Dosen Pengampu:
Alfin Maulana, S.EI, M.SEI
Anggota Kelompok 2:
1. Fadila Afri Rahmawati (08040421138)
2. Inda Mawaddah (08010421018)
3. Maulidya Ni’matul Maghfiroh (08010421020)
4. Rona Arlien Safitri (08040421186)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya sehingga saya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai
dengan rencana yang dibuat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yaitu berupa agama Islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Uang dan
Pasar Modal Syariah, berjudul “PASAR UANG KONVENSIONAL DAN
SYARIAH”
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
2. Bapak Alfin Maulana, S.EI, M.SEI. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pasar Uang dan Pasar Modal Syariah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tugas makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat saya
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Pengertian Pasar Uang Konvensional dan Syariah..................................4
2.2 Perbedaan Pasar Uang Konvensional dan Syariah..................................9
2.3 Fatwa Pasar Uang.....................................................................................12
2.4 Peran Maupun Regulasi Bank Sentral Dan OJK...................................16
2.5 Peran Pasar Uang......................................................................................26
BAB III PENUTUP........................................................................................................31
3.1 Kesimpulan................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pasar uang konvensional dan pasar uang syariah muncul sebagai respons
terhadap kebutuhan masyarakat dan perubahan ekonomi. Pasar uang
konvensional, yang telah lama hadir dalam sistem keuangan global, berkembang
seiring dengan perkembangan ekonomi modern. Instrumen keuangan dalam pasar
uang konvensional umumnya diatur oleh hukum perdata dan regulasi pemerintah.
Pasar ini telah memainkan peran penting dalam mendukung aktivitas ekonomi,
baik dalam hal pendanaan bisnis maupun pemerintah.1
Di sisi lain, pasar uang syariah muncul sebagai alternatif yang sesuai dengan
prinsip-prinsip agama Islam. Prinsip utama dalam pasar uang syariah adalah
larangan terhadap riba (bunga) dan praktik spekulatif yang dianggap merugikan.
Instrumen keuangan dalam pasar uang syariah melibatkan akad-akad seperti
1
M. Ikhsan, Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah, Diktat Repositori Uinsu, 2020.
1
mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), murabahah (jual beli dengan
markup), dan wakalah (pengelolaan dana).
2
Maryam Batubara et al., “Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia,” VISA: Journal
of Vision and Ideas 2, no. 2 (2022): 110–18, https://doi.org/10.47467/visa.v2i2.952.
2
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pasar uang konvensional dan pasar uang
syariah?
2. Apa yang menjadi dasar perbedaan antara pasar uang konvensional dan
pasar uang syariah?
3. Apa fatwa yang mendasari berkembangnya pasar uang?
4. Bagaimana peran serta regulasi dari bank sentral dan OJK terhadap pasar
uang?
5. Bagaimanakah peranan pasar uang terhadap perekonomian dunia khususnya
Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pasar uang ialah tempat di mana surat-surat berharga dengan jangka waktu
pendek diperdagangkan. Pasar uang merupakan arena transaksi pinjaman atau jual
beli yang melibatkan surat berharga yang lazim diperdagangkan dalam kurun
waktu kurang dari satu tahun. Transaksi ini dapat dilakukan dalam mata uang
domestik maupun valuta asing. Di pasar uang, tersedia fasilitas pembiayaan untuk
jangka waktu pendek yang dilakukan melalui skema pinjaman. Pasar uang juga
dapat diartikan sebagai wadah pertemuan antara pihak yang menawarkan dana
dan pihak yang memerlukan dana. Ini merupakan keseluruhan dari permintaan
dan penawaran dana atau surat-surat berharga dengan jangka waktu satu tahun
atau kurang, yang dapat disalurkan melalui lembaga perbankan. Aktivitas di pasar
uang terjadi ketika terdapat dua kelompok: yang pertama adalah pihak yang
membutuhkan dana dalam jangka waktu pendek, dan yang kedua adalah pihak
yang memiliki kelebihan dana dalam jangka waktu yang sama. Mereka bertemu
dalam pasar uang, di mana kelompok yang memerlukan dana dapat
memperolehnya dari kelompok yang memiliki kelebihan dana, dan sebaliknya.
Pasar uang, yang dikenal juga sebagai pasar modal, berfungsi sebagai
wadah bagi perdagangan surat-surat berharga dengan jangka waktu pendek.
Definisi ini dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio pada tahun 2001.
4
Pasar uang dapat dijelaskan sebagai sistem untuk melakukan transaksi keuangan
terkait dana yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun. Aktivitas di pasar
uang timbul karena adanya dua kelompok pihak: kelompok pertama yang
mengalami kekurangan dana dalam jangka pendek, dan kelompok kedua yang
memiliki kelebihan dana dalam jangka waktu yang sama. Kedua kelompok ini
bertemu dalam lingkungan pasar uang, di mana kelompok yang membutuhkan
dana bisa memperolehnya dari kelompok yang memiliki kelebihan dana, dan
sebaliknya. Konsep ini dijelaskan oleh Andri Soemitra pada tahun 2009.
Dalam teori ekonomi, konsep pasar uang bukanlah suatu tempat fisik di
mana orang berdagang secara langsung. Pasar diartikan dengan makna yang lebih
luas dan abstrak, namun tetap mencakup esensi pertemuan antara permintaan dan
penawaran. Ketika permintaan dan penawaran bertemu dalam pasar, terjadi
transaksi. Transaksi ini melibatkan kesepakatan antara pembeli dan penjual
mengenai harga dan volume barang yang ditransaksikan.
5
deposito, surat berharga komersial, dan lainnya, yang biasanya memiliki jangka
waktu kurang dari satu tahun.
6
pasar ini memberikan fleksibilitas dan likuiditas bagi pihak-pihak yang terlibat.
Namun, perlu dicatat bahwa pasar uang konvensional beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip keuangan konvensional, termasuk penggunaan suku bunga dan
instrumen berbasis bunga.
Salah satu tujuan utama pasar uang syariah adalah untuk menyediakan
solusi finansial yang sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi para pihak yang
memerlukan dana jangka pendek atau memiliki kelebihan dana dalam waktu yang
singkat. Transaksi di pasar uang syariah juga mendorong keberlanjutan ekonomi
7
dan pembagian risiko yang adil, serta menghindari praktik-praktik yang dianggap
haram (dilarang) dalam ajaran Islam, seperti riba dan spekulasi berlebihan.
Tingkat bunga tidak menjadi faktor utama dalam pasar uang syariah,
karena instrumen-instrumen yang diperdagangkan didasarkan pada akad-akad
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan Islam. Ini menciptakan kestabilan
dan keadilan dalam transaksi, serta mendorong penggunaan dana yang produktif
dan berkelanjutan.
Namun, seperti halnya dengan pasar finansial lainnya, pasar uang syariah
juga tunduk pada dinamika ekonomi dan kepercayaan. Perubahan dalam kondisi
pasar dan faktor-faktor ekonomi dapat mempengaruhi harga dan permintaan
instrumen-instrumen pasar uang syariah.
8
Secara keseluruhan, pasar uang syariah tidak hanya memberikan alternatif
finansial yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, tetapi juga berkontribusi pada
pembangunan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, serta menghormati nilai-nilai
agama dalam kegiatan ekonomi. Pasar ini terus berkembang dan memainkan
peran yang semakin penting dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip syariah
dengan aktivitas finansial modern.
9
dalam pasar uang syariah, seperti IMA (Sertifikat Investasi Antar Bank), SPBU
(Surat Berharga Pasar Uang) Mudharabah, dan SWBI (Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia).
Perbedaan kedua terletak pada sifat instrumen itu sendiri. Instrumen pasar
uang konvensional adalah surat berharga yang mewakili uang, di mana satu unit
memiliki kewajiban terhadap unit lainnya. Di sisi lain, instrumen keuangan
syariah harus memiliki dukungan dari aset, proyek aset, dan transaksi jual beli
yang melandasi instrumen tersebut. Pelaku di pasar uang mencakup berbagai
entitas, antara lain, bank, yayasan, dana pensiun, perusahaan asuransi, perusahaan-
perusahaan besar, lembaga pemerintah, lembaga keuangan lain, individu
masyarakat, karena pembelian surat-surat berharga di pasar uang umumnya
memiliki jangka waktu pendek, transaksi tersebut sebagian besar bergantung pada
kepercayaan, karena instrumen pasar uang umumnya tidak dijamin oleh aset
tertentu.
Perbedaan antara pasar uang konvensional dan pasar uang syariah sangat
mencolok. Di pasar uang konvensional, harga biasanya diungkapkan dalam
bentuk persentase yang merepresentasikan pendapatan (return) terkait dengan
penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu. Pelaku dalam pasar uang
konvensional terbagi menjadi peminjam (borrowers) dan pemberi pinjaman
(lenders). Peminjam adalah individu yang memperoleh hak penggunaan dana
untuk jangka waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Pemberi pinjaman
adalah individu yang menjual hak penggunaan dana untuk jangka waktu tersebut.
Harga yang diterima oleh pemberi pinjaman untuk melepaskan hak penggunaan
dana tersebut disebut tingkat bunga (interest rate). Contohnya, dalam suatu
pinjaman senilai 100,00, jika pemberi pinjaman menerima 120,00 pada akhir
tahun, kelebihan sejumlah 20,00 tersebut diungkapkan dalam bentuk persentase,
yaitu tingkat bunga sebesar 20% per tahun.
Dengan demikian, dalam praktik pasar uang konvensional, transaksinya
melibatkan hak untuk menggunakan uang dalam jangka waktu tertentu. Ini
menyebabkan terjadinya transaksi pinjam meminjam dana di pasar ini, yang
kemudian menghasilkan hubungan utang-piutang. Barang yang diperdagangkan
10
dalam pasar ini berupa surat utang atau janji untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam konteks ini, harga
dalam pasar uang konvensional dinyatakan dalam bentuk persentase yang
mencerminkan pendapatan terkait dengan penggunaan uang dalam jangka waktu
tertentu. Harga yang diterima oleh pemberi pinjaman sebagai imbalan atas
pelepasan hak penggunaan dana tersebut disebut tingkat bunga (interest rate).
Dalam upaya memenuhi likuiditas, bank-bank Islam perlu memiliki akses
ke pasar uang. Ketika bank memiliki kelebihan likuiditas, instrumen pasar uang
dapat digunakan untuk menginvestasikan dana, sementara jika likuiditas terbatas,
bank dapat menerbitkan instrumen yang dapat dijual untuk mendapatkan dana
tunai. Terdapat perbedaan mendasar antara pasar uang konvensional dan pasar
uang syariah, yaitu:
1. Mekanisme penerbitan instrumen. Di pasar uang konvensional, instrumen
yang diterbitkan adalah instrumen utang yang dijual dengan diskon dan
didasarkan pada perhitungan bunga. Sementara itu, pasar uang syariah
mengadopsi akad mudharabah, musyarakah, qard, wadhi'ah, dan al-sharf, yang
bergantung pada kesepakatan dan kebutuhan pihak terkait. Namun, di pasar
uang syariah, fokusnya adalah pada jangka waktu pendanaan yang singkat,
dan instrumen yang diperdagangkan adalah IMA (Sertifikat Investasi Antar
Bank), SPBU (Surat Berharga Pasar Uang) Mudharabah, dan SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia).
2. Sifat instrumen itu sendiri. Instrumen di pasar uang konvensional adalah surat
berharga yang mewakili uang, dengan satu unit memiliki kewajiban terhadap
unit lainnya. Sementara itu, instrumen keuangan syariah harus memiliki
dukungan dari aset, proyek aktiva, atau transaksi jual beli yang mendasarinya.
Instrumen keuangan syariah diciptakan melalui sekuritisasi aktiva atau proyek
aktiva yang mempresentasikan hak penyertaan musyarakah (bagian
manajemen) yang meliputi hak dalam modal tetap dan pengelolaan, atau hak
partisipasi mudharabah (bagian kerja) yang mewakili modal kerja, dengan hak
atas modal dan keuntungan yang berasal dari modal tersebut tanpa hak suara.
11
Dengan demikian, pasar uang syariah berfungsi sebagai mekanisme yang
memungkinkan lembaga keuangan syariah untuk menggunakan instrumen pasar
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, baik untuk mengatasi kekurangan maupun
kelebihan likuiditas.
2.3 Fatwa Pasar Uang
a. Fatwa
Fatwa pada awal perkembangan islam ketika zaman Nabi saw masih
hidup tidak dibutuhkan karena setiap persoalan yang dihadapi umat islam
langsung ditangani nabi. Namun setelah nabi saw meninggal ,persoalan yang
muncul dimasyarakat semakin berkembang dan rumit. Hal ini disebabkan
karena menyebarnya umat islam diberbagai belahan dunia. Oleh karena itu
fatwa menjadi jalan keluar dalam memberikan solusi dan penjelasan terhadap
berbagai permasalahan yang bersifat kekinian dan memberikan kepastian
hukum.
12
fatwa DSN-MUI dalam pembentukan regulasi perbankan syariah. Hal ini
memberikan gambaran adanya hubungan yang kuat antara DSN-MUI dan
Bank Indonesia serta perbankan syariah. Dalam hal ini bisa menjadi
pendorong fatwa DSN-MUI diserap secara utuh oleh bank indonesia dalam
perumusan pengaturan produk, jasa dan akad yang dijalankan oleh bank
syariah.
Berikut adalah dalil dan hadis yang digunakan Dewan Syariah nasional
dalam menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah :
3
Asri Jaya, Muhtar Lutfi, and Abdul Wahab, “Pasar Uang Dalam Tinjauan Perspektif Islam,”
IJMS: Indonesian Journal of Management Studies 1, no. 1 (2022): 34–41, https://www.dmi-
journals.org/ijms/article/view/246.
13
b. Qs. Al-baqarah (2) : 275
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
c. Hadist nabi riwayat tirmidzi dari arm bin auf
“kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”
d. Hadist nabi riwayat muslim,tirmidzi,an-nasa’I,abu daud,dan ibnu
majah dari abu Hurairah
“Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar”.
e. Kaidah fiqih :
“pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan
sampai ada dalil yang mengharamkannya.” (as- suyuthi,al-asybah
wan nadzir,60)
“segala mahdarat(bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin”.(as-
suyuti, al-asybah wan nadzir,62)
14
Keputusan fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-MUI/X/2002,
tentang pasar uang antarbank berdasar prinsip syariah adalah sebagai berikut :
Adapun keterkaitan dari adanya fatwa DSN No.37 adalah karena dalam
pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah tidak dibenarkan
menggunakan bunga,maka bisa diganti dengan menggunakan alternatif akad-
akad lainnya seperti : Mudharabah,yaitu akad kerjasama suatu usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (malik,shahib,al-maal) menyediakan seluruh
15
modal,pihak kedua (amil,mudharib,nasabah) bertindak mengelola dana yang
sudah diberikan dan keuntungan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah,yaitu akad kerjasama anatar dua pihak atau lebih dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana(modal) dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Qardh
yaitu suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketenuan bahwa
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada lembaga
keuangan syariah pada waktu yang disepakati kedua belah pihak. Wadiah
(titipan uang,barang dan surat-surat berharga) yaitu akad seseorang kepada
yang lain dengan menitipkan suatu barang tersebut untuk dijaga secara baik.
Al-sharf (Jual beli valuta asing).4
4
Bakhtiar, “Penyerapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam
Peraturan Bank Indonesia Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah,” Turast:
JurnalPenelitian Dan Pengabdian 8, no. 2 (2020): 98–119.
16
c. Siap menjaga kepentingan pelanggan dan masyarakat.
a. Dapat dipercaya, bertindak secara adil, sopan, dan dapat diandalkan sesuai
dengan seperangkat aturan implisit dan strategi hierarki dengan menjaga
keaslian dan tanggung jawab;
b. Keahlian yang luar biasa adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab
mengingat kemampuan yang tinggi untuk mencapai pameran terbaik;
c. Kolaborasi adalah bekerja sama dengan seluruh mitra, baik lahir maupun
batin, dengan cara yang bermanfaat dan bermutu;
d. Komprehensif terbuka dan mengakui keragaman mitra dan memperluas
pintu terbuka dan bebas untuk bisnis moneter;
e. Visioner adalah mempunyai pemahaman yang luas dan mempunyai pilihan
untuk melihat ke depan (Forward Looking) serta mempunyai pilihan untuk
mempertimbangkan beberapa kemungkinan baru (Out of The Container
Thinking).
17
organisasi Otoritas Administrasi Moneter, dengan tetap mempertimbangkan
keamanan individu dan kelompok. keistimewaan, serta misteri negara, yang
memuat misteri-misteri sebagaimana ditentukan dalam pedoman. peraturan
dan pedoman;
e. Standar Keahlian yang Mengesankan, khususnya peraturan yang
menitikberatkan pada kemampuan dalam menyelesaikan kewajiban dan
keahlian Otoritas Administrasi Moneter, namun masih didasarkan pada
seperangkat prinsip dan susunan peraturan dan pedoman;
f. Pedoman Kepercayaan, khususnya aturan untuk menaati kebajikan dalam
setiap tindakan dan pilihan yang diambil dalam organisasi Otoritas
Administrasi Moneter; Dan
g. Standar Tanggung Jawab, khususnya aturan yang menetapkan bahwa setiap
tindakan dan produk akhir dari setiap gerakan pelaksanaan Otoritas
Administrasi Moneter harus bertanggung jawab kepada masyarakat umum.
5
Annisa Arifka Sari, “Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Jasa Keuangan Di
Indonesia,” SUPREMASI Jurnal Hukum 1, no. 1 (2018): 23–33,
https://doi.org/10.36441/supremasi.v1i1.154.
18
b. Kegiatan administrasi moneter di bidang Pasar Modal
c. Kegiatan bantuan keuangan di bidang Perlindungan, Aset Anuitas,
Organisasi Pendanaan, dan Lembaga Administrasi Keuangan Lainnya.
19
3. Pengelolaan organisasi moneter (bank dan non bank), meliputi:
a. Menyusun pengaturan untuk pengawasan fungsional organisasi moneter
b. Eksekusi langsung, jaminan pembeli, kewajiban kepala pengawas dan
aktivitas lainnya terhadap landasan moneter
c. Berikan arahan yang jelas kepada lembaga keuangan atau pertemuan
tertentu
d. Mainkan pengaturan dan pengaturan kepala hukum
e. Memberikan persetujuan yang otoritatif terhadap pihak-pihak yang
menyalahgunakan pedoman di bidang moneter
f. Pemberian dan pencabutan izin usaha, izin perseorangan, surat
pendaftaran, pengesahan untuk melakukan kegiatan usaha, pengukuhan,
pengesahan atau jaminan disintegrasi dan perjanjian-perjanjian lain
20
masyarakat dari bahaya moral, dan menjamin dukungan masyarakat terhadap
pemerintah sesuai dengan ketentuan Tuhan. Oleh karena itu, Otoritas Pengelola
Keuangan (OJK) pada hakikatnya berupaya melindungi peraturan Tuhan dari
pelanggaran, menjaga keamanan wilayah, dan menjamin keamanan dan
kesejahteraan masyarakat.6
Peran Bank Indonesia atau Bank Sentral Pada Saat Pandemi Covid 19
6
Muhammad Fakhri Amir, “Peran Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Dalam Sistem
Keuangan Di Indonesia (Perspektif Hukum Islam),” Al-Amwal : Journal of Islamic Economic Law
5, no. 1 (2021): 59–71, https://doi.org/10.24256/alw.v5i1.1577.
21
d. Pembelian/repo proteksi negara yang diklaim oleh Store Protection
Company untuk biaya penanganan permasalahan pembubaran bank-bank
Foundational Endless selain Bank Fundamental;
e. Mengontrol komitmen untuk menerima dan melibatkan perdagangan asing
bagi penghuninya, termasuk pengaturan mengenai pertukaran, membawa
pulang dan mengubah perdagangan asing dalam rangka menjaga keamanan
kerangka ekonomi makro dan moneter; terlebih lagi memberikan izin
pembiayaan kepada persekutuan/badan usaha swasta melalui repo Obligasi
Negara atau Perlindungan Syariah Negara yang diklaim oleh badan
usaha/badan usaha swasta melalui perbankan.7
22
d. Di bidang angsuran, settlement/penyelesaian dan kliring, Bank Indonesia
menjamin asuransi pembelanja, khususnya dalam hal jaminan kerahasiaan
informasi dan data nasabah melalui lembaga perlindungan digital.
e. Untuk menjamin keamanan dan kehati-hatian lalu lintas angsuran, bertindak
sebagai fasilitator dalam memberikan ruang bagi lalu lintas angsuran dan
pimpin pemeriksaan bisnis yang cerdas bagi penghibur bisnis yang terkait
dengan Inovasi Moneter untuk memberikan perspektif dan arahan tentang
metode yang paling mahir untuk membuat perlindungan dan kerangka
angsuran yang efisien.8
8
Anak Agung, Gede Agung, and Indra Prathama, “Pengawasan Bank Indonesia Dan Otoritas Jasa
Keuangan Terkait Penerapan Financial Technology,” Institut Bisnis Dan Teknologi Indonesia
(INSTIKI) 16, no. 2 (2022): 170–80.
23
Nomor 6/POJK.07/2022 tanggal 18 April 2022 tentang Keamanan
Konsumen, pedoman ini mengatur mengenai hal untuk persetujuan
informasi dukungan pembeli, dengan demikian, daerah setempat akan
dihubungi melalui sms, telepon atau email sebelum melakukan spekulasi;
c. Memperluas minat membaca atau kemahiran berhubungan dengan keuangan
lokal yang berarti membantu data urusan sosial dan pemahaman daerah
setempat dengan membaca informasi berharga.
Selain itu, OJK juga dapat melakukan tindakan apabila terjadi suatu usaha
melawan hukum, OJK mempunyai hak untuk membalikkan keadaan yang telah
terjadi dengan melakukan beberapa tindakan, antara lain:
24
pinjaman/pendukung P2P, perlindungan, dan lain-lain. Bentuk-bentuk kegiatan
usaha yang membantu atau memberdayakan fintech.
Pada dasarnya Bank Nasional mempunyai peran yang sangat penting dalam
mendorong perekonomian Islam di Indonesia. Meski BI bukan merupakan
yayasan resmi, namun kehadiran pedoman yang dikeluarkannya sangat
mempengaruhi kemajuan perekonomian syariah. Kehadiran Bank Nasional ini
juga diyakini sangat berdampak pada kepribadian item regulasi moneter Islam
yang muncul pada Masa Rekonstruksi. Artinya Bank Nasional berperan aktif
dalam memberdayakan pembuatan peraturan moneter syariah. Otonomi yang
10
Elvira Fitriyani Pakpahan et al., “Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Mengawasi
Maraknya Pelayanan Financial Technology (Fintech) Di Indonesia,” Jurnal Magister Hukum
Udayana (Udayana Master Law Journal) 9, no. 3 (2020): 559,
https://doi.org/10.24843/jmhu.2020.v09.i03.p08.
25
dilakukan oleh Bank Indonesia mempunyai nilai tambah tersendiri bagi lembaga
ini sehingga kepribadian dari produk hukum syariah tidak hanya dipengaruhi oleh
orang politik saja. Hal ini sesuai dengan penilaian Lindsey Group yang
menyatakan bahwa dalam bidang administrasi, Bank Indonesia memegang
peranan penting dalam perbaikan landasan moneter syariah di Indonesia.11
11
Bambang Iswanto, “Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia
Dan Baznas Dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam Di Indonesia,” IQTISHADIA
Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis Islam 9, no. 2 (2016): 421,
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v9i2.1738.
26
gambaran komprehensif tentang bagaimana pasar uang memengaruhi
perkembangan ekonomi Indonesia.12
12
Paramita Prananingtyas, “The Importance of Money Market Reconstruction in Indonesia,”
ATLANTIS PRESS: Advances in Social Science, Education and Humanities Research 363 (2019):
107–12, https://doi.org/10.2991/icils-19.2019.19.
13
Chaibou Issoufou, “Islamic Money Market and Application of Third Party Guarantee for
Economic Development,” Humanities and Social Sciences Reviews 7, no. 2 (2019): 384–88,
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7245.
14
Batubara et al., “Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia.”
27
d. Lindung Nilai Suku Bunga. Pelaku pasar dapat menggunakan pasar
uang untuk melindungi diri dari fluktuasi suku bunga. Ini membantu
melindungi bisnis dari risiko suku bunga yang dapat mempengaruhi
biaya pinjaman dan laba mereka.
e. Likuiditas dan Efisiensi. Pasar uang memberikan likuiditas dan
fleksibilitas bagi lembaga keuangan dan perusahaan. Ini memungkinkan
mereka untuk mengelola kas dengan lebih efisien dan memenuhi
kewajiban finansial dengan lebih baik, yang pada gilirannya
mendukung aktivitas ekonomi yang lebih lancar.
f. Transmisi Kebijakan Moneter. Bank sentral menggunakan pasar uang
untuk melaksanakan kebijakan moneter. Dengan mengendalikan suku
bunga jangka pendek, bank sentral dapat mempengaruhi biaya pinjaman
dan pengeluaran konsumen serta investasi.
g. Efisiensi Aliran Dana Antar Negara. Pasar uang memfasilitasi aliran
dana lintas negara, yang mendukung pertumbuhan ekonomi secara
global. Negara-negara yang membutuhkan pendanaan untuk proyek-
proyek pembangunan dapat mengakses dana dari pasar uang
internasional.
h. Pembiayaan Pemerintah. Pemerintah dapat memanfaatkan pasar uang
untuk membiayai keperluan jangka pendek mereka, termasuk
pengeluaran rutin dan proyek-proyek sementara. Ini membantu menjaga
stabilitas fiskal dan menghindari defisit yang berlebihan.
15
Ikhsan, Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah.
28
a. Pendanaan Bisnis dan Investasi. Pasar uang menyediakan akses ke
pendanaan yang diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia
untuk pengembangan bisnis dan investasi. Contohnya adalah penerbitan
surat utang korporasi (obligasi) yang dijual kepada investor di pasar
uang. Penerbitan ini memberikan perusahaan dana yang dibutuhkan
untuk mengembangkan bisnis mereka. Sebagai contoh, perusahaan
telekomunikasi di Indonesia dapat menerbitkan obligasi untuk
memperluas jaringan infrastruktur mereka.
b. Transmisi Kebijakan Moneter. Bank Indonesia menggunakan pasar
uang untuk mengimplementasikan kebijakan moneter. Jika Bank
Indonesia ingin merangsang pertumbuhan ekonomi, mereka dapat
menurunkan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga ini akan
cenderung mengurangi suku bunga di pasar uang dan mendorong orang
dan perusahaan untuk meminjam lebih banyak, mendorong konsumsi
dan investasi yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi.
c. Efisiensi Keuangan. Pasar uang membantu lembaga keuangan dan
perusahaan untuk mengelola likuiditas mereka dengan lebih baik.
Contohnya adalah penggunaan rekening bersama (sweep accounts) oleh
perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan akan memindahkan dana dari
rekening giro mereka ke rekening investasi di pasar uang pada akhir
hari untuk mendapatkan pengembalian lebih tinggi, dan dana tersebut
akan dikembalikan ke rekening giro pada awal hari berikutnya.
d. Pembiayaan Konsumen. Pasar uang juga memainkan peran dalam
pembiayaan konsumen. Berbagai produk keuangan seperti kartu kredit,
pinjaman personal, dan cicilan elektronik melibatkan transaksi di pasar
uang. Konsumen dapat memanfaatkan produk ini untuk mendukung
pembelian mereka, yang dapat meningkatkan permintaan dan konsumsi.
e. Pendanaan Pemerintah. Pemerintah Indonesia menggunakan pasar uang
untuk mendapatkan pendanaan jangka pendek. Misalnya, pemerintah
dapat menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dengan jatuh tempo
29
kurang dari satu tahun untuk memenuhi kebutuhan fiskal jangka
pendek. Dengan adanya pasar uang, pemerintah dapat memenuhi
kewajiban keuangan mereka dengan efisien.
f. Stabilitas Keuangan. Pasar uang yang sehat membantu menjaga
stabilitas keuangan. Selama periode ketidakpastian ekonomi seperti
pandemi COVID-19, keberadaan pasar uang yang likuid membantu
lembaga keuangan dan perusahaan mengatasi masalah likuiditas yang
mungkin muncul, menjaga aliran dana, dan mencegah gangguan yang
lebih besar terhadap aktivitas ekonomi.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar uang konvensional adalah tempat atau mekanisme di mana berbagai
instrumen keuangan jangka pendek diperdagangkan antara pihak-pihak yang
membutuhkan dana dalam waktu singkat dan pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana yang ingin diinvestasikan untuk jangka pendek. Pasar uang
syariah adalah tempat atau mekanisme di mana instrumen keuangan jangka
pendek yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan Islam (syariah)
diperdagangkan. Instrumen-instrumen yang diperdagangkan dalam pasar uang
syariah dirancang agar sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melarang riba
(bunga) dan aktivitas yang tidak etis.
31
Fatwa DSN-MUI 37/DSN-MUI/X/2002 tentang pasar uang antarbank
berdasarkan prinsip syariah dan fatwa nomor : 38/DSN-MUI/X/2002 tentang
sertifikat investasi Mudharabah Antarbank (Sertifikat IMA). Fatwa ini ada dalam
rangka memberikan panduan operasional pada bank syariah dalam bertransaksi
dipasr uang antarbank sehingga terhindar dari praktik riba, maisir, dan gharar
serta mengatasi kesulitan dalam likuiditas. Pada satu sisi perbankan syariah tidak
dibenarkan menarik dana dari sumber-sumber yang berbasis riba. Sementara pasar
uang yang menjadi salah satu bagian dari mengatasi masalah pengelolaan
likuiditas dimaksud hanya ada berbasis riba. Akibatnya,bank syariah tidak bisa
menginvestasikan dana yang berlebih. Akibatnya, pendapatan rata-rata perbankan
syariah lebih rendah daripada bank konvensional. Begitu juga saat bank syariah
tidak dapat memenuhi kekurangan likuiditasnya dikarenakan penarikan dari
masyarakat yang diambil dalam jumlah besar.
OJK memfasilitasi bersama Bank Indonesia dalam membuat pedoman
administrasi di bidang keuangan, antara lain: Komitmen pemenuhan modal dasar
bank; Kerangka data keuangan yang terkoordinasi; Pendekatan untuk
mendapatkan aset dari luar negeri, mendapatkan cadangan kas yang asing, dan
kredit usaha yang asing; Barang perbankan, bursa anak perusahaan, kegiatan
usaha bank lainnya; Jaminan terhadap pendirian bank yang termasuk dalam
kelompok bank yang penting secara fundamental; dan Informasi yang berbeda
dihindari dari pengaturan kerahasiaan data.
32
pasar uang memberikan likuiditas dan fleksibilitas bagi lembaga keuangan dan
perusahaan. Transmisi Kebijakan Moneter yaitu bank sentral menggunakan pasar
uang untuk melaksanakan kebijakan moneter. Efisiensi Aliran Dana Antar Negara
yaitu pasar uang memfasilitasi aliran dana lintas negara, yang mendukung
pertumbuhan ekonomi secara global. Pembiayaan Pemerintah yaitu pemerintah
dapat memanfaatkan pasar uang untuk membiayai keperluan jangka pendek
mereka, termasuk pengeluaran rutin dan proyek-proyek sementara.
33
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Anak, Gede Agung, and Indra Prathama. “Pengawasan Bank Indonesia
Dan Otoritas Jasa Keuangan Terkait Penerapan Financial Technology.”
Institut Bisnis Dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) 16, no. 2 (2022): 170–80.
Amir, Muhammad Fakhri. “Peran Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (Ojk)
Dalam Sistem Keuangan Di Indonesia (Perspektif Hukum Islam).” Al-
Amwal : Journal of Islamic Economic Law 5, no. 1 (2021): 59–71.
https://doi.org/10.24256/alw.v5i1.1577.
Astuti, Tri Sulistianing, and Luthfi Widadgo Eddyono. “Peran Bank Indonesia
Dan Pembangunan Hukum Di Bidang Moneter Dalam Rangka Pemulihan
Ekonomi Indonesia.” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional 10, no. 3 (2021): 393.
https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v10i3.781.
Ikhsan, M. Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah. Diktat Repositori Uinsu, 2020.
34
Guarantee for Economic Development.” Humanities and Social Sciences
Reviews 7, no. 2 (2019): 384–88. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7245.
Jaya, Asri, Muhtar Lutfi, and Abdul Wahab. “Pasar Uang Dalam Tinjauan
Perspektif Islam.” IJMS: Indonesian Journal of Management Studies 1, no. 1
(2022): 34–41. https://www.dmi-journals.org/ijms/article/view/246.
Sari, Annisa Arifka. “Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Jasa
Keuangan Di Indonesia.” SUPREMASI Jurnal Hukum 1, no. 1 (2018): 23–
33. https://doi.org/10.36441/supremasi.v1i1.154.
35