MATA KULIAH:
MANAJEMEN PASAR MODAL SYARIAH
Disusun Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN..............................................................................................................11
DAFTAR ISI..................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud degan sukuk ?
2) Untuk mengetahui apa saja landasan hokum sukuk ?
3) Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis sukuk ?
4) Untuk mengetahui apa saja penerapan sukuk diindonesia ?
5) Untuk mengetahui apa saja karakterstik sukuk dan perbedaan sukuk dengan obligasi
konvensional ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sukuk
Secara “etimologi”,sukuk berasal dari kata ‘Sakk’ ( )كص, yang berarti dokumen atau
sertifikat. Sukuk merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk
jamak (plural). Sakk adalah buku yang mencatat kegiatan transaksi dan laporan yang
terjadi. Dalam Kitab Mu’jam Al Mustholahaat Al Iqtishodiyah WalIslamiyah, sakk dapat
diartikan sebagaisurat berharga (title deed) (Ali, 2000:356).
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional–Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI No.
69/DSN-MUI/VI/2008) tentang Surat Berharga Syariah Negara. SBSN atau Sukuk Negara
didefinisikan sebagai Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagaibukti atas bagian ( )حصةkepemilikanaset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
Sebenarnya istilah sukuk merupakan istilahbaru yang dikenalkan sebagai pengganti dari
istilah obligasi syariah (Islamic bond).1 Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak
dari kata “sakk”(bhs Arab) yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan dan jika ditelusuri
mudah ditemui di dalam literaturArab Islam komersial klasik.2 Menurut Muha-mad Nafik
HR kata “sukuk” dalam istilah ekonomi berarti legal isntrument, deed atau check.Secara
istilah sukuk didefinisikan sebagai surat berharga yang berisi kon-trak (akad) pembiayaan
berdasarkan prin-sip syariah.3 Menurut Abdul Manan da-pat dibuktikan dari fakta-fakta
empiris dan disimpulkan bahwa sukuk secara nyata digunakan secara luas oleh masya-rakat
muslim pada abad pertengahan, dalam bentuk surat berharga yang me-wakili kewajiban
pembiayaan yang ber-asal dari perdagagan dan kegiatan komer-sial lainnya. 4 Tetapi arti
sukuk dalam perspektif Islam modern, bersandar pada konsep aset monetisasi, yang disebut
pen-jaminan, yang diterima melalui proses pengeluaran sukuk (taskeek).
Maka berdasarkan banyak definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sukuk adalah
sertifikat yang merupakan bukti kepemilikan atas aset berwujud, manfaat atau jasa atau
kepemilikan aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu, yang terjadi setelah
penerimaan dana sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang diterima dimanfaatkan sesuai
tujuan penerbitan sukukberdasarkan prinsip-prinsip syariah.
1
Otoritas Jasa Keuangan, Buku Saku OJK, ..................., 198
2
Abdul Manan, Aspek Hukum Penyelengaraan Investassi di Pasar.........137
3
Muhamad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta,
2009), 246
4
Abdul Manan, Aspek Hukum Penyelengaraan Investassi di Pasar.........139
B. Landasan Hukum Islam Terhadap Sukuk
1. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Investasi Sukuk
ٓ
ب َ ْٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍ]ن اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَأ
َ ُب َك]]اتِبٌ اَ ْن يَّ ْكت
ُ َك َما عَلَّ َمهُ هّٰللا
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya ......”
(Q.S. Al-Baqoroh: 282).
Maksud ayat di atas telahdibahas secara mendalam oleh pakarfiqh Academy
Jeddah, dan telahmelahirkan keputusan No. 5 Tahun1988, dengan menetapkan:
a. Sejumlah kumpulan aset dapatdiwakili dalam sautu akte resmi(bonds).
b. Akta resmi(bonds)yang dimaksud dapat dijual pada harga pasaryang tersedia
dan komposisi dari kumpulan aset ditunjukkan dengan pengamanan terdiri dari
bentuk aset fisik dana setfinansial penjual (Wahid, 2010:15).
ٰ … َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم
….الرِّبوا
Terjemahannya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba (Q.S. Al-Baqoroh: 275).Maksud ayat diatas adalah pelarangan riba dalam
bentuk obligasi yang sudah marak saatini. Dengan berkembangnya sukuk,maka
praktek ribay ang terjadi berubah menjadi praktek bagihasil yang diperbolehkan.
Keterangan Bagan:
a. Penerbit memproses penerbitansukuk mudharabah untukkeperluan mobilisasi
modaldengan kadar tertentu;
b. Penerbit (sebagaimudhârib) dan investor (shâhib al-mâl) membuat kontrak
mudharabah dengan perjanjian keuntungan yang disepakati (X:Y);
c. Atas kontrak tersebut, terkumpul sejumlah modal mudharabah;
d. Penerbit menanamkan modal pada proyek perniagaan sebagai peluang baik dalam
alternative perniagaan;
e. Atas investasi yang dilakukan mudhârib dapat menghasilkan keuntungan tertentu.
f. Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas perniagaan tersebut dibagikan antara
shâhib al-mâldanmudhârib berdasarkan kesepakatan awal (X:Y);
g. Keuntungan untuk shâhib al-mâlbernilai Y %;h. Keuntungan untuk mudhârib
bernilai X %;i. Jika dalam investasi tersebut terjadi kerugian, kerugian ditanggung
oleh shâhib al-mâl, sedangkan mudhârib menanggung kerugian tenaga dan
manajemen.
2. Sukuk Musyârakah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah di mana dua
pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi
modal masing-masing.
3. Sukuk Ijârah
Sukukyang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijârahdi mana satu pihak
bertindak sendiri atau melalui wakilnya-wakilnya menjual atau menyewakan hak
manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan priode yang
disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan aset. Sukuki jarah dibedakan menjadi
ijârah al-muntahiya bi al-tamlîk (sale and leaseback) dan ijarah headlease and
sublease” (Fatah, 2011: 38).
Keterangan Bagan:
a. Pemerintah menjual aset kepada SPV dengan tekadbay‘ al-wafa’(jual beli
dengan janji akan membeli kembali barang yang dijualnya)
b. Pemerintah menerima bayaran tunai dari SPV sebagai harga asset (dengan
demikian sekarang SPV sebagai pemilik aset);
c. SPV mengeluarkan sukuk dengan menggunakan kontrak ijarah dan menjualnya
kepada investor;
d. Investor membayarnya dengan harga tunai kepada SPV;
e. SPV menyewakan aset kepada pemerintah dengan harga sewa tertentu;
f. Pemerintah membayar sewa asset kepada SPV secara kwartal;
g. SPV membayar sewa tersebut kepada masing-masing investor sebagai
pendapatan investor;
h. Pada masanaturity, SPV menjual kembali aset kepada pemerintah dengan nilai
harga jual semula;
i. Pemerintah membayar tunai hargaaset.
j. SPV menebus sukuk kepada investor dengan nilai harga yangsama.
Sedangkan sukuk yang tidak dapat diperdagangkan menurut beberapa pendapat
adalah sebagai berikut:
1. Sukuk Istishna atau Murâbahah
Kepemilikan utang yang semakin meningkat yang diperoleh dari jenis
pembiayaan istishna dana taumurâbahah.
Sebagai contoh, pembangunan jalan yang menghabiskan dana sebesar US$110
juta harus kembali tanpa adanya prinsip differensiasi dan diskon (coupon). Dana
sejumlah ini dapat dibuat menjadi sertifikat utang yang tidak dapat diperdagangkan
yang mirip dengan zero-coupon bonds dalam beberapa fiturnya. Sebagaimana
disebutkan bahwa Islam melarang perdagangan utang, maka sertifikatini tidak dapat
diperdagangkan.
2. Sukuk Salam
Dalam bentuk ini, danadibayarkan di muka dan komoditimenjadi utang. Dana
juga dapatdalam bentuk sertifikat yang merepresentasikan utang. Sertifikatini juga
tidak dapat diperdagangkan (Fatah, 2011: 38).
D. Penerapan Sukuk
Kelembagaan Pasar Modal Struktur kelembagaan pasar modal di Indonesia diatur di
dalam UU Pasar Mo-dal. Berdasarkan UU itu pengawasan Pasar Modal dilakukan oleh
Badan Peng-awas Pasar Modal dan Lembaga Keuang-an yang kemudian diganti oleh
Otoritas Jasa Keuangan(OJK) berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011, termasuk di
dalamnya lembaga dan profesi terkaitdengan pasar modal, yaitu :
1. Manajer Investasi
2. Biro AdministrasiEfek
3. Bank Kustodian
4. Pemeringkat Efek
5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
6. Wali Amanat
7. Bursa Efek Indonesia (BEI)
8. Lembaga Kliring dan Penjaminan
9. Penjamin Emisi
10. Perantara Perdagangan Efek
11. LembagaPenitipan, Penyimpanan dan Penyelesaian
5
Pasal Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN)
6
Muhammad Nafik H.R.,Bursa Efek &Investasi Syari’ah,.................,252-255
Sebagai sebuah produk ekonomi sya-riah yang sudah dipraktekkan sejak za-man
pertengahan, karaktristik sukuk dapat dirinci antara lain:
1. Dalam penertbitannya memerlukan adanya underlying asset;
2. Underlying asset merupakan bukti kepemilikan;
3. Jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk menjadi dasar imbal
hasil(return)yang diberikan berupa upah/sewa (ujrah), selisih harga lebih
(margin), dan bagi hasil;
4. Tidak boleh ada unsur riba, gharar, dan maysir;7
5. Penggunaan dana harus sesuai dengan prinsip syariah;
7
Secara sederhana menurut bahasa riba sama dengan penambahan, dalam hal ini penambahan
pembayaran yang lebih besar dari pokok pinjaman. Ghararsama dengan spekulasi, dan maysirsama
dengan judi.
g. Meskipun berbasis syariah sukuk me-miliki basis investor yang lebih
luasyakni investor konvensional dan in-vestor syariah. Sementara
obligasiter-batas pada investor konvensional dan tidak akan dipilih sebagai
insturmen investasi bagi investor yariah;
Dengan karakteristrik utama sukuk yang bebas dari riba, returnyang akan
diterima oleh pemegang sukuk berasal dari :
1. Bagi hasil. Bagi hasil ini berdasarkakan akad mudharabah atau musyarakah.
Return-nya bersifat floating yakni ter-gantung dari pendapatan yang dijadi-
kan dasar bagi hasil.
2. Margin/fee. Returndengan cara margin/-feeada di dalam akad murabahah, is-
tishna’ dan ijarah. Berdasarkan akad murabahah, istisna’ atau ijarah.
Returnsukuk dengan akad-akad itu bersifat fixed return.
Hingga saat ini ada beberapa efek bersifat utang yang tercatat di bursa efek
di Indonesia, antara lain;
a. Obligasi korporasi, yakni obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta
dalam negeri termasuk di dala hal ini obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan Negara(BUMN dan BUMD);
b. Sukuk, yaitu efek syariah berupa ser-tifikat atau bukti kepemilikan yang
ber-nilasi ama dan mewakili bagan yang tidak terpiahkan atau tidak
terbagi (syuyu’/undivided share)atas aset yang mendasarinya;
c. Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Su-rat Berharga Negara yang terdiri
dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN);
d. Efek Beragun Aset (EBA) yaitu efek bersifat utang yang diterbitkan
dengan underlyingasset sebagai dasar pener-bitannya;
Sementara di dalam praktik di bursa efek, berdasarkan penerbitannya, sukuk
terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Sukuk Negara, yaitu sukuk yang diter-bitkanoleh pemerintah Republik
Indo-nesia. Sukuk Negara mempumyai lan-dasan hukum UU No. 19
tahun 2008 tentang SBSN.
2. Sukuk korporasi, yaitu sukuk yang di-terbitkan oleh perusahaan, baik
peru-sahaan swasta ataupun perusahaan milik Negara (BUMN). Sukuk
korpo-rasi diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
nomor 18/POJK.04/2005 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sukuk secara sederhana dapat diper-samakan dengan obligasi syariah. Per-
bedaan mendasar antara sukuk dengan obligasi konvensional terletak pada prin-sip
dasarnya, akad yang digunakan dan klaim keuntungan. Sukuk bukan mem-buktikan
adanya hutang-piutang, tetapi kepemilikan atau penyertaan atas suatu bisnis. Sukuk di
Indonesia sudah diper-dagangkan di bursa efek dengan landasan formal-legal yang
kuat serta landasan fikih yang jelas.Ada enam jenis akad sukuk dan struktur sukuk
yang biasa dilaksanakan di pasar modal yaitu sukuk mudharabah, sukuk musyarakah,
sukuk ija-rah, sukuk murabahah, sukuk salam, dan sukuk istishna. Hingga saat ini
sukuk yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya meliputi dua jenis
sukuk yaitu sukuk iijarah dan sukuk mu-dharabah.Berdasarkan penerbitnya ada dua
jenis sukuk yang diperdagangkan di Bursa Efek Indnesia (BEI) yaitusukuk negara
(sukuk global) dan sukuk kor-porasi (perusahaan).
Meskipun secara formal sukuk negara di Indonesia baru diatur dalam Undang-
Undang pada tahun 2008, tetapi perkem-bangannya cukup menggembirakan. In-
donesia kini menjadi penerbit sukuk global (sukuk negara) terbesar di dunia dengan
total penerbitan senilai US$ 16,15 miliar per September 2018. Indonesia jauh
mengungguli Arab Saudi yang berada di posisi kedua dengan nilai penerbitan su-kuk
global sebesar US$ 9 miliar. Di sam-ping itu perkembangan sukuk korporasi
menunjukkan trend yang makin baik.
Sukuk yang merupakan bukti kepe-milikan atas bisnis terbukti tahan banting,
karenasukuk didasarkan atas bisnis riil, bukan bisnis keuangan yang penuh gelembung.
Transaksi sukuk dengan akad yang disesuaikan keinginan investor men-cerminkan
keadilan, amanah, non ribawi dan mempunyai kepastian dalam bisnis, sehingga
mempunyai potensi besar untuk berkembang.
DAFTAR PUSTAKA