Anda di halaman 1dari 15

TIGA DINASTI BESAR DI ABAD PERTENGAHAN

(THE GOLDEN AGE OF ISLAM)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Maemunah,M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 8
FATUR RAHMAN RAMDHANI
IKRIMA BELLA FARADIS
MUHAMMAD ALFIANSYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufiq
serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tiga Dinasti
Besar di abad Pertengahan (The Golden Age of Islam)” ini dengan baik, sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah
membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni Agama Islam.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam pada semester 2 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 22 Mei 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. DINASTI TURKI USMANI...................................................................................2
B. DINASTI SAFAWI DI PERSIA.............................................................................5
C. DINASTI MUGHAL DI INDIA.............................................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................11


SIMPULAN.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setelah Khilafah Abasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara
Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang
satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Namun kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk, sebagaimana
telah disebut, menghancurkan pusat- pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami
kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar :
Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di
samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan
dibanding dua kerajaan lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Dinasti Turki Usmani berdiri ?


2. Bagaimana Dinasti Safawi di Persia berdiri ?
3. Bagaimana Dinasti Mughal di India berdiri ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah dinasti Turki Usmani berdiri.


2. Untuk mengetahui sejarah dinasti Safawi di Persia berdiri.
3. Untuk mengetahui sejarah dinasti Mughal di India berdiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DINASTI TURKI USMANI

Dinasti Turki berasal dari suku Qayigh Aghuz yang di pimpin oleh Sulaeman
Syah.Upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha menguasai dunia
Islam.Sulaeman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada Jalaludin (Dinasti
KhawarizmiSyah) di Transoxiana. Jalaludin meminta agar Sulaeman dan anggota
sukunya tinggal di Asiakecil. Masih dalam menghindari serangan Mongol. Kemudian
mereka pindah ke Syam.

Dalam jangka waktu kira kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan
kemudianPersia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau
kesepuluh, ketika merekamenetap di Asia Tengah. Dibawah tekanan serangan
serangan Mongol pada abad ke 13 M,mereka melarikan diri kedaerah barat dan
mencari tempat pengungsian ditengah saudarasaudara mereka, orang-orang Turki
Seljuk, didaratan tinggi Asia Kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulansedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat
kemenangan atas jasa baik itu, Allaudin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil
yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.

Sejarawan mencatat bahwa Turki Utsmani berdiri tahun (1281 M) terletak di


daerah Asia kecil. Pendirinya adalah Utsman bin Ethogral. Wilayah kekuasaannya
meliputi: Asia kecil dan daerah Trace (1354 M), kemudian menguasai selat
Dardanlese (1361 M),Casablanca (1389 M) selanjutnya kerajaan Turki menaklukan
kerajaan-kerajaan Romawi(1453 M). Kata Utsman di ambil dari nama kakek mereka
yang pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu Utsman bin Erthogrul bin Sulaeman syah

2
dari suku Qayigh. Pasukan Erthogul memperoleh gelar “Muqaddimah Sultan”,
sedangkan Erthogul sendiri digelari “Sultan OKI” (Kening Sultan).

Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh


putranya Usman pada tahun 1300 M. Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan
Allaudin II mati terbunuh. Sepeninggal Sultan Allaudin II, Saljuk terpecah menjadi
dinasti-dinastikecil, dalam keadaan demikian, Utsman menyatakan kemerdekaannya
dan berkuasa penuhatas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah kerajaan
Utsmani dinyatakan berdiri,dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut
juga dengan Usman I. Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padiansyah Ali
Usman (Raja Besar keluarga Usman), tahun699 H (1300 M), setapak demi setapak
wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia melakukanekspansi ke daerah perbatasan
Bizantium dan menaklukan kota Brosseca tahun 1317 M.Kemudian pada tahun 1326
M kota Brosseca dijadikan ibu kota kerajaan. Dan sejak itulah Turki Usmani menjadi
sebuah dinasti Islam di Turki denganmewarisi wilayah kekuasaan yang pernah
ditaklukkan oleh dinasti Turki Saljuq dan penguasa pertamanya adalah Usman bin
Erthogrul atau dikenal dengan Usman 1. Raja-raja Turki Usmani memiliki gelar
sultan sekaligus khalifah dan mereka mendapatkan kekuasaan secaraturun temurun.
Dari sekian lamanya Turki Usmani berkuasa, yang diperkirakan kurang dari 625
tahun lamanya, ada empat puluh sultan yang bekuasa.

Perluasan islam pada masa kerajaan usman semakin meluas, dari


semenanjung Balkan (Negeri-negeri Eropa Timur), kemudian kerajaan Usmaniyah
melebarkan sayapnyakesebelah timur, sehingga dalam waktu singkat, seluruh Persia
dan irak yang dikuasai kerajaan Safawiyah yang beraliran syi’ah dapat
direbut.Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga, pada tahun 1516 M/ 923 H.
Kerajaan Usman memegang kendali dunia islam,dengan pusat pemerintahannya di
Istanbul.

3
Pada periode ini, terlihat terbentuknya pemerintahan Formal Utsmaniyah,
yang bentuk intuisi tersebut tidak berubah selama empat abad. Kemudian pemerintah
utsmaniyahmengembangkan suatu system yang dikenal dengan sebutan yang
bernama Millet (berasaldari Bahasa Arab yang berarti Millah), yang mana kelompok
agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi
dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat. Setelah Usman meninggal,
selanjutnya digantikan oleh Orkhan (726 H/1326 M. Pada masa pemerintahannya,
kerajaan Turki Usmani dapat menaklukan Azmir(Smirna) tahun 1327 M,
Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356
M), daerah ini adalah adalah bagian Benua Eropa yang pertama kali diduduki
kerajaan Usmani.

Faktor penting yang mendukung atas keberhasilan dalam melakukan ekspansi


adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup
bertempur kapan dan dimanapun berada. Kemajuan ekspansi pada masa awal Turki
Usmani sempat menimbulkan kecemasan bangsa-bangsa Eropa sehingga mereka
belakangan mengerahkan kembali pasukan salib. Pada tahun 1396 kekuatan Eropa
yang dipimpin oleh pasukan Usmanidalam peperangan di Nicopolis dan kota Vinecia
yang diduduki oleh pasukan Usmani. Padatahun 1444 M Uskup gereja bersamaan
dengan persekutuan militer yang digerakkan oleh raja polandia, Hungaria, Naples,
Transylvania, Serbia,Vinecia, dan Genoa melancarkan serangan pasukan salib yang
kesekian kalinya. Serangan mereka dapat dipatahkan di dalam peperangandi Varna.
Kekalahan demi kekalahan Eropa ini menyebabkan tidak tersisanya kekuatan Eropa
sehingga mereka tidak mampu menahan serangan pasukan muslim terhadap
Konstantinopel ditahun 1453 M. Dengan keberhasilan penaklukan Konstantinopel ini,
seluruh ambisi umatIslam untuk menundukkan imperium Romawi tercapailah sudah.

Setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I, yang berkuasa


padatahun (761 H/ 1359 M-789 H-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam
negeri, iamelakukan perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan

4
Adrianopel kemudian dijadikannya ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia,
Salonia, dan seluruh utara bagian Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi
kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan
sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin
oleh sijisman, raja Hongaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti
Murod I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini
merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.

Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama, ketika ekspansi


diarahkan ke Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk,
melakukan serangan ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402
M. tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa
tertawan dan wafat dalamtawanan tahun 1403 M. Setelah Timur Lenk meninggal
dunia tahun 1405 M dan kesultananmongol terpecah-pecah, Turki Usmani
melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya mengadakan perbaikan-
perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan
oleh Murad II (1421-1451 M) sehingga Turki Usmani mencapai puncakkemajuannya
pada Masa Muhammad II atau biasa disebut Muhamad al-fatih (1451 M). Gelar ini
disandangnya setelah berhasil menaklukan benteng Konstantinopel dan diganti
namanya menjadi Istanbul yang asal katanya Islambul (artinya Tahta Islam).Yang
pada saat ini sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium.

B. DINASTI SAFAWI DI PERSIA

Sebelum menjadi sebuah kerajaan besar, pada awalnya kerajaan Safawi hanya
merupakan gerakan atau aliran tarekat yang didirikan oleh Safi al-Din Ishak al-
Ardabily (1252-1334 M) di Ardabil, Azerbijan.Tarekat ini dinamakan Safawi yang
diambil dari nama pendirinya. Nama tersebut bertahan hingga aliran ini beralih
menjadi gerakan politik,bahkan hingga berhasil mendirikan kerajaan. Safi al-Din

5
adalah seorang sufi yang beraliran Syi’ah. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa
ia adalah keturunan imam ketujuh Syi’ah Itsna ‘Asyariah, Musa al-Qasim.Gurunya
bernama Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahid sekaligus sebagai mertuanya. Sebelum
gurunya wafat,. Safi al-Din ditunjuk sebagai penggantinya untuk memimpin tarekat
Zahidiyah yang didirikan oleh gurunya.Di bawah kepemimpinannya Zahidiyah
beralih menjadi Safawiyah. Para pengikutnya sangat teguh memegang ajaran agama
Dalam tarekat ini, apabila terjadi pergantian pemimpin maka dilakukan dengan sistem
penunjukan langsung, yaitu apabila seorang ayah wafat, pimpinan tarekat yang
dipimpinnya diambil alih oleh putranya. Hal ini menjadi tradisi turuntemurun dalam
tubuh tarekat. Setelah Safi al-Din wafat, ia digantikan oleh putranya Sadr al-Din
(1334-1399 M) lalu Khawaja Ali (1399-1427) M), lalu Ibrahim (1427-1447M).
Rupanya mereka terpengaruh oleh konsep imamah syi’ah bahwa imam itu ditunjuk
langsung dan secara turun temurun. Dalam perjalanannya, tarekat Safawi ini
perlahan-lahan berubah dari gerakan tarekat murni yang bersifat lokal menjadi
gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia (Asia
kecil) dan pengikutnya pun semakin bertambah. Fanatisme terhadap tarekat ini yang
menentang sikap orang yang tidak mengikuti faham mereka, memotivasi gerakan ini
memasuki dunia politik. Kecendrungan ini terwujud pada masa kepemimpinan Junaid
(1447-1460). Safawi mulai terlibat dalam konflik-konflik dengan kekuatan-kekuatan
politik yang ada di Persia ketika itu, misalnya komflik dengan Kara Konyunlu yang
bermazhab Syi’ah. Karena kegiatan politiknya, ia mendapat tekanan dari Kara
Konyunlu dan berhasil diusir, sehingga dia diasingkan di Diyar Bakr. Di daerah
tersebut ia meminta suaka politik kepada AK Konyunlu dan tinggal di Istana Uzun
Hasan, seorang amir di daerah tersebut. Di istana tersebut Junaid tidak tinggal diam,
ia mengumpulkan dan memperbanyak pengikutnya. Dan untuk memperkuat
kedudukannya ia berusaha merebut Ardabil (1459 M), tetapi gagal pada tahun 1460
M, ia mencoba merebut Siscassia, tetapi dihadang oleh tentara Syirwan. Ia sendiri
terbunuh dalam pertempuran tersebut.

6
Ketika Junaid wafat ia digantikan oleh putranya, Haedar (1470 M).Ketika itu
usia Haidar baru berumur 10 tahun, ia di didik oleh Uzun Hasan sampai ia dewasa
dan sanggup memegang tampuk pemerintahan pusaka ayah dan nenek moyangnya.
Untuk mempererat hubungannya dengan Uzun Hasan, ia juga menikahi putrinya.
Dari hasil perkawinannya itu lahir tiga orang putera yaitu Ali, Ismail dan Ibrahim.
Pada masa pemerintahannya, ia membuat lambang baru untuk para pengikutnya,
yaitu serban merah dengan 12 jambul, yang pasukannya itu dikenal dengan nama
“Qizilbasy” (pasukan baret merah).

Pada masa pemerintahan Haidar, ia melanjutkan persekutuan ayahnya dengan


AK.Koyunlu untuk melawan Kara Koyunlu. Dan Ia berhasil mengalahkan Kara
Konyunlu. Akan tetapi persekutuannya dengan AK.Koyunlu berantakan dan berakhir
bahkan sampai bermusuhan. AK.Koyunlu menganggap Safawi sebagai rival
politiknya dalam meraih kekuasaan. Oleh karena itu AK.Koyunlu berusaha
melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Safawi. Dan pada tahun 1488, ketika
pasukan Haidar menyerang wilayah Sircasia dan pasukan AK.Koyunlu memberikan
bantuan militer kepada pasukan Syirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar
sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Kekalahan dan kematian Haidar, tidak membuat pasukannya putus asa.


Mereka berkumpul di Ardabil dan membaiat Ali, putra sulung Haidar, sebagai
pemimpin mereka. Akan tetapi, karena ketidak senangan AK.Koyunlu, dibawah
kepemimpinan Ya’kub, Ali beserta ibu dan kedua adiknya ditangkap dan
dipenjarakan selama 4,5 tahun (1489-1493 M). Pada tahun 1493 M, mereka
dibebaskan dengan syarat Ali harus membantu Rustam, putra mahkota AK.Koyunlu
untuk menyingkirkan rival politiknya (sepupunya sendiri) dalam menduduki tahta
kekuasaan.

Setelah itu Ali kembali ke Ardabil. Karena khawatir akan pengaruh Ali
semakin meluas. Rustam menyerang Ali (1494) dan dalam serangan tersebut Ali

7
terbunuh. Kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin
Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali.Pada saat tentara
AK.Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya dan lari ke
Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan memelihara
hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbijan, Syria dan Anatolia selama
lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya yang bermarkas di Gilan.
Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan pasukan AK.Koyunlu, dengan
menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan AK.Koyunlu. Di kota inilah Ismail
memproklamirkan dirinya sebagai Syah Ismail I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan
sepuluh tahun kemudian, kerajaan Safawi menguasai seluruh Persia. Dengan
demikian semakin tegaklah kerajaan Safawi dengan sistem pemerintahan teokrat, dan
menjadikan Syi’ah Itsna Asyariah sebagai mazhab resmi Negara.

Demikianlah sejarah asal usul pembentukan kerajaan Safawi, yang dengan


eksistensinya sangat penting dalam sejarah Persia. Hal tersebut disebabkan oleh
konsolidasi Syi’ah – Persia mendapatkan cita baru solidaritas dan kebanggaan yang
membuat dunia dapat memasuki zaman modern dengan keutuhan integritas teritorial
dan semangat kebangsaannya.

C. DINASTI MUGHAL DI INDIA


Asal usul berdirinya Kerajaan Mughal di India, melalui proses yang demikian
panjang. Latar belakang sejarahnya, dapat dilihat setelah rapuhnya kesultanan Delhi
(1192-1525 M), tepatnya pada periode Khalji dan Tughluq, kemudian dilanjutkan
oleh keluarga Sayyid (1414- 1451 M),27 serta keluarga Lodi (1451-1512 M).28 Pada
saat itu, kondisi kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan menunjukkan
hal yang sangat rumit, yakni bangkitnya pikiran lama yang percaya bahwa setiap
kerajaan yang merdeka adalah khalifah di tengah-tengah lingkungannya sendiri.
Sebagai akibatnya, muncul tokoh-tokoh sentral kerajaan dari berbagai daerah yang
ada di India.

8
Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah Fakhruddin Mubaraq di Begal;
Syamsuddin Syah Mirza Swati di Kashmir; Zafar Khan Muzaffar di Guzarat; Malik
Sarvar di Jawanfur, Dhilavar Khan Huesin Ghuri di Malwa, dan yang terakhir adalah
Ibrahim Lodi sebagai pewaris kesultanan Delhi.Tokoh sekaligus raja yang disebutkan
terakhir ini, adalah bahlul dan giat atau suka ber-perang, serta bertekad untuk
menegakkan kewibawaan kerajaan nya dengan cara; dia tidak mau menjadi “boneka
siapa pun”.
Salah satu tindakan kurang simpatik yang telah dilakukan Dinasti Lodi adalah
memenjarakan Hami Khan, seorang menteri tua yang telah membantunya naik tahta.
Dia juga menumpas kepala-kepala provinsi (gubernur) yang bergolak.Atas dasar itu,
Alam Khan (yang masih keluarga Lodi) mencoba menggulingkan-nya dengan
meminta bantuan Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah seorang cucu Timur Lenk
dan Ferghana.Permintaan itu, diterima dan bersama pasukannya menyerang Delhi
pada tanggal 21 April 1526 M. Terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat. Ibrahim
Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, kemudian Zahiruddin Babur mengikrarkan
kemenangannya, kemudian menegakkan pemerintahan-nya yang disebut Kerajaan
Mughal. Dengan berdirinya Kerajaan Mughal, maka Dinasti Delhi dan atau Imperium
Turki telah berakhir. Namun, tidaklah berarti bahwa pemerintahan Babur sebagai raja
pertama Mughal langsung eksis begitu saja.
Sejarah mencatat bahwa pada masa pemerintahan Babur, masih ditandai dua
persoalan besar, yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu dan munculnya penguasa
Muslim yang tidak mengakui kepemerintahan Babur. Singkat sejarah, pada tahun
1530 M, Babur meninggal dunia dengan mewariskan wilayah kekuasaan yang begitu
luas dan karier politiknya kepada putra sulungnya, Humayun.
Humayun memerintah antara 1530-1539 dan 1555-1556 M yang dalam
periode pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai
pemberontakan.Hal ini dimungkinkan karena usia pemerintahan yang diwariskan
ayahnya masih relatif mudah dan belum stabil, seperti ini jugalah yang terjadi
sebelumnya.

9
Berdasar dari latar belakang sejarah Kerajaan Mughal yang telah diuraikan,
kelihatan bahwa sejak berdirinya kerajaan ini di tahun 1526 M sampai pada
pemerintahan Humayun, belumlah mengalami perkembangan yang begitu signifikan.
Namun ketika Akbar (cucu Babur) naik tahta menggantikan Humayun pada tahun
1556, barulah kerajaan ini dapat dilihat pertumbuhan dan perkembangannya.

10
BAB III
PENUTUP

Simpulan
 Dari sekian lamanya Turki Usmani berkuasa yang diperkirakan kurang dari
625 tahun lamanya,ada empat puluh sultan yang berkuasa. Turki Usmani
mencapai puncak kejayaannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut
dengan Muhammad Al-Fatih (1451 M). Ia berhasil menaklukan benteng
Konstantinopel pada tahun 1453 M.

 Kerajaan Safawi didirikan oleh Safi Al-Din Ishak Al-Ardabily di Ardabil,


Azerbijan. Awalnya kerajaan Safawi hanya merupakan gerakan atau aliran
tarekat. Tarekat ini dinamakan Safawi yang diambil dari nama pendirinya.
Safi Al-Din adalah seorang sufi yang beraliran Syi’ah.Kerajaan Safwi
mencapai puncak kejayaannya pada masa Ismail I. Kerajaan Safawi berhasil
menguasai seluruh Persia.

 Kerajaan Mughal berdiri ketika terjadi pertempuran antara Ibrahim Lodi


beserta pasukannya oleh Zainuddin Babur yang kemudian berkuasa pada
kerajaaan Mughal. Kerajaan Mughal baru berkembang pada masa
pemerintahan Akbar (Cucu Babur).

11
DAFTAR PUSTAKA
Desky, H. (2016). Tasamuh Jurnal Studi Islam. Kerajaan Safawi Di Persia
Dan Mughal Di India, 123-127.

From file:///C:/Users/HP/Downloads/44-Article%20Text-126-1-10-
20200212%20(1).pdf

Wulandari, T. W. (2018). Daulah Turki Usmaniyah. From


https://www.academia.edu/37985858/MAKALAH_DAULAH_TURKI_UTS
MANIYAH

12

Anda mungkin juga menyukai