DI TURKI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Yang diampu oleh Bapak. Akh. Syaiful Rijal, S.Th.I, M.Pd.I
Disusun oleh:
Musannadah (20170701082049)
Tsuwaibah (20170701082072)
Ahmad Zainollah (20170701081005)
Ahmad Syaifullah (20170701081004)
JURUSAN TARBIYAH
2018
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Usmani........................................... 3
B. Penaklukan Konstantinopel....................................................... 6
C. Khalifah Dinasti Usmani........................................................... 7
D. Perkembangan Dinasti Usmani................................................. 9
E. Kemunduran Dinasti Usmani.................................................... 15
BAB III PENUTUP.................................................................................... 20
A. Kesimpulan............................................................................... 20
B. Saran.......................................................................................... 20
DAFTAR RUJUKAN................................................................................ 22
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Usmani di Turki merupakan kekhalifahan yang besar dan
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di
Asia, Afrika, hingga Eropa. Bangsa Turki mempunyai pengaruh yang besar
dalam perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling menonjol terlihat
dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk khalifah-khalifah Bani
Abbasiyah. Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan, yang sekalipun
independen, masih tetap mengakui loyal kepada khalifah bani Abbasiyah.1
Pada periode keruntuhan pemerintahan Mamluk, pada awal
kemenangan (1491 M) muncul melawan kekuasaan Usmani setelah
persaingan panjang mengambil daerahnya di Timur Dekat. Kemunculan
Usmani telah mulai dari abad ke empat belas di Anatolia bagian Barat dan di
Balkan. Di awal periode, Usmani di pengaruhi dengan semangat Ghaziz
(petarung untuk iklim), yang mengilhami Turkoman di Asia Tengah sejak
perang perbatasan di Oxus dan Jaxartes di Asia Tengah dan sekarang memacu
dalam perang melawan Byzantium dan Balkan Kristen. Pada akhirnya mereka
mengambil ide imperial pemerintahan dan organisasi pendahulunya dalam
kerajaan khalfah Arab.2
Hierarki kepemimpinan dan organisasi dicontohkan pada penerus
Saljuk dan Mamluk. Karakteristik institusi termasuk kasta kepemimpinan
kaum Elite (Usman dibawah kepemimpinan dinasti Usmani), perawatan
militer kaum elite melalui pembelian dan pengiriman budak (dari Balkan),
administrasi terpusat di bawah staf tinggi dan pendirian administrasi provinsi
berdasarkan pada berbagai macam bentuk kepemilikan tanah dan pajak
peternakan, dan pada akhirnya otonomi resmi komunitas keagamaan
(Millah).3
1
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 138.
2
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pt.
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 273.
3
ibid, hlm. 274-275.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul berdirinya Dinasti Usmani di Turki?
2. Bagaimana proses perebutan ibu kota Konstantinopel?
3. Siapa sajakah para khalifah yang memerintah dalam Dinasti Usmani?
4. Apa sajakah perkembangan yang sudah dicapai dalam Dinasti Usmani?
5. Apa saja faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Usmani?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang asal-usul berdirinya Dinasti Usmani di Turki.
2. Menjelaskan proses perebutan ibu kota Konstantinopel.
3. Menjelaskan nama-nama para khalifah yang memerintah dalam Dinasti
Usmani.
4. Menjelaskan perkembangan yang sudah dicapai para khalifah Dinasti
Usmani.
5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Usmani.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah (Jakarta: Amzah, 2014), hlm.139.
5
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Pt. RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 130.
6
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta: Prenada
Media, 2014), hlm.108.
4
7
Amin, Sejarah Dakwah, hlm 140.
8
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 195.
9
Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, hlm. 108.
10
Ibid.
5
11
Amin, Sejarah Dakwah. hlm. 141.
12
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 109.
13
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 133.
14
Amin, Sejarah Peradaban Islam, Hlm. 197.
15
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 141-142.
6
B. Penaklukan Konstantinopel
Konstantinopel adalah ibu kota Romawi Timur dan merupakan pusat
agama Katolik. Konstantinopel akhirnya bisa ditakklukan pasukan Turki
Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II.16
Sultan Muhammad II mempersiapkan penaklukkan Konstantinopel
dengan serius. Ia mempelajari hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam penaklukan sebelumnya. Ia tidak ingin mengalami kegagalan yang
sama sebagai mana para pendahulunya. Ia terlebih dahulu membereskan
wilayah-wilayah yang membangkang di Asia Kecil. Datanglah kesempatan
yang dinanti-nanti, yakni ketika Kaisar Konstantin mengancam Sultan untuk
membayar pajak yang tinggi kepada pihaknya, jika tidak tunduk pada
perintah tersebut maka akan diganggu kedudukannya dengan menundukkan
Orkhan, salah seorang cucu Sulaiman, sebagai seorang Sultan. Ancaman
tersebut dihadapi dengan kebulatan tekad. Ia membangun benteng di
sekeliling Konstantinopel dan berkilah benteng itu di bangun untuk
mengawasi rakyatnya yang berlalu lalang ke Eropa melalui daerah
Bosporus.17
Di bawah pimpinan Sultan Muhammad II, Konstantinopel akhirnya
dapat dikepung dari segala penjuru oleh 250.000 pasukan. Raja konstantin IX
meminta bantuan kepada Paus di Roma dan raja-raja Eropa tetapi malah tidak
membuahkan hasil. Di sebabkan raja-raja Eropa juga masih dalam
perselisihan yang belum terselesaikan. Hanya pasukan Vinesia yang bersedia
membantu karena mempunyai kepentingan dagang di daerah Usmani.
Pasukan Vinesia merentangkan rantai besar di Selat Bosporus. Sultan tidak
kehilangan akal, dinaikkannya kapal-kapal itu ke daratan melalui balok-balok
kayu sebagai landasan dan memindahkannya ke sisi barat kota. Pasukan
Romawi Timur terperanjat dengan taktik yang digunakan Sultan yang telah
mengepung Konstantinopel selama 53 hari. Meriam-meriam Turki pun
ditembakkan ke arah kota untuk menghancurkan benteng dan Konstantinopel
akhirnya dapat ditaklukkan pada tanggal 28 Mei 1453.18
16
Ibid. hlm. 142
17
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 198.
18
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 142.
7
19
Ibid, hlm. 143.
20
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 200.
21
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pt
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 339-340.
8
7. Muhammad II (1451-1481 M)
8. Bayazid II (1481-1512 M)
9. Salim I (1512-1520 M)
10. Sulaiman I (1520-1566 M)
11. Salim II (1566-1574 M)
12. Murad III (1574-1593 M)
13. Muhammad III (1593-1603 M)
14. Ahmad I (1603-1617 M)
15. Mustafa I (1617-1618 M)
16. Usman II (1618-1622 M)
17. Mustafa I (1622-1623 M)
18. Murad IV (1623-1640 M)
19. Ibrahim (1640-1648 M)
20. Muhammad IV (1648-1687 M)
21. Sulaiman II (1687-1691 M)
22. Ahmad II (1691-1695 M)
23. Mustafa II (1695-1703 M)
24. Ahmad III (1703-1730 M)
25. Mahmud I (1730-1754 M)
26. Usman III (1754-1757 M)
27. Mustafa III (1757-1773 M)
28. Abdul Hamid I (1773-1789 M)
29. Salim III (1789-1807 M)
30. Mustafa IV (1807-1808 M)
31. Mahmud II (1808-1839 M)
32. Abdul Majid (1839-1861 M)
33. Abdul Aziz (1861-1876 M)
34. Abdul Hamid II (1876-1909 M)
35. Muhammad V (1909-1918 M)
36. Muhammad VI (1918-1923 M)
9
22
Yatim, Sejarah Peradapan Islam, hlm. 133.
23
Ibid, Hlm. 134.
10
dan Kavaleri (sipahi) yang kuat dan selalu menang dalam berbagai
peperangan.24
Selain jinesseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintahan pusat. Pasukan ini disebut tentara atau
kelompok militer thaujiah. Angkatan Laut pun dibenahi, karena memiliki
peranan yang besar dalam ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16,
angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan
militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai
wilayah yang amat luas, baik Asia, Afrika, maupun Eropa. 25 Faktor
utama yang mendorong kemajuan di bidang militer ini adalah karakter
bangsa Turki itu sendiri yang disiplin dan patuh terhadap peraturan.
Karakter ini merupakan karakter alami dari leluhur mereka di Asia
Tengah.26
2. Bidang Pemerintahan
Keberhasilan ekspansi Turki Usmani tidak terlepas dari terciptanya
jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas
para Sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.27 Dalam
pelakasanaan pemerintahan, penguasa-penguasa imperium Usmani
bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan adalah gelar untuk
masalah-masalah duniawi, sedangkan Khalifah adalah gelar untuk urusan
keagamaan. Sistem pemerintahan Usmani banyak mengadopsi praktik
kenegaraan yang berlaku di Bizantium dan Persia. Untuk menjalankan
kedua fungsi ini sekaligus, penguasa Usmani dibantu oleh tiga
kekuasaan, yaitu Administrasi Birokrasi (men of the pen), Militer (men of
the sword), dan Kekuasaan Agama (men of religion). Dalam hal
peratama kebijaksanaan yang diambil negara terlebih dahulu
didiskusikan dalam lembaga divan-i humayun (imperial council).
Lembaga ini merupakan pusat organisasi dan berasal dari konsep
pemerintahan Turki Saljuk di Anatolia. divan-i humayun dipimpin
langsung oleh Sultan dan lebih banyak berperan membuat keputusan
24
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 113.
25
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 135.
26
Amin, Sejarah Dakwah, hlm 144.
27
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 135
11
28
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 111.
29
Ibid.
30
Ibid, hlm.112
12
31
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Hlm. 135.
32
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 112
33
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 136.
13
4. Bidang Kebudayaan
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan berbagai
macam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia. Banyak diambil ajaran-
ajaran tentang etika dan tatakrama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak menyerap dari Bizantium.
Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial,
kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf diterima dari bangsa Arab. Orang-
orang Turki Usmani terkenal dengan bangsa yang mudah berasimilasi
dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal
ini dirasakan karena orang-orang Turki Usmani merasa masih miskin
dengan kebudayaan.34
Pada abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-
1636 M). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-
karya sastra kaside yang mendapat tempat di hati para Sultan.35
Diantara penulis yang membawa pengaruh Persia ke dalam istana
Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1712 M), ia muncul sebagai juru tulis
bagi Musahif Mustafa, salah seorang Menteri Persia dan ilmu-ilmu
agama. Yusuf Nabi menunjukkan pengetahuannya yang luar biasa dalam
puisinya. Menyentuh hampir semua persoalan agama, filsafat, roman,
cinta, anggur dan mistisme. Ia juga membahas biografi, sejarah, bentuk
prosa, geografi, dan rekaman perjalanan.
Salah seorang penyair diwan yang terkenal adalah Muhammad
Esat Effendi yang dikenal dengan “Galip Dede” atau Syah Galip (1757-
1799 M).36
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya
banyak dibangun Masjid, Sekolah, Rumah Sakit, Gedung, Makam,
Jembatan, Saluran Air, Vila dan Pemandian Umum. Disebutkan bahwa
235 buah dari bangunan itu di bangun di bawah koordinator Sinan,
seorang Arsitek asal Anatolia.37
34
Ibid, hlm. 135-136.
35
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 200.
36
Ibid.
37
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 136.
14
5. Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, Agama merupakan sebuah faktor
penting dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat.
Masyarakat digolongkan berdasarkan agama dan Dinasti Usmani sendiri
sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa Ulama menjadi hukum yang
berlaku. Ulama memiliki peran penting dalam pemerintahan dan
masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang
memberi fatwa resmi dalam problematika keagamaan yang dihadapi
masyarkat. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hukum pemerintahan tidak
dapat berjalan.38
Pada masa Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan.
Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat bekstasy dan tarekat
maulawi. Kedua tarekat inilah yang paling banyak dianut masyarakat
sipil dan militer. Tarekat bekstasy memiliki pengaruh yang amat
dominan di kalangan tentara jenissari, sehingga disebut tentara bekstasy.
Sementara tarekat maulawi mendapat dukungan dari penguasa dalam
mengimbangi jenissari bekstasy.39
Kajian-kajian ilmu keagamaan seperti Fiqh, Ilmu Kalam, Tafsir,
dan Hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Para penguasa lebh cenderung menegakkan satu paham Madzhab
keagamaan dan menekan madzhab lainnya. Sultan Abd al-Hamid II
begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran-aliran tersebut dari kritikan aliran lain. Ia
memerintahkan kepada Syaikh Husein al-Jisri menulis kitab al-Hushun
al-Hamidiyah (benteng pertahanan Abdul Hamid) untuk melestarikan
aliran yang dianutnya itu. Akibat kelesuann di bidang keagamaan dan
fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya
suka menulis buku dalam bentu syarah (penjelasan) dan hasyiyah
(semacam catatan terhadap karya-karya masa klasik).40
38
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 146.
39
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 137.
40
Ibid.
15
45
Ibid.
46
Iqbal, Fiqh Siyasah, hlm. 110.
47
Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. hlm. 275.
18
48
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 167.
49
Ibid.
50
Amin, Sejarah Dakwah, hlm. 152.
51
Ibid.
19
52
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 166.
53
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 209.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendiri kesultanan Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka
waktu kira-kira tiga abad, bangsa Turki pindah ke Turkistan kemudian
Persia dan Irak. Dan masuk Islam sekitar abad ke-IX atau ke-X Masehi,
ketika menetap di Asia Tengah.
2. Konstantinopel adalah ibu kota Romawi Timur dan merupakan pusat
agama Katolik. Konstantinopel akhirnya bisa ditakklukan pasukan Turki
Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II.
3. Selama kurang lebih tujuh abad lamanya kesultanan Usmani berdiri,
kesultanan Usmani diperintah oleh 36 Sultan. Dan banyak membawa
pengaruh di dalam kekhalifahan.
4. Perkembangan kesultanan Usmani di tandai dengan munculnya berbagai
macam peningkatan di dalam bidang-bidang tertentu. Di antaranya:
Bidang Militer, Bidang Pemerintahan, Bidang Ilmu Pengetahuan, Bidang
Budaya, dan Bidang Keagamaan
5. Setelah mengalami perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya
kesultanan Usmani mencapai titik kehancuran. Kehancuran ini
diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu: wilayah kekuasaan yang sangat
luas, heterogenitas penduduk, kelemahan para penguasa, budaya korupsi,
pemberontakan tentara jenissari, merosotnya ekonomi, terjadi staganasi
dalam perkembangan ilmu dan teknologi.
B. Saran
seperti yang telah di paparkan di atas, kesultanan Usmani mengalami
perjalanan panjang yang begitu melelahkan, namun hal ini banyak
memberikan pengaruh yang besar dalam perluasaan kekuasaan islam.
“Bangsa yang baik adalah bangsa yang dapat mengenang sejarahnya”.
21
DAFTAR RUJUKAN
Yatim, Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Pt.
RajaGrafindo Persada, 2008.