Anda di halaman 1dari 26

HUKUM MUAMALAH DALAM BURSA EFEK, BURSA VALUTA

DAN PASAR MODAL

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Masail Fiqhiyyah Iqtishadiyyah”
Dosen pengampu: Dr. H. Abbas Arfan, Lc, M.H

Disusun Oleh Kelompok 10:


Aida Nur Hasanah (16220177)
Ardia Fifi Ananda (16220179)
Hana Saraswati (16220181)
Nur Afifah Izzatul A’la (16220191)

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2019
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur hanya tertuju kepada Allah, berkat taufiq dan hidayat-
Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, pembawa risalah yang menjadi petunjuk
serta rahmat bagi seluruh alam
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada Bapak Dr. H. Abbas Arfan, Lc, MH selaku
dosen pengampu mata kuliah Masail Fiqhiyyah Iqtishadiyyah yang telah meng-
amanahkan kepada kami dalam penyusunan makalah yang berjudul “Hukum
Muamalah Dalam Bursa Efek, Bursa Valuta Dan Pasar Modal”
Dalam penyusunan makalah ini kami tidak memungkiri adanya kekurangan
dan kesalahan dalam proses penulisan karena beberapa faktor yang diluar kemampuan
kami. Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
untuk kempurnaan makalah ini kedepannya aamiin
Akhirnya, ucapan terimakasih tiada terhingga kepada semua pihak yang telah
ikut mendorong dan membantu terwujudnya makalah ini. Kepada Allah kami
berharap semoga pembuatan makalah ini menjadi amal yang bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi kaum muslimin umumnya.

Malang, 11 April 2019

Penulis

2
Daftar isi

Kata Pengantar ............................................................................................................... 2


Daftar isi......................................................................................................................... 3
BAB I
Pendahuluan ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................ 5
BAB II
Pembahasan.................................................................................................................... 6
A. Hukum Muamalah dalam pasar Modal .......................................................................... 6
1. Saham ............................................................................................................................. 8
2. Obligasi/Sukuk ............................................................................................................. 11
3. Reksa Dana .................................................................................................................. 13
B. Hukum Muamalah Dalam Bursa Efek ......................................................................... 17
C. Hukum Bursa Valuta Asing ......................................................................................... 20
BAB III
Penutup ........................................................................................................................ 25
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 25
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 26

3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip syariah
merupakan kewajiban para ilmuan muslim sepanjang sejarah. Dalam konteks saat ini,
pengembangan tersebut bisa dilakukan dengan cara penemuan baru hasil penelitian
dan/atau dari konversi ilmu pengetahuan yang telah ada kemudian disesuaikan dengan
prinsip syaraiah. Namun kelemahannya keterkaitan dengan ketentuan peraturan
sebelumnya sebagai variable, membuat pengembangan ilmu pengetahuan ini terkesan
tidak independen.
Misanya pasar modal syariah, sebagai dari pengembangan ilmu pengetahuan
tematikmkontektual, meskipun telah mengajukan berbagai persyaratan agar dapat
dikategorikan sebagai pasar modal yang islami, namun realitasnya masih tetap terkait
dengan ketentuan peraturan sebelumnya. Misalnya ketentuan bagaimana mendirikan
perseroan (PT), manajemen pengelolaan perusahaan, jenis usaha yang dijalankan, cara
transaksi dibursa efek dan lain-lain, menunjukan bahwa masih ada keterkaitan dengan
variable sebelumnya.
Pasar valuta asing (valas) merupakan suatu jenis perdagangan atau transaksi
yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya
(pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia selama
24 jam secara berkesinambungan. Valas merupakan suatu mekanisme dimana orang
dapat mentransfer daya beli antarnegara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk
transaksi perdagangan internasioanal, dan meminimalkan kemungkinan resiko
kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang, dikarenakan perbedaan
nilai mata uang tiap Negara. Pada kegiatan perdagangan internasional, pembeli dan
penjual memiliki nominal uang dalam mata uang yang berbeda dan tidak ada kurs
tunggal mata uang dollar melainkan kurs yang berbeda-beda tergantung pada bank
mana atau pelaku pasar mana yang bertransaksi. Oleh karena itu, si pembeli
membutuhkan kepemilikan atas mata uang yang digunakan penjual agar ia bisa
melakukan transaksi jual beli.1

1
Mahyus Ekanada, Analisis Pengaruh Votalitas Nilai Tukar pada Ekspor Komoditi Manufaktur di Indonesia,
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Documents/81b520e02b0443d1a4393908c6d90468canalisipeng
aruh1.pdf diakses 22 Oktober 2014

4
Di Indonesia, lembaga yang memiliki kewenangan memfatwakan hukum-
hukum syariah yang terkait dengan lembaga ekonomi dan keuangan adalah para
ulama yang terkoordinasi dibawah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI). Dalam kepengurusan DSN-MUI, Terdapat Badan Pelaksanaan Harian
(BPH) yang keanggotaannya terdiri dari pakar yang bukan hanya ahli dibidang
masing-masing, tetapi juga memiliki komitmen dan pemahaman tentang hukum
syariah. Melalui penelitian dan pengkajian secara mendalam terhadap berbagai
persoalan, BPH merekomendasikan kepada pemimpin DSN-MUI untuk memberikan
fatwa tertentu kepada lemabaga terkait, untuk menindak lanjtuti fatwa dalam bentuk
kebijakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hukum Muamalah dalam Pasar Modal?
2. Bagaimana Hukum Muamalah dalam Bursa Efek?
3. Bagaimana Hukum Muamalah dalam Bursa Valuta ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Hukum Muamalah dalam pasar modal.
2. Untuk mengetahui Hukum Muamalah dalam Bursa Efek
3. Untuk mengetahui Hukum Muamalah Bursa Valuta

5
BAB II
Pembahasan
A. Hukum Muamalah dalam pasar Modal
Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund),
dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang. Dari pengertian
tersebut dapat diketahui perbedaanya pasar modal dengan pasar uang yaitu pada
jangka waktu dana yang diperdagangkan.2
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan
dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal
untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan
menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan
menciptakan pasar kerja dan meningkatkan kegiatan perekonomian yang sehat.3
Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan
keuangan. Pasar modal dikatakan memilki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan
fasilitas atau wahana yang menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan
dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana yaitu investor dan pihak
yang memerlukan dana yaitu issure, pihak yang menerbitkan efek atau emiten.4
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-
prinsip syariah, setiap transaski perdagangan surat berharga dipasar modal
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat islam.5
Berdasarkan fatwa Dewan Syarian Nasional No.40?DSN-MUI/X/2003
Tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah dibidang pasar
modal dapat dijelaskan sebagai berikut:6
a. Ketentuan Umum
1) Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
2) Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.
2
H.Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009).,23
3
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia,24
4
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia ,24
5
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia, 77
6
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia, 89

6
3) Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan
dipasar modal adalah surat berharga yang akad, pengelolaan perusahaannya,
maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
4) Syariah compliance officer (SCO) adalah pihak atau pejabat dari suatu
perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-MUI
dalam proses pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
5) Pernyataan kesesuaian syariah adalah pernyataan tertulis yang dikeluarkan
oleh DSN-MUI terhadap suatu efek syariah bahwa efek tersebut sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6) Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran
islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam
fatwa ini maupun dalam fatwa terkait lainnya.
b. Pasar Modal
1) Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdsgangannya
dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-
prinsip syariah.
2) Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh pernyataan kesesuaian syariah.7
c. Transaksi yang dilarang
1) Pelaksanaan transaksi yang harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian
serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang
didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maysir, risywah,
maksiat, dan kezaliman.
2) Tindakan spekulasi transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba,
maysir, risywah, maksiat, dan kezaliman, sebagaimana dimkasud Ayat 1
diatas meliputi:
a) Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
b) Bai’al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek
syariah) yang belum dimiliki (short selling).
c) Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang.

7
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia ,90

7
d) Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e) Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi singkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.
f) Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian efek tersebut.
g) Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau
pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan
harga efek syariah, dengan tujuan memengaruhi orang lain.
h) dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.
1. Saham
Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan saham patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka
panjang. Para pembeli saham membayarkan uang pada perusahaan dan mereka
menerima sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas
saham-saham dan kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham perusahaan. Para
pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilik-pemilik yang disahkan
secara hukum dan berhak untuk mendapatkan bagian dari laba yang diperoleh oleh
perusahaan dalam bentuk dividen.8
Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang jenis
usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (dan tidak termasuk saham yang
mempunyai hak-hak istimewa). Dari pengertian ini maka saham preferen tidak dapat
dikategorikan sebagai saham syariah karena ia memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan saham biasa lain.9
Ada beberapa jenis saham seperti saham biasa dan saham preferen, saham
biasa (common stock) adalah saham saham dimana pemegang saham mewakili
kepemilikan diperusahaan sebesar modal yang ditanamkan. Artinya jika anda
memiliki saham suatu perusahaan, maka anda adalah pemilik perusahaan tersebut
sebesar modal yang ditanamkan. Sedangkan Saham Preferen (preferend stock) yaitu
saham ini memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan saham biasa, boleh

8
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia,93,
9
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah (Jakarta: Mediakita, 2011)., 78

8
dibilang saham ini adalah produk hybrid alias campuran antara saham biasa dengan
efek pendapatan tetap karena pemilik saham ini akan mendapatkan pendapatan tetap
yang dibagikan secara rutin dalam bentuk dividen.10
Para fuqaha kontemporer berselisih pendapat dalam memperlakukan saham
dari aspek hukum (tahkim), khususnya dalam jual beli. Ada sebagian dari mereka
yang membolehkan transaksi jual beli saham dan ada juga yang tidak membolehkan.
Para fuqaha yang tidak membolehkan transaksi jual beli saham memberika beberapa
argumentasi yang diantaranya sebagai berikut:11
1) Saham dipahami sebagaimana obligasi, dimana saham juga merupakan utang
perusahaan terhadap para investor yang harus dikembalikan, maka dari itu
memperjual belikannya juga sama hukumnya dengan jual beli utang yang
dilarang syariah.
2) Banyaknya praktik jual beli najasy dibursa efek.
3) Para investor pembeli saham keluar dan masuk tanpa diketahui oleh seluruh
pemegang saham.
4) Harga saham yang diberlakukan ditentukan senilai dengan ketentuan
perusahaan, yaitu padaa saat penerbitan dan tidak mencerminkan modal awal
pada waktu pendirian.
5) Harta atau modal perusahaan penerbit tercampur dan mengandung unsur
haram sehingga menjadi haram semuanya.
6) Transaksi jual beli saham dianggap batal secara hukum, karena dalam
transaksi tersebut tidak mengimplementasikan prinsip pertukaran (sharf) , jual
beli saham adalah pertukaran uang dan barang, maka prinsip saling
menyerahkan (taqabudh) dan persamaan nilai (tamatsul) harus diaplikasikan.
Dikatakan kedua prinsip tersebut tidak terpenuhi dalam transaksi jual beli
saham.
7) Adanya unsur ketidaktahuan (jahalah) dalam jual beli saham dikarenakan
pembeli tidak mengetahui secara persis spesifikasi barang yang akan dibeli
yang terefleksikan dalam lembaran saham. Sedangkan salah satu syarat sah
nya jual beli adalah diketahui barang (ma’luumu al’mabi’).

10
Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah,72-73
11
Nurul Huda dan Mustofa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana, 2008).,65-
66

9
8) Nilai saham pada setiap tahunnya tidak bisa ditetapkan pada suatu harga
tertentu, harga saham selalu berubah-ubah mengikuti kondisi pasar bursa
saham, untuk itu saham tidak katakana sebagai pembayaran nilai pada saat
pendirian perusahaan.
Berbeda dengan pendapat pertama, maka para fuqaha yang membolehkan jual
beli saham mengatakan bahwa saham sesuai dengan terminology yang melekat
padanya, maka saham yang dimiliki oleh seseorang menunjukan sebuah bukti
kepemilikan atas perusahaan tertentu yang berbentuk asset, sehingga saham
merupakan cerminan kepemilikan atas asset tertentu. Logika tersebut dijadikan
dasar pemikiran bahwa saham dapat diperjual belikan sebagaimana layaknya
barang. Singkatnya bahwa jual beli saham diperbolehkan secara syariah dan
hukum positif yang berlaku.12
Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu kepada pedoman jual beli
barang pada umumnya, yaitu terpenuhinya rukun, syarat, aspek ‘an-taradhin,
serta tehindar dari unsur maisir, gharar, riba, haram, dhulm, ghisy, dan najasy.
Praktik forward contract, short selling, option, insider trading, “penggorengan
saham” merupakan transaksi yang dilarang secara syariah dalam dunia pasar
modal.13
Adanya fatwa-fatwa ulama kontemporer tentang jual beli saham semakin
memperkuat landasan akan bolehnya jual beli saham. Dalam kumpulan fatwa
Dewan Syariah Nasional Saudi Arabia yang diketuai oleh Syekh Abdul Aziz Ibn
Abdilah Ibn Baz jilid 13 (tiga belas) bab jual beli (JH9) halaman 320-321 fatwa
nomor 4016 dan 5149 tentang hukum jual beli saham adalah sebagai berikut:14
“jika saham yang diperjual belika tidak serupa dengan utuh secara utuh apa
adanya, akan tetapi hanya representasi dari sebuah asset seperti tanah , mobil,
pabrik, dan yang sejenisnya, dan hal tersebut merupakan sesuatu yang telah
diketahui oleh penjual dan pembeli, maka dibolehkan hukunya untuk diperjul
belikan dengan harga tunai ataupun tangguh, yang dibayarkan secara kontan
maupun beberapa kali pembayaran, berdasarkan keumuman dalil tentang
bolehnya jual beli”.

12
Huda& Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,66-67
13
Huda& Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,.67
14
Huda& Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,67-68

10
Selain fatwa tersebut, Fatwa Dewan Syariah Nasional No.40/DSN-MUI/2003
juga telah memutuskan akan bolehnya jual beli saham yang bisa dibeli investor
terdapat dalam Jakarta Islamic index (JII) yang dilakukan evaluasi setiap enam
bulan sekali, yaitu pada periode januari-juni dan juli-desember yang jumlah
emitennya ada 30 emiten.15
2. Obligasi/Sukuk
Dalam keputusan presiden RI Nomor: 775/KMK 001/1982 disebutkan bahwa
obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari
masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun
dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayaran telah
ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (badan pelaksana pasar modal). Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa obligasi adalah surat utang yang
dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa juga dari
pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan oprasional maupun ekspansi
dalam mengajukan investasi yang mereka laksanakan. Keuntungan berinvestasi
dengan cara obligasi akan memperoleh bunga dan kemungkinan adanya capital gain
(keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal bursa efek).16
Obligasi Ditinjau dari Hukum Islam, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Nomor: 32/DSN MUI/IX/2002 menjelaskan, yang dimkasud dengan obligasi syariah
adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Menurut Heri Sudarsono, obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga tetap
sebagaimana yang terdapat dalam obligasi konvensional, tetapi lebih merupakan
penyerta dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad
utang piutang melainkan penyertaan. Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu
bahwa obligasi adalah surat utang, dimana pemegang berhak atas bunga tetap, namun
pada prinsip obligasi syariah tidak mengenal adanya utang, tetapi mengenal adanya
kewajiban yang hanya timbul akibat adanya transaksi asset/produk maupun jasa yang
tidak tunai, sehingga terjadi transaksi pembiayaan. Obligasi syariah lebih merupakan

15
Huda& Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,68
16
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia, 118

11
penyerta dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad
utang piutang, melainkan penyertaan. Obligasi sejenis ini lazim dinamakan
muqaradhah bond, dimana muqaradhah merupakan nama lain dari mudharabah.
Dalam bentuknya yang sederhana obligasi syariah diterbitkan oleh sebuah perusahaan
(emiten) sebagai pengelola (mudharib) dan dibeli poleh investor (shahib maal).17
Sukuk merupakan istilah yang baru dikenal sebagai pengganti istilah obligasi
syariah (Islamic bonds). Sukuk berasal dari kata “sakk” yang dalam bahasa arab yang
berate sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu peraturan Bapepam dan LK
Nomor IX.A.13 memberikan definisi sukuk sebagai “efek syariah berupa serifikat
atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi/syuyu’/andivided share) atas:18
a) Asset berwujud tertentu (ayyan maujudat)
b) Nilai manfaat atas asset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yangsudah
ada maupun aka nada.
c) Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang aka nada.
d) Asset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan).
e) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).
Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan
prinsip syariah, yaitu surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana pokok pembelian obligasi pada saat jatuh tempo. Dengan
begitu, obligasi konvensional tidak termasuk sebagai obligasi syariah (sukuk)
karena diantara keduanya terdapat beberapa perbedaan. Sukuk bukan merupakan
surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu asset/proyek. Setiap
sukuk yang diterbitkan harus mempunyai asset yang dijadikan dasar penerbitan
(underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan asset/proyek yang
spesifik. Penggunaan dana pada sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha
yang halal. Imbalan pemegang sukuk dapat digunakan dalam penerbitan sukuk.
Jadi, penghasilan sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, dan margin. Sedangkan,
obligasi konvensional berupa bunga dan capital gain. Sukuk menyertakan

17
Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia, 125-126
18
Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah ,112

12
underlying asset tetapi obligasi tidak. Penggunaan dana dari sukuk tidak dapat
digunakan untuk hal yang bertentangan dengan syariah, berbeda dengan obligasi
konvensional yang bebas digunakan untuk apapun.19
3. Reksa Dana
Berdasarkan UUPM No.8 Tahun 1995, Pasal 1 angka 27, reksadana diartikan
sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Kemudian dalam pasal 1 angka 24, yan dimaksud portofolio efek sendiri
adalah kumpulan efek yang dapat dimiliki oleh pihak. 20
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 20 /
DSN-MUI/IV/2001, pengertian Reksadana Syariah adalah reksa dana yang beroperasi
menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal /rabb al-mal) dengan manajer investasi
sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al
mal dengan pengguna investasi.
Pandangan Syariah tentang Reksa Dana yaitu dalam Reksa Dana Konvensional
berisi akad muamalah yang diperbolehkan dalam islam, yaitu jual beli dan bagi hasil
(mudarabah/musyarakah). Dan di sana terdapat banyak maslahat, seperti memajukan
perekonomian saling memberi keuntungan di antara para pelakunya, meminimalkan
risiko dalam pasar modal, dan sebagainya. Namun di dalamnya juga ada hal-hal
bertentangan dengan syariah, baik dalam segi akad, operasi investasi, transaksi, dan
pembagian keuntungannya. Syariah dapat menerima usaha secara Reksa dana
sepanjang hal yang tidak bertentangan dengan syariah. Menurut pendapat Wahbah
Zuhaily yang dikutip oleh Nurul Huda dan Mustofa Edwin Nasution berkata “Dan
syarat yang tidak bertentangan dengan dasar-dasar syariat dan dapat disamakan
hukumnya (di qiyas kan) dengan syarat-syarat yang sah” mekanisme operasional
antara pemodal dengan Manajer Investasi dalam Reksa dana syariah menggunakan
sistem wakalah. Pada akad wakalah tersebut, pemodal memberikan mandat kepada
manajer Investasi untuk melaksanakan Investasi bagi kepentingan pemodal, sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus. Investasi hanya dilakukan pada
instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah islam. Instrumen tersebut meliputi
instrumen saham sesuai syariah, penempatan dalam deposito pada bank Umum

19
Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah,112-113
20
Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2009).,73

13
Syariah, dan surat utang jangka panjang dan jangka pendek yang sesuai dengan
prinsip syariah. Untuk menjamin Reksa Dana syariah beroperasi tanpa menyalahi
aturan kesyariahan seperti yanng diatur dalam Fatwa DSN, suatu Reksa Dana syariah
wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). 21
4. Pandangan Ulama mengenai Pasar Modal
Pasar modal adalah salah satu kegiatan perekonomian yang tidak disebutkan
dalam Al-qur’an dan hadits sehingga hal ini sehingga termasuk dalam kajian
ijtihadi.22keberadaan pasar modal disuatu negara salah satu faktor signifikan,23 dalam
menentikan arah pembangunan ekonomi, pasar modal itu sendiri diarikan sebagai
suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam
rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan untuk
menjual efek-efek di pasar modal yang disebut emiten, sedangkan pembeli disebut
investor. Pasar Modal Syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti, riba, perjudian, spekulasi. Terkait status
hukumya ada beberapa dalil dan beberapa para pakar yang:
Pasar modal merupakan kegiatan transaksi yang seharusnya mengikut
ketentuan syariah, tidak ada paksaan, tidak ada penipuan dan kepastian terkait sesuatu
yang dijual tersebut. Dalam surat An-Nisa’ ayat 29 bahwa Allah menginatkan yakni :
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamun memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sma suka diantara
kamu”. Dan didalam Hadits dari Abu Hurairah disebutkan “ Rosulluloh mencegah
jual beli dengan lontaran batu kecil yang mengandung unsur penipuan.
Pada awal sejarah islam tidak ada istilah dan belum dikenal jual beli saham,
yang ada mudhorobah atau bagi hasil yag bisa disebut dengan investasi langsung.
Seperti yang disebutkan dalam Fiqh al-Sunnah bahwa Abu Musa al-Asy’ari di Basrah
menitipkan sejumlah uang kepada dua orang anak Umar bin Khattab r.a untuk
disampaikan kepada orang tuanya di Madinah, kepada keduanya diizinkan untuk
menjadikan uang tersebut menjadi modal usaha selama dalam perjalanan dari Basrah
ke Madinah, yang keuntunganya akan dibagi antara mereka berdua dan bapaknya
sebagai pemilik modal dengan janji apabila harta tersebut hilang atau binasa maka

21
Huda& Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah.,121
22
H. Romansyah, Pasar Modal Dalam Prespektif Islam (Jurnal Pemikiran Hukum Islam T-ISSN 1829-9067;E-
ISSN 2460-6588 Juni 2015), vol 14
23
Burhanuddin, Pasar Modal syariah , hal 9

14
mereka berdua akan bertanggung jawab. Dalam riwayat ini dapat dijadikan acuan dan
dibenarkan dalam kegiatan pasar modal bila emiten menjamin pembagian-pembagian
devidendan pelunasan emisinya.
Menurut Ibnu Taimiyah seperti yang dikutip oleh A.A. Islahi dan dikutip lagi
oleh H.Romansyah bahwa seluruh kegiatan perekonomian itu dibolehkan, kecuali
secara eksplisit dilarang oleh syariat. Karena pasar modal itu tidak ada nash yang
melarang maka boleh saja dilaksanakan, selama batas usahanya tidak bertentangan
dengan syariat islam.24
Para ahli kontemporer fiqh sepakat haram hukumnya memperdagangkan
saham dipasar modal dari perusahaan yang bergerak dibidang usaha yang haram dan
jika saham yang diperdagangkan di pasar modal itu yang bergerak dibidang uasaha
yang halal maka ulama berbeda pendapat dalam hal itu.
Menurut Husain Syahatah seperti yang dikutip oleh Mohamad Ali Ansori
bahwasanya menanam modal dalam perusahaan yang beoprerasi dalam hal-hal yang
halal adalah boleh secara syar’i. Dalil yang menunjukkan atas kebolehan semua itu
adalah semua dalil yang menunjukanya diperbolehkanya aktifitas tersebut, islam tidak
melarang selama dalam manajemen dan administrasinyan yang diterapkan masih
dalam aktifitas yang diperbolehkan.25
Sofyan Syafri Harahap yang dikutip oleh H.Romansyah menambahkan kata
islami setelah pasar modal diamana menurutnya sama saja pasar modal modal syariah
dan konvensional yang berbeda tertelatak pada surat-surat berharga atau saham yang
diperdagangkan harus sesuai dengan syariat islam dan perusahaan yang
memperjualbelikanya tidak menyalahi syariat. Artinya tidak boleh ada unsur
penipuan, kezaliman. Unsur riba, insider trading dan transaksi tidak jujur lainya.
Dr. Kamil Musa yang dikutip oleh H.Romansyah bahwa Syirkah Mushamah
adalah suatu bentuk perkongsian dimana modal pokoknya dibagi atas saham-saham
yang sama jumlahnya ditambah lagi denganpenyertaan modal. Para pihak yang
berkongsi tidak akan dimintai tanggung jawab melebihi nilai saham yang dimilikinya.
Abdul Aziz Al-Hayyat memfatwakan yang dikutip oleh H.Romansyah tentang
kebolehan syirkah musahamah ini sebagaimanan dibolehkanya syirka-syirkah amwal
yang lain dengan syarat terlepas dari hal-hal riba dan dilarang oleh syariat dan alasan

24
Romansyah, Pasar Modal Dalam Prespektif Islam, vol 14
25
Mohamad Isa Ansori, Pemikiran Husain Syahatah dan Taqyuddin An-Nabhani Tentang Hukum Jual Beli
Saham di Pasar Modal, skripsi (Purwokerto:IAIN Purwokerto fakultas Syariah,2016), vol 5

15
beliau bahwa syirkah musahamah ini sesuai dengan aturan-aturan syirkah inan dalam
fiqh islam. Pada dasrnya persekutuan modal seperti yang dikenal dengan istilah
syirkah musahamah boleh dilakukan umat islam selama tidak mengandung unsur-
unsur yang dilarang oleh islam. Para investor boleh menikmati deviden yang
dibagikan oleh perusahaan setiap akhir tahun, namun jika dalam oprasionalnya
terdapat unsur-unsur riba dan memproduksi barang ataupun jasa yang dilarang oleh
islam maka pembelian saham yang dilakukan investor tersebut haram.26
Terdapat tiga golongan fuqoha yang tetap mengharamkan jual beli saham
walaupun bidang usahanya tersebut halal. Yakni Taqayyudin An-Nabhani, Yusuf AS-
Sabatin dan Ali As-salus, ketiganya menyoroti bentuk badan usaha (PT) yang
mengeluarkan saham yang sesungguhnya tidak islami. Menurut taqyuddin An-
Nabhani bahwamereka perseroan yang mengeluarkan saham (perseroan saham)
adalah perseroan yang batil menurut syara’, dan bentuk muamalah yang tidak boleh
dilakukan oleh seorang muslim:
1. Orang-orang kapitalis mendefinisikan perseroan saham tersebut sebagai transaksi,
yang karenanya dua orang atau lebih terikat untuk menanamkan saham dalam suatu
proyek agar bisa mendpatkan keuntungan (deviden) atau kerugian dari proyek
tersebut. Pendirian persero dengan cara tersebut tidak sesuai syara’ karena tidak ada
ijab dan qobul dalam transaksi, dalam transaksi tersebut harus ada dua pihak; salah
satu diantara mereka menyatakan ijab, dengan memulai menyampaikan transaksinya
kemudian yang lain menyatakan qobul. Apabila dalam transaksi tersebut tidak ada
ijab dan qobul maka tidak bisa disebut transaksi. Karena menurut ahli-ahli hukum
islam kontemporer rukun yang membentuk ada 4 antara lain: al-aqidaini, pernyataan
kehendak para pihak (shigatul-‘aqd) objek akad (mahallul-‘aqd) dan tujuan akad
(maudhu’ al-a’aqd).
2. Perseroan adalah sebuah transaksi untuk mengolah modal, pengembangan
kepemilikan modal tersebut harus dari pemilik tindakan, yaitu dari manusia, bukan
dari modalnya. Dimana perseroan saham justru telah menjadikan modal berkembang
dengan sendirinya tanpa ada badan persero serta tanpa ada pengelola yang memiliki
hak untuk mengelola, malah menyerahkan pengelolaanya kepada modal.
3. Persero modal menurut syara’ tidak memiliki hak untuk melakukan pengelolaan dan
aktifitas dalam perseroan secara mutlak. Sebab untuk melakukan pengeloan dan

26
Romansyah, Pasar Modal Dalam Prespektif Islam,vol 14

16
aktifitas dalam perusahaan tersebut hanya menjadi milik persero badan bukan yang
lain. Begitu pula perseroan saham tersebut telah menjadikan “orang abstrak”, dimana
orang abstrak tersebut berhak untuk mengelolanya. Padahal secara syar’i mestinya
tidak sah kecuali dilakukan oleh manusia yang memiliki kemampuan untuk
mengelola, misalnya dia harus sudah aqil baligh atau akil mumayiz, maka
pengelolaan yang bukan dari manusia menurut syara’ hukumnya batil.27
B. Hukum Muamalah Dalam Bursa Efek
Bursa Efek adalah sebuah tempat dimana para pialang atau broker melakukan
transaksi jual beli efek, yang mana efek-efek tersebut diantaranya adalah saham,
obligasi, dan reksadana. Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bursa
efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-Pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan Efek di antara mereka.28 Bursa efek juga disebut sebagai tempat
pertemuan para pencari modal dengan pihak yang memiliki uang dengan tujuan untuk
investasi. Lembaga yang menyelenggarakan kegatan jual beli efek di Indonesia yaitu
Bursa Efek Indonesia. Dan untuk lembaga yang menyelenggarakan kegiatan jual beli
efek syariah yang terdapat di Indonesia yaitu Jakarta Islamic Index.
Bursa efek hanyalah merupakan pasar yang di dalamnya diperjual-belikan surat-
surat berharga dan produk-produk yang mempunyai sifat-sifat khusus. Di samping itu
ada beberapa aktifitas lain yang merupakan suatu kelaziman bagi Bursa dan
merupakan penggerak baginya serta membuat tugas-tugas yang diemban oleh Bursa
terlaksana dengan lebih sempurna dan lebih baik. Pihak-pihak yang terkait dalam
melakukan aktifitas bursa efek adalah sebagai berikut:29
1. Pialang (Broker) Pasar Modal
Individu/perseorangan untuk mencari aman dalam berintransaksi secara
langsung dalam bursa efek harus lewat perusahaan pialang yang menjamin
keselamatan proses transaksi yang terjadi lewat perantara perusahaan tersebut.
Peran perusahaan pialang tidak terbatas pada mendekatkan antara pihak-pihak
yang bertransaksi, namun juga harus meneliti pribadi pelaku dan sifatnya,
memastikan kepemilikan penjual atas, surat berharga yang ditransaksikan serta

27
Ansori, Pemikiran Husain Syahatah dan Taqyuddin An-Nabhani Tentang Hukum Jual Beli Saham di Pasar
Modal, vol 5
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
29
H. Syahrul, 'Bursa Efek Dalam Ekonomi Islam', Jurnal Hukum Diktum, 1 (Januari, 2013)., 68

17
memastikan bahwa surat-surat berharga tersebut layak untuk dioperasionalkan
dan bermanfaat bagi bursa.
2. Lembaga Penunjang dan Profesi Penunjang
Yang dimaksud dengan aktifitas tersebut adalah pengorganisasian operasional
pengedaran dan pendaftaran surat-surat berharga serta menarik para investor
dengan cara-cara dukungan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Perusahaan dengan aktifitas tersebut menciptakan pasar sekunder (secondary
market), yaitu pasar peredaran surat berharga dengan card melempar apa yang
telah terdaftar ke dalam bursa setelah adanya unsur-unsur penawaran atas surat
berharga tersebut, dan dalam waktu yang sama pasar primer beraktifitas
dengan cara mencatat surat berharga, memasarkan dan mengedarkan nya
3. Pengatur Emisi dan Transaksi
Yaitu perusahaan yang aktifitasnya mencakup pembiayaan aktifitas
perusahaan-perusahaan yang jatuh karena adanya penyimpangan/cacat dalam
konsorsium finansianya, karena tidak adanya efisiensi investasi atau karena
lemahnya manajemen perusahaan. Perusahaan ini memberikan pelayanan
teknik dan admininstrasi kepada perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan
surat berharga, ikut serta dalam proyek- proyek dan pengembangannya dengan
tujuan untuk mengalihkannya kepada perusahaan bersaham (go publik) atau
memberi rekomendasi terhadap saham jika proyek-proyek tersebut berisiko
tinggi atau mengalami keterbatasan dana.
4. Lembaga Kliring dalam Pasar Modal
perusahaan ini untuk mengemban tugas tersebut sebagai wakil dari para
pemegang Surat berharga
5. Perusahaan Sekuritas
Perusahaan yang melakukan aktifitas mengumpulkan simpanan para pemilik
modal yang ingin menginvestasikan hartanya dalam pasar modal dalam satu
wadah kemudian mengarahkannya untuk membeli dan menjual surat berharga
yang berbeda-beda.
Bursa efek dalam pandangan islam seperti Perdagangan Efek Syariah di Bursa
Efek Indonesia (BEI) saat ini menggunakan prosedur dan tata cara yang sama dengan
perdagangan Efek konvensional. Hal ini dapat dilihat pada transaksi investor, sistem
perdagangan dengan mekanisme lelang berkesinambungan, jenis pasar yang
digunakan dan tata cara penyelesaian dan penjaminan transaksi Efek tersebut.
18
Berdasarkan beberapa Fatwa DSN-MUI terkait bursa efek antara lain Fatwa DSN-
MUI Nomor 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah
dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek
yaitu ketentuan hukum dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar
Reguler Bursa Efek boleh dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan khusus,
daintaranya:
1) Perdagangan Efek
a. Perdagangan Efek di Pasar Reguler Bursa Efek menggunakan akad jual beli
(bai’);
b. Akad jual beli dinilai sah ketika terjadi kesepakatan pada harga serta jenis dan
volume tertentu antara permintaan beli dan penawaran jual;
c. Pembeli boleh menjual efek setelah akad jual beli dinilai sah sebagaimana
dimaksud dalam huruf b, walaupun penyelesaian administrasi transaksi
pembeliannya (settlement) dilaksanakan di kemudian hari, berdasarkan
prinsip qabdh hukmi;
d. Efek yang dapat dijadikan obyek perdagangan hanya Efek Bersifat Ekuitas Sesuai
Prinsip Syariah;
e. Harga dalam jual beli tersebut dapat ditetapkan berdasarkan kesepakatan yang
mengacu pada harga pasar wajar melalui mekanisme tawar menawar yang
berkesinambungan (bai’ al-musawamah);
f. Dalam Perdagangan Efek tidak boleh melakukan kegiatan dan/atau tindakan yang
tidak sesuai dengan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam angka 3

2) Mekanisme Perdagangan Efek


a. Bursa Efek boleh menetapkan aturan bahwa:
1. Perdagangan Efek hanya boleh dilakukan oleh Anggota Bursa Efek;
2. Penjual dan Pembeli Efek yang bukan Anggota Bursa Efek dalam
melaksanakan Perdagangan Efek harus melalui Anggota Bursa Efek;
b. Akad antara penjual atau pembeli efek yang bukan Anggota Bursa Efek dengan
Anggota Bursa menggunakan akad ju’alah;
c. Bursa Efek wajib membuat aturan yang melarang terjadinya dharar dan tindakan
yang diindikasikan tidak sesuai dengan prinsip syariah dalam Perdagangan Efek
yang berdasarkan prinsip syariah di Bursa Efek;

19
d. Bursa Efek menyediakan sistem dan/atau sarana perdagangan Efek, termasuk
namun tidak terbatas pada peraturan bursa dan sistem dalam rangka melakukan
pengawasan perdagangan efek, antara lain untuk mendeteksi dan mencegah
kegiatan atau tindakan yang diindikasikan tidak sesuai dengan prinsip syariah;
e. Bursa Efek dapat mengenakan biaya (ujrah/rusum) PerdaganganEfek
berdasarkan prinsip ijarah atas penyediaan sistem dan/atau sarana perdagangan
kepada Anggota Bursa Efek;
3) Tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
Pelaksanaan Perdagangan Efek harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian
serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi, manipulasi, dan tindakan lain
yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah,
maksiat dan kezhaliman, taghrir, ghisysy, tanajusy/najsy, ihtikar, bai’ al-
ma’dum, talaqqi al-rukban, ghabn, riba dan tadlis.

Diungkapkan bahwa pada dasarnya transaksi Efek Syariah di pasar sekunder


diperbolehkan. Hal ini dengan argumentasi bahwa transaksi di bursa merupakan fiqh
muamalah sehingga hukum asalnya diperbolehkan kecuali ada hal-hal yang dilarang.
Selanjutnya, proses transaksi di bursa merupakan suatu kelaziman dimana di setiap
negara yang mempunyai Bursa Efek akan melaksanakan transaksi dengan tata cara
dan prosedur yang relatif sama.30

C. Hukum Bursa Valuta Asing


Valuta asing atau valas secara bebas dapat diartikan sebagai mata uang yang
dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dinegara lain. Maksud
dari kata “dinegara lain” disini yaitu, jadi suatu mata uang itu dikatakan sebagai
31
valuta asing tergantung dari siapa yang melihat. Untuk penduduk dinegara yang
bukan negara asal mata uang akan menyebut sebagai valuta asing atau valas dan
sebaliknya penduduk dinegara asal mata uang tidak akan menyebutnya demikian.
Seperti contoh yakni, bagi orang Indonesia mata uang US Dollar adalah valuta asing,
sedang bagi orang Amerika mata uang US Dollar tentunya bukan valuta asing.
Adapun Foreign Exchange yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah
sharf yang artinya pertukaran mata uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar

30
Awaluddin, 'Pasar Modal Syariah : Analisis Penawaran Efek Syariah Di Bursa Efek Indonesia', Maqdis:
Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 2 (Juli-Desember, 2016).,149
31
Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), 1

20
mata uang yang tidak sejenis.32 Sedangkan menurut beberapa ahli valuta asing (valas)
atau foreign exchange (forex) memiliki beberapa definisi, yaitu:
a. Menurut Hamdy Hadi, Bursa Valuta Asing adalah mata uang asing yang difungsikan
sebagai alat pembayaran untuk membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional
dan juga mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.
b. Menurut Jose Rizal Joesoef, Bursa Valuta Asing adalah mata uang asing atau alat
pembayaran luar negeri.
c. Menurut Eng, Lees dan Mauer, Bursa Valuta Asing adalah Sebuah mata uang asing
Setiap aset atau klaim keuangan dalam mata uang asing.
Kesimpulanya menurut kelompok kami Bursa Valuta Asing adalah pasar tempat
diperjualbelikan valuta asing/pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara
lainnya.
Adapun ketentuan umum tentang kegiatan transaksi jual-beli valuta asing berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 28/DSNMUI/III/2002 tentang Sharf,
transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai
berikut:33
1) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).
2) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).
3) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan
secara tunai (at-taqabudh).
4) Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku
pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
Hukum jenis-jenis transaksi Valuta Asing (valas), yaitu:
a. Transaksi Spot
Yaitu transaksi pembelian dan pen-jualan valuta asing (valas) untuk penyerahan pada
saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu
dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari
dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan
transaksi internasional.
Contoh transaksi spot:34

32
Ahmad Ifham, ini lho Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia, 2015), 289
33
Fatwa DSN MUI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Perdagangan Valas dalam Sharf
34
Jose Rizal Joesoef, Pasar Uang & Pasar Valuta Asing, (Jakarta: Salemba Empat), hal. 10

21
A yang merupakan TKI di Singapura, baru mendarat di bandara Cengkareng. Ia
mendatangi bank di Jakarta untuk menukarkan gajinya dari Singapura S$1.000
dengan yang tercantum semisal Rp. 4.000/S$, yang berarti setiap S$ 1 setara dengan
Rp. 4.000. A sepakat pada “S$ 1 = Rp. 4.000” , dan penukaran terjadi.
b. Transaksi Forward
Yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat
sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2x24 jam sampai
dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah
harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian
hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai
yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan
yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
c. Transaksi Swap
Yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang
dikombinasi-kan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).35
d. Transaksi Option
Yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual
yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka
waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur
maisir (spekulasi).

Menurut Dewan Syariah Nasional atau Majelis Ulama Indonesia tentang


perdagangan valuta asing (valas), yaitu para ulama’ fiqih menyatakan bahwa
penjualan mata uang diperbolehkan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Dari ‘Ubadah bin Shamit, bersabda Rasulullah SAW (Juallah) emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara
tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”

35
Fatwa DSN MUI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Perdagangan Valas dalam Sharf

22
Dan pendapat Ibnu Abbas tentang adanya pelebihan dan penundaan pada jual beli
mata uang yang sejenis didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin
Zaid r.a, dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersaba:
”Dari Usamah bin Zaid, Rosulullah bersabda: Tidak ada riba kecuali
pada penundaan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jual beli mata uang diperbolehkan secara syariah ketika syarat-syarat sahnya
terpenuhi. Sebab ia termasuk salah satu bentuk jual beli yang mempunyai dalil
syari’ahnya, yaitu:

ِّ َ‫أَح لَّ ال لَّهُ ا لْ بَ يْ عَ َو َح َّرم‬


‫الربَا‬ َ ‫َو‬
“Dan Allah Swt. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(Al-Baqarah: 275)
Juga ayat:

ِ‫ي ا أَيُّ ه ا ا لَّذِ ين آم ن وا أَوفُوا بِا لْع قُ ود‬


ُ ْ َُ َ َ َ
“Wahai orang-orang yang beriman tepatilah akad-akad kalian” (Al-Maidah: 1)

Dan dalam Hadits Shahih:

‫ضةُ بِالْ ِفض َِّة َوالْبُ ُّر بِالْبُ ِّر َوالشَّعِ ُري بِالشَّعِ ِري َوالت َّْم ُر بِالت َّْم ِر َوالْ ِم ْل ُح بِالْ ِم ْل ِح ِمثْالً ِبِِثْ ٍل‬
َّ ‫ب َوالْ ِف‬ َّ ِ‫الذ َهب ب‬
ِ ‫الذ َه‬
ُ
َّ

‫ف ِشْئتُ ْم إِ َذا َكا َن يَ ًدا بِيَ ٍد‬ ِ ِ ‫سواء بِسو ٍاء ي ًدا بِي ٍد فَِإ َذا اخت لَ َف‬
َ ‫اف فَبِيعُوا َكْي‬
ُ َ‫َصن‬
ْ ‫ت َهذه األ‬
ْ َْ َ َ ََ ً ََ
“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, anggur dengan
aanggur, garam dengan garam (yang pertukarannya) harus sepadan, penyerahan keduanya
saat itu juga. Dan jika jenis-jenis ini berbeda (dalam pertukarannya), maka silahkan jual
(tukar) sekehendak kalian asal penyerahan keduanya saat itu juga”
Para ulama’ kontemporer berbeda pendapat mengenai hukum transfer valuta asing,
ada yang menghukumi riba ba’i karena tidak terjadi serah terima fisik uang yang
ditukarkan secara tunai pada saat transaksi berlangsung. Para ulama menharamkan
transaksi valuta asing karena melanggar kaidah penukaran komoditi riba. Maka transaksi
ini termasuk riba ba’i yang mana pendapat ini diukung oleh Prof.Dr.Shalih Al fauzan.
Namun mayoritas ulama kontemporer sendiri memperbolehkan transaksi valuta asing.
Karena sekalipun visik uang tidak diberikan pihak bank kepada nasabah pada saat itu
juga, akan tetapi pembukuan oleh pihak bank untuk termaslahat dan penyerahan salinanya

23
kepada nasabah saat itu juga dapat dianggap dua pertukaran mata uang secara tunai,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pencatatan direkening nasabah dianggap
tunai maka tidak termasuk riba ba’i. Pendapat ini didukung oleh beberapa lembaga fiqh
Internasional diantaranya:
- Majma’ Al Fiqh Al Islami dalam keputusan No.84 (1/9) tahun 1995, yang
berbunyi, “ Apabila mata uang yang diserahkan nasabah kepada bank untuk
ditransfer berbeda dengan mata uang yang diterima termaslahat maka prosesnya
terdiri dari sharf (penukaran dua mata uang berbeda) dan (transfer), sharf
dilakukan sebelum hiwalah (transfer) dengan cara nasabah menyerahkan sejumlah
uang ke bank, bank mencatat dalam pembukuanya untuk termaslahat setelah
disepakati nilai tukar yang dicatat pada slip transfer, lalu salinan slip transfer
diserahkan kepada nasabah, kemudian ditransfer.
- Lembaga fatwa kerajaan Arab saudi, nomor fatwa: 4721, yang berbunyi,” Boleh
mentransfer uang kartal sebuah negara kepada uang kartal negara lain, sekalipun
nominal dua uang kartal tersebut berbeda, karena jenis kedua uang berbeda,
dengan syarat serah terima terjadi tunai di majelis. Penerimaan cek atau slip bukti
transfer (dari bank) hukumnya sama dengan menerima fisik uang yang telah
ditukar tunai di majelis.36

36
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer,(Bogor: PT Berkat Mulia Isnani, 2017), hal 570-571

24
BAB III

Penutup
A. Kesimpulan
Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan
keuangan. Pasar modal dikatakan memilki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan
fasilitas atau wahana yang menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan
dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana yaitu investor dan pihak
yang memerlukan dana yaitu issure, pihak yang menerbitkan efek atau emiten.
Para ahli fikih kontemporer sepakat, bahwa haram hukumnya memperdagangkan
saham di pasar modal dari perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang haram.
Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman keras, bisnis babi
dan apa saja yang terkait dengan babi, jasa keuangan konvensiona, industri hiburan,
seperti kasino, perjudian, prostitusi, berbeda pendapat jika saham yang
diperdagangkan di pasar modal itu adalah dari perusahaan yang bergerak di bidang
usaha halal, misalnya di bidang transportasi, telekomunikasi, produksi tekstil, dan
sebagainya.

Hal ini dengan argumentasi bahwa transaksi di bursa merupakan fiqh muamalah
sehingga hukum asalnya diperbolehkan kecuali ada hal-hal yang dilarang.
Selanjutnya, proses transaksi di bursa merupakan suatu kelaziman dimana di setiap
negara yang mempunyai Bursa Efek akan melaksanakan transaksi dengan tata cara
dan prosedur yang relatif sama.

25
Daftar Pustaka
Hidayat, Taufik. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Mediakita, 2011.
Manan, H.Abdul. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal
Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Nasution, Nurul Huda dan Mustofa Edwin. Investasi pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Kencana, 2008.
S, Burhanuddin. Pasar Modal Syariah . Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2009.
Syahrul, H. “Bursa Efek Dalam Ekonomi Islam.” Jurnal Hukum Diktum 1 (Januari,
2013).
Romansyah,H Pasar Modal Dalam Prespektif Islam (Jurnal Pemikiran Hukum Islam
T-ISSN 1829-9067;E-ISSN 2460-6588 Juni 2015), vol 14

Mohamad Isa Ansori, Pemikiran Husain Syahatah dan Taqyuddin An-Nabhani


Tentang Hukum Jual Beli Saham di Pasar Modal, skripsi (Purwokerto:IAIN
Purwokerto fakultas Syariah,2016), vol 5

Tarmizi,Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer.Bogor: PT Berkat Mulia


Isnani, 2017.
Awaluddin, 'Pasar Modal Syariah : Analisis Penawaran Efek Syariah Di Bursa Efek
Indonesia', Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 2 (Juli-Desember, 2016)

Berlianta, Heli Charisma. Mengenal Valuta Asing, Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2006.

Ifham, Ahmad.ini lho Bank Syariah, Jakarta: Gramedia, 2015

Joesoef,Jose Rizal Pasar. Uang & Pasar Valuta Asing, Jakarta: Salemba Empat,
2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
Fatwa DSN MUI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Perdagangan Valas dalam Sharf

Mahyus Ekanada, Analisis Pengaruh Votalitas Nilai Tukar pada Ekspor Komoditi
Manufaktur di Indonesia,
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Documents/81b520e02b0443d1a4393
908c6d90468canalisipengaruh1.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai