Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kita
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Shalawat serta salam tak lupa selalu kita junjungkan kepada nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah menunjukkan dan membawa kita menuju jalan kebenaran dunia dan akhirat.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah kami adalah untuk memenuhui tugas mata
kuliah Ekonomi Islam, dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan kemampuan yang semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini memohon
masukan kritik, saran, dan pesan dari semua kalangan pembaca, terutama dosen pengampu
kami di mata kuliah Ekonomi Islam.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu
sebagai berikut:
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari masalahnya yaitu
sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada umumnya, pasar modal atau yang biasa dikenal dengan bursa efek adalah suatu
tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka
memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal ialah perusahaan yang membutuhkan modal,
sehingga mereka menjual sekuritas (saham, obligasi atau surat berharga lainnya) untk
mendapatkan dana dalam memenuhi modal. Sedangkan pembelinya yaitu seorang investor
yang ingin membeli surat berharga tersebut karena dinilai menguntungkan bagi mereka.
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Dengan demikian objek transaksi di pasar
modal berupa efek seperti surat berharga.
Selain pasar modal yang ada pada umumnya (konvensional), di Indonesia terdapat
pasar modal syariah. Menurut Alexander Thian (2021) dalam bukunya ia menjelaskan bahwa
pasar modal syariah atau pasar modal islam adalah seluruh aktivitas dipasar modal yang
memenuhi prinsip-prinsip syariah.1 Berdasarkan dari definisi tersebut, terdapat dua faktor
utama yang membentuk pasar modal syariah yaitu pasar modal dan prinsip islam di pasar
modal. Secara umum kegiatan pasar modal knvensional dengan pasar modal syariah sekilas
hampir sama. Namun, penerapan mekanisme dan produk di pasar modal modal syariah
tentunya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dan bersumberkan pada Al-
Qur’an dan Hadits.
Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), prinsip syariah di pasar modal
didefinisikan sebagai prinsip hukum Islam berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Pada fatwa DSN Nomor 40/DSN-MUI/X/2003,
terdapat 4 landasan yang dijadikan prinsip dalam pasar modal syariah:
1
Alexander Thian. 2021. Pasar Modal Syariah: Mengenal dan Memahami Ruang Lingkup Pasar Moda Islam di
Indonesia. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Hlm. 38
3
1. QS. An-Nisa ayat 29. Yang artinya: “Hai orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”.
2. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu Umar. “Rasulullah saw.
Melarang jual beli (yang mengandung) gharar”.
3. Kaidah Fiqh. Yang menjelaskan bahwa: “pada dasarnya segala bentuk mu’amalah
boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkan.”
4. Pendapat Ulama Ibnu Qadamah dalam Al-Mughni juz 5/175. Menjelaskan bahwa
“jika seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra serikatnya,
hukumnya boleh karena ia membeli milik pihak lain”.
Kegiatan dalam pasar modal syariah antara shohibul maal dan mudharib
mengutamakan kehalalan dan keadilan. Untuk lebih jelasnya, prinsip syariah secara garis
berasnya yaitu sebagai berikut:2
1. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha
yang halal, spisifik, dan bermanfaat.
2. Uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta akan
memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, apabila memperoleh
keuntungan, maka pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama
dengan pembukuan kegiatan usaha.
3. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas. Tindakan
maupun informasinya harus transparan dan tidak boleh menimbulkan keraguan
yag dapat menimbulkan kerugian di salah satu pihak.
4. Pemilik harta ataupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang melebihi
kemampuannya dan dapat menimbulkan kerugian.
5. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan kehati-hatian, baik pada investor
mapun emiten.
2
Mardi. 2015. “Pasar Modal Syariah”. Jurnal Edunomic, Vol. 3 No. 1. 2015. Hlm 139
4
Menurut M. Metwally sebagaimana dikemukakan oleh Heri Sudarsono, menyebutkan
ada lima fungsi dari pasar modal syariah. Kelima fungsi pasar modal syariah tersebut adalah
sebagai berikut (Sudarsono 2007: 186):3
Instrumen pasar modal pada prinsipnya yaitu semua surat berharga (efek) yang umum
diperjualbelikan melalui pasar modal. Adapun yang menjadi instrumen pasar modal syariah
yaitu:4
3
Fadilla. 2018. “Pasar Modal Syariah dan Konvensional”. Jurnal Islamic Banking, Vol. 3 No. 2. 2018. hlm 53
4
Gagah, Andriy. 2016. “Studi Perbandingan Pasar Modal Konvensional dengan Pasar Modal Syari’ah”. Business
Law Review: Vol. 1. Hlm 29
5
membayar pendapatan kepada investor berupabagi hasil serta membayar kembali
dana investasi pada jatuh tempo.
3. Reksadana Syariah, reksa dan dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip-
prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad dan pemodal sebagai pemilik dengan
manajer investasi sebagai wakil, maupun antara manajer investasi dengan pengguna
investasi.
Pasar modal konvensional dan pasar modal syariah pada prinsipnya sama-sama
tunduk pada Undang-Undag Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan peraturan
pelaksananya. Pasar modal konvensional tidak terikat pada kriteria prinsip syariah, sedangkan
pasar modal syariah mengharuskan tunduk pada instrumen dan mekanisme yang berlaku
dalam pasar modal serta tidak bisa dilepaskan dari ekonomi syariah.
Selain perbedaan tersebut, adapun perbedaan-perbedaan lain menurut Helmi Shemi pada
idntimes.com, diantaranya yaitu: 5
5
Helmi Shemi. 2021. 5 Perbedaan Pasar Modal Konvensional dengan Syariah. https://www.idntimes.com
6
prinsip mudharabah, musyarakah, dan salam. Selain itu, pasar modal syariah juga
bebas dari manipulasi pasar dan transaksi yang meragukan.
3. Indeks Saham
- Pada pasar modal konvensional, indeks yang ada terbuka secara bebas dan tidak
memisahkan saham yang halal secara khusus.
- Sedangkan indeks saham syariah dikeluarkan oleh pasar modal syariah seluruh
saham yang tercantum pada bursa pasar modal syariah sudah terjamin halalnya.
4. Mekanisme transaksi
- Pada pasar modal konvensional tidak menetapkan batasan apapun. Arah
perputaran uang juga dibuka secara bebas. Sehingga konsep bunga pada pasar
modal konvensional adalah hal yang pasti ada.
- Sedangkan pasar modal syariah, banyak aturan ketat. Misal, dana yang kamu
tanam tidak akan digunakan untuk menggerakkan bidang yang tidak sesuai
dengan prinsip syariat. Misalnya seperti rokok, alkohol, makanan yang
diharamkan dan lain sebagainya. Kemudian pasar modal syariah juga bebas dari
transaksi ribawi, gharar atau meragukan, manipulatif, dan juga judi.
5. Obligasi
- Pada obligasi konvensional, prinsip yang digunakan adalah prinsip bunga dengan
pemegang obligasi sebagai kreditur atau orang yang berpiutang. Perhitungan
nisbahnya pun didasarkan kepada perkembangan suku bunga yang berlaku.
- Sedangkan obligasi syariah telah diatur dalam fatwa DSN – MUI No.7/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah. Dalam fatwa tersebut dijelaskan
bahwa pihak pemegang obligasi bukanlah kreditur, tapi pemodal atau shahibul
mal. Sedangkan emiten disebut sebagai pengelola atau mudharib.
Secara garis besar, keuntungannya terbagi dari kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif,
keuntungan investasi syariah mungkin bisa dibilang berkaitan dengan prinsip. Sebagian orang
menyebutnya norma, tapi berkaitan dengan keyakinan dan agama. Bagi seorang muslim,
terutama, keuntungan investasi ini adalah sesuai syariat sebagai berikut:
1. Bebas Riba. Dalam agama Islam, riba merupakan salah satu yang wajib dihindari.
7
2. Lebih Pasti. Maksudnya, karena mengikuti syariat, investasi di pasar modal syariah
tidak gharar. Artinya, terhindar dari ketidakpastian. Dampak selanjutnya, terasa lebih
aman.
3. Diperkuat Payung Hukum . Terdiri atas antara lain 9 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) terkait pasar modal syariah, Undang Undang Sukuk Negara
(SBSN), dan Undang Undang 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Bila secara kuantitatif, keuntungan investasi syariah dalam angka tidak kalah
dibandingkan produk konvensional.Selain itu, keunggulan pasar modal ini yaitu, investasi ini
juga digunakan sebagai sarana aktivitas kegiatan sosial, keuntungan dan manfaat tidak hanya
dirasakan oleh para nasabah melainkan juga untuk orang lain. Sekaligus bisa menjadi
penggerak kualitas bidang ekonomi, dengan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Secara umum Pasar modal syariah memiliki beberapa tantangan diantaranya yaitu:
1) Perlu adanya kodifikasi produk dan standar regulasi yang bersifat nasional dan global
untuk menjembatani perbedaan dalam fiqih. Maka dari itu, perlupenyelarasan produk
secara nasional maupun global yang mana sangat diperlukan agar keuangan islam
terutama pasar modal dapat tumbuh bersama di berbagai negara, dan tidak saling
memproteksi karena perbedaan mazhab.
2) Perlu adanya referansi nilai imbal hasil (Rate of Return) bagi keuangan syariah (pasar
modal syariah). Nilai imbal yaitu hasil yang dibagikan (Sharing) dalam sistem
keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah hendaknya merupakan hasil yang
nyata dari aktivitas bisnisnya. Akan tetapi sebaliknya, referansi nilai imbal hasil
tersebut belum tersedia sehingga institusi keuangan syariah seperti Pasar Modal
Syariah seringkali melakukan penyetaraan dengan suku bunga dalam sistem
konvensional.
3) Perlu adanya kelangsungan program sosialisai dan edukasi kepada masyarakat. Yang
mana sosialisasi dan edukasi ditunjukkan kedalam kegiatan untuk menggugah
ketertarikan dan minat masyarakat untuk memanfaatkan produk-produk Pasar Modal
Syariah perlu dipercepat pelaksanaannya.
4) Perlu adanya inovasi pengembangan Produk dan Layanan di berbagai Jenis Lembaga
keuangan khusunya pasar modal syariah sangat perlu ditingkatkan. Hal ini agar dapat
8
bersaing dengan produk-produk konvensional, dan para pelaku ekonomi syariah
hendaknya dapat menciptakan produk yang bernilai uniqueness guna memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Dalam buku Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik disebutkan beberapa tantangan
pasar modal syariah diantaranya yaitu:
1) Peran seorang ulama syariah. Hal ini sangat penting yang mana ulama (pakar syariah)
yang multidisipliner, yang menguasai tafsir dasar teologi sampai struktur konsep
financial, untuk berbagi pengetahuan, memberikan pelatihan dan pemahaman tentang
fungsi pasar modal pada masyarakat luas.
2) Rekayasa financial. Rekayasa financial telah merevolusi pasar modal konvensional.
Sukuk adalah contoh yang bagus namun pada pasar uang hendaknya para pelaku
pasar modal syariah memikirkannya dengan baik karena pasar uang umumnya tidak
sesuai dengan syariah hanya transaki spot yang dibolehkan. Yang lainya tidak karena
ditenggerai mangandung unsur gharar.
3) Perlu adanya Pengembangan instusi pendukung seperti, asosiasi indutri, agen penentu
agenda dll. Contoh yang nyata dari ini adalah berdirinya International Islamic
Financial Market (IIFM) dan International Islamic Rating Agency (IIRA) di Bahrain
pada tahun 2002.
4) Intensif untuk mempromosikan pasar modal. Selayaknya pembuat kebijakan harus
menyediakan intensif bagi instusi bisnis dan financial untuk mengunakan instrumen
islami.
9
dikenai pengeluaran legal dan biaya dokumentasi serta biaya distribusi yang semakin
tinggi, dan sebagai tambahan, harus melalui pengujian kesehatan structural untuk
mengevaluasi kualitas kredit obligator. Standarisasi kontrak/akad akan mengurangi
masalah ini”
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar modal syariah atau pasar modal islam adalah seluruh aktivitas dipasar modal
yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Berdasarkan dari definisi tersebut, terdapat dua
faktor utama yang membentuk pasar modal syariah yaitu pasar modal dan prinsip islam di
pasar modal. Secara umum kegiatan pasar modal knvensional dengan pasar modal syariah
sekilas hampir sama. Namun, penerapan mekanisme dan produk di pasar modal modal
syariah tentunya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dan bersumberkan pada
Al-Qur’an dan Hadits. Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), prinsip syariah di
pasar modal didefinisikan sebagai prinsip hukum Islam berdasarkan fatwa Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Fungsi pasar modal syariah di atas diketahui bahwa keberadaan pasar modal syariah
sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan aktifitas perekonomian umat Islam dan
selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Pasar modal syariah memiliki
beberapa instrumen yang diperjualbelikan, diantaranya yaitu: Saham Syariah, Obligasi
Syariah (Sukuk), Reksadana Syariah.
Perbedaan pasar modal syariah dengan konvensional terdapat pada Instrumen yang
dijual, emiten penjual saham, indeks saham, mekanisme transaksi, obligasi. Dalam pasar
modal syariah terdapat keuntungan yang berbeda dari pasar modal konvensional, diantara
keuntungannya yaitu: bebas riba, tidak gharar (terhindar dari ketidakpastian terasa lebih
aman), dan sudah diperkuat payung hukum.
Tantangan yang dihadapi dalam pasar modal syariah: 1) perlu adanya kodifikasi
produk dan standar regulasi yang bersifat nasional dan global untuk menjembatani perbedaan
dalam fiqih, 2) perlu adanya referansi nilai imbal hasil (rate of return) bagi keuangan syariah
(pasar modal syariah), 3) perlu adanya kelangsungan program sosialisai dan edukasi kepada
masyarakat, 4) perlu adanya inovasi pengembangan Produk dan Layanan di berbagai Jenis
Lembaga keuangan khusunya pasar modal syariah sangat perlu ditingkatkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin, Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Alexander Thian. 2021. Pasar Modal Syariah: Mengenal dan Memahami Ruang Lingkup
Pasar Moda Islam di Indonesia. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Arifin, Johar dkk. 1999. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan.
Jakarta: Gramedia.
Fadilla. 2018. Pasar Modal Syariah dan Konvensional. Jurnal Islamic Banking, Vol. 3 No. 2.
Gagah, Andriy. 2016. Studi Perbandingan Pasar Modal Konvensional dengan Pasar Modal
Syari’ah. Business Law Review: Vol. 1
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Edisi
Revisi. Jakarta: Kencana.
Ilham, Ahmad Sholihin. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. Gramedia.
Sudarsono, Heri. 2008 . Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia.
12