Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Tentang

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ISLAM PADA MASA


DINASTI USMANIAH

NAMA : MELSA SAMIRA

NIM : 1614080003

Dosen Pembimbing:

Misra, S.Pd.I., M.S.I

JURUSAN TADRIS IPA- FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN IMAM BONJOL PADANG

T.A 2020/ 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt yang telah melimpahkan kasih sayang dan petunjuknya
bagi kita, semoga kita semua senantiasa dalam lindungannya. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, serta para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan
umat islam yang senantiasa mengikuti jalan beliau hingga yaumul qiyamah.

Alhamdulillah, dengan izin Allah swt kami dapat menyelesaikan makalah sejarah pendidikan
islam, yang didalamnya mencangkup materi Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur Islam
Pada Masa Dinasti Usmaniah. Dengan merujuk kepada beberapa referensi, akhirnya kami
dapat menyelesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita dalam
mempelajari sejarah pendidikan islam.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
.................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Sejarah Awal Berdirinya Dinasti Usmani......................................................... 2
B. Perkembangan Arsitektur Dinasti Usmaniah..................................................... 3
C. Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniah.......................................................... 4
D. Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Bangunan.......................... 5
E. Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Kebudayaan....................... 9
F. Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Pengembangan Ilmu
Pengetahuan ....................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 12
A. Kesimpulan......................................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Usmani merupakan sebuah kerajaan besar Islam pertama yang berada di luar
jazirah Arab. Namun demikian, dinasti ini memiliki kurun waktu yang cukup panjang dalam
berkuasa. Kurun waktu tersebut meliputi  abad pertengahan hingga abad modern.  Wilayah
kekuasaanya pun cukup luas, sampai meliputi tiga benua yaitu benua Asia, benua Eropa dan
benua Afrika pada masa Sultan Sulaimani al-Qonuni.
Dalam kurun waktu yang cukup panjang dan berbekal wilayah yang cukup luas, dinasti ini
banyak menghasilkan peradaban Islam yang canggih pada masanya. Peradaban-peradaban
tersebut banyak sekali terpengaruh oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang dating dari luar 
wilayah Turki seperti Byzantium, Yunani, Persia, dan juga Arab.
Orang-orang Turki yang memiliki sifat terbuka terhadap kebudayaan yang dating turut andil
memberikan sumbangsih dengan mengakulturasikan kebudayaan yang dating dengan
kebudayaan Islam yang telah dianutnya sehingga memiliki corak yang khas pada jalannya
pemerintahan dinasti ini. 

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Awal Berdirinya Dinasti Usmani ?
2. Bagaimana Perkembangan Arsitektur Dinasti Usmaniah ?
3. Bagaimana Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniah ?
4. Bagaimana Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Bangunan ?
5. Bagaimana Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Kebudayaan ?
6. Bagaimana Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Pengembangan Ilmu
Pengetahuan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Awal Berdirinya Dinasti Usmani
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Arsitektur Dinasti Usmaniah
3. Untuk Mengetahui Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniah
4. Untuk Mengetahui Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Bangunan
5. Untuk Mengetahui Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Kebudayaan
6. Untuk Mengetahui Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Pengembangan
Ilmu Pengetahuan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Berdirinya Dinasti Usmani


Kata Utsmaniyah diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman ibn Erthogrul
ibn Sulaiman Syah. Para pendiri Daulah Utsmaniyah ini berasal dari suku Qayi keturunan
Oghuz. Bani Utsmani merupakan keturunan dari kabilah Turkmaniyah, yang mendiami
Kurdistan pada abad ke-13. Adapun profesi awal mereka adalah penggembala. Adanya
serangan dari Mongolia (yang dipimpin oleh Jengis Khan) ke wilayah Irak dan Asia
kecil tahun (1220 M) mendorong pemimpin suku tersebut, Sulaiman Syah (kakek dari
Utsman) berhijrah meninggalkan Kurdistan menuju Anatolia dan menetap di kota
Akhlath. Sulaiman Syah dengan seribu pengikutnya menggembara ke Anatolia dan
singgah di Azerbaijan namun sebelum sampai tujuan, ia meninggal dunia kedudukannya
digantikan oleh putranya yaitu Erthogrul untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan
tujuan, yaitu Anatolia. Sesampai di Anatolia, mereka diterima oleh penguasa dinasti Saljuk,
Sultan Alauddin II yang sedang berperang dengan Romawi Timur yang berpusat di
Bizantium. Erthogril membantu Sultan Alauddin II melawan Romawi Timur, sehingga
dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberikan hadiah
kepada Erhogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang berbatasan dengan Bizantium.
Mereka menjadikan Soghud sebagai ibukota pemerintahan yang independen yang berdiri
pada tahun 1258 M yang bersamaan dengan lahirnya Utsman Sepeninggal Erthogril, atas
persetujuan Sultan Alaudin, kedudukan Erthogril digantikan oleh putranya yang bernama
Utsman, yang memerintah Turki Utsman antara tahun 1281-1324 M. Serangan Mongol
terhadap Bagdad termasuk Seljuk yang terjadi pada 1300 menyebabkan dinasti ini terpecah-
pecah menjadi sejumlah kerajaan Kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk inilah Utsman
mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Ustmani. Kekuatan militer Utsman menjadi
benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan Mongol.
Dengan demikian, secara tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa
tertinggi dengan gelar “ Padiansyah Ali Utsman”. 1

1
Hamka,”Sejarah Umat Islam III”,Jakarta : Bulan Bintang, 1975

2
B. Perkembangan Arsitektur Dinasti Usmaniah
Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al
Qanuni “ pembuat Undang-Undang” (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah
kekuasaan Usmani semakin berkembang pesat. Wilayahnya mencakup Asia kecil, Armenia,
Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria,
Yunani, Yugaslapia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa. Untuk mengatur
pemerintahan Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama
Multaqa al –Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar “al Qanuni.”
Dalam bidang pembangunan , Turki Usmani ini lebih memfokuskan kepada bidang politik ,
kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah. 2
Bidang Militer adalah terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan
Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi
mesin perang yang paling kuat. Sedangkan bidang arsitektur ialah seni dalam merancang
bangunan. Misalnya bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam,
jembatan dan masjid-masjid.
Pada masa Bayazid II, daulah Usmani memiliki seorang laksamana,Ia adalah
Khairudin Pasya, dikenal dengan julukan “ Barberossa” yang artinya Si janggut merah.Ia
adalah seorang pemimpin bajak laut yang kemudian diangkat menjadi armada ( tentara
kelautan ) bangsa Usmani.Maka kemudian,untuk mengenang kemenangan-kemenangan yang
diperoleh olehnya maka pada 1550 M, Sultan banyak membangunkan bangunan masjid
sebagai peringatan.
Selain itu,adapun pada masa Sulaiman, banyak pula dibangun infrastruktur umum
bagi bangsa Usmani. Antara lain ialah 81 buah masjid besar, 52 buah masjid kecil, 55 buah
madrasah, 7 buah bangunan asrama Quran, 5 buah takiyah ( tempat bagi kaum fakir-miskin),
3 buah Rumah Sakit, 7 buah surau, 7 buah jembatan, 33 buah Istana, 18 buah pesanggrahan,
5 buah museum, 33 buah pemandian umum, dan 19 buah gubah.3
Pada masa Usmaniah, perkembangan seni arsitektur dipengaruhi oleh asimilasi
kebudayaan local dengan kebudayaan Romawi dan Bizantium. Dalam pelaksanaan
pembangunannya, pemerintahan Usmani banyak mengikutsertakan para arsitek dari Romawi
dan Bizantium untuk membangun. Namun demikian, walau ada campurtangan dari para
arsitek tersebut, warna dan nilai arsitektur yang dibangun tetaplah dikemas dalam nilai-nilai
2
Ibrahim, Hassan. “Islamic History And Culture”. Diterjemahkan Oleh Djahdan, Sejarah Dan
Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kot Kembang, 1989
3
Hourani, Albert Dkk, (Ed). The Midle East. California: The University Of California Press, 1993

3
Islam. Arsitektur masjid pada masa daulah Usmani dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi yang
indah.Sehingga nuansa dan misi keislaman pada masa ini akan nampak secara jelas dan
signifikan.

C. Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniah


Kata arsitektur merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni
architekton , yang berarti berdiri stabil dan kokoh. Dan secara istilah, arsitektur dapat
dipahami sebagai seni untuk merancang serta membuat kontruksi bangunan. Dan pada tiap-
tiap negara pasti memiliki corak tersendiri dalam bidang arsitektur.
Adapun kedaulah Usmani,corak-corak arsitekturnya dapat dilihat pada bangunan-bangunan
arsitektur sebagai berikut :4
1. Arsitektur Masjid
Masjid - masjid di Turki Usmani memperlihatkan coraknya tersendiri. Pembangunan -
pembangunan yang dilakukan dizaman ini meliputi 3 bentuk (corak), yaitu :
a) Mengembangkan konsep mesjid asli Arab, dengan lapangan terbuka di bagian
tengahnya.
b) Mengembangkan konsep masjid madrasah dan berkubah
c) Mengembangkan konsep baru setelah berkenalan dengan kebudayaan Barat, yaitu
ialah ketika orang-orang Turki memperluas kekuasaannya atas dasar kepentingan
ekonomi dan militer pada abad ke-11, mereka akhirnya bisa menguasai
Bizantium. Saat kebudayaan Islam bersentuhan dengan Bizantium
(Konstantinopel), maka arsitektur Islam juga menimba teknik dan bentuk
arsitektur Romawi dan Bizantium.
2. Istana
Istana merupakan pusat pemerintahan bagi bangsa Turki.Bangunan ini terletak di
Istambul yang biasa disebut dengan The Topkapi Saray dibgi menjadi dua bagian,
yaitu bagian dalam dan bagian luar.Bagian dalam terdiri atas kamar-kamar pribadi
sang penguasa, dpur kerajaan, dan sekolah untuk melatih budak untuk
dipekerjakan.Sedangkan bagian luar digunakan sebagai kantor administrasi
kemiliteran dan sipil, kantor bagi kalangan ulama istana,staf dapur dan tukang kebun.
Adapun corak arsitektur istana, terdapat beberapa hiasan berupa lukisan-lukisan, baik
berupa gambar makhluk hidup maupun berupa relief-relief. Lukisan-lukisan tersebut
merupakan perpaduan karya-karya para pelukis yang didatangkan oleh Sultan
4
Maryam, Siti, et.al. Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: LESFI,
2002

4
Sulaiman dari Eropa dan ,yaitu Mechior Lorck dan Peter Goeck van Alost.Sedangkan
dari para muslim sendiri, yaitu Taifik Pasha dan Ibrahim Pasha.5
3. Rumah Sakit dan Sekolah
Pada masa dinasti Usmaniah,corak arsitektur rumah sakit dan sekolah berbentuk
“bayangan” masjid dan berwarna khusus. Setiap pintu berbentuk melengkung seperti
kubah. Hal ini mencerminkan nuansa Islami.
4. Tata Kota
Dalam menata kota pemerintahan dinasti Usmaniah mengirim beberapa arsiteknya
untuk belajar ke Negara –negara eropa guna memperoleh desain kota yang baik.
Diantara para arsitek tersebut yang ikut mengatur Tata kota bangsa Usmani ialah
Sinan dan Hayrudin. Berbekal pengalaman belajar mereka ke eropa, Mereka
kemudian melakukan serangkaian perombakan tata kota dinasti Usmaniah.Dan walau
mereka telah diutus untuk mempelajari seni arsitektur pada bangsa eropa, namun
mereka tidak merombak secara total bentuk arsitektur yang ada pada kebudayaan
local.Keduanya justru banyak mengedepankan corak-corak arsitektur yang bernuansa
Islami.Adanya akumulasi antara disain bangsa eropa dan Islami tersebut justru
menghasilkan disain tata kota daulah Usmaniah yang sangat asri dan indah.Sehingga
sangat harmonis bila dipandang mata.6

D. Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Bangunan


a) Masjid Aya Sophia
Dulunya ia adalah sebuah masjid yang berasal dari sebuah gereja yang
bernama Haghia Sopia yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa
Bizantium), tahun 558 M. Arsitek Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari
Tralles dan Isidorus dari Miletus.Berkat tangan Anthemios dan Isidorus, bangunan
Hagia Sophia muncul sebagai simbol puncak ketinggian arsitektur Bizantium.
Pada dasarnya, asal mula masjid Aya Sofia ialah akibat adanya pengembangan
Turki Usmani Pada 27 Mei 1453, yang pada saat itu Konstantinopel takluk oleh
tentara Islam di bawah pimpinan Muhammad II bin Murad II atau yang terkenal
dengan nama Al-Fatih yang artinya sang penakluk. Saat berhasil menaklukkan kota
besar Nasrani itu, Al-Fatih turun dari kudanya dan melakukan sujud syukur. Ia pergi
menuju Gereja Hagia Sophia.Namun saat ia sedang bersujud syukur,ia mendengar

5
Hamka.Sejarah Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang, 1981
6
Yatim,Badri “Sejarah Peradaban Islam ”, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 1997

5
seseorang memukul-mukul tonggak marmer gereja.Setelah ia melihatnya,ternyata
yang memukul-mukul tonggak tersebut ialah seorang tentaranya yang berasal dari
Anatoli.Ia sangat marah dan hamper saja menebas leher sang tentara. Saat itu juga, ia
melarang siapapun untuk merusak bangunan tersebut.Hal ini dikarenakan,bangunan
gereja Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid yang diberi nama Aya Sofia.
Pada hari Jumatnya, atau tiga hari setelah penaklukan, Aya Sofia langsung digunakan
untuk shalat Jumat berjamaah. Sepanjang kekhalifahan Turki Usmani, beberapa
renovasi dan perubahan dilakukan terhadap bangunan bekas gereja Hagia Sophia
tersebut agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid.7
Pada masa Sultan Murad III, pembagian ruangnya disempurnakan dengan
mengubah bagian-bagian masjid yang masih bercirikan gereja. Termasuk, mengganti
tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit dan
menutupi hiasan-hiasan asli yang semula ada di dalam Gereja Hagia Sophia dengan
tulisan kaligrafi Arab. Altar dan perabotan-perabotan lain yang dianggap tidak perlu,
juga dihilangkan.Begitu pula patung-patung yang ada dan lukisan-lukisannya sudah
dicopot atau ditutupi cat. Lantas selama hampir 500 tahun bangunan bekas Gereja
Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid yang memiliki keistimewaan tersendiri.
Keistimewaan Masjid Aya Sofia tersebut dapat kita lihat pada salah satu bagian yaitu
pada bangunan kubahnya dengan diameter 30 meter dan tinggi mencapai 54 meter
interior yang dihiasi dengan mosaik dan fresco .
Selama beberapa tahun, bangunan hagia sofia beralih fungsi dari gereja
menjadi sebuah masjid.Perubahan drastis terjadi di masa pemerintahan Mustafa
Kemal Ataturk di tahun 1937. Penguasa Turki dari kelompok Muslim nasionalis ini
melarang penggunaan bangunan Masjid Aya Sofia untuk shalat, dan mengganti fungsi
masjid menjadi museum. Mulailah proyek pembongkaran Masjid Aya Sofia.
Beberapa desain dan corak bangunan yang bercirikan Islam diubah lagi menjadi
gereja.8
Museum Aya sofia jika tampak dari luar ukuran kubahnya akan terlihat begitu
besar dan tinggi. Ukuran tengahnya 30 meter, tinggi dan fundamennya sekitar 54
meter. Dan ketika memasuki area bangunan, kita dapat melihat keindahan interior
yang dihiasi mosaik dan fresko. Tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni.
Sementara dindingnya dihiasi beraneka ragam ukiran.
7
Hasan, Ibrahim Hasan. Mausu’at al-Tarikh al-Islami V.Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1967
8
Thahir, Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar Sejarah, Sosial
Politik Dan Budaya Ummat Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004

6
Sejak difungsikan sebagai museum, para pengunjung bisa menyaksikan
budaya Kristen dan Islam bercampur menghiasi dinding dan pilar pada bangunan Aya
Sofia. Bagian di langit-langit ruangan di lantai dua yang bercat kaligrafi dikelupas
hingga mozaik berupa lukisan-lukisan sakral Kristen peninggalan masa Gereja Hagia
Sophia kembali terlihat. Sementara peninggalan Masjid Aya Sofia yang menghiasi
dinding dan pilar di ruangan lainnya tetap dipertahankanSejak saat itu, Masjid Aya
Sofia dijadikan salah satu objek wisata terkenal di Istanbul oleh pemerintah Turki.
Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah memesona.Menjadi
Inspirasi dalam Perkembangan Arsitektur Islam.
Desain dan corak bangunan Aya Sofia sangat kuat mengilhami arsitek terkenal
Turki Sinan (1489-1588) dalam membangun masjid. Sinan merupakan arsitek resmi
kekhalifahan Turki Usmani dan posisinya sejajar dengan menteri. Kubah besar Masjid
Aya Sofia diadopsi oleh Sinan--yang kemudian diikuti oleh arsitek muslim lainnya--
untuk diterapkan dalam pembangunan masjid.9
b) Masjid Agung Sulaiman
Masjid Agung Sulaiman merupakan salah satu karya terbesar Sinan yang
mengadopsi gaya arsitektur Aya Sofia. Masjid ini dibangun pada pemerintahan Sultan
Sulaiman di Istanbul yang dibangun pada tahun (1550-1557). Dan seperti halnya Aya
Sofia, masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia itu juga memiliki
interior yang megah, ratusan jendela yang menawan, marmer mewah, serta dekorasi
indah.10
Masjid Sulaiman menampilkan corak arsitektur yang secara simbolis
memperlihatkan kemegahan masjid sebagai sarana keagamaan.Corak ini dapat dilihat
dari bentuk menara yang langsing dan tinggi yang seolah-olah muncul lengkungan
kubah yang melesat lepas ke ketinggian.Corak arsitektur lainnya yang dapat kita lihat
ialah pada bentuk seni kaligrafinya.Sedangkan interriornya mengambil bentuk rlief-
relief yang merupakan perpaduan dari kebudayaan local.Didalam masjid terdapat
empat ruang, yaitu mihrab,mimbar ,’iwan dan shahn. Sedang bagian luarnya terdapat
kolam hiasnya.
c) Istana Topkapi

9
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan. Jakarta: Bulan
Bintang, 1996
10
Ma’luf, Lois. Al-Munjid Fi Lughah Wa Al- A’lam. Beirut: Dar Al-Masyriq Mahmudunassir. Islam,
Konsepsi Dan Sejarah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994

7
Istana yang juga dikenal dengan sebutan masjid biru ini merupakan kediaman resmi
dan pusat pemerintahan Sultan Turki Usmani selama sekitar 400 tahun, yaitu dari
1465 sampai 1858. Istana Topkapo merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas
empat halaman utama dan banyak bangunan yang lebih kecil. Letaknya persis di tepi
pantai di titik pertemuan antara Selat Bosporus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Horn)
dengan Laut Marmara. Topkapi dalam bahasa Turki berarti gerbang meriam.
Topkapi merupakan karya terbesar Kesultanan Turki Usmani. Dibangun
dengan arsitektur khas Turki yang mempunyai taman-taman indah yang
menghubungkan antara satu bangunan dan lainnya. Taman-taman hijau ini dipenuhi
pepohonan yang rindang. Didirikan di atas lahan seluas 700 ribu meter persegi, Istana
Topkapi mulai dibangun pada 1453 oleh Sultan Mehmed II.
d) Istana Dolmabahce
Istana ini dibangun di Istanbul. Dolmabahce dibangun oleh Sultan Abdul
Mecid I pada 1843 hingga 1856. Pembangunan istana megah tersebut diperkirakan
menelan dana berupa lima juta koin emas Ottoman Mecidiye atau setara dengan 35
ton emas. Istana ini merupakan tempat tinggal enam khalifah Turki Usmani, yaitu dari
1856, ketika pertama kali dihuni sampai berakhirnya era kekhalifahan pada 1924.
Khalifah yang terakhir tinggal di sini adalah Abdul Mecid Efendi. Istana ini terdiri
atas tiga bagian, yaitu mabeyn imperial (ruang kenegaraan), muayede salon (hall
upacara), dan imperial harem. 11
e) Istana Yildiz
Istana ini dibangun di sebuah hutam alam. Pada akhir abad ke-19, Sultan Abd
al-Hamid II meninggalkan Istana Dolmabahce dan tinggal di Istana Yildiz. Keputusan
untuk pindah ini karena kekhawatiran sultan akan serangan musuh-musuh yang
muncul dari arah lautan. Setelah menempati Istana Yildiz, Sultan Abd al-Hamid II
merenovasinya dengan memperbesar bangunan megah ini. Untuk pekerjaan tersebut,
ia memercayakan kepada arsitek Italia, Raimondo D’Aronco. Setelah direnovasi,
Istana Yildiz bisa disejajarkan dengan istana-istana Turki Usmani lainnya, seperti
Istana Topkapi dan Dolmabahce.
E. Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Kebudayaan
Dinasti Turki Usmani, telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang
cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang sastra dan budaya Dinasti Usmani
banyak muncul tokoh-tokoh penting antara lain abad ke 16-17, muncul penyair yang terkenal,
11
Mughani, A.Syafik. Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki. Jakarta : Logos, 1997

8
yaitu Nafi’ (1582-1636 M.). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-
karya sastra Kaside yang mendapat tempat di hati para Sultan.12
Ada juga penulis yang membawa pengaruh Persi ke dalam Istana Usmani, yaitu
Yusuf Nabi (1642-1742 M.), ia muncul sebagai juru tulis bagi Musahif Mustafa, salah
seorang menteri Persia dan ilmu-ilmu agama. Yusuf Nabi menunjukkan pengetahuannya
yang luar biasa dalam puisinya. Menyentuh hampir semua persoalan—agama, filsafat, roman,
cinta, anggur, dan mistisme—ia juga membahas biografi, sejarah, bentuk prosa, geografi, dan
rekaman perjalanan.
Dalam bidang sastra prosa Dinasti Usmani melahirkan dua tokoh terkemuka, yaitu
Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari semua penulis adalah Mustafa bin
Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi atau Haji Halife (1609-1657 M.). Ia menulis
buku bergambar dalam karya terbesarnya Kasyf az-Zunun fi Asmai al-Kutub wa al-Funun,
sebuah presentasi biografi penulis-penulis penting di dunia timur bersama daftar dan
deskripsi lebih dari 1.500 buku berbahasa Turki, Persia, dan Arab, ia pun menulis buku-buku
yang lain.13

F. Potret Arsitektur Dinasti Usmaniah Dalam Bentuk Pengembangan Ilmu


Pengetahuan

Dinasti Ustmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan


madrasah yang tersebar luas. Madrasah Ustmani pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331,
ketika itu sejumlah ulama’ didatangkan dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan
pengajaran Muslim di beberapa teritorial yang baru. beberapa Sultan masa belakangan
mendirikan beberapa perguruan di Bursa, Edirne, dan di Istanbul. Pada akhir abad limabelas
beberapa perguruan ini disusun dalam sebuah hirarki yang menentukan jenjang karir bagi
promosi para ulama’ besar. 
Perguruan yang dibangun oleh Sulaiman pada tahun 1550 dan 1559 benar-benar
menjadi perguruan yang tinggi rankingnya. Ranking di bawahnya adalah sejumlah perguruan
yang didirikan oleh para Sultan terdahulu dan menempati ranking di bawah beberapa
perguruan tersebut adalah sejumlah perguruan yang didirikan oleh kalangan pejabat negara
dan ulama’, madrasah tidak hanya diorganisir secara ranking, tetapi juga dibeda-bedakan
berdasarkan beberapa fungsi pendidikan mereka. Madrasah tingkat terendah mengajarkan

12
Hasan, Ibrahim Hasan. Tarikh al-Islami. Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1976
13
Lapindus,Ira.M,”Sejarah Sosial Umat Islam”,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000

9
Nahwu(tata bahasa Arab) dan Sharaf (sintaksis), Manthiq (logika), teologi, astronomi,
geometri, dan retorika. Perguruan tingkat tertinggi mengajarkan hukum dan teologi.14
Satu hal yang sering kali luput dari perhatian adalah rumah sakit. Sebagai pusat
kesehatan, Pemerintah Turki Usmani menaruh perhatian besar dalam bidang ini. Sejumlah
rumah sakit dibangun untuk membantu rakyat dalam menjaga kesehatan. Salah satu rumah
sakit yang berdiri megah dan kokoh adalah Rumah Sakit Bayezid II di kawasan Edirne.
Edirne atau sering disebut Adrianopel (Adrianople) adalah sebuah kota di seberang
utara Selat Bosporus yang secara geografis menjadi bagian dari benua Eropa. Kota ini
berhasil dikuasai oleh orang-orang Turki di bawah pemerintahan Murad I (1360-1389 M),
penguasa Kerajaan Turki Usmani (Ottoman).
Pada 1362, Murad I berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke kawasan
Eropa, dengan merebut, antara lain, Kota Edirne dari tangan Kekaisaran Byzantium (Romawi
Timur). Sejak saat itu, kekuasaan Ottoman menjadikan Kota Edirne sebagai pusat
pemerintahannya. Sebab, kawasan ini terletak di tempat yang sangat strategis dalam jalur
utama yang menghubungkan Eropa-Turki. Hampir 100 tahun (satu abad) Edirne menjadi
pusat pemerintahan Kesultanan Turki Usmani. Selanjutnya, kota ini tidak lagi berfungsi
sebagai ibu kota. Meskipun demikian, dalam sejarah kekuasaan Ottoman, sebagaimana ditulis
oleh Andrew Petersen dalam bukunya, A Dictionary of Islamic Architecture, Edirne tetap
menjadi kota penting bagi kekhalifahan Islam tersebut di mana para sultan Ottoman
bermukim. Sebelum dijadikan ibu kota pemerintahan Ottoman, Edirne sudah ramai sebagai
pusat perdagangan dan juga budaya Muslim. Hal ini ditandai dengan banyaknya bangunan
yang didirikan oleh penguasa Muslim di kota ini. Salah satunya adalah Rumah Sakit (RS)
Bayezid II. Rumah sakit ini berada di dalam Kompleks (Kulliye) Bayezid II. 15
RS Bayezid II dibangun atas perintah Sultan Bayezid II. Proses pembangunan Kulliye
Bayezid II berikut bangunan rumah sakitnya memakan waktu empat tahun, dari 1484 M
hingga 1488 M. Hingga abad ke-19 M, para dokter dididik di rumah sakit yang juga
merupakan sekolah kedokteran itu.
Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang bertajuk, Arsitektur Masjid dan Monumen
Sejarah Muslim, mengungkapkan, setibanya di Edirne dalam perjalanan ke Balkan bersama
pasukannya pada akhir musim semi 1484, Sultan Bayezid II memerintahkan membangun
banyak proyek, yaitu masjid baru dan pusat kesehatan (medical centre), termasuk di
dalamnya rumah sakit, sanatorium, rumah sakit jiwa, dan sekolah kedokteran di tepian

14
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet. VIII. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
15
Ridwan, Kafrawi. (Ed). Ensiklopedi Islam, Jilid III. Jakarta: Ihktiar Van Hoeve, 1994

10
Sungai Tunca. Seperti halnya di sejumlah kota lain yang berada dalam wilayah kekuasaan
Ottoman, bangunan-bangunan tersebut didirikan dalam sebuah kulliye (kompleks). Untuk
perencanaan pembangunannya, Sultan Bayezid II menunjuk arsitek kerajaan pada waktu itu,
Mimar Hayrettin, untuk mendesain keseluruhan bangunan dalam Kulliye Bayezid II ini.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diulas pada bab pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa bangsa Usmani merupakan salah satu bangsa yang ikut bermain peran
dalam kedaulahan umat Islam. Bangsa Usmani termasuk bangsa yang berperan penting
dalam sejarah, baik dari segi perluasan daerah Islam, maupun dalam perkembangan
kebudayaan.Terutama ialah dalam perkembangan seni arsitekturnya. Berdasarkan
sejarahnya, daulah Usmani merupakan kedaulahan yang lahir akibat kemunduran dari
pemerintahan Islam. Namun berkat kepiawaian dan perjuangan yang gigih atas pendiri
kedaulahan ini,yakni Usman, maka bangsa ini kemudian dapat bertahan dan
mengembangkan wilayah Islam hingga ke benua Eropa.
Letak geografis yang sangat strategis sangat membantu kedaulahan ini dalam
meluaskan dan mengembangkan kedaulahan islam ini hingga ke negara-negara lain di
Eropa. Dan bersamaan dengan perluasan tersebut, kedaulahan ini berhasil pula dalam
mengembangkan kebudayaan yang ada dengan kebudayaan daerah-daerah lainnya yang
telah berhasil mereka jajah. Dan tak canggung – canggung, bangsa Usmaniah pun dapat
mengasimilasikan kedua budaya dari masing-masing negara.Salah satunya ialah budaya
dalam bidang seni,yaitu seni arsitektur local dengan seni arsitektur eropa. Namun
demikian, mereka tetaplah mengedepankan karekteristik seni arsitektur masyarakat Islam
yang bernuansa Islami. Maka berdasarkan adanya perpaduan kebudayaan tersebutlah
maka seni arsitektur Islam pada kedaulahan Usmani memiliki corak yang sangat unik,
cantik, dan specifik sehingga berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya.
Dan bila dicermati secara seksama, berbagai corak arsitektur ( seperti masjid, istana,
rumah sakit, sekolah dan bangunan-bangunan hasil tata kota lainnya ) pada masa
kedaulahan Usmaniah ini sangatlah bernuansa agamis.Maka jika dicermati lebih dalam
lagi,hampir semua hasil seni arsitektur hasil Sinan dan Hayrudin ini banyak menggunakan
model arsitektur masjid.
Perkembangan arsitektur pada masa dinasti Usmaniah yang begitu pesat ini tidak
dapat dilepaskan dari factor-faktor yang mendukung tumbuh dan berkembangnya seni
arsitektur ini. Faktor-faktor yang mendukung tersebut antara lain ialah :
1. Letak kedaulahan Usmani yang sangat strategis,yaitu disekitar bangsa Eropa yang
ketika itu sudah mulai maju peradabannya.

12
2. Tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat yang cukup tinggi
3. Pengaruh social-politik kkenegaraan yang sangat menunjang
4. Sikap masyarakat Usmani yang sanagt fleksibel terhadap kebudayaan lainya.
Maka dapat disimpulkan bahwa seni arsitektur Islam pada masa kedaulahan Usmani
sudah berkembang dengan baik dan maju. Hal ini dikarenakan, perkembangan dan
pertumbuhan seni arsitektur pada masa itu didukung oleh kondisi yang sanagt
kondusif.Dan hal ini dapat kita lihat dari hasil-hasil karya arsitek besar pada masa itu
yang sangat apik dan cantik.Sehingga hasil arsitek tersebut menjadi legendaries hingga
saat ini(Aya Sofia; misalnya).

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Zainal Abidin,”Sejarah Islam Dan Umatnya ”,Jakarta : Bulan Bintang, 1979

Amal, Taufiq Adnan. Islam Dan Tantangan Modernitas Studi Atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman. Bandung: Mizan, 1993.

Amiruddin,Aam,”Bedah Masalah Kontemporer” Bandung : Khasanah Intelektual, 2005.

Duraib, Su’ud Ibn Ali. Al-Tanzhim Fi Mamlakah Al-Arabiyah Al-Su’udiyah. Riyadh:


Maktab Alwazir, 1983.

Gazalba, Sidi,”Masjid Sebagai Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam ”, Jakarta : Pustaka
Alhusna, 1989

Hamka,”Sejarah Umat Islam III”,Jakarta : Bulan Bintang, 1975

Hourani, Albert Dkk, (Ed). The Midle East. California: The University Of California Press,
1993.

Ibn Hayyin Abdul Aziz Al-Humaidi, Abdurrahman. Al-Qadha Wa Nizamuhu Fi Al-


Kitab Al Sunnah. Kairo: Ma’had Al-Mabhas Al-Ilah, T.T.

Ibrahim, Hassan. “Islamic History And Culture”. Diterjemahkan Oleh Djahdan, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kot Kembang, 1989.

Kusdiana, Ading. Sejarah Dan Kebudayaan Islam; Periode Pertengahan. Bandung :


CV.Pustaka Setia, 2013.

Lapindus,Ira.M,”Sejarah Sosial Umat Islam”,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000

Ma’luf, Lois. Al-Munjid Fi Lughah Wa Al- A’lam. Beirut: Dar Al-Masyriq Mahmudunassir.
Islam; Konsepsi Dan Sejarah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Mughani, A.Syafik. Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki. Jakarta : Logos, 1997.

Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang, 1996.

Nizar,Samsul “ Sejarah Pendidikan Islam ”, Jakarta : Kencana , 2007

Ridwan, Kafrawi. (Ed). Ensiklopedi Islam, Jilid III. Jakarta: Ihktiar Van Hoeve, 1994.

Thahir, Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar


Sejarah, Sosial Politik Dan Budaya Ummat Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.

Yatim, Badri. Sejarah Dan Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Gra Indo Persada, 2001.

Yatim,Badri “Sejarah Peradaban Islam ”,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,1997

Hamka.Sejarah Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

14
Hasan, Ibrahim Hasan. Mausu’at al-Tarikh al-Islami V.Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-
Misriyah, 1967.

Hasan, Ibrahim Hasan. Tarikh al-Islami. Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1976.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Maryam, Siti, et.al. Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:
LESFI, 2002.

Mughni, A. Syafiq. Sejarah Kebudayaan di Turki. Jakarta: Logos, 1997.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,Jilid I. Cet. V. Jakarta: UI Press,
1985.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Cet. I. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2002.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet. VIII. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah al-Tarikh al-Islami.Kairo: Maktabah al-Nahdhat al-Mishriyah,


tth.

15

Anda mungkin juga menyukai