PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sayyed Hussein Nasr, sarjana muslim yang juga mengajar diberbagai universitas di
AS, menyebutnya sebagai “Sarjana muslim pertama yang mendedikasikan sepanjang
hayatnya pada studi-studi Islam di AS dan menjadikan AS sebagai kediaman terakhirnya.”
Keaktifan Faruqi diberbagai kelompok studi Islam dan keterlibatannya dalam gerakan-
gerakan Islam amat menonjol. Ia adalah tokoh dibalik pembentukan MSA, ISNA, AJISS,
AMSS, IIIT, dan banyak lagi lembaga keislaman di AS.
Faruqi juga duduk sebagai penasihat diberbagai unversitas di dunia Islam dan ikut
mendesain program studi Islam di Pakistan, India, Afrika Selatan, Malaysia, Libya, Saudi
Arabia, dan Mesir. Juga di tempat-tempat terpencil Mindanao State University, Filipina dan
Universitas Islam Kum, Teheran.
Dia menjadi dewan editorial pada sejumlah jurnal, menulis lebih dari 100 artikel
diberbagai jurnal ilmiah, disamping mengarag dua puluh lima judul buku. Adapun The
Cultural Atlas of Islam adalah salah satu karyanya yang merupakan hasil kerjasama dengan
Prof. Lamya, istrinya.
4
- Kegagalan para teolog tradisional disebabkan oleh sikap para penyusun teologi
yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan
manusia.
b) Rekonstruksi teologi
- Tujuan rekontruksi teologi Hanafi adalah menjadikan teologi menjelma sebagai
ilmu tentang pejuang sosial yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional
memiliki fungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kalam masa kini
1. Ismail Al-Faruqi
Pemikiran Al-Faruqi tentang kalam melalui karyanya yang berjudul : Its
Implications for Thought and Life (Edisi Indonesianya berjudul Tauhid yang
mengupas hakikat tauhid secara mendalam. Diantaranya yaitu: tauhid sebagai inti
pengalaman agama, tauhid seabagai pandangan dunia, tauhid sebagai intisari Islam
dan lain sebagainya.
2. Hasan Hanafi
- Kritik terhadap teologi tradisional yaitu Dalam gagasannya tentang rekonstruksi
teologi tradisional, Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat
konseptual system kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan konteks-
politik yang terjadi.
- Hanafi juga menwarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu
dalam teologi Islam yaitu: analisis bahasa dan analisis realitas.
3. H.M. Rasyidi
- Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu
kalam dan teologi. Menurutnya teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid
atau ilmu kalam. Dia juga mengkritik salah satu tema-tema ilmu kalam Harun
Nasution. Dia berpendapat bahwa menonjolkan perbedaan pendapat anatara
Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan
melemahkan iman para mahasiswa. Karena pemikiran kalam Harun Nasution
terlalu mengagung-agungkan akal sehingga menganggap remeh ayat-ayat Al-
Qur’an.
- Menurutnya iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan,
tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan
manusia, yakni hidup dalam masyarakat.
4. Harun Nasution.
- Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian “Akal
melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah, manusia mempunyai
9
kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya. Bertambah
tinggi akal manusia, bertambah tinggilah kesanggupannya untuk mengalahkan
makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah rendah
pulalah kesanggupannya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut”.
- Hubungan akal dan wahyu: Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-
Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah
mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua
permasalahan keagamaan.
Dari keempat pemikiran sebagaimana disebutkan diatas setidaknya dapat kita pahami
bahwa masing masing tokoh memang tidak dapat terlepaskan dari pemikiran kalam dimasa
lalu. HM. Rasyidi misalnya pemikirannya lebih cenderung kepada pemikiran Ahlusunnah wal
Jamaah atau al Maturidiytah yang dibangun oleh al Imam Asy’ari dan al Maturdi. Demikian
juga dengan Harun Nasution dan Hasan Hanafi yang pemikirannya lebih cenderung kepada
pemikiran Muktazilah dan Qadariyah yang lebih menekankan peranan akal dalam
menghadapi realita takdir atau nasib dalam kehidupan di dunia ini.
B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang penulis uraikan. Saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi terciptanya pengetahuan-pengetahuan baru
khususnya mengenai ilmu kalam. Sekian dan terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Rosihon Anwar, dan Drs Abdul Rozak, 2003, Ilmu Kalam, Bandung:Pustaka Setia.
KH. Sirajudin Abbas, 1978, I’tiqad Ahlussunah Wal Jama’ah, Jakarta:Pustaka Tarbiyah.
11