Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PEMBAHASAN MATERI OTORITAS


JASA KEUANGAN

Disusun oleh : Kelompok 1


Anggota : Ahmadin Emka (01)
Alika Rabbani (02)
Alvina Shri Syiami (03)
Andris Maulana (06)
Delia Zulkaidah (12)
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan
kegiatan pembelajaran kelompok ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang
uraian hasil riset mengenai Materi Otoritas Jasa Keuangan. Laporan ini kami
susun secara cepat dengan kontribusi yang baik dari anggota kelompok 1.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan kegiatan
pembelajaran kelompok ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami
selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Ibu Dewi Setia Nuraini, S. Pd. Akhir kata Semoga laporan kegiatan ini dapat
memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan mungkin untuk
siswa lainnya.
Tujuan kegiatan

Kegiatan ini kami lakukan dengan tujuan agar setiap siswa dapat lebih
memahami materi pembelajaran yang kami bahas kali ini. Tidak hanya itu,
kegiatan ini juga memiliki tujuan agar siswa menjadi lebih aktif dalam
mengemukakan pendapat. Kegiatan ini juga akan membuat siswa menjadi lebih
percaya diri. Mengapa lebih percaya diri? Ya karena pada saat PTM nanti,
setiap kelompok akan melakukan presentasi . Jadi setiap siswa akan memiliki
rasa percaya diri saat mempresentasikan hasil belajarnya.
Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan ini kami lakukan secara online, melalui aplikasi zoom. Kegiatan
ini kami lakukan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 19 Januari 2022
Tempat : Aplikasi zoom
Kegiatan ini dilakukan secara efektif walaupun kami melakukannya secara
online. Urutan kegiatannya :
 Membaca Do’a.
 Masing-masing anggota kelompok membaca buku paket ekonomi yang
telah dipinjamkan oleh sekolah.
 Setiap anggota kelompok mulai mengemukakan kesimpulannya.
 Mengambil kesimpulan akhir.
 Menuliskan kesmipulan akhir dalam laporan ini.
 Membuat Power Point Text dari kesimpulan tersebut.
PEMBAHASAN MATERI

Otoritas Jasa Keuangan


(OJK) adalah lembaga yang
independen yang
mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan,
pengawasan,
pemeriksaan,dan penyidikan.
OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.[1] OJK didirikan
untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan
pasar modal dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia
dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen
industri jasa keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:

1. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;


2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil; dan
3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan


2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;


2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter
pada Lembaga Jasa Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan;
2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif;
3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,
dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau
pihak tertentu;
5. melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan; dan
8. memberikan dan/atau mencabut:
1. izin usaha;
2. izin orang perseorangan;
3. efektifnya pernyataan pendaftaran;
4. surat tanda terdaftar;
5. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6. pengesahan;
7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Susunan Dewan Komisioner terdiri atas:

1. seorang Ketua merangkap anggota;


2. seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
merangkap anggota;
6. seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;
8. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
9. seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan
pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.
Seluruh Bank Telah Terdaftar Dan Diawasi Oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

 Bank Central Asia


 Bank Negara Indonesia
 Bank Mandiri
 Bank Permata
 Bank Rakyat Indonesia
 Bank OCBC NISP
 KB Bukopin
 Bank CIMB Niaga
 Bank Tabungan Negara
 Bank Mega
 Bank Danamon
 Bank Tabungan Pensiunan Nasional
 Bank Internasional Indonesia
 Bank Woori Saudara
 Bank KEB HANA INDONESIA
 Bank Syariah Indonesia
 MNC Bank
 Bank Mayapada
Penutupan

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisa yang
diperoleh seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga baru yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Jasa Keuangan yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu. Otoritas Jasa Keuangan
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Otoritas Jasa
Keuangan perlu memiliki berbagai kewenangan, baik dalam rangka pengaturan
maupun pengawasan sektor jasa keuangan. Kewenangan di bidang pengaturan
diperlukan dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan baik yang diatur
dalam UU Otoritas Jasa Keuangan maupun UU di sektor jasa keuangan lainnya,
yang ditetapkan dalam bentuk peraturan Otoritas Jasa Keuangan maupun
Peraturan Dewan Komisioner. Sedangkan dalam melaksanakan tugas
pengawasan, wewenang Otoritas Jasa Keuangan adalah melakukan
pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan
lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, atau penunjang kegiatan jasa
keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan. Untuk mencapai tujuannya, OJK perlu dan harus
membangun sistem koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia, Kementrian
Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.
2. Pembentukan OJK di Indonesia tidak terlepas dari otoritas serupa di beberapa
negara lain, seperti Inggris, Jepang, Jerman, Korea dan Singapura. Sistem
pengawasan yang dilakukan Indonesia dan negara-negara tersebut sama yaitu
sistem pengawasan terpadu.Selain itu, tujuan pembentukan, tugas, dan
wewenang lembaga pengawas yang tidak jauh berbeda dengan tujuan utama
menjaga stabilitas sistem keuangan dan perlindungan konsumen. Otoritas
pengawas jasa keuangan di Inggris adalah Financial Services Authority yang
sifatnya independen dari pemerintah. Perbedaannya dengan OJK adalah
anggaran FSA hanya berasal dari pungutan terhadap industri jasa keuangan
yang diawasinya. Otoritas pengawas jasa keuangan di Jepang adalah Financial
Service Agency. Berbeda dengan OJK, FSA di Jepang merupakan bagian dari
kementerian keuangan dan anggarannya hanya berasal dari negara. Otoritas
pengawas jasa keuangan di Jerman adalah Bundesanstalt für
Finanzdienstleistungsaufsicht yang sifatnya independen. Oleh karena sifatnya
independen dari pemerintah, maka anggaran BaFin didapat dari pungutan
terhadap industri jasa keuangan yang diawasinya. Otoritas pengawas jasa
keuangan di Korea Selatan Financial Service Commission yang bertanggung
jawab terhadap perdana menteri. Sama dengan OJK, sumber anggaran FSC
berasal dari negara dan pungutan terhadap industri jasa keuangan. Berbeda
dengan OJK dan otoritas pengawas jasa keuangan di keempat negara
sebelumnya, otoritas pengawas jasa keuangan di Singapura adalah Monetary
Authority of Singapore. Selain bertugas untuk mengawasi industri keuangan,
MAS juga bertugas untuk menerbitkan mata uang. Selain itu, sumber anggaran
MAS berasal dari hasil kegiatan investasinya sendiri yang modalnya berasal
dari negara.

B. Saran
Dari hasil peneltian yang dilakukan, maka kami dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Agar tidak terjadi benturan antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan dalam pelaksanaan pengawasan terhadap industri perbankan, maka
perlulah adanya kejelasan mengenai pembagian tugas, wewenang, dan
koordinasi antara Bank Indonesia dengan OJK dalampengawasan industri
perbankan. Untuk itu, diperlukan adanya revisi dari Undang undang Bank
Indonesia mengenai fungsi pengawasannya yang telah dialihkan kepada OJK.
Selain itu perlunya pembentukan sebuah komite yang nantinya menangani
industri keuangan syari’ah. Hal ini karena banyaknya lembaga jasa keuangan,
seperti bank, pasar modal, hingga lembaga keuangan nonbank yang berbentuk
syariah. Komite ini diperlukan tak hanya untuk mengawasi, tetapi juga untuk
mengembangkan industri keuangan syariah yang memiliki potensi yang cukup
besar.
2. Berkaca dari negara lain, sistem koordinasi antara OJK, BI, dan Kementrian
Keuangan merupakan kunci berhasil tidaknya sistem pengawasan jasa keuangan
di Indonesia. Jika koordinasi antar lembaga tersebut lemah, maka tidak menutup
kemungkinan kondisi yang dialami Inggris bisa terjadi di Indonesia. Selain itu,
OJK sendiri harus independen, adil, transparan, akuntabilitas, dan tanggung
jawab agar tujuan pembentukan OJK sendiri dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai