Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari mata kuliah
lembaga keuangan
Dosen: Yulia Fithriany, SE., ME
Disusun oleh:
Kelompok 2
Rozan Sirojul Muhammad (1178020223)
Septi Nur Aeni (1178020226)
Silmi Qurrota Aini (1178020228)
Suryana Sanjaya (1178020239)
Tiara Rismayanti (1178020245)
Yeyen Desnita (1178020255)
JURUSAN MANAJEMEN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan tugas kelompok dengan Mata
lembaga keuangan yang membahas tentang “Otoritas Jasa Keuangan”.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penyusun dan pembaca untuk
menambah pengetahuan maupun manfaat lainnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
H. Studi kasus................................................................................................................12
I. Penyelesaian kasus.......................................................................................................13
BAB III...................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
A. KESIMPULAN........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan
pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU
No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas
pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.Dengan melihat
ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang pembentukkan lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukkan lembaga pengawasan akan
dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan
landasan dasar bagi pembentukkan suatu lembaga independen untuk mengawasi
sector jasa keuangan.
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk
pembentukkan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall dengan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan dalam
kurun waktu hampir satu decade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidah dapat menjadi
pengawas perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak fenomena-
fenomena negative. Seperti Kasus Bank Century yang melakukan penyimpangan
tanpa ada ketakutan bertindak dan dikarenakan memang tidak ada lembaga tertentu
yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa menjadi penting,
apabila dalam perkembangan praktek perbankan dan pengawasan perlu dilakukan
dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kepentingan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan arti penting Otoritas Jasa Keuangan?
1
3. Apa saja Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
2. Mengetahui dasar pembentukan otoritas jasa keuangan
3. Mengetahui Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan
4. Mengetahui, dan Memahami apa itu Tujuan, Fungsi, dan Kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan
5. Mengetahui bagaimana tata kelola dan struktur Otoritas jasa keuangan
6. Mengetahui apa contoh Studi kasus dari Otoritas jasa keuangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 21 tersebut.
3
Salah satu tugas utama OJK adalah mengatur dan mengawasi seluruh jasa
keuangan yang berada di negara Indonesia baik perbankan maupun lembaga
keuangan lainnya.Sementara itu yang dimaksud dengan lembaga keuangan lainnya
meliputi: asuransi, sekuritas, modal ventura, dana pensiun, lembaga pembiayaan,
dan lembaga jasa keuangan lainnya, termasuk pasar modal.
4
b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan
kepemilikan di berbagai subsector keuangan (konglomerasi)
menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa
keuangan di dalam sistem keuangan.
c. Banyaknya permasalahan lintas sektoral disektor jasa keuangan
yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya
perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas
sistem keuangan.
OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan dalam sector jasa keuangan. OJK didirikan untuk
menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal
dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam
pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industry jasa
keuangan.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat
mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga
meningkatkan daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga
kepentingan nasional. Antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,
pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap
mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Misi
5
a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
Dalam rangka pencapaian visi dan misinya, OJK memiliki delapan strategi utama:
Strategi 1:
Mengintegrasikan pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi dan menghilangkan duplikasi serta
pengaturan yang terpisah pisah melalui harmonisasi kebijakan. Dengan demikian
akan diperoleh nilai tambah berupa peningkatan efisiensi dan konsistensi
kebijakan pengurangan arbitrasi sehingga mendorong kesetaraan dalam industri
keuangan, pengurangan biaya terhadap industri dan masyarakat. Integrasi akan
mengacu pada Arsitektur Pengembangan Sektor Jasa Keuangan yang
mensinergikan berbagai master plan yang telah disusun sebelumnya di Bank
Indonesia dan Bapepam-LK.
Strategi 2:
Meningkatkan kapasitas pengaturan dan pengawasan. Strategi ini ditempuh
melalui adopsi kerangka peraturan yang lebih baik dan disesuaikan dengan
kompleksitas, ukuran, integrasi dan konglomerasi sektor keuangan. Selain itu juga
akan dikembangkan metode pengawasan termutakhir dan bersifat holistik bagi
seluruh sektor keuangan, termasuk penyempurnaan metode penilaian risiko dan
deteksi dini permasalahan di lembaga keuangan.
Strategi 3:
Memperkuat ketahanan dan kinerja sistem keuangan. Strategi ini ditempuh
dengan memberikan fokus pada penguatan likuiditas dan permodalan bagi seluruh
lembaga keuangan, sehingga lebih tangguh dalam menghadapi risiko baik dalam
masa normal maupun krisis.
6
Strategi 4:
Mendukung peningkatan stabilitas sistem keuangan. Selain mengatur dan
mengawasi industri keuangan secara individual, OJK juga menganalisis dan
memantau potensi risiko sistemik di masing-masing individual lembaga keuangan.
Kewenangan untuk melakukan pengawasan secara integrasi akan memberi ruang
bagi OJK untuk memantau secara lebih dalam berbagai kemungkinan risiko dan
mengambil langkah-langkah mitigasinya, terutama risiko yang terjadi di
konglomerasi keuangan.
Strategi 5:
Meningkatkan budaya tata kelola dan manajemen risiko di lembaga
keuangan. Budaya tata kelola dan manajemen risiko yang baik harus menjadi jiwa
dalam kegiatan di sektor keuangan. Untuk itu OJK akan menerapkan prinsip-
prinsip tata kelola dan manajemen risiko yang setara di seluruh lembaga jasa
keuangan. Tidak kalah pentingnya adalah pengembangan budaya integritas yang
menuntut kepemimpinan yang kuat dan berkarakter. Untuk itu ke depan OJK akan
memberikan bobot lebih pada penilaian aspek ini dalam proses fit and proper
test pengurus lembaga keuangan.
Strategi 6:
Membangun sistem perlindungan konsumen keuangan yang terintegrasi
dan melaksanakan edukasi dan sosialisasi yang masif dan komprehensif. Strategi
ini diperlukan untuk mengefektifkan dan memperkuat bentuk- bentuk
perlindungan konsumen yang selama ini masih tersebar, sehingga bersama sama
dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi akan mewujudkan level playing field yang
sama antara lembaga jasa keuangan dengan konsumen keuangan.
Strategi 7:
Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia. Strategi ini
diperlukan untuk menjawab kebutuhan akan capacity building bagi pengawas.
Strategi 8:
Meningkatkan tata kelola internal dan quality assurance. Untuk keperluan
ini, OJK akan menerapkan standar kualitas yang konsisten di seluruh level
7
organisasi, menyelaraskan antara tujuan OJK dengan kebutuhan pemangku
kepentingan antara lain membuka dialog dengan industri secara berkala, dan
memastikan pengambilan keputusan yang tepat sehingga memberikan manfaat
bagi masyarakat.
8
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
9
Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter
pada lembaga jasa keuangan;
Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
3. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) meliputi:
Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif;
Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku,
dan atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau
pihak tertentu;
Melakukan penunjukan pengelola statuter;
Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.
10
F. Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan
OJK sebagai lembaga yang dibentuk oleh pemerintahmemiliki tugas yang
sangat mulia. Kehadiran OJK yang membela semua kepentingan dengan kemajuan
perekonomian Negara secara luas dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, segala sepak terjang OJK sangat didukung oleh berbagai pihak di tanah
air.
Posisi OJK dalam memajukan perekonomian Negara dan meningkatkan
kemakmuran masyarakat Indonesia, sangatlah strategis, OJK memiliki senjata
yang ampuh untuk mengatur, menegakkan dan mengambil tindakan atas tugas dan
wewenang yang telah diberikan kepadanya.
Adapun nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah
Integritas
Adalah bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode
etik dan kebijakan organisasi dengan menjungjung tinggi kejujuran dan
komitmen mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
1. Profesionalisme
2. Sinergi
Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan
baik internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
3. Inklusif
Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku
kepentingan serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat
terhadap industry keuangan.
4. Visioner
Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat
kedepan (forward looking) serta dapat berpikir diluar kebiasaan (out of
the box thinking).
11
G. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat
Dalam hal perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK diberikan
kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat. Bentuk perlindungan adalah meminta lembaga Jasa Keuangan untuk
menghentikan kegiatannya apabila kegitan tersebut berpotensi merugikan
masyarakat. Kemudian OJK akan melakukan pembelaan hukum untuk
kepentingan konsumen berupa pengajuan gugatan di pengadilan terhadap pihak-
pihak yang menyebabkan kerugian bagi konsumen di sector jasa keuangan.
OJK juga memberikan peringatan kepada perusahaan yang dianggap
menyimpang agar segera memperbaikinya. Kemudian memberikan informasi
kepada masyarakat tentang aktivitas perusahaan yang dapat merugikan
masyarakat. Dengan demikian, kehidaran OJK benar-benar dapat memberikan
perlidungan sepenuhnya kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman.
Kehadiran OJK mampu meminimalkan kerugian yang diderita masyarakat akibat
perbuatan nakal lembaga jasa keuangan. Hanya saja masyarakat juga diminta lebih
hati-hati dalam melakukan bisnis, perhatikan rambu-rambu yang jelas sebelum
melakukan kegiatan usaha terutama dibidang bisnis jasa keuangan.
H. Studi kasus
Kasus yang kami ambil adalah kasus ojk ungkap kasus tindak pidana
perbankan di BPR MAMS bekasi Otoritas Jasa Keuangan mengungkap kasus
Tindak Pidana Perbankan yang dilakukan Komisaris BPR Multi Artha Mas
Sejahtera berinisial H dengan nilai Rp 6,280 miliar yang digunakan untuk
kepentingan pribadi.
12
Modus operandi yang dilakukan H sebagai Komisaris PT. BPR MAMS adalah
dengan pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
bank dan/atau dengan sengaja menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam
pembukuan atau dalam laporan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi atau rekening PT. BPR Multi Artha Mas Sejahtera
Bekasi.
I. Penyelesaian kasus
Kemudian pihak OJK menyita barang bukti berupa dokumen kredit dan
kelengkapannya dengan penetapan penyitaan dari Pengadilan Negeri Bekasi;
menyerahkan Berkas Perkara kepada Jaksa Penuntut Umum; menyerahkan
tersangka dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum.
PT. Bank Perkreditan Rakyat Multi Artha Mas Sejahtera, yang beralamat di Revo
Town (d/h Bekasi Square Shopping Center) Nomor 78, Pekayon Jaya, Kota
Bekasi telah dicabut izin usahanya oleh OJK sejak 2 tahun lalu, yakni sejak
tanggal 26 Agustus 2016.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang
dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan
asuransi. Adapun tujuan utama pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan
memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat, melindungi
kepentingan konsumen jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai
Visi dan Misi, Tujuan, Fungsi, dan Kewenangan yang semuanya sudah dipaparkan
pada Bab II bagian Pembahasan.
Otoritas Jasa keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaaan, dan penyidikan di mana sebelumnya
kewenangan pengaturan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan, Bank indonesia dan Bank Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK). Dasar hukum OJK terdapat di undang-undang nomor 21
tahun 2011.
Tugas OJK dari beberapa sistem perbankan maupun non bank, diantaranya:
Perbankan, Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Pegadaian, Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia, Lembaga Penjaminan, Perusahaan Pembiayaan
Sekunder Perumahan dan Penyelenggara program jaminan sosial, pensiun dan
kesejahteraan.
Wewenang OJK Membuat dan menetapkan peraturan sebagai pelaksanaan
peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan, Memberi dan mencabut izin
untuk melakukan kegiatan di bidang jasa keuangan.
14
Kendala OJK di Indonesia ada tiga: Restrukturisasi organisasi, Biaya
Operasional, dan Koordinasi. Problematika Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia
adalah sumber pembiayaan dan susunan dewan komisioner OJK, Permasalahan
selanjutnya terkait susunan dewan komisioner OJK dan Aturan hukum yang
menjadi acuan OJK sendiri juga masih menjadi bahan perdebatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Siamat, dahlan.2005.Manajemen Lembaga Keuangan.Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universutas Indonesia: Jakarta
https://deniaandro.blogspot.com/2015/05/makalah-otoritas-jasa-keuangan.html?m=1
http://zakiyatur97.blogspot.com/2018/09/makalah-otoritas-jasa-keuangan.html?m=1
16