Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POLA DAKWAH DAULAH UTSMANIYAH

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Sejarah Dakwah

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Siti Sumijaty, M.Si.

Disusun Oleh :

M Ridho Riady Sulfa

( 1214010098 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS


DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang membahas tentang “Pola Dakwah Bani Utsmaniyah” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat secara ringkas dan berisi, sehingga saya berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan pendalaman mengenai pola dakwah bani utsmaniyah.

Bagi saya sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah yang jauh dari
kesempurnaan ini ada manfaatnya.

Bandung, 7 November 2022

M Ridho Riady Sulfa


DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar belakang masalah.............................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Sejarah Turki Utsmani................................................................................................................6
B. Priode Dinasti Turki Utsmani.....................................................................................................7
C. Perkembangan Dakwah Pada Masa Dinasti Turki....................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
Kesimpulan......................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah

Keruntuhan dahsyat yang diderita dunia Islam, baik di timur (Baghdad) maupun di
barat (Andalusia) tidaklah mengurangi semangat juang kaum Muslim untuk bangkit kembali.
Semua peristiwa jatuhnya dunia Islam tersebut dikarenakan serbuan Salibiyah dari barat oleh
kaum Kristen Europa dan dari timur oleh bangsa Tartar-Mongol. Dan kemudian pengusiran
total kaum Muslimin dari seluruh wilayah Europa Barat ialah Spanyol (Andalus).
Pemerintah Abbasiyah yang memegang kuasa atas dunia Islam selama kurang lebih
lima abad lamanya, mengahadapi kehancurannya di bawah injakan kaki tentara Tartar yang
berkuasa dengan sangat kejam.
Kota Baghdad menjadi timbunan mayat kaum Muslimin, mulai dari pahlawan sampai
rakyat biasa. Sedangkan masjid-masjidnya yang indah dan gedung-gedungnya yang megah
hangus habis menjadi abu, karena pembakaran umum.
Justru di masa-masa yang sangat menyedihkan itu, suatu kabilah Turki yang gagah
berani di bawah pimpinan Sultan Sulaiman Syah telah menunjukkan kebolehannya menahan
banjir besarnya tentara Tartar yang sedang menyerbu daerah-daerah Islam.
Barulah sekitar seperempat abad (25 tahun) sesudah jatuhnya kota Baghdad, pada
tahun 680 H, muncullah seorang yang gagah berani Sultan Utsman yang mampu
menundukkan segala musuh dan segala rintangan yang dihadapi pengikutnya. Hingga
akhirnya berdirilah suatu kerajaan baru yang kemuadian dikenal kerajaan Utsmani-Turki.
Dimana berdirinya di atas kerajaan Saljuk peninggalan Sultan Alauddin.
Dari sudut pandang inilah, pemakalah akan mengupas sebagian perjalanan khalifah
daulah Usmaniyah ini dari sisi dakwah yang dijalani selama berkuasa, sekiranya tidak
mengurangi data-data dari buku yang pemakalah kupas.
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah turki utsmani?


2. Bagaimana priode turki ustmani?
3. Bagaimana perkembangan dakwah pada masa dinasti utsmani?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah turki utsmani


2. Mengetahui priode perkembangan turki utsmani
3. Mengetahui dan memahami perkembangan dakwah pada masa dinasti utsmani
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Turki Utsmani

Dinasti ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah pimpinan
Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
menghindari bangsa Mongol, dan akhirnya mengembara di Asia Kecil. Akan tetapi di
tengah perjalanan, tepatnya di daerah perbatasan Halb, Sulaiman Syah meninggal dunia,
sehingga rombongan pengembara tersebut menjadi bimbang, apakah terus melanjutkan
pengembaraanya atau pulang kembali ketempat asal mereka. Rombongan tersebut
akhirnya pecah menjadi dua kelompok, kelompok yang kembali pulang dan kelompok
yang terus melanjutkan perjalanan. Kelompok kedua ini memilih Arthogrol, sebagai
pemimpin mereka. Sesampainya di Asia Kecil rombongan Arthogrol mengabdikan diri
kepada Sultan Alauddin II yang mana saat itu kebetulan sedang berperang dengan
Byzantium, maka Arthogrol bersama rombongannya segera membantu pasukan tentara
Alauddin. Berkat bantuan Arthogrol dan rombongannya,akhirnya pihak Alauddin berhasil
mengalahkan pihak tentara musuh. Atas jasa baik Arthogrol dan rombongannya itu Sultan
Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Byzantium dan dibiarkan memperluas wilayahnya merambah ke wilayah musuh. Sejak
saat itu mereka terus membina wilayah dan daerah barunya dan mereka memilih kota
Syukud sebagai ibu kotanya.
Pada tahun 1258 M, Arthogrol di karuniai seorang putra yang diberi
nama  Utsman. Anak tersebut mendapat didikan dan latihan militer secara langsung dari
Arthogrol, sehingga dia menjadi seorang tulang punggung yang terpercaya dalam
menghadapi berbagai peperangan dan dalam membina administrasi pemerintahan. Ketika
perang salib meletus Byzantium ikut terlibat, dengan begitu maka pemerintahan Utsmani
mendapat kesempatan baik untuk membina stabilitas wilayah dan pemerintahannya.
Dibawah pimpinan Utsman, Utsman mendirikan Dinasti baru pada tahun 1300M.Usman
inilah pendiri Dinasti Usmaniyah Turki yang didirikan diatas puing-puing kesultanan
Saljuk. Dengan timbulnya Dinasti Usmaniyah dapatlah islam kembali menunjukkan
kegagah perkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang
lama sampai kepermulaan abad XX ini.

B. Priode Dinasti Turki Utsmani

Arthogrol ayah Utsman meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan


dilanjutkan oleh putranya, Utsman. Dan Utsman inilah yang di anggap sebagai pendiri
kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun1290 M-1326 M.
Sebagaimana  ayahnya, ia banyak bekerja kepada Sultan Alauddin II dengan
keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota
Broessa. Pada tahun 1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan saljuk dan Sultan
Alaudin II terbunuh. Kerajaan saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa
kerajaan kecil.Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri dan
memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama “Kesultanan Utsmani” yang
terambil dari namanya sendiri Utsman. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering
disebut juga Utsman I.
Pada periode ini perluasan wilayahpun terus dilakukan, hingga akhirnya perluasan
wilayah merambah ke Eropa.Pada tahun 1362 M, Dinasti Utsmaniyah dapat menaklukan
kota Adiranopel. Kemudian sejak tahun 1366 M, kota tersebut dijadikan ibu kota
pemerintahan Utsmani samapi kota Konstantinopel dapat mereka taklukan. Kemajuan dan
perkembangan kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu
diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang
terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.


Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama, adalah orang-
orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan
luas.Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Utsmani mencapai masa keemasanya itu,
bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinya. Masih banyak factor
lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah
keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup
bertempur kapan dan dimana saja.
2. Bidang Ilmu pengetahuan dan Budaya.
Kebudayaan turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam
kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari
kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak
mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa
Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan
mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan
luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan
kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomaden yang hidup
di dataran Asia Tengah.

3. Bidang Keagamaan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik.Masyarakat di golong-golongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hokum
yang berlaku.Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar
dalam kerajaan dan masyarakat.Mufti, sebagai pejabat urusan agama tinggi,
berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi
masyarakt. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan bias tidak berjalan.
Pada masa turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer.Tarekat bektasyi mempunyai pengaruh
yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut
tentara Bektasyi, sementara taerekatMaulawi mendapat dukungan dari para pengusaha
dalam mengimbangiJenissari Bektasyi.
Hingga pada akhirnya separuh wilayah Dinasti Utsmaniyah adalah
Eropa. Maka tidak heran kalau Utsmaniyah kemudian terpengaruh oleh kondisi Eropa.
Dan terjadi keseimbangan antara kekuatan Utsmaniyah dengan kekuatan Barat.
Kemudian pada tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan keruntuhan Turki
Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya.
Adapun factor-faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Utsmaniya ialah:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan Turki Utsmani tidak beres, padahal wilayah
kekuasaan dinasti ini sangat luas. Di pihak lain, para penguasa terus berambisi
memperluas wilayah, sehingga sering terjadi peperangan
2. Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas dan penduduknya yang
beragam, baik dari segi agama, ras maupun adat-istiadat. Untuk mengaturnya,
diperlukan satu lembaga khusus.
3. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Ustmani diperintah oleh sultan-
sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinan. Akibatnya,
pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan tersebut tidak pernah teratasi secara
sempurna, bahkan semakin lama semakin parah.
4. Budaya Korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam
pemerintahan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus
“dibayar” dengan sogokan  kepada orang yang berhak memberikan jabatan
tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral semakin merajalela
yang membuat pemerintahans semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenisseri
Kemajuan ekspansi Turki Utsmani dipengaruhi oleh tentara Jenisseri. Dengan
demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak.
Pemberontakan Jenisseri terjadi sebanyak empat kali yaitu  pada tahun 1525,
1632, 1727, dan 1826 M.
6. Merosotnya Perekonomian
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot.
Pendapatan berkurang, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk
biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan
Turki Utsmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
karena hanya mengutamakan pengembangan militer. Perkembangan militer yang
tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh yang lebih maju.
C. Perkembangan Dakwah Pada Masa Dinasti Turki

Pada periode pertengahan, dunia islam ditandai oleh dua masa: masa
kemunduran (1250-1500 M) dan masa kemajuan kedua tiga kerajaan besar: 1500-
1800 M munculnya tiga kerajaan besar di dunia islam pada periode pertengahan, yaitu
: kerajaan usmani diturki, kerajaan safawi di persia, dan kerajaan mughol di india
tidak dapat membangun sistem politik islam yang kuat sebagaimana masa
sebelumnya. Sebab ketiga kerajaan besar itu saling melakukan peperangan, baik
disebabkan oleh faktor politik ataupun faktor agam (perbedaan faham teologis).
 Pada periode pertengahan dunia islam masih dapat melakukan perluasan
wilayah kekuasaanya, terutama tiga kerajaan besar itu, dan hal demikian masih
membawa keberhasilan kepada perkembangan dakwah islam sebab konversi kepada
islam terhadap penduduk wilayah-wilayah yang dikuasai tiga kerajaan besar itu,
mereka memeluk agama islam dan meninggalkan agama semula untuk pindah kepada
agama islam.
Kerajaan Turki Usmani pada masa sultan al-fatih (1451-1481 M)
mengalahkan kerajaan binzaitum dan menduduki wilayah istambul tahun 1453 M
sehingga ekspansi Turki Usmani ke arah barat berjalan lebih lancar.
Pada masa kekuasaannya, Turki Usmani memiliki wilayah kekuasaan yang
luas meliputi: asia kecil, armenia, irak, syuria, hejaz, yaman, mesir, libia, tunis, dan
Al-jazair, seria kekuasaan islam wilayah barat meliputi bulgeria, yunani, yugoslavia,
albania, hongaia, dan rumania. Wilayah-wilayah kekuasaan turki itu sekaligu
merupakan wilayah-wilayah sasarn dakwah islam sehingga risalah islam menyebur
luas kedaerah-daerah kekuasaan Turki Usmani.
Hal demikian, menunjukkan keberhasilan dakwah islam dalam bentuk
konversi massal. Kerajaan usmani juga membangun sarana dakwah islam seperti
membangun beberapa masjid. Dibarat dibangun masjid aya sofia yang semula adalah
gereja dirubah menjadi masjid terkenal, masjid sulaiman di istambul, masjid dalam
bentuk aristik ottoman di turki, masjid Muhammad Ali di kairo, dan masjid-masjid
lainnya.
Ketika turki mengalami kemundurannya pada abad ke-17 M. Muncul
pemberontakan-pemberontakan, seperti di syuria libanon dan daerah-daerah lain
sementara kedudukan sultan harem.kelemahan usmani dimanfaatkan oleh barat, sebab
wilayah kekuasaan usmani, seperti yunani (1829 M), rumania (1856 M) dan daerah-
daerah lain mengikutinya. Pada masa perang dunia I wilayah kekuasaan Turki Usmani
hanya mencakup asia kecil dan sebagaian kecil dalam eropa timur.
Kejatuhan-kejatuhan kerajaan turki merupakan sebuah proses sejarah panjang
dan tidak terjadi secara tiba-tiba. Dalam sejarahnya selama lima abad (akhir abad ke-
13 hingga awal abad ke-19) kerajaan Turki Usmani mengalami pasang surut. Di satu
sisi, sebuah sistem politik yang diwarisi dari pendahulunya, turki saljuq enjadikan
kerajaan adalah milik keluarga kerajaan dan menjadikan sultansebagai sentral kekutan
politik, membuat kerajaan ini begitu rentan terhadap faktor-faktor kejatuhan sebuah
dinasti.
Bahkan pada tahun 1924 Turki Usmani lenyap karena desakan berdirinya
negra republik turki. Dengan demikian akhir kerajaan usmani berati mengakhiri
sistem khalifahan didunia islam yang berkhir tahun 1924 M.
Khilafah daulah Utsmaniyah tercatat memiliki sekitar 30 orang khalifah, yang
berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke 13 Masehi. Selama masa
kekhalifahan daulah Utsmaniyah dipimpin khalifah yang silih berganti.
Struktur dakwah pada masa daulah Utsmaniyah meliputi unsur-unsur dakwah sebagai
berikut:

1. Da’i
Kehidupan Utsman I, pendiri dinasti Utsmani dari tahun 699-726 H, adalah
kehidupan yang dipenuhi dengan jihad dan dakwah di jalan Allah. Beliau bersifat al-
ulama wa al-umara, karena selain sebagai ulama beliau pun sebagai pemimpin pada
daulah ini. setelah beliau wafat generasi selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang
bernama Sultan Orkhan bin Utsman, yang berkuasa dari tahun 726-761 H.
Setelah Sultan Orkhan meninggal, pemerintahan dilanjutkan oleh beberapa
orang khalifah diantaranya:
Sultan Murad I (761-791 H), Sultan Bayazid I (791-805 H), Sultan
Muhammad I (781-824 H), Sultan Murad II (824-855 H), Sultan Muhammad Al-Fatih
(831-886 H), sultan Bayazid II (886-918 H), Sultan Salim I (918-926 H), Sultan
Sulaiman Qanuni (926-974 H), Sultan Salim II (974-982 H), Sultan Murad III (982-
1003 H), Sultan Muhammad III (1003-1012 H), Sultan Ahmad I (1012-1026 H),
Sultan Mustafa I (1026-1027 H), Sultan Utsman II (1027-1031 H), Sultan Murad IV
(1032-1049 H), Sultan Ibrahim bin Ahmad (1049-1058 H), Sultan Muhammad IV
(1058-1099 H), Sultan Sulaiman II (1099-1102 H), Sultan Ahmad II (1102-1106 H),
Sultan Mustafa II (1106-1115 H), Sultan Ahmad III (1115-1143 H), Sultan Mahmud I
(1143-1168 H), Sultan Utsman III (1168-1171 H), Sultan Mustafa III (1171-1187 H),
Sultan Abdul Hamid (1187-1203 H), Sultan Salim III (1203-1222 H), Sultan Mahmud
II (1223-1255 H), Sultan Majid I (1255-1277 H), Sultan Abdul Aziz I (1277-1293 H),
Sultan Murad V (1293-1293 H), Sultan Abdul Hamid II (1293-1328 H).
Beberapa khalifah yang lemah pada masa itu antara lain:
Sultam Mustafa I. Sultan Utsman II, Sultan Murad IV, Sultan Ibrahim bin
Ahmad, Sultan Muhammad IV, Sultan Sulaiman II, Sultan Ahmad II, Sultan Mustafa
II, Sultan Ahmad III, Sultan Mahmud I, Sultan Utsman III, Sultan Mustafa III, Sultan
Abdul  Hamid  I.
Sifat seorang da’I pada masa itu tidak semua memiliki sifat al-ulama dan al-
umara. Namun ada yang bersifat al-ulama saja atau yang bersifat al-umara, bahkan
yang bersifat al-ulama wa al-umara’pun ada. Maka itu sifat yang bercorak adalah al-
ulama, al-umara, dan al-ulama wa al-umara.

2. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa daulah Utsmaniyah umumnya bersifat al-ummah,
karena pada masa daulah ini, masih banyak yang belum menerima Islam sebagai
agamanya. Akan tetapi, dari dinasti sebelumnya sudah banyak pula yang sudah
menerima Islam. Jadi, corak mad’u pada masa daulah Utsmaniyah yaitu mad’u ijabah
dan ummah.
 
3. Materi
Materi yang diterapkan pada masa daulah Utsmaniyah meliputi akidah,
syariah dan muamalah. Di mana pada masa Utsmaniyah materi-materi seperti fiqih,
tata cara membaca Al-Qur’an, berwudhu dan lain-lain, lebih dipermantap lagi
penerapannya. Pada masa ini ketahuidan (meng-Esa-kan) pun di tanamkan pada
umatnya.

4. Metode
Pada masa Utsmaniyah ada beberapa macam metode yang digunakan dalam
berdakwah antara lain:
a. Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau
perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan salah satunya meliputi
kawasan Eropa dan Asia Kecil. Masih banyak negara-negara lain yang
menjadi kekuasaan di bawah daulah Utsmaniyah ini.
b. Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan cara
menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang
sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Para ulama
melakukan dakwahnya di masjid-masjid.
c. Metode Kelembagaan
Pada masa daulah Utsmaniyah banyak dibangun masjid, sekolah,
rumah sakit, jembatan, dan tempat berlindung . Selain itu, pekerjaan
penting yang dilakukan adalah dibentuknya militer Islam yang kuat dan
memasukkan sistem khusus dalam kemiliteran yang berasaskan Islam.
d. Metode Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara
mengutus para da’i. Pada masa ini dilakukan penjagaan di wilayah-
wilayah perbatasan Romawi dan mencegah serangan yang mungkin datang
menyerbu kekuatan Islam sejak masa pemerintahan Abbasiyah.
e. Metode Tanya-Jawab
Metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk
mengetahui sampai sejauh mana pemahaman materi dakwah. Metode ini
biasanya bersamaan dengan metode caramah, jadi ketika mad’u tidak
memahami bisa langsung bertanya. Sehingga adanya hubungan timbale
balik antara da’I dan mad’u.
f. Metode Bimbingan Konseling
Dari dinasti-dinasti sebelumnya telah diajarkan tata cara shalat, cara
membaca Al-Qur’an dan kajian kitab. Pada masa Utsmaniyah ini
pengajaran pun lebih di matangkan atau dipermantap bagi yang sudah
biasa dan yang belum mengetahui.
g. Metode Keteladanan
Khalifah Ustmaniyah ini mempunyai sifat yang pemberani, bijaksana,
ikhlas, sabar, daya tarik keimanan, adil, memenuhi janji,dermawan, ikhlas
karena Allah dalam setiap penaklukan. Karena sifat kepemimpinan ini,
maka banyak orang yang terpengaruh dengan kepribadiannya, sehingga
banyak yang masuk dan memeluk agama Islam.
h. Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam
dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa. Metode ini masih
digunakan karena belum semua kaum memeluk agama Islam.
i. Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran antara
sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar. Sebagai contoh, perwakilan
negeri-negeri Eropa berkumpul di Istanbul. Mereka mengajukan usulan-
usulan pada pemerintahan Utsmani. Beberapa usulan penting itu adalah
membagi negeri Bulgaria menjadi dua wilayah. Namun usulan ini tidak
disetujui oleh Utsman.
j. Metode Karya Tulis
Metode ini masuk dalam kategori dakwah bi al-qalam. Tanpa tulisan
dunia akan lenyap dan punah. Pada masa Utsmani upaya-upaya
manipulatif sejarawan musuh-musuh Islam, khususnya terhadap sejarah
khilafah Utsmaniyah dihadang sekelompok intelektual dan sejarawan
umat. Dimana mereka berusaha membantah semua tuduhan yang
dilakukan oleh sejarawan musuh-musuh Islam itu dan membela
pemerintahan Utsmani. Salah satu buku yang paling menonjol dalam
melakukan bantahan ini adalah buku yang ditulis oleh Dr. Abdul Aziz
Asy-Syanawi yang ditulis dalam tiga jilid besar dengan judul Al-Daulat
Al-Utsmaniyah Daulat Muftara ‘Alaihi dan buku-buku bermutu lainnya
yang ditulis oleh Dr. Muhammad Harb seperti, Al-Utsmaniyyun fi Al-
Tarikh wa Al-Hadharah dan lain-lain.
k. Metode Silahturahmi (Home Visit)
Metode silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan
mengadakan kunjungan kepada suatu mad’u tertentu dalam rangka
menyampaikan isi dakwah kepada mad’u. metode ini dapat dilakukan
melalui silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah dan lain-lain. Jadi
dengan dilakukannya metode inilah yang disebut metode home visit.
l. Metode korespondensi
Metode korespondensi adalah metode melalui surat-surat. Jadi sebelum
da’I di kirim ke daerah itu, terlebih dahulu di kirim surat sebagai
pengantar.

5. Media
Media yang digunakan pada masa daulah Utsmaniyah ini diantaranya adalah:
a. Sekolah-sekolah
Karena pada masa ini khalifah cinta akan ilmu, maka dibangunnya
sekolah-sekolah agar orang-orang dapat berpengetahuan. Pendidikan diberikan
secara gratis, sedangkan materi yang diajarkan adalah meliputi tafsir, hadist
sastra, balaghah, ilmu-ilmu kebahasaan, arsitektur dan lain-lain. Maka dari
sinilah ilmu-ilmu semakin berkembang dan kita sebagai umat penerusnya bisa
merasakan ilmu-ilmu yang telah diajarkannya.
b. Masjid
Masjid pada masa ini juga merupakan tempat ahasakan, yang mana
ahasakan yang diajarkan Al-Qur’an, hadist, tafsir dan lain-lain. Masjid juga
tempat dilakukannya untuk berdakwah dengan metode ceramah.
c. Rumah Sakit
Di setiap klinik ini di tempatkan dokter dengan tambahan dokter-
dokter spesialis di bidangnya seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah dan ahli
farmasi. Pada masa inilah semua telah di kembangkan dengan telah banyaknya
pengetahuan yang ada dan semakin berkembang.
d. Media Cetak
Pada masa ini banyak buku-buku yang diterjemahkan dari ahasa
Yunani, Persia dan Arab ke dalam ahasa Turki. Salah satu buku yang
diterjemahkan itu adalah Masyahir Al-Rijal (Orang-orang terkenal) karya
Poltark dan masih banyak lainnya. Dengan adanya penerjemahan buku-buku
ini otomatis adanya media cetak untuk mencetak hasil terjemahan ini, dan juga
adanya percetakan uang karena uang pada masa ini juga digunakan untuk
kebutuhan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Utsman adalah pendiri daulah Utsmaniyah, yang berdiri dari tahun 699-726 H.
Jadi daulah ini berdiri selama 27 tahun.
2. Khalifah pada masa daulah Utsmaniyah sekitar 30 orang khalifah. Namun ada 13
khalifah yang lemah dalam kepemimpinannya.
3. Unsur-unsur dakwahnya yaitu:
a. Da’I, yang mana khalifah pada masa ini sekitar 30 orang, namun ada
diantaranya khalifah yang lemah dalam kepemimpinannya. Corak da’I pada
masa ini bersifat al-ulama’, al-umara’, dan al-ulama’ wa al-umara’.
b. Mad’u, pada masa ini mad’u masih bercorak al-ijabah dan al-ummah.
c. Materi ,materi pada daulah Utsmaniyah meliputi akidah, syariah dan
muamalah.
d. Metode, metode yang digunakan yaitu: ekspansi, ceramah, kelembagaan,
missi, tanya jawab, bimbingan konseling, keteladanan, propaganda, diskusi,
karya tulis, silahturahmi dan korespondensi.
e. Media, media yang digunakan yaitu: sekolah, rumah sakit, masjid dan media
cetak.
4. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau
dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai suatu
wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa
Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat
terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol.
Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk.
Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan
Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi
imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.Setelah Sultan
Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan
Turki Usmani dengan Usman I sebagai sultannya.
5. Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa
kejayaan, disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang
kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga
memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar
kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng
Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota
itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan
gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Usmani
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi
bidang kemiliteran, pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki
Usmani mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I
(1520-1566 M) yang terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung.
6. Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani mengalami
kemajuan kemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya:
a. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai militer yang
sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan
pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan
pemerintahan di Turki Usmani. 
b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan,
karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan
tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol
karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran. 
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar
terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam
urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem
keagamaan yang dihadapi masyarakat.
7. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan
Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman
untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani mengalami kekacauan, satu
persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti
pemimpin yang kuat dan cakap.

Anda mungkin juga menyukai