Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PASAR UANG KONVENSIONAL DAN SYARIAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pasar Uang dan Pasar Modal Syariah

Dosen Pengampu:
Alfin Maulana, S.EI, M.SEI

Anggota Kelompok 2:
1. Fadila Afri Rahmawati (08040421138)
2. Inda Mawaddah (08010421018)
3. Maulidya Ni’matul Maghfiroh (08010421020)
4. Rona Arlien Safitri (08040421186)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya sehingga saya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai
dengan rencana yang dibuat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yaitu berupa agama Islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Uang dan
Pasar Modal Syariah, berjudul “PASAR UANG KONVENSIONAL DAN
SYARIAH”
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
2. Bapak Alfin Maulana, S.EI, M.SEI. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pasar Uang dan Pasar Modal Syariah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tugas makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat saya
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin

Surabaya, 27 Agustus 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Pengertian Pasar Uang Konvensional dan Syariah..................................4
2.2 Perbedaan Pasar Uang Konvensional dan Syariah..................................9
2.3 Fatwa Pasar Uang.....................................................................................12
2.4 Peran Maupun Regulasi Bank Sentral Dan OJK...................................16
2.5 Peran Pasar Uang......................................................................................26
BAB III PENUTUP........................................................................................................31
3.1 Kesimpulan................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dinamika ekonomi modern, pasar uang memegang peranan sentral
dalam menggerakkan aktivitas finansial dan ekonomi. Pasar uang adalah tempat di
mana instrumen keuangan jangka pendek diperdagangkan, termasuk surat
berharga, deposito, dan instrumen lainnya yang memiliki jatuh tempo singkat.
Dua konsep yang semakin menonjol dalam pasar uang adalah pasar uang
konvensional dan pasar uang syariah. Kedua pasar ini memiliki prinsip,
karakteristik, dan tujuan yang berbeda, namun keduanya memiliki dampak yang
signifikan dalam memfasilitasi aliran dana, likuiditas, serta aktivitas ekonomi.

Pasar uang konvensional dan pasar uang syariah muncul sebagai respons
terhadap kebutuhan masyarakat dan perubahan ekonomi. Pasar uang
konvensional, yang telah lama hadir dalam sistem keuangan global, berkembang
seiring dengan perkembangan ekonomi modern. Instrumen keuangan dalam pasar
uang konvensional umumnya diatur oleh hukum perdata dan regulasi pemerintah.
Pasar ini telah memainkan peran penting dalam mendukung aktivitas ekonomi,
baik dalam hal pendanaan bisnis maupun pemerintah.1

Pasar uang konvensional merupakan bagian integral dari sistem keuangan


global. Instrumen-instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar uang
konvensional meliputi surat berharga pemerintah, obligasi korporasi, deposito,
sertifikat deposito, dan lain-lain. Karakteristik utama dari pasar uang
konvensional adalah fokus pada profitabilitas dan komersialitas.

Di sisi lain, pasar uang syariah muncul sebagai alternatif yang sesuai dengan
prinsip-prinsip agama Islam. Prinsip utama dalam pasar uang syariah adalah
larangan terhadap riba (bunga) dan praktik spekulatif yang dianggap merugikan.
Instrumen keuangan dalam pasar uang syariah melibatkan akad-akad seperti

1
M. Ikhsan, Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah, Diktat Repositori Uinsu, 2020.

1
mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), murabahah (jual beli dengan
markup), dan wakalah (pengelolaan dana).

Pasar uang syariah bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan finansial,


tetapi juga mengintegrasikan dimensi etika dan keadilan dalam aktivitas
keuangan. Dalam beberapa dekade terakhir, pasar uang syariah telah mengalami
pertumbuhan pesat, dengan berbagai produk dan layanan yang dikembangkan
untuk memenuhi tuntutan masyarakat Muslim.

Seiring dengan pertumbuhan kesadaran akan nilai-nilai syariah, Indonesia


telah mengembangkan regulasi dan infrastruktur untuk mendukung
pengembangan pasar uang syariah. Bank-bank syariah dan lembaga keuangan
syariah lainnya didirikan untuk menyediakan alternatif finansial yang sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam. Pemerintah Indonesia juga mendorong
pengembangan pasar uang syariah melalui penerbitan sukuk syariah dan
instrumen keuangan syariah lainnya.2

Meskipun pasar uang konvensional dan pasar uang syariah memiliki


prinsip-prinsip yang berbeda, terdapat peluang untuk menggabungkan kedua
pendekatan ini. Konsep pengembangan pasar uang berkelanjutan dan inklusif
dapat mencakup elemen-elemen baik dari pasar uang konvensional maupun
syariah. Integrasi ini dapat memanfaatkan keunggulan masing-masing pasar untuk
menciptakan ekosistem finansial yang lebih stabil dan berkeadilan. Dalam konteks
global dan lokal, pasar uang konvensional dan pasar uang syariah memiliki peran
yang krusial dalam perekonomian. Dengan demikian, pada makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai pengertian pasar uang, fatwa yang mendasari
muncul dan berkembangnya pasar uang, peran dan regulasi bank sentral dan OJK
terhadap adanya pasar uang, serta peranan pasar uang dalam perekonomian global
kususnya Indonesia.

2
Maryam Batubara et al., “Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia,” VISA: Journal
of Vision and Ideas 2, no. 2 (2022): 110–18, https://doi.org/10.47467/visa.v2i2.952.

2
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pasar uang konvensional dan pasar uang
syariah?
2. Apa yang menjadi dasar perbedaan antara pasar uang konvensional dan
pasar uang syariah?
3. Apa fatwa yang mendasari berkembangnya pasar uang?
4. Bagaimana peran serta regulasi dari bank sentral dan OJK terhadap pasar
uang?
5. Bagaimanakah peranan pasar uang terhadap perekonomian dunia khususnya
Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan pasar uang


konvensional dan pasar uang syariah.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara pasar uang konvensional dan pasar
uang syariah.
3. Untuk mengkaji fatwa yang mendasari berkembangnya pasar uang.
4. Untuk menjelaskan peran serta regulasi dari bank sentral dan OJK terhadap
pasar uang.
5. Untuk mengetahui peranan pasar uang terhadap perekonomian dunia
khususnya Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar Uang Konvensional dan Syariah


2.1.1 Pasar Uang Konvensional

Pasar uang ialah tempat di mana surat-surat berharga dengan jangka waktu
pendek diperdagangkan. Pasar uang merupakan arena transaksi pinjaman atau jual
beli yang melibatkan surat berharga yang lazim diperdagangkan dalam kurun
waktu kurang dari satu tahun. Transaksi ini dapat dilakukan dalam mata uang
domestik maupun valuta asing. Di pasar uang, tersedia fasilitas pembiayaan untuk
jangka waktu pendek yang dilakukan melalui skema pinjaman. Pasar uang juga
dapat diartikan sebagai wadah pertemuan antara pihak yang menawarkan dana
dan pihak yang memerlukan dana. Ini merupakan keseluruhan dari permintaan
dan penawaran dana atau surat-surat berharga dengan jangka waktu satu tahun
atau kurang, yang dapat disalurkan melalui lembaga perbankan. Aktivitas di pasar
uang terjadi ketika terdapat dua kelompok: yang pertama adalah pihak yang
membutuhkan dana dalam jangka waktu pendek, dan yang kedua adalah pihak
yang memiliki kelebihan dana dalam jangka waktu yang sama. Mereka bertemu
dalam pasar uang, di mana kelompok yang memerlukan dana dapat
memperolehnya dari kelompok yang memiliki kelebihan dana, dan sebaliknya.

Peserta yang terlibat di dalam pasar uang melibatkan institusi keuangan


seperti bank dan lembaga keuangan lainnya yang memerlukan pendanaan dalam
jangka waktu singkat. Keputusan pembelian surat-surat berharga di pasar uang
seringkali bergantung pada faktor kepercayaan, karena surat-surat tersebut
biasanya tidak dijamin oleh aset tertentu. Oleh karena itu, kepercayaan memiliki
peran dominan dalam keputusan investor untuk berinvestasi pada surat-surat
berharga ini, selain faktor-faktor lain yang turut berperan.

Pasar uang, yang dikenal juga sebagai pasar modal, berfungsi sebagai
wadah bagi perdagangan surat-surat berharga dengan jangka waktu pendek.
Definisi ini dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio pada tahun 2001.

4
Pasar uang dapat dijelaskan sebagai sistem untuk melakukan transaksi keuangan
terkait dana yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun. Aktivitas di pasar
uang timbul karena adanya dua kelompok pihak: kelompok pertama yang
mengalami kekurangan dana dalam jangka pendek, dan kelompok kedua yang
memiliki kelebihan dana dalam jangka waktu yang sama. Kedua kelompok ini
bertemu dalam lingkungan pasar uang, di mana kelompok yang membutuhkan
dana bisa memperolehnya dari kelompok yang memiliki kelebihan dana, dan
sebaliknya. Konsep ini dijelaskan oleh Andri Soemitra pada tahun 2009.

Dalam teori ekonomi, konsep pasar uang bukanlah suatu tempat fisik di
mana orang berdagang secara langsung. Pasar diartikan dengan makna yang lebih
luas dan abstrak, namun tetap mencakup esensi pertemuan antara permintaan dan
penawaran. Ketika permintaan dan penawaran bertemu dalam pasar, terjadi
transaksi. Transaksi ini melibatkan kesepakatan antara pembeli dan penjual
mengenai harga dan volume barang yang ditransaksikan.

Pasar uang memiliki peran alternatif bagi lembaga keuangan, perusahaan


non-keuangan, dan partisipan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
dalam jangka waktu pendek dan untuk menempatkan dana yang berlebih atau
likuiditas. Pasar uang juga memiliki fungsi tidak langsung sebagai alat
pengendalian moneter oleh otoritas moneter dalam menjalankan operasi pasar
terbuka. Bank Indonesia, misalnya, melakukan operasi pasar terbuka dengan
menggunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk bank konvensional atau
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk bank syariah sebagai langkah
kontraksi moneter, serta Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) atau instrumen yang
sesuai dengan prinsip syariah untuk bank syariah sebagai upaya ekspansi moneter.

Pasar uang konvensional adalah tempat atau mekanisme di mana berbagai


instrumen keuangan jangka pendek diperdagangkan antara pihak-pihak yang
membutuhkan dana dalam waktu singkat dan pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana yang ingin diinvestasikan untuk jangka pendek. Instrumen-
instrumen tersebut mencakup surat-surat berharga seperti surat utang, sertifikat

5
deposito, surat berharga komersial, dan lainnya, yang biasanya memiliki jangka
waktu kurang dari satu tahun.

Transaksi di pasar uang konvensional dilakukan dalam konteks keuangan


konvensional, dengan penggunaan suku bunga sebagai dasar perhitungan imbal
hasil. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga dan permintaan instrumen-
instrumen ini termasuk tingkat suku bunga pasar, kondisi ekonomi, dan faktor-
faktor lain yang memengaruhi likuiditas dan kepercayaan di pasar.

Secara umum, pasar uang konvensional berfungsi untuk menghubungkan


pihak-pihak yang memerlukan dana jangka pendek dengan pihak-pihak yang
memiliki dana lebih dalam jangka waktu yang sama, sehingga membantu
memenuhi kebutuhan likuiditas dan investasi dalam skala yang lebih singkat.

Pasar uang konvensional juga memiliki peran dalam mengatur likuiditas di


sektor keuangan secara keseluruhan. Institusi keuangan seperti bank dan lembaga
lainnya dapat mengelola likuiditasnya dengan mengambil bagian dalam transaksi
pasar uang. Ketika bank memiliki kelebihan likuiditas, mereka dapat
menginvestasikan dana mereka dalam instrumen pasar uang untuk meraih imbal
hasil yang lebih baik daripada hanya menyimpannya di kas. Di sisi lain, jika bank
mengalami kekurangan likuiditas, mereka dapat menerbitkan instrumen keuangan
untuk mendapatkan dana tunai dan memenuhi kebutuhan operasional serta
kewajiban kepada nasabah.

Tingkat suku bunga menjadi faktor penting dalam pasar uang


konvensional, karena merupakan indikator harga dana yang digunakan dalam
transaksi. Naik turunnya tingkat suku bunga dapat memengaruhi pengambilan
keputusan investasi atau pendanaan bagi para pihak yang terlibat di pasar ini.
Selain itu, kepercayaan dan kondisi makroekonomi juga memiliki dampak
signifikan terhadap dinamika pasar uang, karena pelaku pasar cenderung
merespons perubahan ekonomi dengan mengatur alokasi dan arus dana mereka.

Pasar uang konvensional biasanya terintegrasi dengan sistem perbankan


dan lembaga keuangan lainnya. Instrumen-instrumen yang diperdagangkan di

6
pasar ini memberikan fleksibilitas dan likuiditas bagi pihak-pihak yang terlibat.
Namun, perlu dicatat bahwa pasar uang konvensional beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip keuangan konvensional, termasuk penggunaan suku bunga dan
instrumen berbasis bunga.

Pasar uang konvensional memiliki peran penting dalam menyediakan


solusi pendanaan jangka pendek bagi berbagai entitas ekonomi, termasuk lembaga
keuangan, perusahaan, pemerintah, dan individu. Meskipun memiliki manfaatnya
sendiri, pasar ini memiliki perbedaan prinsipial dengan pasar uang syariah, yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip keuangan Islam dan menggunakan
instrumen-instrumen yang sesuai dengan nilai-nilai syariah.

2.1.2 Pasar Uang Syariah

Pasar uang syariah adalah tempat atau mekanisme di mana instrumen


keuangan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan Islam
(syariah) diperdagangkan. Pasar ini memfasilitasi transaksi investasi, pinjam-
meminjam, dan pemenuhan kebutuhan likuiditas dengan mematuhi hukum-hukum
dan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam ajaran Islam. Instrumen-instrumen
yang diperdagangkan dalam pasar uang syariah dirancang agar sejalan dengan
nilai-nilai Islam yang melarang riba (bunga) dan aktivitas yang tidak etis.

Instrumen-instrumen pasar uang syariah mencakup berbagai akad


keuangan yang sesuai dengan hukum Islam, seperti mudharabah (bagi hasil),
musyarakah (kerjasama), qardh (pinjaman tanpa bunga), wadiah (amanah), dan
lainnya. Di pasar uang syariah, prinsip-prinsip berbagi risiko dan keuntungan
antara pihak yang terlibat diutamakan, dan instrumen-instrumen tersebut biasanya
didukung oleh aset atau proyek nyata.

Salah satu tujuan utama pasar uang syariah adalah untuk menyediakan
solusi finansial yang sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi para pihak yang
memerlukan dana jangka pendek atau memiliki kelebihan dana dalam waktu yang
singkat. Transaksi di pasar uang syariah juga mendorong keberlanjutan ekonomi

7
dan pembagian risiko yang adil, serta menghindari praktik-praktik yang dianggap
haram (dilarang) dalam ajaran Islam, seperti riba dan spekulasi berlebihan.

Pasar uang syariah memiliki perbedaan prinsipial dengan pasar uang


konvensional, karena operasinya didasarkan pada hukum-hukum Islam dan
instrumen-instrumen yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Instrumen-
instrumen tersebut umumnya tidak melibatkan unsur bunga dan didesain untuk
menciptakan keadilan dan keberlanjutan dalam aktivitas ekonomi.

Pasar uang syariah juga memainkan peran penting dalam membangun


ekosistem finansial yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Instrumen-
instrumen keuangan yang diperdagangkan di dalamnya tidak hanya memenuhi
kebutuhan pendanaan jangka pendek, tetapi juga menghormati norma-nilai etika
dan moral yang diakui dalam ajaran Islam. Hal ini mencakup penghindaran
terhadap riba, spekulasi berlebihan, dan praktik-praktik yang merugikan.

Kelebihan utama pasar uang syariah adalah mendorong partisipasi


ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Pelaku pasar uang syariah
mencakup bank syariah, lembaga keuangan syariah, perusahaan, dan individu
yang ingin berinvestasi atau memenuhi kebutuhan likuiditas dengan cara yang
sesuai dengan nilai-nilai agama mereka. Transaksi di pasar ini juga didorong oleh
semangat berbagi risiko dan keuntungan, yang sejalan dengan prinsip ekonomi
Islam yang adil.

Tingkat bunga tidak menjadi faktor utama dalam pasar uang syariah,
karena instrumen-instrumen yang diperdagangkan didasarkan pada akad-akad
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan Islam. Ini menciptakan kestabilan
dan keadilan dalam transaksi, serta mendorong penggunaan dana yang produktif
dan berkelanjutan.

Namun, seperti halnya dengan pasar finansial lainnya, pasar uang syariah
juga tunduk pada dinamika ekonomi dan kepercayaan. Perubahan dalam kondisi
pasar dan faktor-faktor ekonomi dapat mempengaruhi harga dan permintaan
instrumen-instrumen pasar uang syariah.

8
Secara keseluruhan, pasar uang syariah tidak hanya memberikan alternatif
finansial yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, tetapi juga berkontribusi pada
pembangunan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, serta menghormati nilai-nilai
agama dalam kegiatan ekonomi. Pasar ini terus berkembang dan memainkan
peran yang semakin penting dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip syariah
dengan aktivitas finansial modern.

2.2 Perbedaan Pasar Uang Konvensional dan Syariah


Secara esensial, pasar uang syariah dan pasar uang konvensional berbagi
beberapa fungsi yang serupa, termasuk peran sebagai pengatur likuiditas. Ketika
sebuah bank memiliki kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat menggunakan
instrumen dari pasar uang untuk melakukan investasi dengan dana yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika bank mengalami kekurangan likuiditas, bank bisa
menerbitkan instrumen yang dapat dijual untuk mendapatkan dana tunai. Namun,
ada perbedaan fundamental antara pasar uang konvensional dan pasar uang
syariah.
Perbedaan pertama terletak pada mekanisme penerbitan instrumen. Di
pasar uang konvensional, instrumen yang diterbitkan biasanya berupa instrumen
yang dijual dengan potongan harga (diskon) dan didasarkan pada perhitungan
bunga. Di sisi lain, pasar uang syariah lebih kompleks dan mendekati mekanisme
pasar modal, melibatkan prinsip-prinsip investasi, kerjasama, dan lainnya seperti
mudharabah, musyarakah, qard, dan wadiah. Meskipun demikian, pasar uang
syariah tetap berfokus pada sektor pendanaan dengan jangka waktu pendek atau
kurang dari satu tahun, berbeda dengan pasar modal yang melibatkan surat-surat
berharga dengan jangka waktu lebih panjang.
Pasar uang antarbank yang sesuai dengan prinsip syariah tidak melibatkan
bunga, dan akad-akad yang dianjurkan adalah mudharabah, musyarakah, qardh,
wadiah, serta sharf. Selain itu, kepemilikan atas instrumen pasar hanya dapat
dipindahtangankan satu kali saja. Namun, dalam praktiknya, akad-akad yang
paling umum digunakan adalah mudharabah dan wadiah. Akad-akad seperti gardh
dan sharf jarang diterapkan. Hal ini disebabkan oleh jenis instrumen yang tersedia

9
dalam pasar uang syariah, seperti IMA (Sertifikat Investasi Antar Bank), SPBU
(Surat Berharga Pasar Uang) Mudharabah, dan SWBI (Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia).
Perbedaan kedua terletak pada sifat instrumen itu sendiri. Instrumen pasar
uang konvensional adalah surat berharga yang mewakili uang, di mana satu unit
memiliki kewajiban terhadap unit lainnya. Di sisi lain, instrumen keuangan
syariah harus memiliki dukungan dari aset, proyek aset, dan transaksi jual beli
yang melandasi instrumen tersebut. Pelaku di pasar uang mencakup berbagai
entitas, antara lain, bank, yayasan, dana pensiun, perusahaan asuransi, perusahaan-
perusahaan besar, lembaga pemerintah, lembaga keuangan lain, individu
masyarakat, karena pembelian surat-surat berharga di pasar uang umumnya
memiliki jangka waktu pendek, transaksi tersebut sebagian besar bergantung pada
kepercayaan, karena instrumen pasar uang umumnya tidak dijamin oleh aset
tertentu.
Perbedaan antara pasar uang konvensional dan pasar uang syariah sangat
mencolok. Di pasar uang konvensional, harga biasanya diungkapkan dalam
bentuk persentase yang merepresentasikan pendapatan (return) terkait dengan
penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu. Pelaku dalam pasar uang
konvensional terbagi menjadi peminjam (borrowers) dan pemberi pinjaman
(lenders). Peminjam adalah individu yang memperoleh hak penggunaan dana
untuk jangka waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Pemberi pinjaman
adalah individu yang menjual hak penggunaan dana untuk jangka waktu tersebut.
Harga yang diterima oleh pemberi pinjaman untuk melepaskan hak penggunaan
dana tersebut disebut tingkat bunga (interest rate). Contohnya, dalam suatu
pinjaman senilai 100,00, jika pemberi pinjaman menerima 120,00 pada akhir
tahun, kelebihan sejumlah 20,00 tersebut diungkapkan dalam bentuk persentase,
yaitu tingkat bunga sebesar 20% per tahun.
Dengan demikian, dalam praktik pasar uang konvensional, transaksinya
melibatkan hak untuk menggunakan uang dalam jangka waktu tertentu. Ini
menyebabkan terjadinya transaksi pinjam meminjam dana di pasar ini, yang
kemudian menghasilkan hubungan utang-piutang. Barang yang diperdagangkan

10
dalam pasar ini berupa surat utang atau janji untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam konteks ini, harga
dalam pasar uang konvensional dinyatakan dalam bentuk persentase yang
mencerminkan pendapatan terkait dengan penggunaan uang dalam jangka waktu
tertentu. Harga yang diterima oleh pemberi pinjaman sebagai imbalan atas
pelepasan hak penggunaan dana tersebut disebut tingkat bunga (interest rate).
Dalam upaya memenuhi likuiditas, bank-bank Islam perlu memiliki akses
ke pasar uang. Ketika bank memiliki kelebihan likuiditas, instrumen pasar uang
dapat digunakan untuk menginvestasikan dana, sementara jika likuiditas terbatas,
bank dapat menerbitkan instrumen yang dapat dijual untuk mendapatkan dana
tunai. Terdapat perbedaan mendasar antara pasar uang konvensional dan pasar
uang syariah, yaitu:
1. Mekanisme penerbitan instrumen. Di pasar uang konvensional, instrumen
yang diterbitkan adalah instrumen utang yang dijual dengan diskon dan
didasarkan pada perhitungan bunga. Sementara itu, pasar uang syariah
mengadopsi akad mudharabah, musyarakah, qard, wadhi'ah, dan al-sharf, yang
bergantung pada kesepakatan dan kebutuhan pihak terkait. Namun, di pasar
uang syariah, fokusnya adalah pada jangka waktu pendanaan yang singkat,
dan instrumen yang diperdagangkan adalah IMA (Sertifikat Investasi Antar
Bank), SPBU (Surat Berharga Pasar Uang) Mudharabah, dan SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia).
2. Sifat instrumen itu sendiri. Instrumen di pasar uang konvensional adalah surat
berharga yang mewakili uang, dengan satu unit memiliki kewajiban terhadap
unit lainnya. Sementara itu, instrumen keuangan syariah harus memiliki
dukungan dari aset, proyek aktiva, atau transaksi jual beli yang mendasarinya.
Instrumen keuangan syariah diciptakan melalui sekuritisasi aktiva atau proyek
aktiva yang mempresentasikan hak penyertaan musyarakah (bagian
manajemen) yang meliputi hak dalam modal tetap dan pengelolaan, atau hak
partisipasi mudharabah (bagian kerja) yang mewakili modal kerja, dengan hak
atas modal dan keuntungan yang berasal dari modal tersebut tanpa hak suara.

11
Dengan demikian, pasar uang syariah berfungsi sebagai mekanisme yang
memungkinkan lembaga keuangan syariah untuk menggunakan instrumen pasar
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, baik untuk mengatasi kekurangan maupun
kelebihan likuiditas.
2.3 Fatwa Pasar Uang
a. Fatwa

Fatwa adalah pemikiran hukum islam yang bersifat dinamis mengikuti


alur masyarakat. Istilah ini berasal dari bahas arab yaitu fata, yaftu, dan
fatwan. Yang artinya muda ,baru, penjelasan dan penerangan. Dengan arti
lainnya Fatwa yaitu memiliki kekuatan dalam menjelaskan dan menjawab
permasalahan berdimensi hukum seperti kekuatan yang dimiliki pemuda.
Secara terminologi fatwa adalah penjelasan hukum syara’ tentang suatu
masalah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa
baik secara individu maupun berkelompok.

Fatwa pada awal perkembangan islam ketika zaman Nabi saw masih
hidup tidak dibutuhkan karena setiap persoalan yang dihadapi umat islam
langsung ditangani nabi. Namun setelah nabi saw meninggal ,persoalan yang
muncul dimasyarakat semakin berkembang dan rumit. Hal ini disebabkan
karena menyebarnya umat islam diberbagai belahan dunia. Oleh karena itu
fatwa menjadi jalan keluar dalam memberikan solusi dan penjelasan terhadap
berbagai permasalahan yang bersifat kekinian dan memberikan kepastian
hukum.

Sejak didirikannya pada tahun 2009 hingga 2022, DSN-MUI telah


mengeluarkan sebanyak 152 fatwa. Pada umumnya fatwa yang diterbitkan
fatwa DSN ini berkaitan dengan produk dan akad pada perbankan syariah.
Namun tidak semua fatwa digunakan oleh bank syariah karena beberapa
fatwa tidak merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan. Hanya
saja, dalam UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah kedudukan
fatwa diperkuat dengan menyatakan bahwa regulator harus mempedomani

12
fatwa DSN-MUI dalam pembentukan regulasi perbankan syariah. Hal ini
memberikan gambaran adanya hubungan yang kuat antara DSN-MUI dan
Bank Indonesia serta perbankan syariah. Dalam hal ini bisa menjadi
pendorong fatwa DSN-MUI diserap secara utuh oleh bank indonesia dalam
perumusan pengaturan produk, jasa dan akad yang dijalankan oleh bank
syariah.

Salah satu fatwa DSN-MUI yang dimaksud adalah fatwa nomor:


37/DSN-MUI/X/2002 tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah dan fatwa nomor : 38/DSN-MUI/X/2002 tentang sertifikat investasi
Mudharabah Antarbank (Sertifikat IMA). Fatwa ini ada dalam rangka
memberikan panduan operasional pada bank syariah dalam bertransaksi
dipasr uang antarbank sehingga terhindar dari praktik riba, maisir, dan gharar
serta mengatasi kesulitan dalam likuiditas. Pada satu sisi perbankan syariah
tidak dibenarkan menarik dana dari sumber-sumber yang berbasis riba.
Sementara pasar uang yang menjadi salah satu bagian dari mengatasi masalah
pengelolaan likuiditas dimaksud hanya ada berbasis riba. Akibatnya,bank
syariah tidak bisa menginvestasikan dana yang berlebih. Akibatnya,
pendapatan rata-rata perbankan syariah lebih rendah daripada bank
konvensional. Begitu juga saat bank syariah tidak dapat memenuhi
kekurangan likuiditasnya dikarenakan penarikan dari masyarakat yang
diambil dalam jumlah besar.3

b. Landasan dasar hukum pasar uang dalam islam

Berikut adalah dalil dan hadis yang digunakan Dewan Syariah nasional
dalam menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah :

a. Qs. Al-maidah (5) : 1


“hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu…”

3
Asri Jaya, Muhtar Lutfi, and Abdul Wahab, “Pasar Uang Dalam Tinjauan Perspektif Islam,”
IJMS: Indonesian Journal of Management Studies 1, no. 1 (2022): 34–41, https://www.dmi-
journals.org/ijms/article/view/246.

13
b. Qs. Al-baqarah (2) : 275
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
c. Hadist nabi riwayat tirmidzi dari arm bin auf
“kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”
d. Hadist nabi riwayat muslim,tirmidzi,an-nasa’I,abu daud,dan ibnu
majah dari abu Hurairah
“Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar”.
e. Kaidah fiqih :
“pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan
sampai ada dalil yang mengharamkannya.” (as- suyuthi,al-asybah
wan nadzir,60)
“segala mahdarat(bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin”.(as-
suyuti, al-asybah wan nadzir,62)

c. Fatwa dewan syariah nasional tentang pasar uang berdarkan prinsip


syariah
Latar belakang dikeluarkannya fatwa dewan syariah nasional
No.37/DSN MUI/X/2002,tentang pasar uang antarbank bedasar prinsip
syariah adalah atas pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahwa bank syariah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan
oleh perbedaan jangka waktu antara penerima dan penanam dana atau
kelebihan likuiditas yang dapat disalurkan kepada pihak yang
memerlukan.
2. Bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan dana bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan
adanyapasar uang antarbank.
3. Bahwa untuk memenuhi keperluan itu makan dipandang perlu
menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah.

14
Keputusan fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-MUI/X/2002,
tentang pasar uang antarbank berdasar prinsip syariah adalah sebagai berikut :

pertama : ketentuan umum

1. Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu


pasar uang antarbank yang berdasarkan bunga.
2. Pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar
uang antarbank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antara peserta pasar berdasarkan
prinsip syariah
4. Peserta pasar uang sebagaiman tersebut dalam butir 3 adalah :
a. Bank syariah sebagai pemilik atau penerima dana
b. Bank konvensional hanya sebagai pemilik dana

Kedua : ketentuan khusus

1. Akada yang dapat digunakan dalam pasar uang antarbank berdasarkan


prinsip syariah adalah :
a. Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh
b. Musyarakah
c. Qard
d. Wadi’ah
e. Al- sharf
2. Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang sebagaiman tersebut
dalam butri 1 menggunakan akad-akad syariah yang digunakan dan
hanya boleh dipindah tangankan sekali.

Adapun keterkaitan dari adanya fatwa DSN No.37 adalah karena dalam
pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah tidak dibenarkan
menggunakan bunga,maka bisa diganti dengan menggunakan alternatif akad-
akad lainnya seperti : Mudharabah,yaitu akad kerjasama suatu usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (malik,shahib,al-maal) menyediakan seluruh

15
modal,pihak kedua (amil,mudharib,nasabah) bertindak mengelola dana yang
sudah diberikan dan keuntungan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah,yaitu akad kerjasama anatar dua pihak atau lebih dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana(modal) dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Qardh
yaitu suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketenuan bahwa
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada lembaga
keuangan syariah pada waktu yang disepakati kedua belah pihak. Wadiah
(titipan uang,barang dan surat-surat berharga) yaitu akad seseorang kepada
yang lain dengan menitipkan suatu barang tersebut untuk dijaga secara baik.
Al-sharf (Jual beli valuta asing).4

2.4 Peran Maupun Regulasi Bank Sentral Dan OJK

Kerangka moneter mempunyai arti penting dalam perekonomian dan


kehidupan. Kerangka moneter adalah permintaan finansial di suatu negara yang
berperan dan menyelesaikan kegiatan di berbagai pemerintahan moneter yang
dilakukan oleh lembaga keuangan, yang memiliki tugas pokok dan kemampuan
mengelola aset. Untuk menjamin bahwa kerangka moneter dapat berjalan dengan
kokoh dan aman, maka penting untuk merancang ulang desain hierarki organisasi
yang melakukan pekerjaan administratif dan administratif serta bekerja di sektor
moneter. Oleh karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk untuk lebih
mengembangkan kerangka pengelolaan dana moneter dengan memperhatikan
standar penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang mencakup tanggung
jawab, keterusterangan, kebebasan, kewajiban, dan kewajaran.

OJK dibentuk dengan tujuan bahwa segala jenis pergerakan di bidang


administrasi moneter:

a. Dikoordinasikan secara rutin, wajar, lugas dan akuntabel;


b. Siap memahami kerangka moneter yang dapat didukung dan stabil;

4
Bakhtiar, “Penyerapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam
Peraturan Bank Indonesia Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah,” Turast:
JurnalPenelitian Dan Pengabdian 8, no. 2 (2020): 98–119.

16
c. Siap menjaga kepentingan pelanggan dan masyarakat.

Sedangkan keuntungan penting dari OJK adalah:

a. Dapat dipercaya, bertindak secara adil, sopan, dan dapat diandalkan sesuai
dengan seperangkat aturan implisit dan strategi hierarki dengan menjaga
keaslian dan tanggung jawab;
b. Keahlian yang luar biasa adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab
mengingat kemampuan yang tinggi untuk mencapai pameran terbaik;
c. Kolaborasi adalah bekerja sama dengan seluruh mitra, baik lahir maupun
batin, dengan cara yang bermanfaat dan bermutu;
d. Komprehensif terbuka dan mengakui keragaman mitra dan memperluas
pintu terbuka dan bebas untuk bisnis moneter;
e. Visioner adalah mempunyai pemahaman yang luas dan mempunyai pilihan
untuk melihat ke depan (Forward Looking) serta mempunyai pilihan untuk
mempertimbangkan beberapa kemungkinan baru (Out of The Container
Thinking).

OJK dalam menyelesaikan kewajibannya dan spesialisnya bergantung pada


standar yang menyertainya:

a. Standar Otonomi, yaitu bebas dalam menentukan dan melaksanakan


kemampuan, kewajiban dan keahlian OJK, dengan tetap berpegang pada
peraturan dan pedoman yang berlaku;
b. Standar Keyakinan yang Sah, khususnya pedoman suatu peraturan
perundang-undangan yang menitikberatkan pada peraturan dan pedoman
serta keadilan dalam setiap strategi pelaksanaan Otoritas Administrasi
Moneter;
c. Pedoman Kepentingan Umum, yaitu aturan menjaga dan menjaga
kepentingan pembeli dan masyarakat umum serta memajukan bantuan
umum pemerintah;
d. Standar transparansi, khususnya pedoman agar masyarakat berada pada jalur
yang benar untuk memperoleh data yang benar, sah, dan tidak adil mengenai

17
organisasi Otoritas Administrasi Moneter, dengan tetap mempertimbangkan
keamanan individu dan kelompok. keistimewaan, serta misteri negara, yang
memuat misteri-misteri sebagaimana ditentukan dalam pedoman. peraturan
dan pedoman;
e. Standar Keahlian yang Mengesankan, khususnya peraturan yang
menitikberatkan pada kemampuan dalam menyelesaikan kewajiban dan
keahlian Otoritas Administrasi Moneter, namun masih didasarkan pada
seperangkat prinsip dan susunan peraturan dan pedoman;
f. Pedoman Kepercayaan, khususnya aturan untuk menaati kebajikan dalam
setiap tindakan dan pilihan yang diambil dalam organisasi Otoritas
Administrasi Moneter; Dan
g. Standar Tanggung Jawab, khususnya aturan yang menetapkan bahwa setiap
tindakan dan produk akhir dari setiap gerakan pelaksanaan Otoritas
Administrasi Moneter harus bertanggung jawab kepada masyarakat umum.

Adrian Sutedi memaklumi, dalam melaksanakan kewajibannya, OJK


memfasilitasi bersama Bank Indonesia dalam membuat pedoman administrasi di
bidang keuangan, antara lain:

a. Komitmen pemenuhan modal dasar bank;


b. Kerangka data keuangan yang terkoordinasi;
c. Pendekatan untuk mendapatkan aset dari luar negeri, mendapatkan
cadangan kas yang asing, dan kredit usaha yang asing;
d. Barang perbankan, bursa anak perusahaan, kegiatan usaha bank lainnya;
e. Jaminan terhadap pendirian bank yang termasuk dalam kelompok bank yang
penting secara fundamental;
f. Informasi yang berbeda dihindari dari pengaturan kerahasiaan data.5

OJK melaksanakan kewajiban administratif atas kegiatan yang meliputi:

a. Kegiatan administrasi moneter di bidang keuangan

5
Annisa Arifka Sari, “Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Jasa Keuangan Di
Indonesia,” SUPREMASI Jurnal Hukum 1, no. 1 (2018): 23–33,
https://doi.org/10.36441/supremasi.v1i1.154.

18
b. Kegiatan administrasi moneter di bidang Pasar Modal
c. Kegiatan bantuan keuangan di bidang Perlindungan, Aset Anuitas,
Organisasi Pendanaan, dan Lembaga Administrasi Keuangan Lainnya.

Untuk melakukan kewajiban administratif, OJK berwenang:

1. Pengawasan dan Pedoman Penyelenggaraan Bank Moneter


a. Hibah untuk peletakan batu pertama bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar afiliasi, rencana kerja, kepemilikan perseorangan, aset
manusia para pengurus, konsolidasi, penggabungan akuisisi bank, dan
penolakan izin usaha
b. Latihan perbankan, meliputi sumber air penunjang, penataan aset, dan
latihan bank di daerah bantuan
c. Pedoman dan pengawasan kecukupan bank meliputi: likuiditas,
produktivitas, kelarutan, kualitas sumber daya, proporsi kecacatan yang
paling kecil, batas kredit paling ekstrim, proporsi uang muka bank yang
disimpan dan disimpan; laporan bank yang berkaitan dengan
kesejahteraan dan pelaksanaan bank; kerangka data orang yang
berhutang; pengujian kredit; juga, pedoman pembukuan bank
d. Tindakan dan pengawasan yang berkaitan dengan perspektif kehati-
hatian bank, termasuk: risiko bagi para eksekutif; bank dewan;
pedoman mengenal klien; juga, pemberantasan penghindaran pajak
ilegal, pendanaan perang psikologis dan pelanggaran bank lainnya.
2. Pedoman penyelenggaraan non bank antara lain
a. Menyusun pedoman dan pilihan OJK
b. Menyusun pedoman sehubungan dengan pengawasan di bidang
administrasi moneter
c. Mengatur dan memutuskan pelaksanaan kewajiban OJK
d. Membuat dan memaparkan teknik untuk mengawasi organisasi bantuan
moneter
e. Menyusun desain yang berwibawa dan ikut serta dalam mengelola
yayasan moneter

19
3. Pengelolaan organisasi moneter (bank dan non bank), meliputi:
a. Menyusun pengaturan untuk pengawasan fungsional organisasi moneter
b. Eksekusi langsung, jaminan pembeli, kewajiban kepala pengawas dan
aktivitas lainnya terhadap landasan moneter
c. Berikan arahan yang jelas kepada lembaga keuangan atau pertemuan
tertentu
d. Mainkan pengaturan dan pengaturan kepala hukum
e. Memberikan persetujuan yang otoritatif terhadap pihak-pihak yang
menyalahgunakan pedoman di bidang moneter
f. Pemberian dan pencabutan izin usaha, izin perseorangan, surat
pendaftaran, pengesahan untuk melakukan kegiatan usaha, pengukuhan,
pengesahan atau jaminan disintegrasi dan perjanjian-perjanjian lain

Meski demikian, secara umum kewenangan administratif dan administrasi


tidak sepenuhnya diserahkan kepada OJK, namun OJK tetap membantu Bank
Indonesia (BI) yang mempunyai kewajiban khusus dan tenaga ahli yang
mengkoordinasikan dan mengoordinasikan hal tersebut. satu sama lain. OJK
memiliki kemampuan administratif dan administratif serta ahli di bidang
mikroprudensial, khususnya pengawasan yang mendorong masing-masing
lembaga keuangan untuk tetap solid dan siap menjaga kepentingan masyarakat,
seperti pedoman dan pengelolaan kelembagaan, kesejahteraan, sudut pandang
kehati-hatian, dan analis landasan moneter. Sementara itu, BI memiliki
kemampuan administratif dan administratif serta ahli di bidang mikroprudensial,
khususnya pengawasan untuk mendorong lembaga keuangan ikut mendukung
pertumbuhan keuangan dan menjaga keandalan keuangan.

Dalam perspektif maqasid al-shari'ah, tugas dan kemampuan OJK sebagai


landasan administratif dan defensif dalam kerangka moneter diingat pada segmen
al-dharuriyat al-khamsa, sedangkan tugas dan kemampuan OJK lebih dekat
dengan hifz. al-maal dan saling berhubungan dengan yang lain. Kehadiran
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beserta tugas dan fungsinya diperlukan karena OJK
merupakan landasan dalam sistem moneter yang bertujuan untuk melindungi

20
masyarakat dari bahaya moral, dan menjamin dukungan masyarakat terhadap
pemerintah sesuai dengan ketentuan Tuhan. Oleh karena itu, Otoritas Pengelola
Keuangan (OJK) pada hakikatnya berupaya melindungi peraturan Tuhan dari
pelanggaran, menjaga keamanan wilayah, dan menjamin keamanan dan
kesejahteraan masyarakat.6

Peran Bank Indonesia atau Bank Sentral Pada Saat Pandemi Covid 19

Perppu Nomor 1 Tahun 2020 menyatakan bahwa dampak pandemi virus


corona berdampak pada kondisi moneter yang terpuruk yang terlihat dari
menurunnya pergerakan domestik sehingga harus saling ditanggulangi oleh
otoritas publik dan Dewan Kekuatan Kerangka Moneter (KSSK). Dengan adanya
kedudukan Bank Indonesia sebagai individu dalam KSSK, maka Bank Indonesia
mempunyai peranan yang sangat penting. Spesialisnya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan uang muka likuiditas sementara atau dukungan likuiditas


sesaat sesuai standar syariah kepada Bank Fundamental atau bank selain
Bank Yayasan;
b. Memberikan Uang Muka Likuiditas Luar Biasa kepada Bank Fundamental
yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak memenuhi persyaratan
pemberian kredit likuiditas sesaat atau dukungan likuiditas sementara
berdasarkan standar syariah yang dijamin oleh Otoritas Publik dan disetujui
berdasarkan Keputusan KSSK;
c. Membeli Surat Berharga Negara jangka panjang atau mungkin Perlindungan
Syariah Negara di pasar esensial untuk mengatasi permasalahan sistem
moneter yang membahayakan perekonomian masyarakat, termasuk Surat
Berharga Negara dan juga Perlindungan Syariah Negara diberikan dengan
alasan tertentu, khususnya dalam sistem pandemi Penyakit Covid 2019
(Coronavirus ),

6
Muhammad Fakhri Amir, “Peran Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Dalam Sistem
Keuangan Di Indonesia (Perspektif Hukum Islam),” Al-Amwal : Journal of Islamic Economic Law
5, no. 1 (2021): 59–71, https://doi.org/10.24256/alw.v5i1.1577.

21
d. Pembelian/repo proteksi negara yang diklaim oleh Store Protection
Company untuk biaya penanganan permasalahan pembubaran bank-bank
Foundational Endless selain Bank Fundamental;
e. Mengontrol komitmen untuk menerima dan melibatkan perdagangan asing
bagi penghuninya, termasuk pengaturan mengenai pertukaran, membawa
pulang dan mengubah perdagangan asing dalam rangka menjaga keamanan
kerangka ekonomi makro dan moneter; terlebih lagi memberikan izin
pembiayaan kepada persekutuan/badan usaha swasta melalui repo Obligasi
Negara atau Perlindungan Syariah Negara yang diklaim oleh badan
usaha/badan usaha swasta melalui perbankan.7

Peran Bank Indonesia atau Bank Sentral pada fintech

Untuk mengendalikan lalu lintas angsuran yang terkait dengan Fintech,


Bank Indonesia sebagai lembaga makroprudensial memiliki beberapa ahli di
beberapa bidang, termasuk yang menyertainya.

a. Dalam memberikan pasar kepada pelaku usaha, Bank Indonesia menjamin


asuransi pembeli, terutama terkait sertifikasi kerahasiaan informasi dan data
nasabah melalui lembaga perlindungan digital.
b. Terkait dana investasi, uang muka dan bunga nilai, Bank Indonesia
mewajibkan setiap pelaku usaha untuk menyetujui pedoman
makroprudensial, pengembangan sektor usaha moneter, sistem angsuran
untuk membantu tugas dan keamanan jaringan untuk melindungi informasi
dan data konsumen.
c. Terkait dengan dewan risiko dan risiko, Bank Indonesia juga mewajibkan
setiap pelaku usaha untuk mematuhi pedoman makroprudensial,
penyelidikan mendalam sektor bisnis keuangan, sistem angsuran untuk
membantu kegiatan dan keamanan jaringan untuk melindungi informasi dan
data nasabah.
7
Tri Sulistianing Astuti and Luthfi Widadgo Eddyono, “Peran Bank Indonesia Dan Pembangunan
Hukum Di Bidang Moneter Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Indonesia,” Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 10, no. 3 (2021): 393,
https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v10i3.781.

22
d. Di bidang angsuran, settlement/penyelesaian dan kliring, Bank Indonesia
menjamin asuransi pembelanja, khususnya dalam hal jaminan kerahasiaan
informasi dan data nasabah melalui lembaga perlindungan digital.
e. Untuk menjamin keamanan dan kehati-hatian lalu lintas angsuran, bertindak
sebagai fasilitator dalam memberikan ruang bagi lalu lintas angsuran dan
pimpin pemeriksaan bisnis yang cerdas bagi penghibur bisnis yang terkait
dengan Inovasi Moneter untuk memberikan perspektif dan arahan tentang
metode yang paling mahir untuk membuat perlindungan dan kerangka
angsuran yang efisien.8

Peran OJK dalam kegiatan investasi illegal

Kekuasaan OJK dalam mengelola organisasi terkait dengan melakukan


latihan spekulasi melawan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 28 Peraturan
OJK. Sebagaimana disusun, artikel ini disiapkan oleh Leading body of Chiefs
sebagai lembaga yang mendidik masyarakat umum tentang keamanan hukum bagi
masyarakat umum sebagai konsumen layanan keuangan menggunakan Ide Twin
Pinnacles. Ide Twin Pinnacle merupakan upaya preventif dan tegas yang dapat
dilakukan untuk menjaga soliditas moneter melalui pedoman dan pengawasan
berbasis counteraction. Hal ini untuk menjamin keamanan bagi daerah setempat
selaku pembeli, mengingat besarnya biaya proses perkara sasaran di pengadilan.
OJK dalam melakukan kegiatan preventif/pencegahan dapat melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Upaya langsung dan latihan sekolah kepada masyarakat umum sehubungan


dengan ciri-ciri latihan penggalangan uang sehubungan dengan kualitas
latihan pengumpulan ikrar dan pengurus usaha;
b. OJK memberikan izin kepada yayasan yang melakukan usaha dengan
membuat pedoman pelaksanaan pengelolaan atau administrasi moneter
secara bulat yang tertuang dalam Pedoman Otoritas Administrasi Keuangan

8
Anak Agung, Gede Agung, and Indra Prathama, “Pengawasan Bank Indonesia Dan Otoritas Jasa
Keuangan Terkait Penerapan Financial Technology,” Institut Bisnis Dan Teknologi Indonesia
(INSTIKI) 16, no. 2 (2022): 170–80.

23
Nomor 6/POJK.07/2022 tanggal 18 April 2022 tentang Keamanan
Konsumen, pedoman ini mengatur mengenai hal untuk persetujuan
informasi dukungan pembeli, dengan demikian, daerah setempat akan
dihubungi melalui sms, telepon atau email sebelum melakukan spekulasi;
c. Memperluas minat membaca atau kemahiran berhubungan dengan keuangan
lokal yang berarti membantu data urusan sosial dan pemahaman daerah
setempat dengan membaca informasi berharga.

Selain itu, OJK juga dapat melakukan tindakan apabila terjadi suatu usaha
melawan hukum, OJK mempunyai hak untuk membalikkan keadaan yang telah
terjadi dengan melakukan beberapa tindakan, antara lain:

a. Dengan memberikan jalan terhadap keluhan pembeli sesuai Pasal 29


Peraturan Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;
b. Aktivitas yang menghentikan latihan atau aktivitas yang berbeda. Hal ini
terselubung dalam klarifikasi Peraturan No. 21 Tahun 2011 pasal 6 tentang
pembinaan dan pengawasan landasan moneter;
c. Pengaturan Pertanyaan Pilihan atau pengamanan yang sah dimana OJK
memerintahkan atau mengambil tindakan tertentu terhadap organisasi yang
berpartisipasi dalam industri administrasi moneter untuk mengidentifikasi
keluhan nasabah yang dirugikan dengan menggugat atau meminta
remunerasi.9

Penyelenggaraan fintech P2P Loaning tentunya akan diatur oleh OJK


sebagai kekuatan yang mempunyai kedudukan mengelola mikroprudensial di
Indonesia. Perbedaan umum pengelolaan fintech yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dan OJK adalah BI menangani fintech yang dikenal dengan kategori
sistem angsuran, termasuk tentunya lembaga yang menyediakan layanan pintu
angsuran, settlement, e-wallet, bursa, dan lain-lain. Sementara itu, OJK menangani
fintech dengan melibatkan pihak-pihak yang ikut serta dalam
9
Adhitya Wira Immanuel, “PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM
MEMBERANTAS INVESTASI ILEGAL DI INDONESIA (The Role Of The Financial Services
Authority In Supervisor Lying Illegal Investment In Indonesia),” Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan (JISIP) 6, no. 4 (2022): 2598–9944, https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.3639/http.

24
pinjaman/pendukung P2P, perlindungan, dan lain-lain. Bentuk-bentuk kegiatan
usaha yang membantu atau memberdayakan fintech.

Mengingat dampak pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengurusan yang


dilakukan OJK selama ini, Muhammad Mufid, Pimpinan Bagian Tata Usaha
Yayasan Moneter 3 OJK, menyatakan hingga saat ini pengawasan yang dilakukan
OJK terhadap pelaksanaan pengelolaan telah dilakukan. Mengkoordinasikan
fintech P2P Loaning atau peminjaman dan perolehan berbasis web saat ini baru
pada tahap pra-fungsional bisnis. Fokus mendasar OJK pasca ditetapkannya POJK
Nomor 77/POJK.01/2016 adalah terakomodasinya pendaftaran dan perizinan bagi
organisasi yang ikut serta dalam penyelenggaraan peminjaman uang tunai atau
P2P Loaning sebagai salah satu fitur pengawasan tahap prafungsional suatu
lembaga. bisnis. Saat ini, OJK sedang merencanakan pembangunan otoritatif
untuk perbaikan dan pengelolaan fintech. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan
definisi yang tepat terkait dengan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan fintech
di Indonesia agar sesuai dengan tujuan kemajuan yang ingin dicapai di bidang
moneter. Oleh karena itu, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) terus
memberdayakan landasan salah satu divisi fintech di OJK untuk dapat
menentukan permasalahan fintech, khususnya P2P lending, tentunya sebagai
sebuah pengembangan dan tanggung jawab pengendali pasca terbitnya POJK
77. /POJK.01/2016.10

Pada dasarnya Bank Nasional mempunyai peran yang sangat penting dalam
mendorong perekonomian Islam di Indonesia. Meski BI bukan merupakan
yayasan resmi, namun kehadiran pedoman yang dikeluarkannya sangat
mempengaruhi kemajuan perekonomian syariah. Kehadiran Bank Nasional ini
juga diyakini sangat berdampak pada kepribadian item regulasi moneter Islam
yang muncul pada Masa Rekonstruksi. Artinya Bank Nasional berperan aktif
dalam memberdayakan pembuatan peraturan moneter syariah. Otonomi yang

10
Elvira Fitriyani Pakpahan et al., “Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Mengawasi
Maraknya Pelayanan Financial Technology (Fintech) Di Indonesia,” Jurnal Magister Hukum
Udayana (Udayana Master Law Journal) 9, no. 3 (2020): 559,
https://doi.org/10.24843/jmhu.2020.v09.i03.p08.

25
dilakukan oleh Bank Indonesia mempunyai nilai tambah tersendiri bagi lembaga
ini sehingga kepribadian dari produk hukum syariah tidak hanya dipengaruhi oleh
orang politik saja. Hal ini sesuai dengan penilaian Lindsey Group yang
menyatakan bahwa dalam bidang administrasi, Bank Indonesia memegang
peranan penting dalam perbaikan landasan moneter syariah di Indonesia.11

2.5 Peran Pasar Uang

Pasar uang merupakan komponen yang tak terpisahkan dari sistem


keuangan global dan nasional. Dalam era globalisasi dan keterhubungan ekonomi
yang semakin erat, pemahaman mengenai peran pasar uang dalam pertumbuhan
perekonomian menjadi semakin penting. Pasar uang memainkan peran vital dalam
menyediakan dana, mengelola risiko, dan mendukung stabilitas ekonomi yang
diperlukan bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian
mengenai peranan pasar uang terhadap pertumbuhan perekonomian dunia dan
Indonesia memiliki relevansi yang tinggi.

Dalam konteks global, pasar uang mempengaruhi aliran modal, investasi


lintas batas, dan kebijakan moneter yang berdampak pada dinamika ekonomi di
berbagai negara. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dan peran pasar uang
dalam menghadapi krisis finansial global telah menunjukkan betapa pentingnya
pemahaman terhadap dinamika ini dalam membangun fondasi pertumbuhan
ekonomi yang kuat di era tantangan ekonomi yang beragam.

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tantangan dan peluang yang


unik dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Peran pasar
uang dalam mendukung pendanaan proyek pembangunan, investasi, serta
mengelola risiko perlu dianalisis secara lebih mendalam untuk mendapatkan

11
Bambang Iswanto, “Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia
Dan Baznas Dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam Di Indonesia,” IQTISHADIA
Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis Islam 9, no. 2 (2016): 421,
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v9i2.1738.

26
gambaran komprehensif tentang bagaimana pasar uang memengaruhi
perkembangan ekonomi Indonesia.12

a. Peran Pasar Uang dalam Perekonomian Global

Pasar uang memainkan peranan penting dalam perekonomian dunia


dengan berbagai cara. Pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan
yang melibatkan transaksi jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun.13
Fungsi utama pasar uang adalah memfasilitasi pertemuan antara pihak-pihak
yang memiliki kelebihan likuiditas (dana yang tersedia) dengan pihak-pihak
yang memerlukan likuiditas (dana untuk keperluan jangka pendek).14 Berikut
beberapa peranan pasar uang terhadap perekonomian dunia:

a. Pendanaan Investasi. Pasar uang menyediakan sumber pendanaan untuk


investasi jangka pendek yang penting bagi bisnis dan proyek-proyek
infrastruktur. Perusahaan dapat meminjam dana untuk mengembangkan
operasi mereka, berinvestasi dalam riset dan pengembangan, atau
memperluas kapasitas produksi. Ini mendorong inovasi, produktivitas,
dan ekspansi ekonomi.
b. Stabilitas Keuangan. Pasar uang yang efisien membantu menjaga
stabilitas keuangan dengan memungkinkan lembaga keuangan untuk
mengelola risiko dan likuiditas mereka dengan lebih baik. Ini dapat
mencegah krisis keuangan yang dapat merusak pertumbuhan ekonomi.
c. Pembiayaan Konsumen. Pasar uang memberikan dana bagi konsumen
untuk membiayai pembelian jangka pendek, seperti mobil, barang
elektronik, atau liburan. Ini mendorong konsumsi dan permintaan
agregat yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

12
Paramita Prananingtyas, “The Importance of Money Market Reconstruction in Indonesia,”
ATLANTIS PRESS: Advances in Social Science, Education and Humanities Research 363 (2019):
107–12, https://doi.org/10.2991/icils-19.2019.19.
13
Chaibou Issoufou, “Islamic Money Market and Application of Third Party Guarantee for
Economic Development,” Humanities and Social Sciences Reviews 7, no. 2 (2019): 384–88,
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7245.
14
Batubara et al., “Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia.”

27
d. Lindung Nilai Suku Bunga. Pelaku pasar dapat menggunakan pasar
uang untuk melindungi diri dari fluktuasi suku bunga. Ini membantu
melindungi bisnis dari risiko suku bunga yang dapat mempengaruhi
biaya pinjaman dan laba mereka.
e. Likuiditas dan Efisiensi. Pasar uang memberikan likuiditas dan
fleksibilitas bagi lembaga keuangan dan perusahaan. Ini memungkinkan
mereka untuk mengelola kas dengan lebih efisien dan memenuhi
kewajiban finansial dengan lebih baik, yang pada gilirannya
mendukung aktivitas ekonomi yang lebih lancar.
f. Transmisi Kebijakan Moneter. Bank sentral menggunakan pasar uang
untuk melaksanakan kebijakan moneter. Dengan mengendalikan suku
bunga jangka pendek, bank sentral dapat mempengaruhi biaya pinjaman
dan pengeluaran konsumen serta investasi.
g. Efisiensi Aliran Dana Antar Negara. Pasar uang memfasilitasi aliran
dana lintas negara, yang mendukung pertumbuhan ekonomi secara
global. Negara-negara yang membutuhkan pendanaan untuk proyek-
proyek pembangunan dapat mengakses dana dari pasar uang
internasional.
h. Pembiayaan Pemerintah. Pemerintah dapat memanfaatkan pasar uang
untuk membiayai keperluan jangka pendek mereka, termasuk
pengeluaran rutin dan proyek-proyek sementara. Ini membantu menjaga
stabilitas fiskal dan menghindari defisit yang berlebihan.

b. Peran Pasar Uang dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pasar uang memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan


ekonomi Indonesia melalui beberapa mekanisme yang mempengaruhi
berbagai aspek aktivitas ekonomi. Berikut adalah beberapa kontribusi pasar
uang terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia:15

15
Ikhsan, Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah.

28
a. Pendanaan Bisnis dan Investasi. Pasar uang menyediakan akses ke
pendanaan yang diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia
untuk pengembangan bisnis dan investasi. Contohnya adalah penerbitan
surat utang korporasi (obligasi) yang dijual kepada investor di pasar
uang. Penerbitan ini memberikan perusahaan dana yang dibutuhkan
untuk mengembangkan bisnis mereka. Sebagai contoh, perusahaan
telekomunikasi di Indonesia dapat menerbitkan obligasi untuk
memperluas jaringan infrastruktur mereka.
b. Transmisi Kebijakan Moneter. Bank Indonesia menggunakan pasar
uang untuk mengimplementasikan kebijakan moneter. Jika Bank
Indonesia ingin merangsang pertumbuhan ekonomi, mereka dapat
menurunkan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga ini akan
cenderung mengurangi suku bunga di pasar uang dan mendorong orang
dan perusahaan untuk meminjam lebih banyak, mendorong konsumsi
dan investasi yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi.
c. Efisiensi Keuangan. Pasar uang membantu lembaga keuangan dan
perusahaan untuk mengelola likuiditas mereka dengan lebih baik.
Contohnya adalah penggunaan rekening bersama (sweep accounts) oleh
perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan akan memindahkan dana dari
rekening giro mereka ke rekening investasi di pasar uang pada akhir
hari untuk mendapatkan pengembalian lebih tinggi, dan dana tersebut
akan dikembalikan ke rekening giro pada awal hari berikutnya.
d. Pembiayaan Konsumen. Pasar uang juga memainkan peran dalam
pembiayaan konsumen. Berbagai produk keuangan seperti kartu kredit,
pinjaman personal, dan cicilan elektronik melibatkan transaksi di pasar
uang. Konsumen dapat memanfaatkan produk ini untuk mendukung
pembelian mereka, yang dapat meningkatkan permintaan dan konsumsi.
e. Pendanaan Pemerintah. Pemerintah Indonesia menggunakan pasar uang
untuk mendapatkan pendanaan jangka pendek. Misalnya, pemerintah
dapat menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dengan jatuh tempo

29
kurang dari satu tahun untuk memenuhi kebutuhan fiskal jangka
pendek. Dengan adanya pasar uang, pemerintah dapat memenuhi
kewajiban keuangan mereka dengan efisien.
f. Stabilitas Keuangan. Pasar uang yang sehat membantu menjaga
stabilitas keuangan. Selama periode ketidakpastian ekonomi seperti
pandemi COVID-19, keberadaan pasar uang yang likuid membantu
lembaga keuangan dan perusahaan mengatasi masalah likuiditas yang
mungkin muncul, menjaga aliran dana, dan mencegah gangguan yang
lebih besar terhadap aktivitas ekonomi.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasar uang konvensional adalah tempat atau mekanisme di mana berbagai
instrumen keuangan jangka pendek diperdagangkan antara pihak-pihak yang
membutuhkan dana dalam waktu singkat dan pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana yang ingin diinvestasikan untuk jangka pendek. Pasar uang
syariah adalah tempat atau mekanisme di mana instrumen keuangan jangka
pendek yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan Islam (syariah)
diperdagangkan. Instrumen-instrumen yang diperdagangkan dalam pasar uang
syariah dirancang agar sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melarang riba
(bunga) dan aktivitas yang tidak etis.

Mekanisme penerbitan instrumen. Di pasar uang konvensional, instrumen


yang diterbitkan adalah instrumen utang yang dijual dengan diskon dan
didasarkan pada perhitungan bunga. Sementara itu, pasar uang syariah
mengadopsi akad mudharabah, musyarakah, qard, wadhi'ah, dan al-sharf, yang
bergantung pada kesepakatan dan kebutuhan pihak terkait. Namun, di pasar uang
syariah, fokusnya adalah pada jangka waktu pendanaan yang singkat, dan
instrumen yang diperdagangkan adalah IMA (Sertifikat Investasi Antar Bank),
SPBU (Surat Berharga Pasar Uang) Mudharabah, dan SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia). Instrumen di pasar uang konvensional adalah surat berharga
yang mewakili uang, dengan satu unit memiliki kewajiban terhadap unit lainnya.
Sementara itu, instrumen keuangan syariah harus memiliki dukungan dari aset,
proyek aktiva, atau transaksi jual beli yang mendasarinya. Instrumen keuangan
syariah diciptakan melalui sekuritisasi aktiva atau proyek aktiva yang
mempresentasikan hak penyertaan musyarakah (bagian manajemen) yang meliputi
hak dalam modal tetap dan pengelolaan, atau hak partisipasi mudharabah (bagian
kerja) yang mewakili modal kerja, dengan hak atas modal dan keuntungan yang
berasal dari modal tersebut tanpa hak suara.

31
Fatwa DSN-MUI 37/DSN-MUI/X/2002 tentang pasar uang antarbank
berdasarkan prinsip syariah dan fatwa nomor : 38/DSN-MUI/X/2002 tentang
sertifikat investasi Mudharabah Antarbank (Sertifikat IMA). Fatwa ini ada dalam
rangka memberikan panduan operasional pada bank syariah dalam bertransaksi
dipasr uang antarbank sehingga terhindar dari praktik riba, maisir, dan gharar
serta mengatasi kesulitan dalam likuiditas. Pada satu sisi perbankan syariah tidak
dibenarkan menarik dana dari sumber-sumber yang berbasis riba. Sementara pasar
uang yang menjadi salah satu bagian dari mengatasi masalah pengelolaan
likuiditas dimaksud hanya ada berbasis riba. Akibatnya,bank syariah tidak bisa
menginvestasikan dana yang berlebih. Akibatnya, pendapatan rata-rata perbankan
syariah lebih rendah daripada bank konvensional. Begitu juga saat bank syariah
tidak dapat memenuhi kekurangan likuiditasnya dikarenakan penarikan dari
masyarakat yang diambil dalam jumlah besar.
OJK memfasilitasi bersama Bank Indonesia dalam membuat pedoman
administrasi di bidang keuangan, antara lain: Komitmen pemenuhan modal dasar
bank; Kerangka data keuangan yang terkoordinasi; Pendekatan untuk
mendapatkan aset dari luar negeri, mendapatkan cadangan kas yang asing, dan
kredit usaha yang asing; Barang perbankan, bursa anak perusahaan, kegiatan
usaha bank lainnya; Jaminan terhadap pendirian bank yang termasuk dalam
kelompok bank yang penting secara fundamental; dan Informasi yang berbeda
dihindari dari pengaturan kerahasiaan data.

Berikut beberapa peranan pasar uang terhadap perekonomian dunia:


Pendanaan Investasi yaitu pasar uang menyediakan sumber pendanaan untuk
investasi jangka pendek yang penting bagi bisnis dan proyek-proyek infrastruktur.
Stabilitas Keuangan yaitu pasar uang yang efisien membantu menjaga stabilitas
keuangan dengan memungkinkan lembaga keuangan untuk mengelola risiko dan
likuiditas mereka dengan lebih baik. Pembiayaan Konsumen yaitu pasar uang
memberikan dana bagi konsumen untuk membiayai pembelian jangka pendek.
Lindung Nilai Suku Bunga yaitu pelaku pasar dapat menggunakan pasar uang
untuk melindungi diri dari fluktuasi suku bunga. Likuiditas dan Efisiensi yaitu

32
pasar uang memberikan likuiditas dan fleksibilitas bagi lembaga keuangan dan
perusahaan. Transmisi Kebijakan Moneter yaitu bank sentral menggunakan pasar
uang untuk melaksanakan kebijakan moneter. Efisiensi Aliran Dana Antar Negara
yaitu pasar uang memfasilitasi aliran dana lintas negara, yang mendukung
pertumbuhan ekonomi secara global. Pembiayaan Pemerintah yaitu pemerintah
dapat memanfaatkan pasar uang untuk membiayai keperluan jangka pendek
mereka, termasuk pengeluaran rutin dan proyek-proyek sementara.

33
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Anak, Gede Agung, and Indra Prathama. “Pengawasan Bank Indonesia
Dan Otoritas Jasa Keuangan Terkait Penerapan Financial Technology.”
Institut Bisnis Dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) 16, no. 2 (2022): 170–80.

Amir, Muhammad Fakhri. “Peran Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (Ojk)
Dalam Sistem Keuangan Di Indonesia (Perspektif Hukum Islam).” Al-
Amwal : Journal of Islamic Economic Law 5, no. 1 (2021): 59–71.
https://doi.org/10.24256/alw.v5i1.1577.

Astuti, Tri Sulistianing, and Luthfi Widadgo Eddyono. “Peran Bank Indonesia
Dan Pembangunan Hukum Di Bidang Moneter Dalam Rangka Pemulihan
Ekonomi Indonesia.” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional 10, no. 3 (2021): 393.
https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v10i3.781.

Bakhtiar. “Penyerapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia


Dalam Peraturan Bank Indonesia Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah.” Turast: JurnalPenelitian Dan Pengabdian 8, no. 2 (2020): 98–119.

Batubara, Maryam, Purnama Ramadani Silalahi , Muhammad Al Fazri, Aulia


Monica, and Sakinah Sakinah. “Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah Di
Indonesia.” VISA: Journal of Vision and Ideas 2, no. 2 (2022): 110–18.
https://doi.org/10.47467/visa.v2i2.952.

Fitriyani Pakpahan, Elvira, Jessica Jessica, Corris Winar, and Andriaman


Andriaman. “Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Mengawasi
Maraknya Pelayanan Financial Technology (Fintech) Di Indonesia.” Jurnal
Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal) 9, no. 3 (2020):
559. https://doi.org/10.24843/jmhu.2020.v09.i03.p08.

Ikhsan, M. Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah. Diktat Repositori Uinsu, 2020.

Issoufou, Chaibou. “Islamic Money Market and Application of Third Party

34
Guarantee for Economic Development.” Humanities and Social Sciences
Reviews 7, no. 2 (2019): 384–88. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7245.

Iswanto, Bambang. “Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan


Wakaf Indonesia Dan Baznas Dalam Pengembangan Produk Hukum
Ekonomi Islam Di Indonesia.” IQTISHADIA Jurnal Kajian Ekonomi Dan
Bisnis Islam 9, no. 2 (2016): 421.
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v9i2.1738.

Jaya, Asri, Muhtar Lutfi, and Abdul Wahab. “Pasar Uang Dalam Tinjauan
Perspektif Islam.” IJMS: Indonesian Journal of Management Studies 1, no. 1
(2022): 34–41. https://www.dmi-journals.org/ijms/article/view/246.

Prananingtyas, Paramita. “The Importance of Money Market Reconstruction in


Indonesia.” ATLANTIS PRESS: Advances in Social Science, Education and
Humanities Research 363 (2019): 107–12. https://doi.org/10.2991/icils-
19.2019.19.

Sari, Annisa Arifka. “Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Jasa
Keuangan Di Indonesia.” SUPREMASI Jurnal Hukum 1, no. 1 (2018): 23–
33. https://doi.org/10.36441/supremasi.v1i1.154.

Wira Immanuel, Adhitya. “PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM


MEMBERANTAS INVESTASI ILEGAL DI INDONESIA (The Role Of
The Financial Services Authority In Supervisor Lying Illegal Investment In
Indonesia).” Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan (JISIP) 6, no. 4 (2022):
2598–9944. https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.3639/http.

35

Anda mungkin juga menyukai