Anda di halaman 1dari 15

ASPEK HUKUM SUKUK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Hukum Bisnis Syariah

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Muhammad, M.Ag.

Disusun oleh: Kelompok 8

Program Studi Ekonomi Syariah:

Zahro Devina 11180860000059

Arfi Silmi 11180860000054

Muhammad Rizal 11180860000093

Program Studi Akuntansi:

Muhammad Rifaldi 11190820000154

Nadia Ashfia Zahra 11190820000155

Fitri Diyanti 11190820000156

Ferzia Salsabila Prasasti 11190820000157

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Hukum Bisnis Syariah yang berjudul “ASPEK HUKUM SUKUK”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4

C. TUJUAN...........................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

1. PENGERTIAN SUKUK......................................................................................................6

2. DASAR HUKUM SUKUK..................................................................................................7

3. KARAKTERISTIK SUKUK................................................................................................8

4. PERBEDAAN SUKUK DAN OBLIGASI..........................................................................8

5. METODE PENERBITAN SUKUK.....................................................................................9

6. PIHAK DALAM PENERBITAN SUKUK..........................................................................9

7. JENIS-JENIS SUKUK.......................................................................................................10

8. RESIKO SUKUK...............................................................................................................12

9. PERKEMBANGAN SUKUK DI INDONESIA................................................................13

BAB III..........................................................................................................................................15

PENUTUP.....................................................................................................................................15

KESIMPULAN..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Investasi yang dikenal oleh masyarakat sebagai penanaman modal memiliki peran yang
sangat penting dalam perekonomian negara, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Pelaku investasi dikenal dengan sebutan Investor, yaitu seseorang yang menanamkan
modal pada suatu usaha. Adapun instrument investasi sangat beragam, di antaranya
adalah saham, obligasi, reksa dana, exchange trade fund (ETF), dan lainnya. Kini,
instrumen investasi sudah semakin berkembang dan sudah banyak yang disesuaikan
dengan syariat ajaran Islam.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, di
mana mayoritas masyarakat adalah muslim, dan merupakan negara dengan mayoritas
muslim terbanyak di dunia. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk tersebut tentu
mempengaruhi sistem dan perkembangan ekonomi Indonesia. Sistem ekonomi
merupakan suatu sistem yang digunakan oleh negara untuk mengalokasikan sumber daya
yang ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Dengan mayoritas penduduk Indonesia yang adalah muslim, maka dibutuhkan sistem
ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah.
Salah satu sistem yang diterapkan berlandaskan aturan syariat adalah dalam investasi, di
mana salah satu instrument investasi tersebut adalah obligasi. Adapun instrument obligasi
yang penerapannya dilandaskan oleh syariat ajaran Islam dikenal dengan istilah sukuk.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertia Sukuk?
2. Apa saja dasar hukum Sukuk?
3. Bagaimana karakteristik Sukuk?
4. Apa saja perbedaan Sukuk dengan Obligasi?
5. Bagaimana perkembangan Sukuk di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Memahami pengertian Sukuk
2. Mengetahui dasar-dasar hukum Sukuk
3. Mengetahui karakteristik Sukuk
4. Memahami perbedaan Sukuk dan Obligasi
5. Mengetahui perkembangan Sukuk di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SUKUK
Secara “etimologi”, sukuk berasal dari kata ‘Sakk’ ( ‫ ََّكص‬,(yang berarti (‫ص ُكوْ ك‬
ُ ). Sukuk
sertifikat atau dokumen merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan
bentuk jamak (plural). Sakk adalah buku yang mencatat kegiatan transaksi dan laporan
yang terjadi. Dalam Kitab Mu’jam Al Mustholahaat Al Iqtishodiyah Wal Islamiyah, sakk
dapat diartikan sebagai surat berharga (title deed) (Ali, 2000: 356).

Secara “terminologi”, sukuk merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan


prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi ketika jatuh tempo
(Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002). Berdasarkan Fatwa Dewan
Syariah Nasional–Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI No. 69/DSN- MUI/VI/2008)
tentang Surat Berharga Syariah Negara.

SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai Surat Berharga Negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian (‫( حصة‬kepemilikan aset SBSN,
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Berdasarkan The Accounting and
Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No. 17 tentang
Investment Sukuk (Sukuk Investasi). Sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat, dan
jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Pada prinsipnya, sukuk mirip dengan obligasi konvensional. Hanya saja, dalam sukuk,
tidak boleh ada unsur riba, gharar, dan maysir. Prinsip utama dalam sukuk adalah
penekanan pada perjanjian atau transaksi yang adil dengan anjuran sistem bagi hasil
keuntungan atau penghasilan atau profit sharing.
2. DASAR HUKUM SUKUK
 Q.S. Al Baqarah ayat 275

‫ان ِم َن‬ َّ ُ‫وم الَّ ِذ ي َي تَ َخ بَّ طُه‬


ُ َ‫الش ْي ط‬ ُ ‫ون إِ اَّل َك َم ا َي ُق‬
َ ‫وم‬
ُ ‫الر بَا اَل َي ُق‬ َ ُ‫ين يَأْ ُك ل‬
ِّ ‫ون‬ ِ َّ
َ ‫ال ذ‬

ِّ ‫ك بِ أَ نَّ ُه ْم قَ الُ وا إِ مَّنَ ا الْ َب ْي ُع ِم ثْ ُل‬ ِ


ِّ ‫َح َّل اللَّ هُ الْ َب ْي َع َو َح َّر َم‬
Yۚ ‫الر بَا‬ َ ‫ َو أ‬Yۗ ‫الر بَا‬ َ ‫ َٰذ ل‬Yۚ ‫س‬
ِّ ‫الْ َم‬
ِ ِ ِ ِ
َ‫ َو َم ْن َع اد‬Yۖ ‫ف َو أ َْم ُر هُ إِ ىَل اللَّ ه‬
َ َ‫فَ َم ْن َج اءَ هُ َم ْو ع ظَ ةٌ م ْن َر بِّ ه فَ ا ْن َت َه ٰى َف لَ هُ َم ا َس ل‬

َ ‫يه ا َخ الِ ُد‬


‫ون‬ ِ ِ َّ‫اب الن‬
َ ‫ ُه ْم ف‬Yۖ ‫ار‬ ُ ‫َص َح‬ َ ِ‫ُولَ ئ‬
ْ ‫كأ‬
ٰ ‫فَ أ‬

Artinya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”

 Mei 2008 Undang-Undang No. 19 / 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk)Dengan diberlakukannya UU ini,
mengartikan sukuk kini menjadi intrumen pembiayaan yang diakui sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan investor terhadap sukuk di Indonesia, baik sukuk negara
maupun sukuk koprporasi. Setelah disahkannya UU SBSN tahun 2008, pemerintah
menerbitkan sukuk sebesar Rp 15 triliun. Penerbitan sukuk ini dilaksanakan sebagai
bagian dari pembiayaan defisit anggaran dalam APBN tahun Penerbitan sukuk
perdana ini telah dilaksanakan di dalam dan luar negeri. Besarnya sukuk sesuai
dengan underlying aset yang dimiliki pemerintah senilai Rp 15 triliun. Pemerintah
menggunakan jaminan berupa aset milik negara, seperti tanah dan bangunan.
3. KARAKTERISTIK SUKUK
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu asset berwujud atau hak manfaat (benefial title)
b. Pendapatan berupa imbalan (Kupon), Margin, dan bagi hasil sesuai jenis akad yang
digunakan.
c. Terbebas dari unsur riba, gharar, maisir.
d. Penerbitannya melalui Spesial Purpose Vechile (SPV).
e. Memerlukan underlying asset.
f. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip Islam.

4. PERBEDAAN SUKUK DAN OBLIGASI


Variabel Pembeda Sukuk Obligasi
Mudharabah Ijarah
Akad (Transaksi) Bagi Hasil Sewa/Lease Tidak Ada
Jenis Transaksi Uncertainty Certainty Contract Instrumen
Contract Pengakuan Utang
Penerbit Pemerintah, Pemerintah, Pemerintah,
Korporasi Korporasi Korporasi
Pihak yang Terlibat Obligator, SPV, Obligator, SPV, Obligator, Investor
Investor, Trustee Investor, Trustee
Harga Penawaran 100% 100% 100%
Kupon/Penghasilan Pendapatan/Bagi Imbalan/Fee Bunga/Riba
Hasil
Pembayaran Pokok Bullet atau Bullet atau Bullet atau
Amortisasi Amortisasi Amortisasi
Jangka Waktu Pendek-Menengah Pendek-Menengah Pendek-Menengah
Pengembalian Indikatif Ditentukan Float/Tetap
berdasarkan sebelumnya
pendapatan/
income
Underlying Asset Perlu Perlu Tidak Perlu
Jenis Investor Syariah, Syariah, Konvensional
Konvensional Konvensional
Akibat Halal Halal Haram
Hukum Maslahat dunia dan Maslahat dunia dan Mudharat
akhirat akhirat
Harga Harga Pasar Harga Pasar Harga Pasar
Penggunaan Hasil Harus sesuai syariah Harus sesuai syariah Bebas
Penerbitan
5. METODE PENERBITAN SUKUK
Penerbitan sukuk dapat dilakukan dengan cara:

a. Bookbuilding merupakan suatu cara penerbitan surat berharga, di mana investor akan
memberikan penawaran atas surat berharga dan dicatat dalam book order oleh
investment bank yang bertindak sebagai bookrunner.
b. Lelang, yaitu suatu cara penerbitan dan penjualan surat berharga yang diikuti oleh
peserta lelang pada suatu periode waktu tertentu yang telah ditentukan dan
diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan oleh agen yang
melaksanakan lelang.
c. Private placement merupakan satu metode penerbitan surat berharga yang dilakukan
oleh penerbit kepada pihak tertentu dengan syarat dan ketentuan yang disepakati
bersama.

Penerbitan sukuk pada umumnya dilakukan dengan SPV (Special Purpose Vehicle)
sebagai penerbit, namun dapat pula dilakukan dengan langsung oleh originator/obligator.

6. PIHAK DALAM PENERBITAN SUKUK


Pihak-pihak yang terlibat dalam obligator antara lain:

1. Obligator, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pokok serta imbalan
hasil dari sukuk yang diterbitkan.
2. Special Purpose Vehicle (SPV) yaitu badan hukum yang didirikan khusus untuk
menerbitkan sukuk.
3. Investor yaitu pihak pemegang sukuk yang berhak atas underlying asset melalui SPV.
4. Sharia advisor yaitu pihak yang memberikan fatwa atau pernyataan kesesuaian
terhadap prinsip-prinsip syariah atas sukuk yang diterbitkan.
5. Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang sukuk sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.
7. JENIS-JENIS SUKUK
Jenis-jenis sukuk diterbitkan berdasarkan akad yang menjadi dasarnya. Berbagai jenis
struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah mendapatkan justifikasi dari
AAOIFI.

Berdasarkan jenis akadnya, sukuk terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

1) Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Ijarah di
mana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan
hak manfaat atas suatu aset kepada pihak.
lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri.
2) Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Mudharabah di mana satu pihak menyediakan modal (rabb al-māl) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudhārib), keuntungan dari kerjasama tersebut
akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian
yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
3) Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk
membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama
sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
4) Sukuk Istisna‟, yaitu Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Istisna‟ di mana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
5) Akad Salam, yaitu penjualan suatu komoditi yang telah ditentukan kualitas dan
kuantitatsnya yang akan diberikan kepada pembeli pada waktu yang telah ditentukan
di masa depan pada harga sekarang.
6) Akad Murabahah, yaitu perjanjian di mana pihak pertama membeli barang yang
diperlukan nasabah atas nama pihak pertama sendiri. Kemudian nasabah membayar
harga yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Dalam ketentuan khusus Fatwa DSN No. 32 /DSN/IX/2002 tentang obligasi syariah
disebutkan bahwa akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara
lain: mudhārabah (muqāradhah) qirādh, musyārakah, murābahah, salam, istishnā’, dan
ijārah.21 Akad-akad tersebut juga kan menentukan jenis sukuknya. Namun dalam
praktiknya, hanya ada dua bentuk akad yang secara umum digunakan, yakni akad ijārah
dan mudhārabah. Kedua bentuk akad ini akan menentukan jenis sukuk yang akan
menjadi pembahasan selanjutnya.

Berdasarkan pihak yang menerbitkannya, sukuk dibagi menjadi dua jenis:

1) Sukuk Korporasi, yaitu jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang memenuhi prinsip syariah.
2) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), atau yang dapat juga disebut sukuk negara,
yaitu surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.

Berdasarkan pembagian atau pendapatan, sukuk terbagi menjadi:

1) Sukuk marjin, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersumber dari marjin
keuntungan akad jual beli, sukuk ini terdiri dari sukuk murabahah, sukuk salam,
sukuk istishna’.
2) Sukuk fee, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersifat tetap karena
bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee yaitu sukuk ijarah.
3) Sukuk bagi hasil, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya berdasarkan bagi
hasil dari hasil yang diperoleh dalam menjalankan uasaha yang dibiayai, yaitu sukuk
mudharabah dan sukuk musyarakah.

Berdasarkan basis asetnya, sukuk terbagi menjadi dua jenis:

1) Sukuk aset, yaitu pembiayaan yang berbasis pada aset, termasuk di dalamnya sukuk
salam seperti dalam pembiayaan produksi pertanian, sukuk istishna’ seperti proyek
konstruksi gedung dan perumahan atau insfrastruktur lainnya, sukuk murabahah
seperti pembiayaan usaha perdagangan, pembiayaan bahan baku produksi, dan sukuk
ijarah, misalnya leasing.
2) Sukuk penyertaan atau sukuk equity, yaitu pembiayaan yang berbasis pada
penyertaan modal. Sukuk yang termasuk dalam sukuk equity adalah sukuk
mudharabah atau yang lebih dikenal pembiayaan bisnis (business financing) atau
sukuk musyarakah atau yang dikenal kerja sama kemitraan (joint venture).

8. RESIKO SUKUK
1) Risiko Pasar (Market Risk). Risiko pasar merupakan risiko yang timbul dari
instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar sekunder (tradable). Risiko
pasar sukuk terdiri dari: risiko tingkat suku bunga (interest rate risk), dan risiko
nilai tukar (foreign exchange rate/currency risk).
2) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk). Risiko likuiditas merupakan risiko yang
timbul, khususnya untuk sukuk yang diperjualbelikan di pasar sekunder,
diakibatkan oleh pasar sekunder yang belum likuid dan belum terbentuk dengan
baik. Pasar yang tidak liquid mengakibatkan investor kesulitan menjual sukuk
dengan nilai yang wajar. Penilaian utama dari tingkat likuiditas pasar adalah
dengan melihat kepada perbedaan kuotasi harga (spread) antara harga penawaran
(bid price) dan harga permintaan (ask price) oleh dealer.
3) Risiko Operasional (Operational Risk). Operational risk merupakan risiko yang
timbul dalam kegiatan bisnis sebagai akibat dari pengelolaan yang tidak tepat,
atau karena sebab eksternal. Beberapa risiko yang termasuk dalam operational
risk adalah:
a. Risiko kegagalan pembayaran (default risk), merupakan risiko dimana
penerbit sukuk tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar nilai
pokok sukuk. Tolok ukur risiko gagal bayar ini dapat mengacu kepada
kualitas rating dari penerbit sukuk yang telah dikeluarkan oleh lembaga rating.
Semakin tinggi rating, maka risiko gagal bayar juga semakin kecil.
b. Risiko pembayaran kupon (coupon payment risk), merupakan risiko dimana
penerbit sukuk tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran kupon kepada
investor pada waktunya.
c. Risiko terkait aset (asset risk), aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk
(underlying asset) tak terlepas dari risiko. Risiko tersebut antara lain rusak
atau hilangnya aset, baik sebagian maupun keseluruhan. Untuk itu, penerbit
sukuk berkewajiban memelihara aset dan harus dapat menjamin bahwa
underlying asset selalu dalam kondisi baik dengan jumlah yang mencukupi.
4) Risiko Hukum dan Peraturan (Legal and Regulatory Risk). Dalam penerapan
konsep-konsep syariah, seperti penyusunan struktur sukuk dan penggunaan
underlying asset, terdapat kemungkinan belum terakomodasi dalam ketentuan
hukum yang berlaku, sehingga suatu struktur tidak dapat diaplikasikan karena
tidak selaras dengan peraturan tersebut.
5) Risiko Ketidaksesuaian Syariah (Sharia Compliance Risk). Risiko
ketidaksesuaian syariah terjadi apabila sukuk yang diterbitkan tidak mengikuti
kaidah atau prinsip-prinsip syariah yang telah ditentukan dalam fatwa, baik oleh
dewan syariah (sharia advisor) maupun ahli-ahli syariah (sharia scholars).
Kesesuaian dengan syariah dapat mencakup pada struktur sukuk yang digunakan,
dokumen hukum penerbitan sukuk, underlying asset yang digunakan, serta
penggunaan dana hasil penerbitan sukuk (proceeds).

9. PERKEMBANGAN SUKUK DI INDONESIA


Pertama kali diterbitkan oleh PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) pada bulan
September tahun 2002 dengan nilai Rp 175 miliar.Langkah Indosat tersebut diikuti
perusahaan-perusahaan besar lainnya.Nilai penerbitan sukuk korporasi hingga akhir 2008
mencapai 4,76 triliun. Berdasarkan akad yang digunakan, penerbitan sukuk korporasi di
Indonesia baru menggunakan akad Mudharabah dan Ijarah. Penerbitan sukuk pertama
kali menggunakan akad mudharabah, akad ini dianggap paling memenuhi kepatuhan
syariah.

Akad ijarah pertama kali digunakan pada tahun 2004 dan sejak saat itu akad ijarah paling
banyak dipakai. Hal ini terkait dengan struktur ijarah yang mampu memberikan
pengembalian tetap (fixed return). Sejalan dengan trend obligasi konvensional, di mana
suku bunga tetap lebih populer dibandingkan dengan suku bunga mengambang.
Tantangan Perkembangan Sukuk di Indonesia :

 Tidak ada standarisasi mengenai struktur produk-produk instrumen syariah dari


masing-masing negara dan standar AAOIFI belum digunakan sebagai acuan oleh
semua negara yang penduduknya mayoritas Muslim.
 Manajemen risiko atau pengelolaan risiko, seperti adanya risiko ketidakpatuhan
pada prinsip syariah (shariah compliance risk).
 Perbedaan pada proses teknik dan konsep penyaringan (stock screening)
instrumen investasi syariah yang berbeda di setiap negara, sehingga menyulitkan
untuk menyatukan visi dan misi suatu produk instrumen investasi syariah agar
dapat diterima di semua negara.
 Kurangnya pemahaman masyarakat akan keberadaan sukuk.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Sistem syariah hingga saat ini terus mengalami perkembangan. Termasuk di antaranya
penerapan sistem syariah pada instrumen-instrumen investasi. Salah satu instrument
investasi yang sesuai dengan syariat ajaran Islam adalah sukuk, yaitu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi ketika jatuh tempo. Dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk muslim,
khususnya di Indonesia, dan kesadaran masyarakat yang juga meningkat akan pentingnya
investasi, baik bagi diri sendiri maupun perekonomian negara, maka dibutuhkan
pengembangan sistem investasi berlandaskan syariah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Said, Muhammad. 2019. Hukum Bisnis Islam. Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah.

Nasrifah, Maula. 2019. Sukuk (Obligasi Syariah) dalam Perspektif Keuangan Islam. Asy
Syari’ah. 5 (2): 65 – 79.

Anda mungkin juga menyukai