Anda di halaman 1dari 20

OTORITAS JASA KEUANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari mata kuliah
lembaga keuangan
Dosen: Yulia Fithriany, SE., ME

Disusun oleh:

Kelompok 2
Rozan Sirojul Muhammad (1178020223)
Septi Nur Aeni (1178020226)
Silmi Qurrota Aini (1178020228)
Suryana Sanjaya (1178020239)
Tiara Rismayanti (1178020245)
Yeyen Desnita (1178020255)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan tugas kelompok dengan Mata
lembaga keuangan yang membahas tentang “Otoritas Jasa Keuangan”.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penyusun dan pembaca untuk
menambah pengetahuan maupun manfaat lainnya.

Bandung, 9 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. Definisi Otoritas Jasa Keuangan................................................................................3

B. Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan.............................................................4

C. Visi dan Misi OJK......................................................................................................5

D. Ruang Lingkup Pengaturan........................................................................................8

E. Fungsi, Tugas dan Wewenang OJK...........................................................................8

F. Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan....................................................................11

G. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat................................................................12

H. Studi kasus................................................................................................................12

I. Penyelesaian kasus.......................................................................................................13

BAB III...................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

A. KESIMPULAN........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan
pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU
No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas
pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.Dengan melihat
ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang pembentukkan lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukkan lembaga pengawasan akan
dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan
landasan dasar bagi pembentukkan suatu lembaga independen untuk mengawasi
sector jasa keuangan.

Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk
pembentukkan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan dalam
kurun waktu hampir satu decade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidah dapat menjadi
pengawas perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak fenomena-
fenomena negative. Seperti Kasus Bank Century yang melakukan penyimpangan
tanpa ada ketakutan bertindak dan dikarenakan memang tidak ada lembaga tertentu
yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa menjadi penting,
apabila dalam perkembangan praktek perbankan dan pengawasan perlu dilakukan
dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kepentingan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan arti penting Otoritas Jasa Keuangan?

2. Bagaimana dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan?

1
3. Apa saja Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan?

4. Apa saja Tujuan, Fungsi, dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan?

5. Bagaimana tata kelola dan struktur Otoritas jasa keuangan?


6. Apa contoh Studi kasus dari Otoritas jasa keuangan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
2. Mengetahui dasar pembentukan otoritas jasa keuangan
3. Mengetahui Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan
4. Mengetahui, dan Memahami apa itu Tujuan, Fungsi, dan Kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan
5. Mengetahui bagaimana tata kelola dan struktur Otoritas jasa keuangan
6. Mengetahui apa contoh Studi kasus dari Otoritas jasa keuangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Otoritas Jasa Keuangan


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 21 tersebut.

Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara


resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31
Desember 2012. Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada
31 Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.

Sementara itu menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21


Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Bab 1 Pasal 1 pengertian OJK adalah
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat


ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang
memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.

3
Salah satu tugas utama OJK adalah mengatur dan mengawasi seluruh jasa
keuangan yang berada di negara Indonesia baik perbankan maupun lembaga
keuangan lainnya.Sementara itu yang dimaksud dengan lembaga keuangan lainnya
meliputi: asuransi, sekuritas, modal ventura, dana pensiun, lembaga pembiayaan,
dan lembaga jasa keuangan lainnya, termasuk pasar modal.

B. Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan


Otoritas jasa keuangan (OJK) adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan dan
pengawasan sector jasa keuangan, di mana sebelumnya kewenangan pengaturan
dan pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) didasarkan kepada 3
landasan, yaitu:
1. Landasan Filosofis
Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil
dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang
disemua sector perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara adil
kepada seluruh rakyat Indonesia.
2. Landasan Yuridis
a. Pasal 34 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
b. UU No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perppu No. 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia menjadi undang-undang.
3. Landasan Sosiologis
a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan
dibidang teknologi dan informasi serta inovasi finansial telah
menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan
saling terkait antar subsector keuangan baik dalam hal produk
maupun kelembagaan.

4
b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan
kepemilikan di berbagai subsector keuangan (konglomerasi)
menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa
keuangan di dalam sistem keuangan.
c. Banyaknya permasalahan lintas sektoral disektor jasa keuangan
yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya
perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas
sistem keuangan.
OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan dalam sector jasa keuangan. OJK didirikan untuk
menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal
dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam
pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industry jasa
keuangan.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat
mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga
meningkatkan daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga
kepentingan nasional. Antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,
pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap
mempertimbangkan aspek positif globalisasi.

C. Visi dan Misi OJK


 Visi

Menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya,


melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat dan mampu mewujudkan
industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing
global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

 Misi
5
a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; 

b. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil


serta; 

c. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Dalam rangka pencapaian visi dan misinya, OJK memiliki delapan strategi utama:
Strategi 1:
 Mengintegrasikan pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi dan menghilangkan duplikasi serta
pengaturan yang terpisah pisah melalui harmonisasi kebijakan. Dengan demikian
akan diperoleh nilai tambah berupa peningkatan efisiensi dan konsistensi
kebijakan pengurangan arbitrasi sehingga mendorong kesetaraan dalam industri
keuangan, pengurangan biaya terhadap industri dan masyarakat. Integrasi akan
mengacu pada Arsitektur Pengembangan Sektor Jasa Keuangan yang
mensinergikan berbagai master plan yang telah disusun sebelumnya di Bank
Indonesia dan Bapepam-LK.
Strategi 2:
Meningkatkan kapasitas pengaturan dan pengawasan. Strategi ini ditempuh
melalui adopsi kerangka peraturan yang lebih baik dan disesuaikan dengan
kompleksitas, ukuran, integrasi dan konglomerasi sektor keuangan. Selain itu juga
akan dikembangkan metode pengawasan termutakhir dan bersifat holistik bagi
seluruh sektor keuangan, termasuk penyempurnaan metode penilaian risiko dan
deteksi dini permasalahan di lembaga keuangan.
Strategi 3: 
Memperkuat ketahanan dan kinerja sistem keuangan. Strategi ini ditempuh
dengan memberikan fokus pada penguatan likuiditas dan permodalan bagi seluruh
lembaga keuangan, sehingga lebih tangguh dalam menghadapi risiko baik dalam
masa normal maupun krisis.

6
Strategi 4: 
Mendukung peningkatan stabilitas sistem keuangan. Selain mengatur dan
mengawasi industri keuangan secara individual, OJK juga menganalisis dan
memantau potensi risiko sistemik di masing-masing individual lembaga keuangan.
Kewenangan untuk melakukan pengawasan secara integrasi akan memberi ruang
bagi OJK untuk memantau secara lebih dalam berbagai kemungkinan risiko dan
mengambil langkah-langkah mitigasinya, terutama risiko yang terjadi di
konglomerasi keuangan.
Strategi 5: 
Meningkatkan budaya tata kelola dan manajemen risiko di lembaga
keuangan. Budaya tata kelola dan manajemen risiko yang baik harus menjadi jiwa
dalam kegiatan di sektor keuangan. Untuk itu OJK akan menerapkan prinsip-
prinsip tata kelola dan manajemen risiko yang setara di seluruh lembaga jasa
keuangan. Tidak kalah pentingnya adalah pengembangan budaya integritas yang
menuntut kepemimpinan yang kuat dan berkarakter. Untuk itu ke depan OJK akan
memberikan bobot lebih pada penilaian aspek ini dalam proses fit and proper
test pengurus lembaga keuangan.
Strategi 6: 
Membangun sistem perlindungan konsumen keuangan yang terintegrasi
dan melaksanakan edukasi dan sosialisasi yang masif dan komprehensif. Strategi
ini diperlukan untuk mengefektifkan dan memperkuat bentuk- bentuk
perlindungan konsumen yang selama ini masih tersebar, sehingga bersama sama
dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi akan mewujudkan level playing field yang
sama antara lembaga jasa keuangan dengan konsumen keuangan.
Strategi 7: 
Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia. Strategi ini
diperlukan untuk menjawab kebutuhan akan capacity building bagi pengawas.
Strategi 8: 
Meningkatkan tata kelola internal dan quality assurance. Untuk keperluan
ini, OJK akan menerapkan standar kualitas yang konsisten di seluruh level

7
organisasi, menyelaraskan antara tujuan OJK dengan kebutuhan pemangku
kepentingan antara lain membuka dialog dengan industri secara berkala, dan
memastikan pengambilan keputusan yang tepat sehingga memberikan manfaat
bagi masyarakat.

D. Ruang Lingkup Pengaturan


Seperti diuraikan sebelumnya bahwa Undang-undang Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata
kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan
pengawasan terhadap sector jasa keuangan.

Pengecualian Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap:

1. Jenis-jenis produk jasa keuangan


2. Cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan
3. Tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial
4. Serta ketentuan tentang jasa penunjang sector jasa keuangan dan lain
sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur oleh undang-
undang tersendiri.
Sedangkan status kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah :
1. Merupakan lembaga pengawasan sector jasa keuangan
2. Independen
3. Berkedudukan di ibu kota Negara
4. Berkantor di dalam dan luar negeri.

E. Fungsi, Tugas dan Wewenang OJK


OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas utama dari OJK
adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap:

8
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga


Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:

1. Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank


yang meliputi:
 Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan
sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta
pencabutan izin usaha bank;
 Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
 Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman
terhadap simpanan dan pencadangan bank; laporan bank yang terkait
dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem informasi debitur; pengujian
kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank;
 Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,
meliputi: manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal
nasabah dan anti-pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan
terorisme dan kejahatan perbankan; serta pemeriksaan bank.
2. Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) meliputi:
 Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
 Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
 Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;

9
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter
pada lembaga jasa keuangan;
 Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
3. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) meliputi:
 Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
 Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif;
 Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku,
dan atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
 Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau
pihak tertentu;
 Melakukan penunjukan pengelola statuter;
 Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
 Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
 Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.

10
F. Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan
OJK sebagai lembaga yang dibentuk oleh pemerintahmemiliki tugas yang
sangat mulia. Kehadiran OJK yang membela semua kepentingan dengan kemajuan
perekonomian Negara secara luas dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, segala sepak terjang OJK sangat didukung oleh berbagai pihak di tanah
air.
Posisi OJK dalam memajukan perekonomian Negara dan meningkatkan
kemakmuran masyarakat Indonesia, sangatlah strategis, OJK memiliki senjata
yang ampuh untuk mengatur, menegakkan dan mengambil tindakan atas tugas dan
wewenang yang telah diberikan kepadanya.
Adapun nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah
 Integritas
Adalah bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode
etik dan kebijakan organisasi dengan menjungjung tinggi kejujuran dan
komitmen mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
1. Profesionalisme
2. Sinergi
Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan
baik internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
3. Inklusif
Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku
kepentingan serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat
terhadap industry keuangan.
4. Visioner
Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat
kedepan (forward looking) serta dapat berpikir diluar kebiasaan (out of
the box thinking).

11
G. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat
Dalam hal perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK diberikan
kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat. Bentuk perlindungan adalah meminta lembaga Jasa Keuangan untuk
menghentikan kegiatannya apabila kegitan tersebut berpotensi merugikan
masyarakat. Kemudian OJK akan melakukan pembelaan hukum untuk
kepentingan konsumen berupa pengajuan gugatan di pengadilan terhadap pihak-
pihak yang menyebabkan kerugian bagi konsumen di sector jasa keuangan.
OJK juga memberikan peringatan kepada perusahaan yang dianggap
menyimpang agar segera memperbaikinya. Kemudian memberikan informasi
kepada masyarakat tentang aktivitas perusahaan yang dapat merugikan
masyarakat. Dengan demikian, kehidaran OJK benar-benar dapat memberikan
perlidungan sepenuhnya kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman.
Kehadiran OJK mampu meminimalkan kerugian yang diderita masyarakat akibat
perbuatan nakal lembaga jasa keuangan. Hanya saja masyarakat juga diminta lebih
hati-hati dalam melakukan bisnis, perhatikan rambu-rambu yang jelas sebelum
melakukan kegiatan usaha terutama dibidang bisnis jasa keuangan.

H. Studi kasus

Kasus yang kami ambil adalah kasus ojk ungkap kasus tindak pidana
perbankan di BPR MAMS bekasi Otoritas Jasa Keuangan mengungkap kasus
Tindak Pidana Perbankan yang dilakukan Komisaris BPR Multi Artha Mas
Sejahtera berinisial H dengan nilai Rp 6,280 miliar yang digunakan untuk
kepentingan pribadi.

Kepala Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan, Rokhmad Sunanto


menjelaskan bahwa pengungkapan kasus ini berawal dari temuan dalam proses
pengawasan yang dilakukan OJK terhadap kegiatan BPR MAMS yang kemudian
ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja Penyidikan Sektor Jasa Keuangan OJK.

12
Modus operandi yang dilakukan H sebagai Komisaris PT. BPR MAMS adalah
dengan pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
bank dan/atau dengan sengaja menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam
pembukuan atau dalam laporan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi atau rekening PT. BPR Multi Artha Mas Sejahtera
Bekasi.

I. Penyelesaian kasus

Penyelesaia yang dilakukan OJK terhadap kasus BPR MAMS yaitu.


Sejumlah tindakan penyidikan yang telah dilakukan OJK terkait kasus ini antara
lain: memeriksa 6 orang saksi termasuk pegawai PT. BPR MAMS Bekasi, 1 orang
ahli dari Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia (PERBANAS) di
Jakarta; memeriksa 1 orang tersangka.

Kemudian pihak OJK menyita barang bukti berupa dokumen kredit dan
kelengkapannya dengan penetapan penyitaan dari Pengadilan Negeri Bekasi;
menyerahkan Berkas Perkara kepada Jaksa Penuntut Umum; menyerahkan
tersangka dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum.  

PT. Bank Perkreditan Rakyat Multi Artha Mas Sejahtera, yang beralamat di Revo
Town (d/h Bekasi Square Shopping Center) Nomor 78, Pekayon Jaya, Kota
Bekasi telah dicabut izin usahanya oleh OJK sejak 2 tahun lalu, yakni sejak
tanggal 26 Agustus 2016.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang
dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan
asuransi. Adapun tujuan utama pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan
memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat, melindungi
kepentingan konsumen jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai
Visi dan Misi, Tujuan, Fungsi, dan Kewenangan yang semuanya sudah dipaparkan
pada Bab II bagian Pembahasan.
Otoritas Jasa keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaaan, dan penyidikan di mana sebelumnya
kewenangan pengaturan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan, Bank indonesia dan Bank Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK). Dasar hukum OJK terdapat di undang-undang nomor 21
tahun 2011.
Tugas OJK dari beberapa sistem perbankan maupun non bank, diantaranya:
Perbankan, Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Pegadaian, Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia, Lembaga Penjaminan, Perusahaan Pembiayaan
Sekunder Perumahan dan Penyelenggara program jaminan sosial, pensiun dan
kesejahteraan.
Wewenang OJK Membuat dan menetapkan peraturan sebagai pelaksanaan
peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan, Memberi dan mencabut izin
untuk melakukan kegiatan di bidang jasa keuangan.

14
Kendala OJK di Indonesia ada tiga: Restrukturisasi organisasi, Biaya
Operasional, dan Koordinasi. Problematika Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia
adalah sumber pembiayaan dan susunan dewan komisioner OJK, Permasalahan
selanjutnya terkait susunan dewan komisioner OJK dan Aturan hukum yang
menjadi acuan OJK sendiri juga masih menjadi bahan perdebatan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Siamat, dahlan.2005.Manajemen Lembaga Keuangan.Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universutas Indonesia: Jakarta

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada: 2014)

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014, (Jakarta; 2014)

Dr.Kasmir.2014.Dasar-Dasar Perbankan.PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

https://deniaandro.blogspot.com/2015/05/makalah-otoritas-jasa-keuangan.html?m=1

http://zakiyatur97.blogspot.com/2018/09/makalah-otoritas-jasa-keuangan.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai