Oleh:
Indri Shafiyya
3061311083
Reka Rizky
3061311
Hendri Wiguna
3061311
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul Akad Musyarakah. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang
diberikan
pada
mata
kuliah
Akuntansi
Syariah
di
Universitas
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................4
1.3 Tujuan ..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Musyarakah ..........................................................................5
2.2 Karakteristik Musyarakah ..................................................................6
2.3 Dasar syariah
2.3.1
sumber
hukumrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
2.4 Jenis-jenis Musyarakah .....................................................................
2.5 Manfaat Musyarakah ..........................................................................
2.6 Standar Akuntansi ..............................................................................
2.7 Perlakuan Akuntansi ...........................................................................
BAB III STUDI KASUS
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bisnis perbankan syariah di Indonesia saat ini mengalami
kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012
yang disampaikan oleh Bank Indonesia, volume usaha perbankan syariah
dalam kurun waktu satu tahun terakhir, khususnya Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Tingginya pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari tingginya
pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan pertumbuhan penyaluran
dana pada sisi aktiva. Penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran dana
masyarakat meningkat, hal ini tentu dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat
untuk menyimpan atau menginvestasikan dananya pada bank syariah.
Dalam melakukan kegiatan usaha, bank syariah selain diatur oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, juga harus tunduk pada prinsipprinsip syariah yang ditentukan dalam Al Quran dan hadits, sehingga
pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah tersebut mengimplementasikan
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Salah satu prinsip-prinsip ekonomi Islam
adalah pelarangan riba dalam berbagai bentuk. Sifat yang tampak dalam riba
tersebut adalah suatu keuntungan yang diambil oleh orang yang menjalankan
riba, yaitu mengeksploitasi tenaga orang lain, di mana ia mendapatkan upah
tanpa mencurahkan tenaga sedikit pun. Disamping itu, karena harta yang
menghasilkan riba itu dijamin keuntungannya, dan tidak mungkin rugi. Dan
ini tentu bertentangan dengan kaidah: al-gharam bil ghanami.
Fungsi Bank Syariah pada umumnya sama dengan Bank Konvensional,
yaitu sebagai lembaga intermediasi dan manajer investasi yang mengerahkan
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk fasilitas pembiayaan.Hal yang
membedakan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional yaitu Bank
1
secara tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Musyarakah
Berdasarkan atas jurnal penelitian yang terlampir dapat disimpulkan
bahwa definisi musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Pengertian Secara Bahasa
Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa arab yang berari
mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain.
Kata sirkah dalam bahasa arab yang berarti mencampur.dalam hal ini
mencampur satu modal dengqn modal yang lain sehingga tiak dapat di
pisahkan satu sama lain. Kata syirkah dalam balam bahasa arab berasal dari
bahasa syarikah (fiil madhi) syarikah yang artinya menjadikan sekutu atau
syarikat. Menurut arti asli bahasa arab. Syirkah berarti mencampurkan dua
bagian atau lebih, sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan
bagian lainnya.
Pengertian Secara Fiqih
Adapun menurut makna syara, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak
atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja dengan tuuuan memperoleh
keuntungan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
seuatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan risiko berdasarkan porsi kontribusi dana.
5
sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset
tersebut.
Untuk menjaga kelangsungan kerja sama, pengambilan keputusan yang
menyangkut harta bersama harus mendapat persetujuan dari semua mitra,
dengan kata lain seorang mitra tidak dapat bertindak dalam penggunaan harta
bersama kecuali atas ijin mitra bersangkutan.
Musyarakah pemilikan kadang bersifat ikhtiaryyah (sukarela) atau
jabariyyah (tidak sukarela), apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat)
dapat dibagi, namun para mitra memutuskan untuk tetap memilikinya
bersama, maka musyarakah pemilikan tersebut bersifat ikhtiari (sukarlela).
Namun apabila barang tersebut tidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksa
untuk memilikinya bersama maka musyarakah pemilikan tersebut bersifat
jabari (tidak suka rela).
2. Musyarakah Akad (Kontrak)
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Merekapun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.
Musyarakah akad terbagi menjadi: al-inan, al-mufuadhah, al-amaal, alwujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat tentang almudharabah, apakah ia termasuk jenis al-musyarakah atau bukan. Beberapa
ulama menganggap al-mudharabah termasuk kategori al-musyarakah karena
memenuhi rukun dan syarat beberapa akad (kontrak) musyarakah. Adapun
ulama lain menganggap al-mudharabah tidak termasuk sebagai almusyarakah.
a. Syirkah Al-Inan
Syirkah al-inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
9
sebagaimana yang disepakati antara mereka. Akan tetapi, porsi masingmasing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus
sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. Mayoritas ulama
membolehkan jenis al-musyarakah ini.
b. Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan
kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis almusyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan kerja, tanggung
jawab, dan beban utang oleh masing-masing pihak.
c. Syirkah Amaal
Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap
sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima
pembuatan order seragam sebuah kantor. Al-musyarakah ini kadangkadang disebut musyarakah abdan atau sanaai.
d. Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang
secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai. Mereka berbagi keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan
kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis al-musyarakah ini
tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai
musyarakah piutang.
10
e. Syirkah Al-Mudharabah
Syirkah Al-Mudharabah atau juga sering disebut dengan istilah
syirkah qiradh. Syirkah mudharabah mengharuskan ada dua pihak, yaitu
pihak pemilik modal (shahibul maal) dan pihak pengelola (mudhorib).
Pihak pemodal menyerahkan modalnya dengan akad wakalah kepada
seorang sebagai pengelola untuk dikelola dan dikembangkan menjadi
sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan (profit).
Keuntungan dari usaha akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, dan
manakala terjadi kerugian bukan karena kesalahan manajemen (kelalaian),
maka kerugian ditanggung oleh pihak pemodal. Hal ini karena hukum
akad wakalah menetapkan hukum orang yang menjadi wakil tidak bisa
menanggung kerugian, sebagaimana diriwayatkan oleh Ali R.A. yang
berkata: Pungutan itu tergantung pada kekayaan, sedangkan laba
tergantung pada apa yang mereka sepakati bersama. [Abdulrrajak,
dalam kitab Al Jami].
Secara manajemen, pihak pengelola wajib melakukan pengelola
secara baik, amanah dan profesional, sedangkan pihak pemodal tidak
diperbolehkan ikut mengelola/bekerja bersama pengelolanya.
Pengelola berhak untuk memilih dan membentuk tim kerjanya
(teamwork) tanpa harus seizin pemodal, demikian pula dalam pengambilan
kebijakan dan langkah-langkah operasional perusahaan.
2.5 Manfaat Musyarakah
1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha
bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
11
3.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar, halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang
riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang di hasilkan
nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.6 Standar Akuntansi
1. Pengakuan dan Pengukuran Awal pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau
penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah.
Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut :
- Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan ; Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas, maka selisih tersebut
diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada saat penyerahan.
- Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya,biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
2. Pengakuan Bagian Bank atas Pembiayaan Musyarakah setelah akad
a. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai sebesar nilai
historis (jumlah yang dibayarkan atau nilai wajar aktiva non-kas pada saat
penyerahan modal musyarakah) setelah dikurangi dengan kerugian, apabila
ada.
12
musyarakah
diakui
secara
proposional
sesuai
dengan
kontribussi modal.
b. Apabila pembiayaan musyarakah permanen melewati satu periode
pelaporan, maka laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah
bagi hasil yang disepakati ; rugi diakui dalam periode terjadinya kerugian
tersebut dan mengurangi pembiayaan musyarakah.
c. Apabila pembiayaan musyarakah menurun melewati satu periode
pelaporan dan terdapat pengembalian sebagian atau seluruh pembiayaan,
maka laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah yang
disepakati ; rugi diakui dalam periode terjadinya secara proposional sesuai
dengan kontribusi modal dan mengurangi pembiayaan musyarakah.
d. Pada saat akad diakhiri, laba yang belum diterima bank dari pembiayaan
musyarakah yang masih perfoarming diakui sebagai piutang kepada mitra.
13
Perlakuan Akuntansi
1. Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah
Modal harus berbentuk tunai dan bisa berupa emas atau perak yang
setara. Modal bisa saja berbentuk trading assets seperti barang, property, dan
peralatan lainnya. Modal mungkin saja juga berbentuk hak tak terujud,
seperti hak paten, hak gadai, paten dan lainnya. Mazhab syafii dan maliki
mengatakan bahwa dana yang diperoleh dari mitra harus dicampur agar
tidak ada hak istimewa diantara mereka.. meskipun demikian mazhab hanafi
tidak menentukan pembagian dana dalam bentuk tunai, dan mazhhab
Hanbali tidak mensyaratkan adanya percampuran modal. Partisipasi dari
para mitra dalam pekerjaan Musyarakah merupakan dasar hukum dan
dilarang salah satu pihak untuk menghindari atau tidak mau terlibat.
Modal musyarakah diatur oleh sekelompok asas, di mana yang
terpenting adalah: saham mitra haruslah diketahui, yang di tetapkan dan di
sepakati pada waktu pengadaan akad, dan harus ada dalam bentuk tunai atau
semacamnya, namun tidak dalam bentuk hutang, untuk menghindarkan
penipuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan dalam menggunakan modal.
Ada dua alasan untuk tidak menggunakan nilai historis dalam mengukur
asset non moneter yang mewakili saham Bank Islam dalam Musyarakah
yaitu:
- Penerapan nilai asset yang sudah disepakati kedua belah pihak harus
menerima hasil dari penilaian akuntansi keuangan yang objektif dan
dibukukan dalam pernyataan Objektif.y
14
dibayarkan ; aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas, maka selisih tersebut
di akui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan.
b.
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai
Jurnal Musyarakah
1. Pada saat bank membayarkan uang tunai kepada mitra (syirkah)
Db. Pembiayaan musyarakah
Kr. Kas/Rekening mitra /Kliring
2. Pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada mitra (syirkah)
15
Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai buku:
Db. Pembiayaan musyarakah
Db. Kerugian penyerahan aktiva
Kr. Aktiva non-kas
Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku:
Db. Pembiayaan musyarakah
Kr. Aktiva non-kas
Kr. Keuntungan penyerahan aktiva
3. Pengeluaran biaya dalam rangka akad musyarakah
Db. Uang muka dalam rangka akad musyarakah
Kr. Kas/Kliring
4. Pengakuan biaya-biaya yang dikeluarkan atas pemberian pembiayaan
musyarakah
Jika
berdasarkan
kesepakatan
dapat
diakui
sebagai
biaya
pembiayaanmusyarakah
Db. Biaya akad musyarakah
Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah
Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan musyarakah
Db. Pembiayaan musyarakah
Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah
5. Penerimaan pendapatan/keuntungan musyarakah
Db Kas/Rekening mitra /Kliring
16
Kr Pendapatan/keuntungan musyarakah
6. Penerimaan pendapatan/keuntungan musyarakah akrual
Db. Piutang - pendapatan bagi hasil musyarakah
Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah akrual
7. Pengakuan kerugian musyarakah
Db. Penyisihan kerugian penghapusbukuan aktiva produktif-pembiayaan
musyarakah
Kr. Pembiayaan musyarakah
8. Pengakuan keuntungan musyarakah akrual
Db. Piutang pendapatan musyarakah akrual
Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah akrual
9. Penerimaan pembayaran piutang pendapatan musyarakah akrual
Db. Kas/rekening
Kr. Piutang pendapatan musyarakah akrual
10. Penurunan/pelunasan modal musyarakah dengan mengalihkan kepada
mitra musyarakah
lainnya
Db Kas/Rekening mitra
Kr Pembiayaan musyarakah
11. Pengakuan kerugian yang lebih tinggi dari modal mitra akibat kelalaian
atau penyimpangan mitra musyarakah
Db Piutang musyarakah jatuh tempo
Kr Pembiayaan musyarakah
17
18
BAB III
STUDI KASUS
Pada tanggal 1 agustus bank syariah memberikan fasilitas pembiayaan
musyarakah kepada tuhan abdulah dalam usaha pabrik penglolaan kelapa
sawit dan telah disepakati dengan data-data sebagai berikut:
1. Tanggal 5 agustus dibayar beban pra-akad seperti pembuatan studi
kelayakan proyrk prnrlitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000.
2.
3. Modal syirkah yang menjadi porsi bank syariah sebesar Rp. 70.000.000
dibayar dengan tahapan sebagai berikut :
-
Tanggal 20 Agustus diserahkan modal non kas, berupa dua buah mesin
pabrik yang telah dimiliki oleh bank syariah, mesin pertama sebesar
Rp. 30.000.000 yang dibeli dengan harga Rp. 32.500.000 dan mesin
yang ke dua sebesar Rp.20.000.000 yang dibeli dengan harga Rp.
15.000.000
19
Rp. 70.000.000
2. Tanggal 15 Agustus
Pembiayaan musyarakah
Rp. 20.000.000
Kas/Rekening syirkah/kliring
Rp.20.000.000
Rp. 30.000.000
Rp. 2.500.000
Rp. 32.500.000
Rp. 30.000.000
Rp. 30.000.000
b. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai
buku atau harga perolehan:
Pembiayaan musyarakah
Rp. 20.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 1.000.000
20
Rp. 1.000.000
b. Jika
berdasarkan
kesepakatan
dapat
diakui
pembiayaan:
Pembiayaan musyarakah
Uang muka akad musyarakah
21
Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000
sebagai
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak
yang bermitra untuk melakukan suatu usaha, setiap pihak saling
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang
sudah berjalan maupun yang akan dijalankan. Selanjutnya para pihak
dapat mengembalikan modal usaha yang diberikan tersebut berikut
penerimaan bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus.
Pembiayaan musyarakah dapat di berikan dalam bentuk kas, serta kas, atau
aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak
paten.
Dalam mekanisme akutansi pembiyayaan musyarakah terbagi
kepada dua pihak yang dinamakan sebagai mitra aktif dan mitra pasif,
dimana dua pihak ini mempunyai hak-hak dan kewajiban dalam usaha
bersama yang berbeda dan memiliki klasifikasi dalam setiap laporan
akuntansi yang berbeda pula.
4.2 Saran
Pengaplikasian masyarakat di Indonesia ini sangat baik untuk
dilakukan, hal ini mungkin tidak jauh berbeda dengan adanya korporasi
yang telah lama ada di Indonesia. Untuk itu sebaiknya pemerintah sebagai
lembaga yang sangat berperan penting dalam keadaan ekonomi Indonesia
agar lebih mensosialisasikan sistem pembiayaan musyarakah untuk dapat
digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mungkin tidak hanya itu
sebaiknya seluruh sistem ekonomi islam yang ada sudah dapat menjadi
tonggak untuk pembangunan ekonomi Indonesia.
22
DAFTAR PUSTAKA