Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Peradaban Islam Masa Turki Utsmani”


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Sejarah
Peradaban Islam”

Dosen pengajar : Syarif Hidayatullah Z, M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Lisa (2022000000)
Muhammad Riswan Alfendi (2022140287)
Norbaiti (2022140291)
Rizki Anisa Ningsih (2022000000)

PRODI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK
2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa diucapkan yang mana berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini membahas tentang “Peradaban Islam Masa Turki
Utsmani”. Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi menyempurnakan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, saya mohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata,
semoga makalah Sejarah Peradaban Islam ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kandangan, 3 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 1
C. Tujuan……………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya kerajaan Turki Utsmani
B. Periode Kepemimpinan
C. Kejayaan peradaban Turki Utsmani
D. Kejayaan Para Tokoh Turki Utsmani pada masa kejayaan
E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 11
B. Saran…………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Turki Usmani merupakan kerajaan Islam terbesar yang
berkuasa pada abad ke-13 sampai dengan awal abad ke-20. Kekhalifahan
yang biasa disebut juga dengan Ottoman ini didirikan oleh Osman I atau
Usman I pada 1299 dan beribu kota di Anatolia. Dinasti Turki Usmani ini
menggunakan sistem monarki absolut yang mana seorang raja berkuasa
penuh dalam menjalankan pemerintahan. ini sama seperti dinasti-dinasti
Islam sebelumnya yakni Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.Dinasti Turki
Usmani ini mencapai puncak kejayaannya di masa kepemimpinan Sultan
Muhammad Al Fatih atau yang dikenal dengan Mehmed II. Di masa
kepemimpinan Sultan Mehmed II, Dinasti Turki Usmani berhasil menaklukan
Bizantium yang berada di Konstantinopel.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Turki Utsmani?
2. Siapa saja pemimpin kerajaan Utsmani?
3. Faktor apa yang menyebabkan mundurnya kerajaan Utsman?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Turki Utsmani.
2. Mengetahui pemimpin kerajaan Utsmani.
3. Dapat mengetahui faktor yang menyebabkan mundurnya kerajaan Utsman.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani
Sebelah Utara Khurasan terdapat sebuah suku besar yang telah
memeluk agama Islam, bernama Turkistan. Mereka tinggal di sana dengan
mendirikan lebih kurang 70.000 tenda, dengan jumlah penduduk setengah
juta jiwa dan adapun suku Kayi merupakan suku kecil bagian dari
perkumpulan besar tersebut. Karena ingin menyelamatkan diri dan anggota
keluarga dari serangan Mongol, di antara suku-suku tersebut ada yang pergi
ke Anatolia, ke sebelah Barat Iran, dan Utara Iraq.
Ketika Bangsa Mongol menyerang wilayah Islam pada tahun 617 H /
1220 M, pemimpin Suku Kayi yang bernama Sulayman Sah mengajak
anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol dengan hijrah
ke arah Anatolia, sebelum sampai ketujuannya, mereka terlebih dahulu
tinggal di wilayah Akhlat. Akhlat adalah suatu kota di sebelah timur Turki
sekarang dan sekarang menjadi Armenia. Setelah ancaman bangsa Mongol
mereda, pemimpin suku Kayi Sulayman Sah meninggal dunia pada tahun
628 H / 1230 M. Hal itu disebabkan karena Sulayman Sah ingin melanjutkan
perjalan ke Anatolia, namun ia hanyut dalam usaha menyebrangi sebuah
sungai yang tiba-tiba pasang karena banjir besar.
Akibat meninggalnya pemimpin suku Kayi, mereka terbagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama ingin pulang ke negeri asalnya, sedangkan
kelompok kedua ingin melanjutkan perjalanannya ke Anatolia yang dipimpin
oleh Ertugul, putra Sulayman. Kemudian, ketika Ertugul sampai ke Anatolia
bersama anggota sukunya, ia dan kelompoknya bergabung dan berbai’at
kepada Sultan ‘Ala al-Din II dari saljuk Rum yang pemerintahannya berpusat
di Konya, Anatolia, Asia Kecil. Pada waktu itu bangsa Saljuk sedang
berperang dengan bangsa Romawi. Karena kelompok Ertugul sudah
bergabung dibawah kekuasaan Saljuk, maka mereka juga ikut serta dalam
perang tersebut. Dengan adanya tambahan pasukan tersebut, membuat
pasukan Saljuk menang atas bangsa Romawi. Kemenangan tersebut membuat

2
Sultan gembira. Setiap berperang dan mendapat kemenangan, Sultan Saljuk
selalu memberi hadiah berupa tanah wilayah, harta dengan jumlah yang besar
dan gelar muqoddimat al-Sulṭan kepada pasukannya karena selalu berada
dibarisan paling depan saat berperang.
Kepercayaan Sultan kepada kelompok Suku Kayi terus berlangsung
sampai kepada anaknya Ergutul yaitu Utsman I. Ketika Ergutul meninggal
pada tahun 699 H / 1299 M. Sultan Ala Al-Din memilih Utsman yang berusia
23 tahun untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku
bangsa Turki. Kecintaan dan kepercayaan Sultan nampak jelas dengan
banyak memberi hak keistimewaan kepada Utsman dan mengangkatnya
menjadi gubernur dengan gelar Bey di belakang namanya. Utsman juga
dibolehkan mencetak uang sendiri dan dibolehkan juga dido’akan khusus oleh
khatib dalam khutbah Jumat.
Pada tahun 656 H / 1258 M, Bangsa Tatar masih menyerang
Kesultanan Abbasiyah dan saat itu Khalifah al-Mustasim terbunuh di
Baghdad. Akibatnya Kesultanan Abbasiyah yang berdiri dan melayani lebih
dari lima abad sebagai pilar peradaban Islam hancur. Saat Kesultanan
Abbasiyah tumbang, pada abad itu Islam tidak memiliki persatuan dan daulah
yang besar untuk melindungi wilayah-wilayahnyawilayah-wilayahnya
sehingga bangsa Tatar selalu merongrong wilayah kerajaan Islam dan wilayah
Asia Kecil, hingga hingga sampai pada wilayah Kesultanan Saljuk, yang
mana dalam serangan tersebut mengakibatkan kematian ‘Ala al-Din sebagai
sultan terakhir dari Saljuk, karena keadaan tersebut Utsman memerdekan diri
dan bertahan atas serangan bangsa Mongol.
Bekas wilayah Saljuk dijadikan basis kekuasaannya dan para penguasa
saljuk yang selamat dari pembantain Mongol mengakat Utsman sebagai
pemimpin. Kemudian mengusahakan perluasan kerajaannya ke wilayah
Azmid dan Aznik. Karena tidak cukup kuat untuk perluasan tersebut.
Akhirnya kembali ke kota untuk mengatur strategi. Kemudian namanya
dinisbatkan sebagai nama suatu Kesultanan yang besar dan menjadi poros
kekuatan Islam pada masa itu.

3
B. Periode Kepemimpinan
Raja- raja pada kerajaan Turki Utsmani merupakan kekuasaan yang
didapatkan secara turun-temurun. Dengan adanya hal yang demikian tidak
serta-merta yang menjadi pewaris kerajaan adalah anak pertama, tidak ada
aturan yang mengatur hal yang demikian. Melainkan dalam perkembangnya,
anak kedua bisa saja jadi pewaris kepemimpinan pada kerjaan bahkan
pergantian sultan juga diserahkan kepada saudara Sultan bukan dari anaknya.
Berikut daftar para sultan pada kerajaan Utsmani yang dibagi lima periode.
1. Periode pertama
a. Usman I (1290 – 1326 M) pendiri kerajaan Usmani
b. Orkhan (726 H/1326M¬ – 761 H/1359M)
c. Murad I (761 H/1359 M -789 H/1389 M)4)
d. Bayazid I (1389 – 1403 M)
2. Periode kedua
a. Muhammad I (1403 -1421 M)
b. Murad II (1421 – 1451 M)
c. Muhammad al-Fatih/ putra Murad II (1451 – 1484 M)
d. Bayzid II (1481-1512M)
e. Salim I (1512 – 1520 M)
f. Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M) puncak kejayaannya
3. Periode ketiga
a. Salim I (1566-1574)
b. Murad III (1574-1595)
c. Mehmed III (1595-1603)
d. Ahmed I (1603-1617)
e. Mustafa I (1617-1618
f. Osman II (1618-1622)
g. Mustafa I (1622-1623)
h. Murad IV (1623-1640)
i. Ibrahim I (1640-1648)
j. Mehmed IV (1648-1687)

4
k. Suleiman II (1687-1691)
l. Ahmed II (1691-1695)
m. Mustafa II (1695-1703)
4. Periode keempat
a. Ahmed III (1703-1730)
b. Mahmud I (1730-1754)
c. Osman III (1754-1757)
d. Mustafa III (1757-1774)
e. Abdul Hamid I (1774-1789)
f. Selim III (1789-1807)
g. Mustafa IV (1807-1808)
h. Mahmud II (1808-1839)
5. Periode kelima
a. Abdul Mejid I (1839-1861)
b. Abdul Aziz I (1861-1876)
c. Murad V (1876-1876)
d. Abdul Hamid II (1876-1909)
e. Mehmed V (1909-1918)
f. Mehmed VI (1918-1922)
g. Abdul Majid II (1922-1924)
C. Kejayaan peradaban Turki Utsmani
Pada awalnya kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah yang
sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama
Turki Utsmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu
yang lama. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani
yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-
kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai
berikut:
1. Bidang kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Utsmani adalah orang-orang yang
kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.

5
Hal itu disebabkan karena mereka memiliki keberanian, ketrampilan,
ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja
dan dimana saja.
Orkhan pemimpin Turki Utsmani yang pertama kali mengorganisasi
kekuatan militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur.
Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa dan berhasil
mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara
Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua,
tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta
rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau
Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun,
kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan
disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki
Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.
Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak
kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas
baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan tersebut adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat
militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Yang mana tabiat ini
merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia
Tengah.
2. Bidang Pemerintah
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan
tentaranya juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan
yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki
Usmani senantiasa bertindak tegas. Untuk mengatur urusan pemerintahan
negara Sultan Sulaiman I menyusun sebuah kitab undang-undang (Qanun)
yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi
kerajaan Turki Usmani.

6
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Turki Utsmani tidaklah begitu
menonjol. Karena Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer,
ini menyebabkan para peneliti tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari
Turki Usmani. Namun mereka banyak berkiprah dalam pengembangan
seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah.
Seperti masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-
Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari.
Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Ada salah
satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid yang
asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan
penutup gambar Kristiani yang ada sebelumnya. Selain itu, pada masa
sultan Sulaiman I di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di
bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran
air, villa, dan pemandian umum.
4. Bidang Ilmu Budaya
Orang-orang Turki Usmani terkenal sebagai bangsa yang suka dan
mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar. Sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-
macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium,
dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran
tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari Bizantium,
organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan dari
Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf.
5. Bidang keagamaan
Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim
diwajibkan harus sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika
ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan.

7
Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling
terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 beliau
adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang
penguasa yang shaleh, dan juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam
bahasa Turki. Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh,
ilmu kalam, Tafsir, dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami
perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan menekan Madzab
lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran
Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang
berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.
D. Kejayaan Para Tokoh Turki Utsmani pada masa kejayaan
1. Muhammad al-Fatih (885 H./1451 M.-886 H./1481 M.)
Beliau mewarisi kerajaan dalam keadaan stabil setelah dibenahi oleh
pendahulunya yaitu Muhammad I dan Murad II. Keberhasilan utamanya
adalah menaklukkan Konstantinopel pada tahun 857 H./1453 M.
Konstantinopel sendiri telah coba ditaklukkan pada masa Umawiyah,
Abbasiyah dan juga oleh kakek dan ayahnya sendiri, namun masih gagal.
Pada 6 April 1453 M, pasukan Turki Utsmani sebanyak kira-kira
250.000 mengepung Konstantinopel, Selama 53 hari kota itu digempur
dengan meriam-meriam, sehingga hancurlah benteng-benteng pertahanan
Konstantinopel. Akhirnya pada 28/29 Mei 1453 M, Konstantinopel
menyerah. Sedangkan Kaisar Constantinus IX tewas terbunuh. Sejak saat
itu, Sultan mengubah namanya menjadi Istanbul dan menjadikannya
sebagai ibukota Kerajaan Turki Utsmani. Setelah itu, penaklukkan
berlanjut ke Athena, Mora, Trabzun, Bosnia, pulau Aga Karman, pulau
Venezia, Kroasia, Sekudra, dan Toronta.
2. Bayazid II (886-918 H./1481-1512 M.
Sultan Bayazid II berbeda dengan ayahnya, Sultan Muhammad al-
Fatih. Beliau seorang yang lemah lembut, lebih suka berdamai dengan

8
musuh, dan zuhud, sehingga lemah dalam mengatur pemerintahan.
Akibatnya, beliau tidak terlalu disegani dan ditaati rakyat.
Pada masanya timbul beberapa kekacauan seperti persaingan antara
anak-anaknya mengenai putra mahkota. Juga terjadinya peristiwa
pengusiran kaum Muslim dari Granada, yang mana saat itu mereka
meminta bantuan kepada Turki Utsmani, namun tidak dapat dikabulkan
karena kekacauan yang terjadi. Peristiwa lainnya adalah bangsa Portugis
yang menaklukkan kerajaan Islam Malaka, namun kerajaan Turki tidak
dapat berbuat apapun. Meskipun begitu, pada masanya perluasan wilayah
meluas ke Transilvania, Moldova, Cypus, dan Naxos.
3. Salim I Yavus (918-926 H/1512-1520 M)
Salim I adalah putera Bayazid II. Beliau mendapat tahta kerajaan
setelah Sultan Bayazid II mengundurkan diri sebagai Sultan. Pada awal
pemerintahannya, beliau menumpas perlawanan saudara-saudaranya dan
anak-anak saudaranya.
Untuk fokus menyerang Safawiyah, Salim I mengadakan perjanjian
damai dengan Maghyar (Hongaria), Venezia, Moskow, dan Mamluk.
Bentrokan dengan kerajaan Safawiyah terjadi di Kaldera tahun 1514.
Dalam bentorkan itu, Safawiyah menyerah pada pasukan Janissari Turki
dan pasukan Turki berhasil menduduki Tibriz, Mesopotamia, dan sebagian
wilayah Armenia. Mamluk yang melakukan perjanjian damai dengan
Turki Utsmani, ternyata bersekutu dengan Safawiyah, maka pada 24
Agustus 1516 di Marja Dabiq terjadi pertempuran antara Mamluk yang
dipimpin Sultan Qanshawah al-Ghawri dengan Turki Utsmani yang
dimenangkan Turki Utsmani, sehingga Suriah dapat dikuasai. Dari sini,
serangan berlanjut ke Mesir, di mana Thuman Bey, Sultan Mamluk
terakhir berkuasa. Kedua pasukan bertempur pada 22 Januari 1517 di luar
kota Kairo dan lagi-lagi Mamluk dapat ditaklukkan. Setelah berakhirnya
pemerintahan Mamluk, Khalifah al-Mutawakkil memindahkan
kedudukannya secara formal kepada Sultan Salim I dengan memberikan
Bendera Nabi, Jubah Nabi dan Pedang Umar bin Khattab. Selain itu, sebab

9
kehancuran Mamluk, maka otomatis Mekkah dan Madinah yang di bawah
Mamluk takluk pada Turki Utsmani. Daerah-daerah lain yang dikuasai
pada masa Salim I adalah Kurdistan, Aljazair.
4. Sulaiman al-Qanuni (926-974 H/1520-1566 M)
Sulaiman diberi gelar al-Qanuni karena dia menetapkan undang-
undang yang harus diikuti dan orang-orang Eropa memanggilnya “the
magnificent” atau “the great” karena luasnya kekuasaan pada masa
pemerintahannya. Pada masanya terjadi pertentangan dengan Maghyar
(Hongaria) untuk memperebutkan Bosnia yang dimenangkan lewat
pertempuran dan Beograd dapat diduduki. Disusul setelah itu dengan
pulau Rhodes, Krimia, dan Falakh yang ditaklukkan kemudian. Bangsa
Portugis yang berkedudukan di selat Persia, ujung Laut Merah, pantai
Yaman dan Aden berhasil dikalahkan oleh Sulaiman Pasya atas perintah
dari Sultan. Tunisia pun awalnya dapat dikuasai oleh Khairuddin Pasya,
namun segera direbut oleh Kaisar Charles V (Charlemagne). Selain itu,
Khairuddin Pasya pun berjasa dalam penaklukkan Afrika Utara.
Pada ke 16 terjadi persaingan antara Prancis yang dipimpin Farncois
I dengan Austria Hapsburg yang dipimpin Charles V. 1525 M, Prancis
bersekutu dengan Turki Utsmani untuk melawan Maghyar yang bersekutu
dengan Austria Hapsburg. Akhirnya Maghyar dikalahkan di Lembah
Mohawks, dan rajanya tewas yang kemudian digantikan oleh Joan Zaboli
yang diangkat Sultan, namun Ferdinand, raja Oostenrijk, mengklaim
dialah yang berhak atas tahta tersebut. Pertikaian keduanya berlangsung
lama dan akhirnya pada 1541, daerah tersebut oleh Sultan dibagi menjadi
dua serta tunduk pada Turki Utsmani. Meskipun begitu, antara Turki
Utsmani dengan Oostenrijk baru pada 1547 diadakan perdamaian antara
keduanya. Wilayah kekuasaan Turki Utsmani pada masa Sultan Sulaiman
al-Qanuni meliputi tiga benua, yaitu Asia, Eropa dan Afrika.
Selain Berjaya dalam bidang ekspansi, pemerintahan dan militer,
Turki Utsmani mengalami kemajuan di periode ini dalam bidang ekonomi
dengan banyaknya wilayah pusat perdagangan yang dikuasai, bidang

10
kesenian dengan berkembangnya syair-syair, bidang arsitektur dengan
banyaknya masjid-masjid dan bangunan lainnya, dan sebagainya.
Beberapa faktor kesuksesan periode kejayaan Utsmani, khususnya
dalam perluasan wilayah adalah :
1. Bangsa Turki adalah bangsa yang penuh mobilitas, bersemangat tinggi,
berpandangan jauh dan berjiwa patiot, dan suka berperang (berani,
perkasa dan tabah).
2. Bangsa Turki memiliki kesanggupan besar dalam hal militer, baik
darat maupun laut yang terkombinasi dengan keinginan memperoleh
ghanimah.
3. Kerajaan Turki Utsmani terletak di wilayah yang secara geografis
sangat strategis.
4. Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
5. Letak Istanbul sebagai ibukota kerajaan sangat menunjang kesuksesan
perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.
6. Kekacauan yang menimpa kerajaan-kerajaan di sekitar Turki Utsmani,
sehingga mudah untuk mengalahkannya.
E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Sistem birokrasi kerajaan Turki yang bergantung pada kemampuan
seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahaan menjaddikan hal ini
rentan dalam kemunduran bahkan kejatuhan kerajaan. Kerajaan Turki
Utsmani mengalami kemunduran pada masa setalah Sultan Suleiman Al
Qanuni tepatnya pada masa Sultan Salim II.Hal tersebut terihat atas
melemahnya semnagat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan
kekalahan pada pertempuran. Pada tahun 1774 M, pimpinan kerajaan
Utsmani yakni Sultan Abdul Hamid dipaksa untuk menandatangani perjanjian
dengan Rusia yang berisi tentang kemerdekaan Crimenia dan penyerahan
pada benteng-benteng di Laut Hitam dan memberikan Rusia izin untuk
melintasi Laut Hitam dan Laut Putih.Setalah terjadinya penurunan kualsitas
kekuasaan kerajaan Turki Utsmani beberapa wilayah kekuasaan melakukan
pemberontakan untuk melepaskan diri. Gerakan-gerakan pemberontakan

11
berlanjut, dan muncul pula Gerakan moderenisasi pemerintahan dari kerajaan
menjadi Republik. Hingga pada masanya tahun 1924 diangkatlah Mustafa
Kemal Attaturk sebagai Presiden pertama Republik Turki. Dan pada masa
selanjutnya Turkitidak memiliki pengaruh yang dominan pada hubungan
Internasional.Selanjutnya dapat kita lihat 3 Faktor yang menjadi penyebab
kehancuran kerajaan Turki Utsmani:
1. Kelemahan Para Sultan dan Sistem Birokrasi
Sistem birokrasi pemerintahan pada kerajaan Turky Utsmani
bergantung kepada kemampuan seorang Sultan, hal ini menjadi faktor
yang cukup rentan dalam kejatuhan kerajaan. Pergantian penguasa yang
memiliki pribadi dan kepemimpinan yang lemah menjadikan pemerinthan
jadi sulit untuk dikontrol.
2. Kemerosotan Kondisi Sosial Ekonomi
Perubahan yang terjadi pada kondisi ekonomi yang memburuk,
kerajaan pada akhirnya mengalami kesulitan dalam menghadapi
permasalahan pada pertumbuhan perdagangan pada ekonomi internasional.
Eropa yang pada saat itu membentuk system ekonomi yang mementingkan
kepentingan sendiri membuat situasi ini terjadi.
3. Munculnya Kekuatan Eropa
Kondisi politik di daratan eropa merupakan faktor yang
mempercepat proses runtuhnya kerajaan Turki Utsmani. Ketika kerajaan
Turki disibukkan dengan perbaikan kondisi negara dan kondisi ekonomi
masyarakat, justru bangsa eropa pada abad ke16 menggalang kekuatan
militer, ekonomi, dan teknologi serta mengambil celah untuk
memanfaatkan kelemahan Turki Utsmani.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai