Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an, hadits
Nabi Saw. memiliki fungsi strategis dalam kajian-kajian keislaman.
Namun karena pembukuan hadits baru dilakukan dalam rentan waktu yang
cukup lama sejak meninggalnya Nabi Saw. ditambah kenyataan sejarah
bahwa hadits pernah dipalsukan dengan berbagai motif, maka orisinalitas
hadits yang beredar di kalangan umat Islam patut diteliti. Pada sisi lain,
kenyataan sejarah tersebut juga sering dijadikan celah dan starting point
oleh musuh-musuh Islam untuk mendorong akidah umat supaya mau
berpaling dari hadits Nabi. Lebih-lebih diketahui bahwa lingkungan Nabi
Saw. hidup ketika itu kurang akrab dengan budaya tulis-menulis. Karena
itu keabsahan dan orisinalitas hadits yang ada memang harus diteliti.
Para ulama, sejak masa-masa awal Islam telah menunjukkan dedikasi
untuk melakukan penelitian dan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi
Saw. Hal itu dimaksudkan untuk melestarikan hadits Nabi Saw. sebagai
sumber ajaran agama yang orisinal. Untuk tujuan mulia itu, mereka
kemudian menciptakan seperangkat kaidah, istilah, norma dan metode.
Kaidah-kaidah itu, kemudian karena pertimbangan kebutuhan, lantas
dibakukan oleh ulama belakangan, baik yang berhubungan dengan sanad
maupun matan hadits. Tanpa pemahaman yang paripurna terhadap kaidah,
norma dan metode tersebut, sulit bagi seseorang untuk mengetahui
orisinalitas dan keabsahan hadits Nabi Saw.
Sekalipun demikian, pemahaman terhadap berbagai istilah dan kaidah
itu tampaknya juga belum menjamin para pengkaji hadits akan mampu
meneliti dan memahami hadits secara benar. Dinyatakan demikian, karena
kompleksitas permasalahannya memang sangat beragam. Untuk
menghindari kesalahan dalam meneliti dan memahami hadits, maka ulama
hadits, sesuai dengan keahlian masing-masing, kemudian juga
2

menciptakan seperangkat ilmu. Cabang-cabang pengetahuan itu ada yang


berhubungan dengan sanad, ada yang berhubungan dengan matan, dan ada
yang berhubungan dengan sanad dan matan.Karena berbagai istilah,
kaidah dan cabang pengetahuan yang berkaitan dengan hadits begitu
banyak, maka dengan sendirinya jumlah dan jenis kitab yang membahas
hadits Nabi Saw. juga begitu banyak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang disebut dengan ‘ulumul Hadits?
2. Apa yang termasuk dalam macam-macam ‘ulumul Hadits?
3. Apa pembagian cabang-cabang dalam ‘ulumul Hadits?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui pengertian dari ‘Ulumul Hadits secara terperinci.
2. Memahami macam-macam ‘Ulumul Hadits.
3. Mengetahui dan memahami cabang-cabang dalam ‘Ulumul Hadits.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Ulumul Hadits

‘Ulumul Hadits )‫ (علوم الحديث‬adalah istilah ilmu hadits, ‘ulumul


hadits terdiri atas dua kata yaitu ‘ulum dan al-hadits. Kata ‘ulum
)‫(علوم‬dalam Bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm )‫ (علم‬yang
berarti “ilmu”, sedangkan hadits dalam Bahasa Arab adalah kata mufrod,
yang jama’nya adalah al-aHadits )‫(األحاديث‬, artinya pembicaraan. Dari
sisi bahasa, kata Hadits memiliki beberapa arti diantaranya:
a. Al-jadid (‫ج ِديْد‬ ْ , artinya: yang baru, lawan kata al-qadim
َ ‫)ال‬
ْ
(‫)القَ ِديْم‬
artinya yang lama, dalam arti ini menunjukkan adanya
waktu dekat dan singkat.
َّ
b. Ath-thariqah (‫)الط ِر ْيقَة‬ ْ ‫الط ِر ْيقَة‬
artinya: jalan, yaitu ‫ال َمسْل ْو َكة‬ َّ
artinya jalan yang ditempuh.
c. Al-khabar )‫(الخبر‬, artinya: berita.
d. As-sunnah (‫سنَّة‬
ُّ ‫)ال‬ artinya: perjalanan yang artinya sama
dengan kata as-sirah (‫)السي َْرة‬
ِ 1.
Adapun menurut istilah, para ahli berbeda-beda dalam memberikan
definisi sesuai dengan latar belakang keilmuan masing-masing,
sebagaimana perbedaan antara ahli ushul dan ahli Hadits dalam
memberikan definisi al-Hadits:
a. Ahli Hadits

‫اقوال النبي صلى هللا عليه وسلم وافعاله واحواله‬


Segala perkataan Nabi Saw, perbuatan dan hal-ihwalnya

‫ما اضيف الى النبي صلى هللا عليه وسلم قوال او فعال او‬
‫تقريرا او صفة‬
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir) maupun sifat beliau
Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa Hadits
meliputi biografi Nabi Muhammad SAW, sifat-sifat yang

1
Zein, Ma’sum, Muhammad, Muhammad , Ulummul Hadits dan Mustholah Hadist , Jombang ,
2008,hlm 81
4

melekat padanya, baik berupa fisik (misalnya masalah tubuh,


rambut dan sebagainya) maupun hal-hal yang terkait dengan
masalah psikis dan akhlak keseharian Nabi, baik sebelum
maupun sesudah terutus sebagai Nabi2.
b. Ahli Ushul

‫اقوال النبي صلى هللا عليه وسلم وافعاله وتقريراته التى تثبت‬
‫االحكام وتقررها‬
Semua perkataan Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan (taqrir) maupun sifat beliau

Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa Hadits


adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad
SAW, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang
berhubungan erat dengan hukum-hukum atau ketetapan-
ketetapan Allah SWT yang disyari’atkan kepada manusia. Ini
berarti segala sesuatu selain hal yang telah disebutkan tidak
masuk dalam pengertian Hadits.

Oleh sebab itu, Hadits adalah sesuatu yang berhubungan erat


dengan misi dan ajaran Allah SWT yang menjadi tugas Nabi Muhammad
SAW sebagai Rasullulah, berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan.
Sedang yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan seperti tata cara
berpakaian, tidur dan sebagainya merupakan kebiasaan manusia dan sifat
kemanusiaan, tidak dapat dimasukkan ke dalam pengertian Hadits.
Dengan demikian, maka ahli Hadits memandang bahwa Hadits
merupakan sesuatu yang keluar dari manusia sempurna bernama
Muhammad Saw. sehingga apapun yang melekat pada beliau merupakan
suri tauladan bagi ummat Islam.

2
Zein, Muhammad, Ma’sum, Ulummul Hadist dan Mustholah Hadist , Jombang; Darul –Hikmah
2008, hlm 81
5

Akan tetapi ahli ushul memandang Nabi Muhammad Saw. adalah


manusia pembuat undang-undang (wetgever) disamping Allah Swt,
sehingga hal-hal yang berbentuk kebiasaan dan bersifat kemanusiaan tidak
termasuk Hadits

B. Macam-macam ‘Ulumul Hadits


1. Ilmu Hadits Riwayah
Yang dimaksut dengan ilmu hadits riwayah ialah:

‫العلم الذي يقوم على نقل ما اضيف الى النبي صلى هللا عليه‬
‫وسلم من قول او فعل او تقرير او صفة خلقية او خلقية نقال دقيقا‬
‫محررا‬
“Ilmu yang mempelajari hadit-hadits yang disandarkan kepada
Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapam, tabi’at
maupun tingkah-lakunya”3.

‫علم يشتمل على نقل اقوال النبي صلى هللا عليه وسلم وافعاله‬
‫وروايتها وضبطها وتحرير الفاظها‬
“Ilmu (yang dalam pembahasannya) mencangkup perkataan
dan perbuatan Nabi Saw, baik yang menyangkut masalah
periwayatan, pemeliharaan meupun penulisan atau pembukaan
lafal-lafalnya”.

Dari definisi di atas, dapat difahami bahwa objek ilmu hadits


riwayah adalah bagaimana tata cara menerima dan menyampaikan
hadits kepada orang lain?, dan bagaimana pula tata-cara memindahkan
atau membukukannya?, akan tetapi tidak sampai pada pembahasan
masalah ada tidaknya kejanggalan dan kecacatan pada matannya.
Begitu juga tidak pada pembahasan masalah kualitas para perawinya,
baik dalam hal kredibilitas dan kuatnya daya ingatannya serta

3
Kamal , Mustofa, Ma’sum Ma’mun ,Shibah nur, Asyif, Idarotu ‘ammah lilmuasisah islamiyah,
2002, Indonesia , hlm 27
6

kefasikannya. Oleh sebab itu, maka yang terbahas di dalamnya hanya


terbatas pada masalah penyampaian dan pembukaan sesuai dengan apa
adanya, baik yang berhubungan dengan matan maupun rangkaian
matarantai para perawinya.
Adapun manfaat mempelajari ilmu hadits riwayah adalah untuk
menghindari adanya kesalahan dalam mengakses atau menukil hadits
dari sumbernya yang pertama, yaitu Nabi Saw.

2. Ilmu Hadits Dirayah


Yang dimaksud dengan ilmu hadits dirayah ialah:

‫قوانين تحد يدري بها احوال متن وسند وكيفية الحمل واالداء‬
‫وصفات الرجال وغير ذلك‬
“Undang-undang atau kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan
sanad dan matan, tata-cara menerima dan meriwayatkan, sifat-sifat
perawi dan lain sebagainya4”.

‫علم يعرف منه حقيقة الرواية وشروطها وانواعها واحكامها‬


‫وحال الرواة وشروطهم واصناف المرويات وما يتعلق بها‬
“ilmu yang dapat dipakai untuk mengetahui hakikat periwayatan
hadits, syarat-syarat, macam-macam dan hokum-hukumnya serta
untuk mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya,
macam-macam hadits yang diriwayatkan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengannya”.

Dari definisi diatas dapat diambil pemahaman bahwa objek


pembahasan ilmu hadits dirayah ialah:
a. Keadaan para perawi, baik yang berkaitan dengan sifat
kepribadian (seperti perilaku kesehariannya, watak, dan

4
Kamal , Mustofa ,Ma’sum, Ma’mun, Nur syibah ,Asyif, Idarotu A’mmah lilmuasisah al-
Islamiyah, 2002, Indonesia, hlm 25
7

kualitas daya ingatannya) maupun masalah sambung tidaknya


rangkaian mata rantai para perawinya.
b. Keadaan yang di riwayatkan, baik dari sisi keshahihan dan ke-
dla’ifan-nya maupun dari sisi lain yang berkaitan dengan
keadaan matan.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari mempelajari ilmu hadits
dirayah adalah banyak sekali, di antaranya ialah:
a. Mengetahui perkembangan hadits dan ilmu hadits dari masa ke
masa, mulai dari Rasulullah Saw. sampai sekarang.
b. Mengetahui para praktisi hadits beserta usaha yang telah
mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan
meriwayatkan.
c. Dapat mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan para
praktisi hadits dalam mengklasifikasikan hadits lebih lanjut.
d. Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria
hadits sebagai pedoman dalam beristinbath.

C. Cabang-Cabang ‘Ulumul Hadits

1. Ilmu Rijal Al Hadits )‫(علم رجال الحديث‬


‘Ilmu Rijal Al-Hadits )‫ (علم رجال الحديث‬ialah:

‫علم رجال الحديث هو علم يعرف به رواة الحديث من حيث‬


‫انهم رواة للحديث‬
“Ilmu untuk mengetahui para perawi Hadits dalam kapasitasnya
sebagai perawi Hadits”.

Maksudnya ialah ilmu yang membicarakan seluk-beluk dan sejarah


kehidupan para perawi, baik dari generasi sahabat, tabi’in maupun
tabi’it tabi’in.
Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa
kedudukan ilmu ini sangat penting mengingat obyek kajiannya pada
“matan” dan “sanad”, sebab kemunculan ilmu rijal al-Hadits bersama-
8

sama dengan periwayatan Hadits dan bahkan sudah mengambil porsi


khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Oleh
sebab itu mempelajari ilmu ini sangat penting, sebab nilai suatu Hadits
sangat dipengaruhi oleh karakterdan perilaku serta biografi perawi itu
sendiri5.
Adapun para perawi yang menjadi obyek kajian ilmu rijal al-
Hadits ini adalah:
a. Para sahabat, sebagai penerima pertama dan sebagai kelompok
yang yang dikenal dengan sebutan thabaqat awwal (generasi
pertama) atau dikenal sebagai penerima langsung dari sumber
asalnya, yaitu Nabi Saw.
b. Para tabi’in, dikenal sebagai thabaqat tsani (generasi kedua).
c. Para muhadlramin, yaitu orang-orang yang mengalami hidup
pada masa Jahiliyyah dan masa Nabi Saw. dalam kondisi Islam,
tetapi tidak sempat menemuinya dan mendengarkan Hadits
darinya.
d. Para mawaliy, yaitu para perawi Hadits dan ulama yang pada
awalnya berstatus budak

2. Ilmu Tarikh al-Ruwwat )‫الوراة‬ ‫(علم تاريخ‬


Ilmu tarikh al-ruwwat ialah:
‫العلم الذي يعرف برواة الحديث من الناحية التي تتعلق بروايتهم للحديث‬
“Ilmu untuk mengetahui para perawi Hadits dari sisi hubungannya
dengan usaha periwayatan mereka terhadap Hadits”6.

Maksudnya ialah ilmu yang membahas masalah sejarah perjalanan


hidup para perawi, mulai dari kapan dan dimana ia dilahirkan, dari
siapa ia menerima Hadits, siapa saja orang yang pernah mengambil
Hadits darinya, sampai pada masalah dimana dan kapan ia meninggal
dunia, bahkan sampai guru-guru dan aliran mazhab yang dianutnya,

5
Thahhan, Mahmud, Taisir Mustholah Al-Hadits, tth., Surabaya: Maktabah Al-Hidayah
6
Thahhan, Mahmud, Taisir Mustholah Al-Hadits, Surabaya: Maktabah Al-Hidayah
9

negara-negara mana yang pernah di kunjunginya, termasuk tempat


studinya dan teman-teman yang segenerasi (se-thabaqat) dengannya dan
sebagainya.

3. ‘Ilmu al-Jarh Wa al-Ta’dil )‫(علم الجرح والتعديل‬


Untuk mengetahui reputasi para periwayat Hadits, dibutuhkanlah ilmu
lain yang dikenal dengan sebutan “jarh wa ta’dil”, yaitu:

‫هو العلم الذي يبحث في احوال الروة من حيث قبول وراياتهم او ردها‬
“Ilmu yang membahas keadaan para perawi Hadits dari sisi diterima
dan ditolaknya periwayatan mereka”

Maka dari itu, ilmu jarakh wa ta’dil bisa dijadikan sebagai salah alat

untuk mengungkapkan sifat negatif (yaitu ketercelaan/ jarakh/ ‫ )الجرح‬dan

positifnya (yaitu keadilan/ ta’dil/ ‫ )التعديل‬yang melekat pada para perawi


Hadits. Dengan demikian yang dimaksud sifat negatif (jarh) adalah
apabila perawi Hadits tidak memiliki integritas moral agama yang tinggi
(‘adalah) dan kapasitas intelektual (dhabith) yang dalam periwayatannya
tidak menyalahi perawi lain yang lebih terpercaya. Indikasi positif perawi
Hadits dapat dinilai jika ia memenuhi sifat-sifat tersebut. Ilmu ini akan
dijelaskan dalam bab berikutnya, yaitu bab jarakh wa ta’dil.

4. ‘Ilmu Asbab al-Wurud )‫الورود‬ ‫(علم اسباب‬


Asbab )‫(اسباب‬ adalah jama’ dari kata dasar sabab )‫(سبب‬, yang
dalam bahasa berarti sama dengan kata “al-nabl )‫(النبيل‬, artinya: tali atau
berarti saluran, maksudnya ialah segala sesuatu yang menghubungkan
benda satu dengan benda yang lain”, Sedang dalam istilah ialah:

‫كل شيئ يتصل به الى غايته‬


“Segala sesuatu yang dapat mengantarkan pada tujuan”.7

7
Al-Thahawani, Kasyf Isthilahi Al-Funun, tth., Kairo: Maktabah wa Mathba’ah Al-Hayat Al-
‘Ammah Li Al-Kutub
10

Atau dapat didefinisikan sebagai “suatu jalan menuju terbentuknya


suatu hokum, tanpa adanya pengaruh apapun dalam hukum itu sendiri”.

Sedang kata wurud )‫(ورود‬, artinya “sampai”, “muncul” atau


“mengalir”, seperti ucapan )‫(الماء الذي يورد‬, artinya: “air yang
memancar” atau “air yang mengalir”.
Jadi. asbabu wurud al-Hadits ialah “sesuatu yang membatasi arti dari
suatu Hadits, baik yang berkaitan dengan arti umum atau khusus,
muqayyad atau muthlak, dinasakh atsu seterusnya”. Maksudnya adalah
“suatu arti yang dikehendaki oleh Hadits pada saat kemunculannya”
Dengan demikian, ilmu asbabi al-wurud menurut istilah adalah “suatu
ilmu yang membahas masalah sebab-sebab Nabi saw menyampaikan
sabdanya pada saat beliau menuturkannya”. Sedang tata cara untuk
mengetahui sebab-sebab lahirnya Hadits, hanya bisa diketahui dengan
adanya periwayatan, bukan lainnya.

5. ‘Ilmu Al-Nasikh Wa Al-Mansukh )‫(علم النسخ والمنسوخ‬


Kata an-naskhu )‫ (النسخ‬adalah bahasa arab yang berarti ganda , yaitu:
al-inzal )‫ (اإلنزال‬artinya menghilangkan dan an-naql )‫ (النقل‬,artinya
menyalin, sebagaimana kalimat “‫ ”نسخت الكتاب‬artinya: aku telah
menyalin kitab ke kitab lain’’.

Sedang menurut istlah;

‫رفع الشارع حكما منه متقدما بحكم منه منأخرا‬


“Menghapusnya syar’i (pembuat hukum) terhadap hukum (yang
datangnya lebih) dahulu (untuk) diganti dengan hukum yang datangnya
kemudian”.
11

Maksudnya ialah ‫رفع الشارع حكما بدليل شرعي متراخ عنه‬


(menghapus syar’i (pembuat hukum) terhadap hukum dengan
menggunakan dalil syara’ yang datangnya kemudian)8.

Jadi ilmu naskh wa mansukh (‫والمنسوخ‬ ‫ )علم النسخ‬ialah;


‫العلم الذي يبحث عن األحاديث المتعارضة التى ال يمكن التوفيق‬
‫بينها من حيث الحكم على بعضها بأنه ناسخ وعلى بعضها األخر بأنه‬
‫ فما ثبت تقدمه كان منسوخا وما ثبت تأخره كان ناسخا‬,‫منسوخ‬
“Ilmu yang membahas problem Hadits –Hadits yang (secara
lahiriyah) berlawanan yang diantara keduanya tidak memungkinkan untuk
di pertemukan lantaran adanya materi (yang secara lahiriyah )
bertentangan, padahal hakikatnya saling hapus menghapus. Makanya
(hukum) yang datangnya terdahulu dikenal dengan sebutan mansukh dan
yang datangnya kemudian dikenal dengan sebutan nasikh”9.
Melihat definisi di atas, Al-Zuhriy berkomentar bahwa ilmu naskh dan
mansukh termasuk salah satu disiplin ilmu yang paling banyak menyita
waktu dan energi, sebab tingkat kesulitan dan ketelitian pemahamanya
lebih tinggi, dalam melakukan istinbath hukum dari ketentuan nash yang
sifatnya belum jelas atau kurang jelas kepastian hukum yang di
kehendakinya.

6. ‘Ilmu ‘Ilal Al-Hadits (‫الحديث‬ ‫)علم علل‬


‘Ilal )‫(علل‬ adalah jama’ dari kata ‘illah )‫(علة‬, yang dalam bahasa

berarti marad )‫ (مرض‬artinya penyakit atau sakit, kemudian ahli Hadits


mengartikannya dengan pengertian sebab yang tersembunyi atau samar –
samar yang bisa berakibat pada tercemarnya Hadits, padahal hakikatnya
cacat yang tersembunyi itu tidak terlihat.

8
Thohan , Mahmud, Mustholahul Hadits,Maktabah Al-Ma’arif Linnasr Wattauzi’,1425H, hlm74
9
Al-Khatib, AL-Ajjaj, Muhammad, Ushul Al-Hadits-‘Ulumul wa Musthalahuhu, 1981, Beirut:
Daar Al-Fikr
12

Sedang menurut Istilah:

‫هو علم الذي يبحث عن االسباب الخفية الغامضة من حيث انها‬


‫تقدح فى صحة الحديث كوصل منقطع ورفع موقوف واذخال حديث‬
‫فى حديث وما شابه ذلك‬
“Ilmu yang membahas tentang sebab-sebab tersembunyi yang dapat
membuat Hadits shahih itu menjadi tercemar , seperti menyatakan Hadits
mustahil pada hadst yang pada hakikatnya munqati’ , menyatakan Hadits
marfu’ pada Hadits yang pada hakikatnya maukuf atau memasukan
Hadits kedalam Hadits lain sebagainya”10.

Dari definisi tersebut, Imam Al –Hakim berkomentar bahwa ilmu ‘ilal


selain Al-Hadits termasuk ilmu yang berdiri sendiri, mengingat
pembahsan yang ada di dalamnya selain dari ilmu kesahihan dan ke-
dha’if-an , jarah dan ta’dil, juga terbahas di dalamnya masalah illat Hadits
yang pada hakikatnya tidak masuk kedalam pembahasan ilmu jarh, sebab
Hadits yamg telah majruh merupakan Hadits yang statusnya gugur dan
tidak terpakai, padahal illat Hadits banyak di temukan pada Hadits yang di
riwayatkan oleh para perawi dan orang kepercayaan dalam arti para
perawi Hadits meriwayatkan Hadits cacat , tetapi cacatnya tersembunyi,
dan lantaran ilat yang tersembunyi itulah, dikenal dengan sebutan Hadits
ma’lul , sekalipun dasar penetapan ada tidaknya ‘illat dalam Hadits hanya
pada kesempurnaan hafalan dan pendalaman pemahaman serta
pengetahuan yang cukup memadai11.

7. ‘Ilmu Gharib Al-Hadits )‫(علم غريب الحديث‬


Yang dimaksud dengan ‘ilmu gharib al-Hadits ialah :

10
Al-Khatib, AL-Ajjaj, Muhammad, Ushul Al-Hadits-‘Ulumul wa Musthalahuhu, 1981, Beirut:
Daar Al-Fikr
11
Thahhan, Mahmud, Taisir Mustholah Al-Hadits, tth., Surabaya: Maktabah Al-Hidayah
13

‫علم غرئب الحديث هو عبارة عما وقع فى متون االحاديث من‬


‫االلفاظ الغامضة البعيدة من الفهم لقلة استعمالها‬
“Ungkapan arti kosa kata matan Hadits yang sulit di mengerti dan
rumit dipahami lantaran kosa kata tersebut memang asing dan tidak
dikenal”

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa mengerti dan memahami


makna kosa kata dari matan Hadits merupakan langkah awal yang harus
di tempuh para ahli untuk melakukan istinbath hukum yang berasal dari
Hadits tersebut .Makanya ‘ilmu gharib al-Hadits sangat membantu
pencapain pemahaman .
Dengan demikian , Para muHadits ketika menghadapi kosa kata asing
,menyerahkannya kepada para ahli bahasa, sebab mereka sadar bahwa
hukum menafsirkan Hadits berdasarkan hanya pada perkiraan hukumnya
haram. Makanya obyek pembahasan ilmu gharib al-Hadits adalah kata-
kata yang sulit atau susunan kalimat yang sulit difahami maksud yang
sebenarnya.

8. ’Ilmu Mukhtalif al-Hadits )‫(علم مختلف الحديث‬


Yang di maksud; ‘Ilmu mukhtalif al Hadits ialah :
‫العلم الذى يبحث فى االحاديث التى ظاهرها متعارض فيزيل‬
‫تعاوضها او يوفق بينها كما يبحث فى االحاديث التى يشكل فهمها او‬
‫تصورها فيدفع اشكالها ويوضح حقيقتها‬
“Ilmu yang membahas Hadits-Hadits yang secara lahiriyah saling
bertentangan ,llu dihilangkan atau keduanya di kompromikan
sebagaimana membahs masalah Hadits yang kandungannya sulit di
14

pahami atau sulit dicari gambaran yang sebenarnya , lalu kesulitan


tersebut di hilangkan dan di jelaskan hakikt yang sebenarnaya”12.

Subhi Shalah mendefinisikan sbb:

‫علم يبحث عن االحاديث التى ظاهرها التناقض من حيث امكان‬


‫ اما بتقييد مطلقها او بتخصيص عامها او حملها على‬,‫الجمع بينها‬
‫تعدد الحديثة او غير ذلك‬
”Ilmu yang membahas hadits-hadits yang secara lahiriyyah saling
bertentangan karena adanya kemungkinan bisa di kompromikan bisa
dengan cara men-taqyid-kan kemutlakannya maupun mentaskhikh
keumumannya atau dengan cara membawanya kepada beberapa kejadian
yang relevan dengan Hadits tersebut dan lain-lain”
Dari kedua definisi tersebut dapat diambil pemahaman bahwa obyek
pembahasan ilmu ini adalah Hadits-Hadits yang secara lahiriyyah saling
bertentangan, sehingga dengan menggunakan ilmu ini tingkat kesulitan
bisa teratasi. Begitu juga tingkat kesulitan yang di teui di matan Hadits.
Dengan demikian ilmu gharibul Hadits berusaha mempertemukan dua
Hadits yang saling bertentangan13.

9. ’Ilmu Al-Tashif wa Al-Tahrif )‫(علم التصحيف والتحريف‬


Tashif dalam bahasa artinya al-khathak )‫الصفحة‬ ‫(الخطاء فى‬, artinya
salam dalam lampiran. Sedang yang dimaksut dengan ilmu tashif wa tahrif
adalah ilmu yang membahas keadaan hadits-hadits yang sudah diubah

titik-titik atau syakal )‫(مصحف‬nya dan bentuk )‫(محرف‬nya..


Dalam menanggapi masalah ilmu ini para ulama berbeda pandangan
diantara ialah:

12
Al-Khatib, AL-Ajjaj, Muhammad, Ushul Al-Hadits-‘Ulumul wa Musthalahuhu, 1981, Beirut:
Daar Al-Fikr
13
Al-Khatib, AL-Ajjaj, Muhammad, Nasy’ah ‘Ulum Al-Hadits wa Mustholahuhu, tth., Kairo:
Maktabah Al-Jami’ah Al-Qahirah bi Kulliyati Daar Al-‘Ulum
15

a. Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalaniy membaginya menjadi


dua bagian yaitu ilmu tashif dan ilmu tahrif.
b. Ibnu Sholah menyatakan bahwa ilmu tashif dan tahrif ini dapat
membangkitkan semangat para ahli hadits, sebab sering terjadi di
amtara mereka yang salah dalam bacaan dan pendengaran
terhadap hadits yang telah diterima dari orang lain. Makanya,
kedua ilmu tersebut menjadi satu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan masalah tentang Pengertian,
Macam, dan Cabang ‘Ulumul Hadits pada makalah ini, yaitu:
1. Ulumul Hadits adalah ilmu yang membahas tentang tata-cara
persambungan hadits sampai kepada Rasulullah Saw. dari sisi
seluk-beluk para perawinya, kedhabithan dan keadilan dan dari
bersambung dan tidaknya metarantai sanad.
2. Ulumul Hadits diklasifikasikan oleh ulama mutaakhirin
menjadi dua macam yaitu: Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu
Hadits Dirayah.
3. Ada sembilan cabang untuk ‘ulumul hadits yaitu: ‘ilmu rijal al-
hadits, ‘ilmu tarikh al-ruwwat, ‘ilmu al-jarh wa al-ta’dil, ‘ilmu
asbab al-wurud, ‘ilmu al-nasikh wa al-mansukh, ‘ilmu ‘illal al-
16

hadits, ‘ilmu gharib al-hadits, ‘ilmu mukhtalif al-hadits, dan


‘ilmu al-tashif wa al-tahrif.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang
telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Ajjaj, Al-Khatibiy, Muhammad, Ushul Al-Hadits-Ulumuhu wa Musthalahuhu,


1981, Beirut: Mathba’ah Daar Al-Fikr
Al-Suyuthi, Jalaludin Abdurrahman bin Abu Bakr, Al-Tadrib AL-Rawiy syarkh
Taqrib Al-Nawawiy, 2002, Mesir: Maktabah Daar Al-Hadits
Shalah, Ibnu, Muqaddimah Ibnu Shalah (Ulum Al-Hadits), 1993, Makkah Al-
Mukarramah: Maktabah Al-Islamiyyah
Thahhan, Mahmud, Taisir Mustholah Al-Hadits, tth., Surabaya: Maktabah Al-
Hidayah
Mustofa, Kamal, Ma’sum, Ma’mun, Nur Sibah,Ashif, Ulumul Hadits, 2002, Al-
Idaroh Al-‘Ammah Lil Mu’assisat Al-Islamiyah Liwizariti As
Syuuniddiniyah Al Indunisiyah
Zein, Muhammad, Ma’sum, Ulumul Hadits & Mustholahul Hadits, 2008,
Jombang: Darul-Hikmah
17

Anda mungkin juga menyukai