Disusun oleh:
-Aldi Sutisna
-Insyaputra Ramadhana
-Pujatul Hasanah
Tiada gading yang retak ,dari pribahasa itu kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami
mengharapkan berbagai macam kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di masa
yang akan datang yang sifatnya membangun.
Akhir kalimat kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Kiranya makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………… xi
BAB 1 PENDAHULUAN
B.Rumusan masalah……………………………………………………………………………………………. 4
C.Tujuan penelitian…………………………………………………………………………………………….. 4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.Pengertian OJK………………………………………………………………………………………………… 5
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat sistem
keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itulah lahir sebuah kesepakatan untuk membentuk
Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002.
Meskipun Otoritas Jasa Keuangan dibadani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh
UU,nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan belum ada,sampai
akhirnya UU NO.24 TAHUN 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
B.Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan?
b. Apakah tujuan di buatnya Otoritas Jasa Keuangan?
C.Tujuan penelitian
a. Mengetahui yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan
b. Mengetahui tujuan dibuatnya Otoritas Jasa Keuangan
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Dalam buku Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Sutedi,2014), menjelaskan bahwa
0toritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor,
perbankan, pasar modal peransuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, serta lembaga jasa
keuangan lainnya.
OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan
pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran Bank Indonesia dalam
pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa keuangan.
Menurut para pakar ekonomi:
1. Menkeu Agus Martowardojo, pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi
kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK
merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia.
2. Fuad Rahmany, menyatakan bahwa OJK akan menghilangkan penyalahgunaan
kekuasaan yang selama ini cenderung muncul. Sebab dalam OJK, fungsi pengawasan dan
pengaturan dibuat terpisah.
3. Darmin Nasution, OJK adalah untuk mencari efesiensi di sektor perbankan , pasar modal
dan lembaga keuangan. Sebab, suatu perekonomian yang kuat, stabil, dan berdaya saing
membutuhkan dukungan dari sektor keuangan.
1.Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan.
4.Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh lembaga
baru.
Dalam melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi sektor perbankan, OJK memiliki
wewenang sebagai berikut:
1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja,
kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi, dan akuisisi
bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumbar dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan
aktivitas di bidang jasa.
1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3. Sistem informasi debitur;
4. Pengujian kredit (credit testing);dan
5. Standar akuntansi bank.
C . Mengatur dan mengawasi aspek kehati-hatian bank yang meliputi :
1. Manajemen risiko;
2. Tata kelola bank;
3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang;
4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan;serta
5. Melakukan pemeriksaan bank.
https:/deniaandro.blogspot.com
Astuti, sari dwi,dkk.buku ekonomi-otoritas jasa keuangan.Surakarta:mediatama.