikro atau bahkan
makro. Bank umum juga memiliki peran besar dalam pembuatan cek dan
pengaturan dari berbagai pengaturan dalam bidang keuangan. Terutama
bagi masyarakat dan berbagai oknum lain yang berkaitan.

Beberapa lembaga yang mengatur keuangan masyarakat adalah


bank sentral, bank umum, BPR alias bank perkreditan rakyat, lembaga
non-bank, pegadaian. Ada pun yang lain seperti perusahaan modal
ventura, koperasi simpan-pinjam, leasing atau multifinance, bursa efek,
asuransi, dana pensiun dan lainnya.

Lembaga yang bertujuan untuk mempermudah keuangan


masyarakat ini juga memiliki manfaat lain, yakni untuk melakukan
relokasi pendapatan. Dengan tujuan agar dana Anda dapat digunakan
untuk keperluan di masa yang akan datang dengan mudah dan praktis.
Lembaga ini juga bermanfaat sebagai penyedia dari jasa untuk
mempermudah transaksi keuangan yang lebih mudah dipahami dan
dilakukan oleh masyarakat. Lembaga ini pun dimanfaatkan untuk
pengalihan aset yang dilakukan dengan meminjam dana dari tabungan
masyarakat pihak lain dalam kurun waktu tertentu.

B. Saran
Penulis mengharapkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki selanjutnya. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya. Sehingga penulis bisa menghasilkan makalah yang lebih
bermanfaat bagi banyak orang.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
 Asrul, A. 2023. Contoh Bank Umum di Indonesia Beserta Contoh dan
Penjelasannya. Diakses pada 20 Mei 2023, dari https://mamikos.com/info/contoh-
bank-umum-di-indonesia-pljr/
 Indriawati, T. 2022. Sejarah Bank Di Dunia. Diakses pada 20 Mei 2023, dari
https://amp.kompas.com/stori/read/2022/08/30/160000979/sejarah-bank-di-dunia
 Otoritas Jasa Keuangan. Bank Umum. Diakses pada 20 Mei 2023, dari
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Umum
 Bank BTN. Tentang Kami. Diakses pada 20 Mei 2023, dari
https://www.btn.co.id/id/Tentang-Kami
 Redaksi OCBC NISP. 2022. Bank Umum: Pengertian, Fungsi, Kegiatan Usaha dan
Contoh. Diakses pada 20 Mei 2023, dari
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/03/23/bank-umum-adalah
 Binus University. 2017. 5 (Lima) Pengertian, Fungsi, Tugas dan Jenis Bank Umum.
Diakses pada 20 Mei 2023, dari https://accounting.binus.ac.id/2017/06/17/5-lima-
pengertian-fungsi-tugas-dan-jenis-bank-umum/
 Ahmad. 2021. Pengertian Bank: Fungsi, dan Jenis-Jenis Bank di Indonesia. Diakses
pada 20 Mei 2023, dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-bank/
 Rahmalia, N. 2023. Bank: Apa Itu, Fungsi Umum dan Khusus, serta Jenis-jenisnya.
Diakses pada 20 Mei 2023, dari https://glints.com/id/lowongan/jenis-jenis-bank/
 CIMB Niaga. Memahami Pengertian, Manfaat, dan Tips Memilih Bank. Diakses
pada 20 Mei 2023, dari
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/memahami-pengertian-
manfaat-dan-tips-memilih-bank
 Wicaksono, E., Mulyadi, E. 2014. Ekonomi SMA Kelas X Kurikulum 2013. Edisi ke-
2. Jakarta: Yudhistira.
 Astuti, S. 2016. Ekonomi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA/MA Kelas X
Kurikulum 2013. Surakarta: CV Mediatama

Anda mungkin juga menyukai