Anda di halaman 1dari 25

PERADABAN ISLAM KERAJAAN USMANI

DI TURKI

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Yang diampu oleh Bapak. Akh. Syaiful Rijal, S.Th.I, M.Pd.I

Disusun oleh:
Musannadah (20170701082049)
Tsuwaibah (20170701082072)
Ahmad Zainollah (20170701081005)
Ahmad Syaifullah (20170701081004)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

2018
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin berkat Rahmat, Taufik beserta Hidayah Allah


SWT. Penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul “Sejarah
Peradaban Dinasti Usmani di Turki”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di STAIN Pamekasan.
Shalawat diiringi salam senanatiasa tercurah limpahkan keharibaan nabi
besar Muhammad SAW. Karena berkat jasa beliau yang telah menggiring umat
nya dari alam kejahiliyaan ke alam yang penuh dengan limpahan ilmu
pengetahuan.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
yang tulus dan mendalam kepada:
1. Bapak Akh. Syaiful Rijal, S.Th.I, M.Pd.I.. selaku dosen pengampu
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
2. Kedua orang tua penulis yang dengan senantiasa memberikan dorongan
serta doanya agar penulis mampu menyelasaikan kepenulisan makalah
ini tepat pada waktunya.
3. Rekan-rekanku yang telah membantu penulisan makalah ini,
memberikan dorongan dan bantuan baik yang berupa moril dan materil
sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik
dari susunan kata, bahasa maupun pembahasan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin ya
robbal alamin.

Pamekasan, 20 April 2018

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Usmani........................................... 3
B. Penaklukan Konstantinopel....................................................... 6
C. Khalifah Dinasti Usmani........................................................... 7
D. Perkembangan Dinasti Usmani................................................. 9
E. Kemunduran Dinasti Usmani.................................................... 15
BAB III PENUTUP.................................................................................... 20
A. Kesimpulan............................................................................... 20
B. Saran.......................................................................................... 20
DAFTAR RUJUKAN................................................................................ 22
LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinasti Usmani di Turki merupakan kekhalifahan yang besar dan
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di
Asia, Afrika, hingga Eropa. Bangsa Turki mempunyai pengaruh yang besar
dalam perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling menonjol terlihat
dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk khalifah-khalifah Bani
Abbasiyah. Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan, yang sekalipun
independen, masih tetap mengakui loyal kepada khalifah bani Abbasiyah.1
Pada periode keruntuhan pemerintahan Mamluk, pada awal
kemenangan (1491 M) muncul melawan kekuasaan Usmani setelah
persaingan panjang mengambil daerahnya di Timur Dekat. Kemunculan
Usmani telah mulai dari abad ke empat belas di Anatolia bagian Barat dan di
Balkan. Di awal periode, Usmani di pengaruhi dengan semangat Ghaziz
(petarung untuk iklim), yang mengilhami Turkoman di Asia Tengah sejak
perang perbatasan di Oxus dan Jaxartes di Asia Tengah dan sekarang memacu
dalam perang melawan Byzantium dan Balkan Kristen. Pada akhirnya mereka
mengambil ide imperial pemerintahan dan organisasi pendahulunya dalam
kerajaan khalfah Arab.2
Hierarki kepemimpinan dan organisasi dicontohkan pada penerus
Saljuk dan Mamluk. Karakteristik institusi termasuk kasta kepemimpinan
kaum Elite (Usman dibawah kepemimpinan dinasti Usmani), perawatan
militer kaum elite melalui pembelian dan pengiriman budak (dari Balkan),
administrasi terpusat di bawah staf tinggi dan pendirian administrasi provinsi
berdasarkan pada berbagai macam bentuk kepemilikan tanah dan pajak
peternakan, dan pada akhirnya otonomi resmi komunitas keagamaan
(Millah).3

1
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 138.
2
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pt.
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 273.
3
ibid, hlm. 274-275.
2

Diantara negara muslim, Turki Usmani yang dapat mendirikan kerajaan


yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman I,
orang Turki tidak hanya merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh
daerah. Instanbul sebagai pusat ibu kota kesultanan Turki Usmani membawa
banyak pengaruh dalam bidang perpolitikan di Eropa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul berdirinya Dinasti Usmani di Turki?
2. Bagaimana proses perebutan ibu kota Konstantinopel?
3. Siapa sajakah para khalifah yang memerintah dalam Dinasti Usmani?
4. Apa sajakah perkembangan yang sudah dicapai dalam Dinasti Usmani?
5. Apa saja faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Usmani?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang asal-usul berdirinya Dinasti Usmani di Turki.
2. Menjelaskan proses perebutan ibu kota Konstantinopel.
3. Menjelaskan nama-nama para khalifah yang memerintah dalam Dinasti
Usmani.
4. Menjelaskan perkembangan yang sudah dicapai para khalifah Dinasti
Usmani.
5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Usmani.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Usmani


Pendiri kesultanan Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz
yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka
waktu kira-kira tiga abad, bangsa Turki pindah ke Turkistan kemudian Persia
dan Irak. Dan masuk Islam sekitar abad ke-IX atau ke-X Masehi, ketika
menetap di Asia Tengah.4 Di bawah serangan Mongol pada abad ke-13 M,
mereka melarikan diri ke daerah barat guna mencari tempat pengungsian
ditengah-tengah saudara nya, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia
Kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan
Bizantium. Berkat bantuan dari Bangsa Turki ini Sultan Alauddin mendapat
kemenangan, atas jasa baik itu, Sultan Alaudin menghadiahkan sebidang
tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, bangsa
Turki membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.5
Ertogrhul meninggal pada tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
oleh putranya Usman Ibn Ertogrhul, pada masa Usman ini bangsa Turki
mendapat perlakuan istimewa dari Sultan Saljuk. Bahkan Usman diangkat
menjadi gubernur dan diberi kewenangan untuk mencetak mata uang sendiri.
Pada 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Seljuk dan Sultan
Alauddin tewas. Kerajaan terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil dan
suasana menjadi Chaos. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Usman untuk
melepaskan diri dari Dinasti Seljuk. Dengan kekuatan yang ada Usman
mencoba bertahan dari serangan Mongol. Akhirnya Usman berhasil
mempertahankan bekas wilayah Saljuk dari penjarahan Mongol. Keberhasilan
ini mengantarkan untuk disegani oleh keluarga kerajaan Saljuk yang selamat
dari pembantaian Mongol, dan mengakui kekuasaan Usman.6

4
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah (Jakarta: Amzah, 2014), hlm.139.
5
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Pt. RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 130.
6
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta: Prenada
Media, 2014), hlm.108.
4

Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan Usman I.


Setelah mengumumkan dirinya sebgai Padisyah al-Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah
kesulatan dapat diperluas. Ia menyerang perbatasan Bizantium dan
menaklukan kota Broessa pada tahun 1317 M. Pada tahun 1326 kota tersebut
dijadikan sebagai ibu kota kesultana Turki Usmani.7
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) Turki Usmani dapat
menaklukkan Azumia (1327 M), Tasasyani (1330 M), Uskandar (1328 M),
Ankara (1354 M), Gallipoli (1356 M). Daerah ini merupakan bagian bumi
Eropa yang pertama kali di duduki kerajaan Usmani.8
Bangsa turki Usmani adalah tipe pejuang dan prajurit yang tangguh.
Sepanjang perjalanan Dinasti ini, penaklukan demi penaklukan terus
dilakukan. Selama enam abad lebih kekuasaannya, Usmani berhasil
mengembangkan kekuasaanya ketiga Benua, yaitu Asia, Eropa dan Afrika. Di
Asia, luas wilayah Usmani meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz
dan Yaman. Di Eropa Usmani berhasil menguasai Bulgaria, Yunani, Albania,
Yugoslavia, Hungaria, dan Rumania. Sedangkan di Afrika, Usmani
mengembangkan sayapnya hingga Libia, Mesir, Tunisia, dan Aljazair.
Usmani adalah kerajaan yang paling lama bertahan dan paling luas
kekuasaanya sepanjang mellinium kedua. Selama enam abad kekuasaannya.
Stanford J. Shaw membagi sejarah Usmani kedalam lima periode.9
1. Periode awal (1280-1413)
2. Periode restorasi (1413-1451)
3. Periode puncak (1451-1566)
4. Periode desentralisasi dan reformasi tradisional (1566-1880)
5. Periode reformasi modern hingga kehancuran dinasti (1880-1924)10
Turki Usmani mencapai kegemilangannya pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad II yang dikenal dengan Sultan Muhammad al-Fatih (1415-
1481 M) nama al-Fatih adalah gelarnya yang berarti sang penakluk. Pada

7
Amin, Sejarah Dakwah, hlm 140.
8
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 195.
9
Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, hlm. 108.
10
Ibid.
5

tahun 1453, Romawi Timur dikalahkan dan Konstatinopel ditaklukan. 11


padahal kota ini terkenal sangat kuat karena dibentengi tiga lapis dinding
yang tebal. Setelah penaklukan Konstantinopel, al-Fatih masih melanjutkan
penyerangan dan menguasai Semenanjung Maura, Serbia, Albania sampai
perbatasan Bundukia.
Sepeninggal al-Fatih, para Sultan Usmani masih meneruskan tradisi
sebagai “mesin perang” dengan menaklukkan kota-kota di Eropa Timur dan
di Asia. Puncaknya pada masa Sultan Sulaiman I (1520-1566 M). Saat itu
Usmani telah menguasai Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Irak, Budapest dan
Yaman. Sultan Sulaiman juga membuat peraturan perundang-undangan
dalam mengatur kenegaraan di Usmani, sehingga di beri gelar “al-Qanuni”.12
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan
kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kekuasaan Turki
Usmani mundur. Meskipun terus mengalamai kemunduran, kerajaan ini untuk
masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama
dalam bidang militer. Kerajaan ini masih masih bertahan lima abad lagi
setelah itu.13
Kejayaan Turki Usmani dialami pada abad ke-16, ketika Turki Usmani
mencapai kejayaannya sehingga wilayah kekuasaannya membentang dari
Selat Persia di Asia sampai ke pintu gerbang kota Wina di Eropa dan dari laut
Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika Barat. Penduduk Turki
Usmani terdiri dari bangsa Eropa yang berasal dari Hungaria dan bahkan
beragama nasrani dan mereka pulalah yang melanjutkan pengaruh barat
menjangkit kepada minoritas Turki yang ada di tempat itu. 14 Setelah
kekuasaan Turki Usmani berakhir, Turki berubah menjadi Republik dengan
Mustafa Kemal Attaturk sebagai Presiden pertamanya.15

11
Amin, Sejarah Dakwah. hlm. 141.
12
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 109.
13
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 133.
14
Amin, Sejarah Peradaban Islam, Hlm. 197.
15
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 141-142.
6

B. Penaklukan Konstantinopel
Konstantinopel adalah ibu kota Romawi Timur dan merupakan pusat
agama Katolik. Konstantinopel akhirnya bisa ditakklukan pasukan Turki
Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II.16
Sultan Muhammad II mempersiapkan penaklukkan Konstantinopel
dengan serius. Ia mempelajari hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam penaklukan sebelumnya. Ia tidak ingin mengalami kegagalan yang
sama sebagai mana para pendahulunya. Ia terlebih dahulu membereskan
wilayah-wilayah yang membangkang di Asia Kecil. Datanglah kesempatan
yang dinanti-nanti, yakni ketika Kaisar Konstantin mengancam Sultan untuk
membayar pajak yang tinggi kepada pihaknya, jika tidak tunduk pada
perintah tersebut maka akan diganggu kedudukannya dengan menundukkan
Orkhan, salah seorang cucu Sulaiman, sebagai seorang Sultan. Ancaman
tersebut dihadapi dengan kebulatan tekad. Ia membangun benteng di
sekeliling Konstantinopel dan berkilah benteng itu di bangun untuk
mengawasi rakyatnya yang berlalu lalang ke Eropa melalui daerah
Bosporus.17
Di bawah pimpinan Sultan Muhammad II, Konstantinopel akhirnya
dapat dikepung dari segala penjuru oleh 250.000 pasukan. Raja konstantin IX
meminta bantuan kepada Paus di Roma dan raja-raja Eropa tetapi malah tidak
membuahkan hasil. Di sebabkan raja-raja Eropa juga masih dalam
perselisihan yang belum terselesaikan. Hanya pasukan Vinesia yang bersedia
membantu karena mempunyai kepentingan dagang di daerah Usmani.
Pasukan Vinesia merentangkan rantai besar di Selat Bosporus. Sultan tidak
kehilangan akal, dinaikkannya kapal-kapal itu ke daratan melalui balok-balok
kayu sebagai landasan dan memindahkannya ke sisi barat kota. Pasukan
Romawi Timur terperanjat dengan taktik yang digunakan Sultan yang telah
mengepung Konstantinopel selama 53 hari. Meriam-meriam Turki pun
ditembakkan ke arah kota untuk menghancurkan benteng dan Konstantinopel
akhirnya dapat ditaklukkan pada tanggal 28 Mei 1453.18

16
Ibid. hlm. 142
17
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 198.
18
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 142.
7

Dalam pertempuran itu, Raja Konstantin mati terbunuh. Sultan


Muhammad II memasuki kota dan mengganti nama Konstantinopel menjadi
Istanbul serta menjadikannya sebagai ibu kota. Sultan mengubah nama Gereja
Aya Sophia menjadi Masjid Aya Sophia serta membangun Masjid dengan
nama Masjid Muhammad sebagai bukti atas keberhasilannya dalam
menaklukkan kota.
Peristiwa jatuhnya Konstantinopel memberi pengaruh yang besar bagi
Turki Usmani. Konstantinopel adalah pusat Kerajaan Romawi Timur yang
menyimpan banyak ilmu pengetahuan serta menjadi pusat Agama Katolik.
Semua itu di wariskan kepada Turki Usmani. Dari segi lokasi, Konstantinopel
sangat strategis karena menghubungkan dua Benua, yakni Eropa dan Asia.
Penaklukan kota itu memudahkan mobilisasi pasukan dari Anatolia ke
Eropa.19
Walaupun para Sultan Usmani setelah Sulaiman yang agung pada
umumnya lemah, tatapi serangan terhadap Eropa masih berlangsung terutama
untuk menaklukkan kota Wina di Austria. Kota Wina sudah dikepung berkali-
kali, tatapi tidak dapat ditaklukkan. Terakhir kali kota Wina di Austria itu
dikepung oleh pasukan Usmani pada tahun 1683, namun tanpa hasil yang
memuaskan.20

C. Khalifah Dinasti Usmani di Turki


Kesultanan Turki Usmani yang memerintah hampir tujuh abad
lamanya, diperintah oleh 36 Sultan. Berikut nama ke-36 Sultan tersebut:21
1. Usman I (1300-1326 M)
2. Orkhan (1326-1359 M)
3. Murad I (1359-1389 M)
4. Bayazid I (1389-1403 M)
5. Muhammad I (1403-1421 M)
6. Murad II (1421-1451 M)

19
Ibid, hlm. 143.
20
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 200.
21
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pt
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 339-340.
8

7. Muhammad II (1451-1481 M)
8. Bayazid II (1481-1512 M)
9. Salim I (1512-1520 M)
10. Sulaiman I (1520-1566 M)
11. Salim II (1566-1574 M)
12. Murad III (1574-1593 M)
13. Muhammad III (1593-1603 M)
14. Ahmad I (1603-1617 M)
15. Mustafa I (1617-1618 M)
16. Usman II (1618-1622 M)
17. Mustafa I (1622-1623 M)
18. Murad IV (1623-1640 M)
19. Ibrahim (1640-1648 M)
20. Muhammad IV (1648-1687 M)
21. Sulaiman II (1687-1691 M)
22. Ahmad II (1691-1695 M)
23. Mustafa II (1695-1703 M)
24. Ahmad III (1703-1730 M)
25. Mahmud I (1730-1754 M)
26. Usman III (1754-1757 M)
27. Mustafa III (1757-1773 M)
28. Abdul Hamid I (1773-1789 M)
29. Salim III (1789-1807 M)
30. Mustafa IV (1807-1808 M)
31. Mahmud II (1808-1839 M)
32. Abdul Majid (1839-1861 M)
33. Abdul Aziz (1861-1876 M)
34. Abdul Hamid II (1876-1909 M)
35. Muhammad V (1909-1918 M)
36. Muhammad VI (1918-1923 M)
9

D. Perkembangan Kerajaan Usmani


Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian
luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan
dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya
adalah sebagai berikut:22
1. Bidang Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah
orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan ini dapat melakukan ekspansi
dengan cepat dan luas. Kemajuan kerajaan Usmani mencapai masa
keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung ekspansi itu,
diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan
militernya yang siap bertempur kapanpun dan dimanapun.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai
diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan
Eropa. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur Usmani
berlangsung tampa halangan berarti. Tidak lama setelah kemenangan
tercapai, kekuatan militer ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya
menurun karena merasa dirinya sebagai pemimpin yang berhak
menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut dapat dengan segera diatasi
oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam
tubuh militer.23
Turki Usmani memiliki tentara yang tangguh disebut Jinessseri.
Sistem rekrutmen tentara dilakukan pertama kali oleh Orkhan dengan
mengambil anak-anak tawanan kristen dan mendidik anak-anak tersebut
di barak-barak militer, mereka juga dibekali dengan pengetahuan
keislaman. Sistem ini disebut dengan devsirme. Ternyata cara ini sangat
afektif dalam menjadikan bangsa Turki Usmani sebagai bangsa yang
sangat di segani dunia pada saat itu. Usmani memiliki pasukan Infanteri

22
Yatim, Sejarah Peradapan Islam, hlm. 133.
23
Ibid, Hlm. 134.
10

dan Kavaleri (sipahi) yang kuat dan selalu menang dalam berbagai
peperangan.24
Selain jinesseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintahan pusat. Pasukan ini disebut tentara atau
kelompok militer thaujiah. Angkatan Laut pun dibenahi, karena memiliki
peranan yang besar dalam ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16,
angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan
militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai
wilayah yang amat luas, baik Asia, Afrika, maupun Eropa. 25 Faktor
utama yang mendorong kemajuan di bidang militer ini adalah karakter
bangsa Turki itu sendiri yang disiplin dan patuh terhadap peraturan.
Karakter ini merupakan karakter alami dari leluhur mereka di Asia
Tengah.26
2. Bidang Pemerintahan
Keberhasilan ekspansi Turki Usmani tidak terlepas dari terciptanya
jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas
para Sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.27 Dalam
pelakasanaan pemerintahan, penguasa-penguasa imperium Usmani
bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan adalah gelar untuk
masalah-masalah duniawi, sedangkan Khalifah adalah gelar untuk urusan
keagamaan. Sistem pemerintahan Usmani banyak mengadopsi praktik
kenegaraan yang berlaku di Bizantium dan Persia. Untuk menjalankan
kedua fungsi ini sekaligus, penguasa Usmani dibantu oleh tiga
kekuasaan, yaitu Administrasi Birokrasi (men of the pen), Militer (men of
the sword), dan Kekuasaan Agama (men of religion). Dalam hal
peratama kebijaksanaan yang diambil negara terlebih dahulu
didiskusikan dalam lembaga divan-i humayun (imperial council).
Lembaga ini merupakan pusat organisasi dan berasal dari konsep
pemerintahan Turki Saljuk di Anatolia. divan-i humayun dipimpin
langsung oleh Sultan dan lebih banyak berperan membuat keputusan
24
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 113.
25
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 135.
26
Amin, Sejarah Dakwah, hlm 144.
27
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 135
11

penting kenegaraan. Sejalan dengan perkembangan Dinasti yang semaikn


luas dan kompleksitas masalah-masalah kenegaraan, Sultan kemudian
mengangkat seorang anggota divan-i humayun menjadi ketua. Sultan
menyerahkan tugas-tugas kenegaraan dan berfungsi sebagai pemimpin
eksekutuf sejak 1360. Pemegang kekuasaan ini disebut Sadrazam (sadr
al-A’zham).28
Pada awal kekuasaan Sultan Salim III (1789-1808), saat Usmani
memasuki fase reformasi tradisional, dibentuklah lembaga
permusayawaratan baru (mesrevet) yang beranggotakan pejabat-pejabat
penting negara. Dalam lembaga ini para pejabat membicarakan masalah-
masalah yang terjadi di imperium Usmani dan mencarikan jalan
keluarnya.29
Dibawah divan-i humayun terdapat Deftendar yang bertugas di
bidang finansial moneter. Deftendar antara lain berwenang mengurus dan
mengumpulkan zakat, pajak perdagangan investor asing, jizyah dari
berbagai daerah yang dikuasai Usmani dan zakat. Deftendar berada
dibawah kekuasaan sadrazam. Setiap bulan defterndar harus
memberikan laporan kinerjanya kepada sadrazam. Dalam pelaksanaan
kuasaan yang begitu luas kerajaan ini mengangkat Gubernur (pasha) di
tingkat satu dan Bupati (zanaziq) di tingkat dua.
Dalam masalah agama penguasa Usmani dibantu oleh para Mufti
dan Kadi (qadhi). Mufti berperan sebagai penafsir hukum dan Kadi
berperan sebagai pelaksananya. Mereka yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan syariat Islam di dalam dinasti Usmani. Dia adalah pemimpin
agama yang memiliki kekuasaan yang luas. Sejak abad ke-16 Syaikh al-
Islam memiliki kewenangan mengangkat dan memberhentikan kadi-kadi
di daerah yang penting. Syaikh al-Islam juga mempunyai kekuaasaan
mengontrol semua organisai Ulama. Sadrazam menjadi representasi
kekuasaan absolut Sultan dalam masalah kenegaraan, Syaikh al-Islam
menjadi represntasi kekuasaan absolut Sultan di bidang keagamaan.30

28
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 111.
29
Ibid.
30
Ibid, hlm.112
12

Untuk mengatur urusan pemerintahan negara di masa Sultan


Sulaiman I disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun). Kitab itu di
sebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum
bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-
19.31 Ada tiga kategori qanun ini. Yaitu:
a. Sifatnya hanyalah khusus pada topik-topik tertentu.
b. Keputusan Sultan mengacu pada wilayah khusus atau kelompok
sosial tertentu.
c. Secara umum undang-undang tersebut di terapkan dalam
kerajaan.32
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak
memfokuskan kegiatannya dalam bidang kemiliteran, sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan tidak begitu menonjol. Karena itulah, di dalam
khazanah intelektual islam tidak ditemukan ilmuan terkemukan dari
Turki Usmani, namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam
pengembangan seni di bibang arsitektur Islam berupa bangunan-
bangunan masjid yang indah. Seperti Masjid al-Muhammadi atau Masjid
Jami’ Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid
Nabi Ayyub al-Anshari. Masjid-masjid tersebut juga dihiasi dengan
kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan
kaligrafinya adalah masjid yang asalnya Gereja Aya Sophia. Hiasan
kaligrafi itu dijadikan sebagai penutup gambar-gambar kristiani yang ada
sebelumnya.33

31
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Hlm. 135.
32
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 112
33
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 136.
13

4. Bidang Kebudayaan
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan berbagai
macam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia. Banyak diambil ajaran-
ajaran tentang etika dan tatakrama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak menyerap dari Bizantium.
Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial,
kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf diterima dari bangsa Arab. Orang-
orang Turki Usmani terkenal dengan bangsa yang mudah berasimilasi
dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal
ini dirasakan karena orang-orang Turki Usmani merasa masih miskin
dengan kebudayaan.34
Pada abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-
1636 M). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-
karya sastra kaside yang mendapat tempat di hati para Sultan.35
Diantara penulis yang membawa pengaruh Persia ke dalam istana
Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1712 M), ia muncul sebagai juru tulis
bagi Musahif Mustafa, salah seorang Menteri Persia dan ilmu-ilmu
agama. Yusuf Nabi menunjukkan pengetahuannya yang luar biasa dalam
puisinya. Menyentuh hampir semua persoalan agama, filsafat, roman,
cinta, anggur dan mistisme. Ia juga membahas biografi, sejarah, bentuk
prosa, geografi, dan rekaman perjalanan.
Salah seorang penyair diwan yang terkenal adalah Muhammad
Esat Effendi yang dikenal dengan “Galip Dede” atau Syah Galip (1757-
1799 M).36
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya
banyak dibangun Masjid, Sekolah, Rumah Sakit, Gedung, Makam,
Jembatan, Saluran Air, Vila dan Pemandian Umum. Disebutkan bahwa
235 buah dari bangunan itu di bangun di bawah koordinator Sinan,
seorang Arsitek asal Anatolia.37
34
Ibid, hlm. 135-136.
35
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 200.
36
Ibid.
37
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 136.
14

5. Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, Agama merupakan sebuah faktor
penting dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat.
Masyarakat digolongkan berdasarkan agama dan Dinasti Usmani sendiri
sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa Ulama menjadi hukum yang
berlaku. Ulama memiliki peran penting dalam pemerintahan dan
masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang
memberi fatwa resmi dalam problematika keagamaan yang dihadapi
masyarkat. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hukum pemerintahan tidak
dapat berjalan.38
Pada masa Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan.
Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat bekstasy dan tarekat
maulawi. Kedua tarekat inilah yang paling banyak dianut masyarakat
sipil dan militer. Tarekat bekstasy memiliki pengaruh yang amat
dominan di kalangan tentara jenissari, sehingga disebut tentara bekstasy.
Sementara tarekat maulawi mendapat dukungan dari penguasa dalam
mengimbangi jenissari bekstasy.39
Kajian-kajian ilmu keagamaan seperti Fiqh, Ilmu Kalam, Tafsir,
dan Hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Para penguasa lebh cenderung menegakkan satu paham Madzhab
keagamaan dan menekan madzhab lainnya. Sultan Abd al-Hamid II
begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran-aliran tersebut dari kritikan aliran lain. Ia
memerintahkan kepada Syaikh Husein al-Jisri menulis kitab al-Hushun
al-Hamidiyah (benteng pertahanan Abdul Hamid) untuk melestarikan
aliran yang dianutnya itu. Akibat kelesuann di bidang keagamaan dan
fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya
suka menulis buku dalam bentu syarah (penjelasan) dan hasyiyah
(semacam catatan terhadap karya-karya masa klasik).40

38
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 146.
39
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 137.
40
Ibid.
15

Kerajaan Turki Usmani banyak berjasa dalam perluasaan wilayah


kekuasaan Islam kebenua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama
kali lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam
wilayah kekuasaan dan agama Islam. Karena dalam bidang peradaban
dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik
perkembangannya jauh berdaa di bawah kemajuan politik, maka bukan
saja negeri yang sudah di taklukkan akhirnya melepaskan diri dari
kekuasaan pusat, tetapi masyarakatnya tidak banyak yang memeluk
agama Islam.41

E. Kemunduran Kerajaan Usmani


Setelah Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), pasukan Turki Usmani
memasuki fase kemundurannya. Sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar
dan kuat, kemunduran ini tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuni
diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Di masa pemerintahannya, terjadi
pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan armada laut kristen
yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan
laut Sri Paus dan kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari
Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam
pertempuran ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang menyebabkan
Tunisia di rebut musuh. Pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III. tahun
1575 M Tunisia dapat di rebut kembali.42
Sultan Murad III terkenal sebagai Sultan yang berkepribadian jelek
serta sering menuruti hawa nafsunya. Namun pada masanya Sultan mampu
menyerbu Kaukakus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M),
merampas kembali Tabriz (ibu kota Safawi), menundukkan Georgia,
mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan gubernur Bosnia
(1593 M). Kekacauan inipun semakin menjadi setelah tampilnya Sultan
Muhammad III (1595-1603 M) yang membunuh saudara laki-lakinya yang
berjumlah 19 orang serta menenggelamkan janda-janda ayahnya yang
berjmlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Sehingga dengan kejadian ini
41
Ibid, hlm. 137-138.
42
Ibid, hlm. 163.
16

Austria berhasil memukul kerajaan Usmani. Sultan Ahmad I (1603-1617 M)


pengganti Sultan Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki
pemerintahan dalam negeri tetapi kejayaan Usmani sudah mulai memudar
dalam pandangan orang-orang Eropa. Keadaan semakin memburuk setelah
naiknya tahta Mustafa I (1603-1617 M). Karena gejolak politik masih belum
mampun di atasi Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar Mustafa I turun
tahta dan diganti oleh Usman II (1618-1622).43
Pada masa Sultan Ibrahim (1639-1648 M), terjadilah perang di laut
dengan orang-orang Vinessia dan orang-orang Turki di Siprus dan Kreta
akhirnya di usir pada tahun 1645 M. Pada tahun 1699 M terjadi perjanjian
Karlowith yang memaksa sultan untuk menyerahkan seluruh Hungaria,
sebagian Slovenia dan Kroasia kepada Habsburg, serta Heimenietz, Podolia,
Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada Vinesia.
Pada tahun 1770 M, tentara Rusia berhasil mengalahkan Usmani dalam
sebuah peperangan yang terjadi di sepanjang pantai Asia Kecil, akan tetapi
tentara Rusia akhirnya dapat di lumpuhkan kembali oleh Sultan Mustafa III
(1757-1773 M) yang segera mengonsolidasi kekuatannya.
Pengganti Sultan Mustafa III adalah Sultan Abd Hamid (1773-1788 M)
seorang Sultan yang lemah. pada masanya terjadi penjanjian dengan
Chaterine II dari Rusia yang diberi nama Perjanjian Kinarja di Kutcuk,
Kinarja. Isi perjanjian itu adalah:
1. Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang ada di laut hitam
kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi
selat yang melintasi laut hitam dengan laut putih
2. Usmani mengakui kerajaan Kirman (Crimea).44
Demikiranlah proses kemunduran yang terjadi di Dinasti Usmani. Satu-
persatu negeri di Eropa yang pernah dikuasai memerdekakan diri dan
beberapa wilayah di Timur Tengah memberontak. Di Mesir, Dinasti Mamalik
melepaskan diri di bawah Ali Bey pada tahun 1770 M. Di Lebanon dan
Syiria, Fakhruddin (pemimpin Druze), berhasil menguasai Palestina pada
tahun 1610 M. Ia berhasil merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Di
43
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Hlm. 163-164.
44
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 151.
17

Persia kerajaan Safawi, juga mengadakan perlawanan terhadap Usmani. Di


wilayah Hijaz, aliansi Muhammad bin Abdul Wahab dan Ibnu Sa’ud
memberontak terhadap Usmani pada awal kedua paruh abad XVIII Masehi.45
Memasuki abad ke-19 Turki Usmani sudah semakin kehilangan
kekuatan. Wilayah-wilayah Eropa satu persatu lepas dari kekuasaan Usmani.
Sejalan dengan kemenangan demi kemenangan Eropa terhadap Usmani.
Usmani semakin dipengaruhi dan dipaksa untuk mengikuti peraturan serta
hukum-hukum Eropa. Pada periode ini lahirlah gerakan Tahnzimat, gerakan
pembaharuan hukum yang mencoba mengadopsi hukum-hukum barat. Pada
periode ini Turki berusaha berusaha mengembalikan kejayaannya dengan
mengadopsi gaya hidup barat. Puncak dari kegiatan westernisasi ini terjadi
pada masa Musthafa Kemal Pasha awal abad ke-20. Ia menganggap Turki
harus menjadi Barat. Akhirnya pada 1924 Kemal Pasha menghapus
kekhalifahan Usmani dan membentuk turki menjadi negara republik yang
sekuler.46
Proses kemunduran panjang Turki Usmani bersamaan dengan periode
intelektual, industri dan pertumbuhan ekonomi yang semakin giat pada
bangsa Eropa yang besar. segera Turki dikenal dengan sebutan The sick man
of the europa “si sakit yang ada di Eropa”. Kekuatan Eropa bertambah
dominan. Otoritas Usmani berkurang karena tuntutan nasionalisme lokal dari
kalangan Eropa.47
Banyak terdapat faktor yang menyebabkan usmani mengalami
kemunduran, diantaranya sebagai berikut:
1. Wilayah Kekuasaan Yang Sangat Luas.
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas
wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi
pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, pihak
penguasa sangat berambisi untuk menguasai wilayah yang sangat luas,
akhirnya terlibatlah perang terus-menerus dengan berbagai bangsa.

45
Ibid.
46
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 110.
47
Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. hlm. 275.
18

Hal ini justru menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat


digunakan untuk membangun negara.48
2. Heterogenitas Penduduk.
Sebagai sebuah kerajaan besar, Turki Usmani mencakup
wilayah yang sangat luas, mencakup Asia Keci, Armenia, Irak, Siria,
Hijaz, dan Yaman di Asia. Mesir, Libia, Tunis, Dan Aljazair di
Afrika. dan Bulagaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hungaria, dan
Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang
beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk
mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas
itu, diperlukan suatu oraganisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa di
dukung dengan administrasi yang baik, kerajaan Usmani hanya akan
menanggung beban yang berat akibat hetereogenitas tersebut.
Perbedaan bangsa dan agama sering kali melatarbelakangi
pemberontakan dan peperangan.49
3. Kelemahan Para Penguasa
Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah
oleh Sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun dalam
kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau.
Kekacauan ini tidak pernah dapat diatasi dengan sempurna, bahkan
semakin lama semakin memburuk.50
4. Budaya Korupsi
Korupsi merupakan suatu perbuatan yang memang sudah biasa
terjadi di dalam lingkungan kesultanan Usmani. Setiap jabatan yang
hendak di raih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada
orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini
mengakibatkan dekadensi moral sering merajalela yang membuat
pertahanan pemerintahan rapuh.51
5. Pemberontakan Tentara Jenessari

48
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 167.
49
Ibid.
50
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 152.
51
Ibid.
19

Kemajuan ekspansi Turki Usmani dipengaruhi oleh tentara


jenissari. Dengan demikian dapat di bayangkan bagaimana kalau
tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara jenissari terjadi
sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525, 1632, 1727, dan 1826
Masehi.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang terjadi terus-menerus, perekonomian negara
menjadi merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara
sangat besar termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi.
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu
dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan
militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu
dan teknologi menyebabkan kerajaan tidak sanggup menghadapi
persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju. Tidak terjadinya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi dalam kerajaan Usmani
ada kaitannya dengan perkembangan metode berpikir tradisional
dikalngan umat Islam. Hal itu juga sejalan dengan menurunnnya
semangat berikir bebas akibat tidak berkembangnya pemikiran filsafat
sejak masa al-Ghazali.52
Karena faktor-faktor tersebut, Turki Usmani menjadi lemah dan
kemudian mengalami kemunduran dalam berbagi bidang. pada periode
modern kelemahan kerajaan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa
segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya
berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, terutama di Timur Tengah dan
Afrika Utara.53

52
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 166.
53
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 209.
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendiri kesultanan Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka
waktu kira-kira tiga abad, bangsa Turki pindah ke Turkistan kemudian
Persia dan Irak. Dan masuk Islam sekitar abad ke-IX atau ke-X Masehi,
ketika menetap di Asia Tengah.
2. Konstantinopel adalah ibu kota Romawi Timur dan merupakan pusat
agama Katolik. Konstantinopel akhirnya bisa ditakklukan pasukan Turki
Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II.
3. Selama kurang lebih tujuh abad lamanya kesultanan Usmani berdiri,
kesultanan Usmani diperintah oleh 36 Sultan. Dan banyak membawa
pengaruh di dalam kekhalifahan.
4. Perkembangan kesultanan Usmani di tandai dengan munculnya berbagai
macam peningkatan di dalam bidang-bidang tertentu. Di antaranya:
Bidang Militer, Bidang Pemerintahan, Bidang Ilmu Pengetahuan, Bidang
Budaya, dan Bidang Keagamaan
5. Setelah mengalami perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya
kesultanan Usmani mencapai titik kehancuran. Kehancuran ini
diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu: wilayah kekuasaan yang sangat
luas, heterogenitas penduduk, kelemahan para penguasa, budaya korupsi,
pemberontakan tentara jenissari, merosotnya ekonomi, terjadi staganasi
dalam perkembangan ilmu dan teknologi.

B. Saran
seperti yang telah di paparkan di atas, kesultanan Usmani mengalami
perjalanan panjang yang begitu melelahkan, namun hal ini banyak
memberikan pengaruh yang besar dalam perluasaan kekuasaan islam.
“Bangsa yang baik adalah bangsa yang dapat mengenang sejarahnya”.
21

Semoga makalah ini bisa memberikan motivasi serta inspirasi kedepannya


baik bagi penulis sendiri ataupun kepada para pembaca selanjutnya.
22

DAFTAR RUJUKAN

Yatim, Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Pt.
RajaGrafindo Persada, 2008.

Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta:


Prenada Media, 2014.

Sulaiman, Rusydi. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam.


Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada, 2014.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Dakwah. Jakarta: Amzah, 2014.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2016.

Anda mungkin juga menyukai