Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

OBLIGASI DAN PASAR MODAL DALAM PERSPEKTIF


FIKIH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Fiqih Muamalah Kontemporer

Dosen Pengampu: Dra. Nur Huda, M.Ag

Disusun Oleh:

Nur Himatul Aliyah (2005046005)

Ahmad Salman Syarif (2005046010)

Dilatul Aghniya (2005046026)

KELAS A3

JURUSAN AKUTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Obligasi dan Pasar Modal dalam perspektif fikih”. Pada kesempatan yang
berbahagia ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Dan tidak
lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Nur Huda, M.Ag. Selaku
dosen pengampu Fiqih Muamalah Kontemporer yang telah membimbing penulis.
Tujuan penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah
Kontemporer. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak lepas dari banyak kekurangan baik dari segi materi, pembahasan, ataupun
dalam pengetikan.

Oleh karena itu, penulis berharap agar para pembaca sekalian dapat
memberikan kritik maupun saran yang dapat membangun tersebut agar dapat
menjadi bahan evaluasi untuk penulis kedepannya. Walaupun demikian, penulis
telah berusaha dengan sangat maksimal demi untuk kesempurnaan penyusunan
makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tegal, 14 November 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

A. Pengertian Obligasi syariah ....................................................................... 5

B. Landasan hukum obligasi syariah .............................................................. 6

C. Obligasi ditinjau dari perspektif fiqh ......................................................... 7

D. Pengertian Pasar Modal ............................................................................. 9

E. Landasan hukum pasar modal.................................................................. 10

F. Pasar modal dalam persepktif islam ......................................................... 12

G. Macam-macam pasar modal dan pelaku pasar modal ............................... 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16

A. Kesimpulan ............................................................................................. 16

B. Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman dahulu Secara tradisional, jual beli biasanya dilakukan di


suatu tempat yang biasa disebut pasar dan yang diperdagangkan berupa barang
kebutuhan, baik yang premier maupun sekunder. Kini jual beli itu dapat terjadi
dan dilakukan di mana-mana dari tempat yang sederhana sampai pada tempat
mewah dan modern. Demikian pula komoditas perdagangannya sangat variatif,
bukan saja berbentukbarang-barang kebutuhan tetapi jasa dan
usaha/perusahaan. Perusahaan yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok,
adakalanya berjalan dengan lancar, tumbuh dan berkembang pesat
menghasilkan keuntungan yang besar sehingga pemiliknya berkeinginan untuk
mengembangkan lebih jauh lagi usahanya. Di lain pihak, ada perusahaan yang
tidak berjalan mulus, karena berbagai kendala, di antaranya masalah
permodalan. Untuk untuk mengembangkan usaha lebih lanjut atau untuk
mengatasi masalah permodalan, diantara kebijaksanaan yang ditempuh oleh
pemiliknya adalah mengalihkan sebagian saham kepemilikannya kepada
masyarakat melalui suatu lembaga resmi yang disebut pasar modal.

Dengan perkembangan zaman saat ini yang diiringi dengan


perkembangan ekonomi yang pesat, membangkitkan keinginan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk mendapatkan
keuntungan sekarang ini adalah melakukan investasi. Dalam Hukum Islam
yang dianggap sama dengan penanaman modal atau investasi adalah
mudharabah, 1 yaitu, akad antara kedua belah pihak untuk salah seorangnya
(salah satu pihak) mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk
diperdagangkan. Dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.2

1
Sahal Mahfud, Wajah Baru Fiqh Pesantren (Jakarta: Citra Pustaka Bersama Keluarga Mathaliul
Falah (KMF), 2004), Hal. 45
2
Sayyid Sabiq, Fiqhu Sunnah, (Jil. III; Kuwait: dar al-Bayan, 1974), h. 32.)

3
Dengan adanya minat perusahaan maupun masyarakat untuk
melakukan investasi demi menghadapi perekonomian yang terus berkembang
maka banyak perusahaan atau investor yang menggunakan pasar uang dan
pasar modal sebagai sumber pembiayaan atau pendanaan. Demikian juga
dengan masyarakat yang mempunyai surplus dana, semakin tertarik untuk
menginvestasikan melalui pasar modal atau pasar uang

B. Rumusan Masalah

Adapun penulisan makalah ini dengan rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apa itu obligasi syariah?
2. Apa saja yang menjadi landasan hukum obligasi syariah?
3. Bagaimana obligasi jika ditinjau dari perspektif fiqh?
4. Apa pengertian dari pasar modal?
5. Apa saja yang menjadi landasan hukum dari pasar modal?
6. Bagaimana pasar modal dalam persepktif islam?
7. Apa saja macam-macam pasar modal dan pelaku dari pasar modal?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1. Untuk menjelaskan pengertian murabahah


2. Untuk mengetahui landasan hukum dari obligasi syariah
3. Untuk mengetahui obligasi jika ditinjau dari perspektif fiqh
4. Untuk mejelaskan pengertian dari pasar modal
5. Untuk mengetahui landasan hukum dari pasar modal
6. Untuk menjelaskan bagaimana pasar modal dalam persepktif islam
7. Untuk memaparkan macam-macam pasar modal dan pelaku pasar modal

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obligasi syariah

Di Indonesia yang digunakan dalam penerbitan obligasi syariah adalah


struktur mudarabah dan ijarah baik yang telah diterbitkan maupun yang akan
diterbitkan. Sehingga yang cukup dikenal adalah obligasi syariah mudarabah
dan ijarah. 3

Adapun pengertian obligasi syari'ah menurut Fatwa DSN Nomor


32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syarȋ‟ah adalah surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syarȋ‟ah yang dikeluarkan emiten kepada obligasi
syari’ah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syarȋ‟ah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.4

Dilihat dari pengertian tersebut, terdapat perbedaan mendasar antara


obligasi syari’ah dan obligasi konvensional. Dalam obligasi syari’ah terdapat
prinsip syari’ah dan pendapatannya bukan berupa bunga, melainkan bagi
hasil/margin/fee. Perbedaan ini akan lebih nampak jika dilihat dari asal muasal
antara obligasi konvensional dan obligasi syari’ah. Kalau obligasi
konvensional berasal dari Barat, di mana akar kata “obligasi” diambil dari
bahasa Belanda, maka dalam obligasi syari’ah dikenal denganistilah “sukuk”
yang berasal dari bahasa Arab dan sudah dikenal sejak zaman Rasulullah.

Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan


Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A.
13, sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau

3
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana,
2007), h.88.
4
Roihan, Berpikir Holistis dalam Mengembangkan Obligasi Syari’ah Indonesia dengan Benchmark
Perkembangan Obligasi Syariah Malaysia, dalam Ascarya, dkk, Current Isuues; Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 314.

5
tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa
atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas
aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.5

Para pakar ekonomi memberikan definisi yang agak berbeda mengenai


sukȗk. Saiful Azhar Rosly mengatakan bahwa sukȗk adalah suatu dokumen
atau sertifikat yang mewakili nilai dari suatu aset. Sukȗk berbeda dengan
shares, notes, dan bonds karena sukȗk memerlukan suatu nilai istrinsik, ia juga
bukan berasal dari dayn atau debt. Namun, Securities Commision (SC) di
Malaysia menyatakan bahwa sukȗk adalah semua sekuritis termasuk sebagian
dari shares, notes, unit trusts, dan bonds karena kontrak bay‟ al-„ȋnah dan bay‟
al-dayn disetujui oleh Shariah Advisory Bond (SAC).6

B. Landasan hukum obligasi syariah

Landasan hukum obligasi syariah telah diatur dalam hukum Islam ialah
sebagai berikut:

1. Al-Qur’an
a. Dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah 275 disebutkan:7
‫س ٰذلِكَ ِباَنَّ ُُه ْْ ََالُ ْوا اِنَّ َما‬ ِّۗ ِ ‫شي ْٰطنُ مِنَ ْال َم‬َّ ‫ِي َيت َ َخبَّطُهُ ال‬ ِ َ‫اَلَّ ِذيْنَ َيأْكُلُ ْون‬
ْ ‫الر ٰبوا ََل َيقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّذ‬
‫ف‬ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع‬
َ ‫ظةٌ ِم ْن َّر ِب ٖه فَا ْنت َُهٰ ى فَ َلهٗ َما‬
َ ِّۗ ‫س َل‬ ِّۗ ‫الر ٰب‬ ۘ ‫الر ٰب‬
ِ ‫وا َوا َ َح َّل اللّٰهُ ْال َب ْي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫ْال َب ْي ُع مِثْ ُل‬
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ هُ ْْ فِ ْي َُها ٰخ ِلد ُْون‬
ِ ‫ب ال َّن‬ ُ ٰ‫صح‬ ْ َ ‫ولىِٕكَ ا‬ ‫عادَ فَا‬َ ‫َوا َ ْم ُر ٗه اِلَى اللّٰ ِه ِّۗ َو َم ْن‬

Artinya:”Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa
mendapatkan peringatan dari tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya, dan urusannya (terserah)

5
http://sadarrukmana.wordpress.com/ diakses 13 November 2021
6
Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk: Memahami dan Membedah Obligasi Pada Perbankan Syariah
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlmn. 96
7
Q.S Al-Baqarah (2): 275

6
kepada Allah. Barang siapa mengulangi lagi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal didalamnya”.

2. Hadist
a. Hadist Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani,
Nabi s.a.w. bersabda:

َ َ‫الَلً أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما َو ْال ُم ْس ِل ُمون‬


َّ‫علَى ش ُُروطِ ُِه ْْ ِإَل‬ َ ‫ص ْل ًحا َح َّر َم َح‬
ُ َّ‫ص ْل ُح َجائ ٌِز َبيْنَ ْال ُم ْسلِمِينَ ِإَل‬ ُّ ‫ال‬
‫طا َح َّر َم َحالََلً أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما‬
ً ‫ش َْر‬

“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali


perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

3. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002


Tentang Obligasi Syariah, yang menjelaskam bahwa obligasi syariah adalah
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh emiten kepada investor (pemegang obligasi) yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa
bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh
tempo.8

C. Obligasi ditinjau dari perspektif fiqh

Obligasi mengalami perkembangan dari sisi bentuk dan penerapannya.


Maka dari itu, di bawah ini diterangkan tinjauan fikih mengenai obligasi ketika
di zaman Rasulullah dan setelah beliau serta obligasi di zaman kontemporer.
Selain itu, diterangkan pula permasalahan yang ada dalam obligasi di zaman
kontemporer. Produk obligasi yang berkembang sekarang ini dapat dibenarkan
karena bukan dalam bentuk penjualan uang dengan uang pada harga yang
berbeda sebagaimana penjelasan di atas, tetapi berupa penjualan aset riil yang
diwakili oleh sertifikat obligasi. Demikian juga keuntungan investasi sukȗk
tidak didasarkan pada kadar faedah yang menjurus kepada riba, tetapi

8
Ahmad Supriyadi, Pasar Modal Syari’ah Di Indonesia, (Kudus: STAIN, 2009), h. 135.)

7
keuntungan diperoleh berdasarkan keuntungan aset real, baik dalam bentuk
sewa, diskon, maupun profit sharing. Dapat ditambahkan bahwa sukȗk
mensyaratkan mesti melakukan transfer kekayaan yang dilakukan melalui
aktivitas pengamanan, baik dalam bentuk transfer obligasi finansial maupun
obligasi hak milik. Hal ini menjadikan kualifikasi investasi sesuai dengan
syari’ah.

Melihat peranan yang yang dipraktikkan dalam kontrak sukȗk, paling


tidak ada beberapa komponen yang masing-masing memiliki ketentuan dalam
kitab fikih. Di antara komponen yang dimaksud adalah harta (asset), akad
(kontrak), pihak yang berakad (parties), dan cara pelaksanaannya. Harta,
bermakna setiap barang yang benar-benar dimiliki dan dikawal (hijaazah) oleh
seseorang, baik berupa barang ataupun manfaat. 9 Atau juga bisa bermakna
barang yang disukai oleh tabiat manusia dan bisa disimpan untuk sewaktu-
waktu diperlukan, baik berupa harta alih ataupun harta tak alih. Aset dalam
pengertian sukȗk adalah hak milik sempurna yang akan dijadikan objek akad,
dan karena sebab itulah manfaat atau keuntungan dapat diambil oleh investor,
bukan disebabkan utang dengan kadar faedah.

Akad (kontrak), bermakna setiap apa yang diazamkan seseorang untuk


dilakukan, baik ia muncul karena kehendak pridi ataupun bersama. Kontrak ini
pada asalnya mengikat satu pihak dengan pihak lainnya terhadap suatu
aktivitas yang memunculkan hak dan kewajiban masing-masing, dalam
melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu sesuai dengan tujuan akad.
Aktivitas sukuk melibatkan sejumlah akad antara lain akad jual beli, ijârah,
murâbahah, isṯishna‟, musyârakah, mudhârabah, dan akad salâm. Pihak yang
berakad adalah orang yang mempunyai kelayakan atau kekuasaan berdasarkan
syara’ dalam melakukan tindakan (tasharruf) terhadap dirinya atau terhadap
orang lain (wilayah), yang dapat memberikan kesan terhadap objek akad
(harta). Dalam konteks dengan kontrak sukȗk, para pihak terdiri dari originator,
badan yang mengeluarkan sukȗk dan investor atau sukukholders. Sedangkan
cara pelaksanaan akad, adalah cara suatu akad dibentuk yang diawali dengan

9
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 41)

8
kesempurnaan rukun dan syarat-syaratnya, serta terhindar dari ribâ, maisȋr,
gharâr, dan tadlis. Pelaksanaannya atas persetujuan para pihak secara sukarela
dengan pengetahuan yang sempurna tentang akibat-akibat yang ditimbulkan
jika akad tersebut dibuat. Demikian juga kaitannya dengan kontrak sukȗk,
dimaksudkan cara pelaksanaannya adalah memenuhi kehendak fikih agar
terhindar dari bentuk-bentuk yang dilarang syara’.10

D. Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat


bertemunyapara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka
memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang
membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-
efek dipasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin
membeli modal diperusahaan yang menurut mereka menguntungkan.11 Jadi,
pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang
(obligasi) maupun modal sendiri (saham). 12

Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang diharapkan mampu


menjalankan fungsi yang sama dengan pasar modal konvensional, namun
dengan kekhususan syariahnya yaitu mencerminkan keadilan dan pemerataan
distribusi keuntungan. Setiap kegiatan pasar modal syariah berhubungan
dengan perdagangan efek syariah, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana
produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan
hukum muamalat islamiah. Setiap transaksi surat berharga di pasar modal
syariah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Pasar modal
syariah idealnya dikarateriasasi oleh ketiadaan transaksi berbasis bunga,

10
Nazaruddin Abdul Wahid, Op.Cit., hlmn. 102
11
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: PT. RajaGafindo Persada, 2002)
Halaman 302.
12
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006)
halaman 302

9
transaksi meragukan dan saham perusahaan yang berbisnis pada aktivitas dan
barang haram, serta adanya upaya yang sistematis menjadikan produk syariah
sebagai sarana mewujudkan tujuan syariah di bidang ekonomi dan keuangan.13

Pendapat lain mengenai Kegiatan pasar modal adalah kegiatan investasi


dan investasi adalah kegiatan penanaman modal baik langsung maupun tidak
langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan
sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut.14

E. Landasan hukum pasar modal

Landasan hukum pasar modal telah diatur dalam hukum Islam ialah
sebagai berikut:

1. Al-Qur’an
a. Dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah 275 disebutkan:15
‫س ٰذلِكَ بِاَنَّ ُُه ْْ ََالُ ْوا اِنَّ َما‬ِّۗ ِ ‫شي ْٰطنُ مِنَ ْال َم‬َّ ‫ِي يَت َ َخبَّطُهُ ال‬ ِ َ‫اَلَّ ِذيْنَ يَأْكُلُ ْون‬
ْ ‫الر ٰبوا ََل يَقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّذ‬
‫ف‬ َ ‫ظةٌ م ِْن َّربِ ٖه فَا ْنت َُهٰ ى فَلَهٗ َما‬
َ ِّۗ َ‫سل‬ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع‬ ِّۗ ‫الر ٰب‬ ۘ ‫الر ٰب‬
ِ ‫وا َوا َ َح َّل اللّٰهُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫ْالبَ ْي ُع مِثْ ُل‬
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ هُ ْْ فِ ْي َُها ٰخ ِلد ُْون‬
ِ ‫ب ال َّن‬ ُ ٰ‫صح‬ ْ َ ‫ولىِٕكَ ا‬ ‫عادَ فَا‬َ ‫َوا َ ْم ُر ٗه اِ َلى اللّٰ ِه ِّۗ َو َم ْن‬

Artinya:”Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa
mendapatkan peringatan dari tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya, dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Barang siapa mengulangi lagi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal didalamnya”.

b. Q.S An-Nisa [4]: 29

13
Andri Soemitra II, Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014),
halaman 84
14
Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), h.
15 )
15
Q.S Al-Baqarah (2): 275

10
‫اض ِم ْنكُ ْْ ِّۗ َو ََل ت َ ْقتُلُ ْوا‬
ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ‫ٰيا َ ُّي َُها ا َّل ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت َأْكُلُ ْوا ا َ ْم َوالَكُ ْْ َب ْينَكُ ْْ ِب ْال َباطِ ِل ا ََِّل ا َ ْن تَكُ ْونَ ِت َج‬
َ ً ‫ارة‬
‫سكُ ْْ ِّۗ ا َِّن اللّٰهَ َكانَ بِكُ ْْ َرحِ ْي ًما‬ َ ُ‫ا َ ْنف‬

Artinya: “Hai orang yavng beriman! Janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,…” (QS. An-Nisa’
[4]: 29).

2. Hadist
a. HR. Al Khomsah dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya

‫ (رواه الخمسة عن عمر‬،‫وَل بيع ماليس عندك‬،‫ وَل ربح ما لْ يضمن‬،‫َل يحل سلف وبيع‬
ْ‫ وصححه التي مذي وابن خزيمة والحاك‬،‫بن شعيب عن اءبيه عن جده‬

“Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal


(menetapkan) dua syarat dalam suatu jual beli, tidak halal keuntungan
sesuatu yang tidak ditanggung resikonya, dan tidak halal (melakukan)
penjualan sesuatu yang tidak ada padamu”

3. Kaidah fiqh

‫َل يجور َلء حداءن يتصرف في ملك الغير بال اءذنه‬

“Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas milik orang lain tanpa
seizinnya.”

4. Pendapat ulama
a. Keputusan Muktamar ke-7 Majma’ Fiqh Islami tahun 1992 di Jeddah:

“Boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan


peraturan yang berlaku pada perseroan.”

b. Pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa


Adillatuhu juz 3/1841:

“Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi atas) saham


hukumnya boleh, karena pemilik saham adalah mitra dalam perseroan
sesuai dengan saham yang dimilikinya.”

11
F. Pasar modal dalam persepktif islam

Pasar modal adalah salah satu kegiatan perekonomian yang tidak


disebutkan dalam al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW sehingga hal tersebut
termasuk dalam kajian ijtihadi. Untuk menjelaskan status hukumnya, berikut
ini akan penulis sebutkan dan uraikan beberapa dalil dan pendapat beberapa
pakar yang berkecimpung di dalamnya:

Pasar modal, sesuai dengan namanya merupakan kegiatan transaksi jual


beli yang seharusnya mengikuti ketentuan syariah, tidak ada paksaan, tidak ada
penipuan, ketidak pastian sesuatu yang dijual dan sebagainya. Dalam al-Quran
Allah mengingatkan antara lain dalam surah an-nisa ayat 29 Allah
mengingatkan"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu"20 Dalam
sebuah hadis dari Abu Hurairah disebutkan"Rasulullah SAW. Mencegah jual-
beli dengan lontaran batu kecil dan yang mengandung unsur penipuan. 16

Dalam lintas awal sejarah Islam, istilah jual beli saham atau investasi
belum dikenal, namun mudharabah atau bagi hasil, bisa disebut investasi
langsung. Seperti disebutkan dalam kitab Fiqh al-Sunnah bahwa Abu Musa al-
asyari di Basrah menitipkan sejumlah uang kepada dua orang anak umar bin
Khattab r. a untuk disampaikan kepada orang tuanya di Madinah. Kepada
keduanya diizinkan untuk menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha
selama dalam perjalanan dari Basrah ke Madinah, yang keuntungannya akan
dibagi antara mereka berdua sebagai pengusaha dengan bapaknya sebagai
pemilik modal dengan janji apabila harta tersebut binasa, maka keduanya akan
bertanggung jawab.17 Dari riwayat di atas maka dapat dijadikan sebagai acuan
dan dibenarkan dalam kegiatan pasar modal bila emiten menjamin pembagian
pembagian deviden dan pelunasan emisi-nya.

Menurut Ibn Taimiyah, seperti yang dikutip oleh A. A. Islahi bahwa


seluruh kegiatan perekonomian itu di bolehkan, kecuali yang secara eksplisit

16
Muslim, Abul Hasan, bin al-Hajjaj, tt., Shahih Muslim, III, Beirut, Darul al-Afaq al-Jadidah, h.3)
17
Sabiq, Sayid, Fiqh al-Sunnah, II, Maktabah Syamilah. Hal. 203)

12
dilarang oleh syariat.18 Karena pasar modal itu tidak ada nash yang melarang
maka boleh saja dilaksanakan, selama batas usahanya tersebut tidak
bertentangan dengan syariat Islam. 19

G. Macam-macam pasar modal dan pelaku pasar modal

Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

a. Pasar Perdana (Primary Market)


Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan emiten kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh
pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder.
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan
pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya
yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham
tersebut dicatatkan di bursa.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Pada pasar sekunder ini
harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs
suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan
penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing
dapat menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak
memenuhi syarat dapat menjualnya di luar bursa efek.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di
luar bursa (oven the counter market). Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut
bursa paralel yaitu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa
efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) dengan diawasi dan dibina

18
A.A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibn Taimiyah, terjemahan oleh Anshori Thayyib, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1997), h. 188)
19
Lubis Syahrawati, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 91)

13
oleh badan Pengawas Pasar Modal. Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki
pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa).
Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang
disebut "trading information" Informasi yang diberikan dalam pasar ini
meliputi: harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya
mengenai surat berharga yang bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini
pialang dapat bertindak dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun
sebagai perantara pedagang.
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor
atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang ke pemegang
lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi semacam
ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).20

Pasar modal sangat tergantung kepada aktivitas para pelakunya serta


lembaga-lembaga yang terlibat dalam mekanisme pelaksanaannya. Pelaku pasar
modal ini terbagi kepada dua, yaitu:

a. Pelaku Utama :
Emiten, yaitu perusahaan yang menjual kepemilikannya kepada
masyarakat dengan tujuan: a) memperoleh tambahan dana yang digunakan
dalam perluasan usaha; b) mengubah atau memperbaiki komposisi modal; c)
melakukan pengalihan pemegang saham. Investor atau pemodal, yaitu badan
atau perorangan yang membeli kepemilikan suatu perusahaan yang go public
dan bila sebagian saham di tangan publik, maka pemegang saham pendiri
berstatus investor pertama dan pemegangsaham melalui pembelian disebut
investor kedua. Investor yang ingin membeli saham perusahaan yang go public
dapat melalui pasar perdana dan sekunder.
b. Pelaku penunjang
Kelompok ini merupakan lembaga-lembaga yang berfungsi mendukung
kerjasama pasar modal, antara lain :

20
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2000),´ h. 13-15)

14
1) Underwriter atau penjamin emisi
2) Guarantor atau penanggung
3) Trustee atau Wali Amanat
4) Broker, pialang atau Perantara perdagangan efek
5) Dealer atau pedagang efek
6) Securities company atau perusahaan surat berharga
7) Investment Company atau perusahaan pengelola dana
8) Biro Administrasi Efek 21

21
Subagyo, dkk., Bank dan Lembaga-lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta: STIE-YKPN,
1990) h. 121-122.)

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Obligasi konvensional berasal dari Barat, di mana akar kata “obligasi”


diambil dari bahasa Belanda, maka dalam obligasi syari’ah dikenal
denganistilah “sukuk” yang berasal dari bahasa Arab dan sudah dikenal
sejak zaman Rasulullah. Sedangkan untuk pengertian dari obligasi syariah
menurut fatwa DSN MUI adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada investor
(pemegang obligasi) yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada investor berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar
kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.
2. Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunyapara
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Sedangkan pasar modal syariah merupakan pasar modal yang
diharapkan mampu menjalankan fungsi yang sama dengan pasar modal
konvensional, namun dengan kekhususan syariahnya yaitu mencerminkan
keadilan dan pemerataan distribusi keuntungan. Dalam menjalankan
fungsinya, pasar modal dibagi menjadi 4 macam, yaitu : Pasar Perdana
(Primary Market), Pasar Sekunder (Secondary Market), Pasar Ketiga
(Third Market), pasar keempat (fourth Market).

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Untuk kedepannya penulis akan menjelaskan makalah
secara lebih fokus dan detail dengan sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggung jawabkan.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk penyusunan makalah
kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Winda Nurul. 2020. Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Penerapan Jual
Beli Obligasi Syariah (Studi Kasis Kantor Perwakilan BEI Makasar).
Skripsi. Fakultas Agama Islam. Universitas Muhammadiyah Makasar.

H. Romansyah. 2015. “Pasar Modal dalam Perspektif Islam”. Jurnal Pemikiran


Hukum Islam. Vol. XIV, No. 1.

Hakim, M. Lukmanul. 2018. “Obligasi Konvemsional dan Obligasi Syariah


(Sukuk) dalam Tinjauan Fikh”. Jurnal Prodi Ekonomi Syariah. Vo. 1, No.
1. 45-64.

http://sadarrukmana.wordpress.com/ diakses 13 November 2021

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi pada Pasar Modal
Syariah. Jakarta: Kencana.

Islahi, A.A. 1997. Konsepsi Ekonomi Ibn Taimiyah, terjemahan oleh Anshori
Thayyib. Surabaya: Bina Ilmu.

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGafindo
Persada, Halaman 302.

Kurniyawati, Dina dan Abu Azam Al-Hadi. 2011. “Obligasi Shariah Perspektif
Hukum Islam (Aplikasi Sukuk Ijarah Al-Muntahiya Bittambik di Bursa
Efek Indonesia Surabaya)”. Jurnal Maliyah. Vol. 1 No.1.

Mahfud, Sahal. 2004. Wajah Baru Fiqh Pesantren. Jakarta: Citra Pustaka Bersama
Keluarga Mathaliul Falah (KMF).

Nasution, Mustafa Edwin. 2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:


Kencana.

Roihan. 2009. Berpikir Holistis dalam Mengembangkan Obligasi Syari’ah


Indonesia dengan Benchmark Perkembangan Obligasi Syariah Malaysia,
dalam Ascarya, dkk, Current Isuues; Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Prenada Media Group

Sabiq, Sayyid. 1974. Fiqhu Sunnah. Jil. III. Kuwait : dar al-Bayan

Soemitra II, Andri. 2014. Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, Jakarta:
Kencana.

Subagyo, dkk. 1990. Bank dan Lembaga-lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta:


STIE-YKPN

Sumantoro. 1990. Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

17
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

Supriyadi, Ahmad. 2009. Pasar Modal Syari’ah Di Indonesia. Kudus: STAIN.

Syahrawati, Lubis, 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Wahid, Nazaruddin Abdul. 2010. Sukuk: Memahami dan Membedah Obligasi Pada
Perbankan Syariah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Zuhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh al-Islâmy wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr

18

Anda mungkin juga menyukai