Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TURKEY USTMANI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :
ALI AKBAR, Dr., Lc., MA

Disusun Oleh Kelompok 14:


Raisha Zahra Amanda (0206212090)
Puput Apriani (0206211166)
Muhammad Zuhdi (0206212102)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Turkey Ustmani”. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dan juga kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Ali Akbar, Dr., Lc., MA selaku dosen mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam UINSU yang telah memberikan tugas ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu
semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan
saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Medan, 10 Oktober 2021

Kelompok 14

ii
iii
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………….…………………………………..i
KATA PEGANATAR……………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………...………………………………………...iii
BAB I PENDAHULAUN
A. Latar Belakang ………………………………….……………………………….….…….…4
B. Rumusan Masalah………………………………...……………………………………..…..4

BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Dinasti Turki Usmani ……….…………………...……………………………………5
1. Bidang Kemiliteran……………………………………………………………………...…...6
2. Bidang Pemerintahan………………………………………………………………………...7
3. Bidang Ilmu Pengetahuan……………………………………………………………………7
4. Bidang Budaya………………………………………………………………………….……7
5. Bidang Agama…………………………………………………………….………………….7
B. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani…….........................................................8
1. Wilayah Kekuasaan Yang Sangat Luas………………………………...………8
2. Heterogitas Penduduk…………………………………………………………..8
3. Kelemahan Para Penguasa……………………………………….……………..8
4. Budaya Pungli……………………………………………….………………….8
5. Pemberontakan Tentara Jenissari………………………………………………8
6. Merosotnya Ekonomi……………………………………….………………….8
7. Terjadinya Stagnasi Dalam Lapangan Ilmu Dan Teknologi………….………..8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………….………………………………………9
B. Saran……………………………….……………………………………..9

DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara mongol,
kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara drastis. Wilayah
kekuasaannya juga tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil dan antara yang satu
dengan yang lainnya saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban
Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu
Khan.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali
setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di
India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan kerajaan yang pertama
berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan di banding dua kerajaan lain.
Kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pioner dalam perkembangan dunia
Islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era
industrialisasi ke dunia Islam.

B. Rumusan Masalah
1)    Bagaimanakah sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani?
2)    Apa saja kemajuan yang dapat dicapai?
3)    Apa sebab runtuhnya kerajaan Turki Usmani?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Usul Dinasti Turki Usmani


Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang
mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp,
kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.[1]  Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam
legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh
Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad.
Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10
ketika menetap di Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari
Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-
saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil.[2]
Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang
melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[3]
Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera
Ertoghrul inilah yangdianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326
M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran
tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yangdidudukinya. Penguasa pertamanya adalah
Usman yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman
(raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.[4]
Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna
memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah
satu diantara tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh
ada yang masuk Islam ada juga yangmau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran
Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak
merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga
mereka dapat ditaklukkan. Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah
perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan
saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan
nenek moyangnya.
5

B. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani


Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan
Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan kemajuan dalam perkembangan
wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh
beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan
meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-
1451M).[5] Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451-
1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan
Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi
seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai
wilayah Asia kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung
dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang
penting, diantaranya:
1. Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan
dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani mencapai
masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Akan
tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan
kekuatan militernya yang sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja.Orkhan pemimpin
Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan militer dengan baik serta taktik dan
strategi tempur yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa.
Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara
Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara
ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah).
Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun,
kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang kuat).
Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling
kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non
muslim.
6

Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang besar dalam
perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai
puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas baik di Asia,
Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini
adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap
peraturan. Yang mana tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya
di Asia Tengah.

2. Bidang Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga dibarengi
pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang
luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan,
sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri) yang
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. di bawahnya terdapat
beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati). Contohnya, ketika Turki Usmani
dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia
juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II
banyak mendapat pujian dari sejarawan barat.
Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk mengatur urusan pemerintahan
negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani.

3. Bidang Ilmu Pengetahuan


Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu
pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita
tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang
indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid
Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula
dengan kaligrafi yang indah. Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya
adalah masjid yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan
penutup gambar Kristiani yang ada sebelumnya.[9]Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di
kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung,
makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.

4. Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga kebudayaannya
merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran
tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari Bizantium, organisasi pemerintahan
dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf. Orang-
orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi
dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.

5. Bidang Agama
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri
sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus sholat lima kali
dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun
juga sanksi badan. Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling
terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 beliau adalah kepala negara
yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga berhasil
menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan
antara katolik, mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki
Usmani. Bahkan Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan
dan kedzaliman Katolik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan
rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.[10]
Di kerajaan Turki Usmani Tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling terkenal
ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua Tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil
dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang sangat dominan di kalangan
Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara tentara
Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi.
7

Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir, dan Hadist
boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung
untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan menekan Madzab lainnya. Contoh
Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di
bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.

B.  Kemunduran Kerajaan Turki Usmani


Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan
kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah
dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan
prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan.
Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selaim faktor
diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran,
diantaranya adalah :

1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas


Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca
pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak
beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan
penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat
mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.

2. Heterogitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas
penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang
dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi
kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di
tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai
perangai yang jelek.

3. Kelemahan Para Penguasa


Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa
tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan
menjadi kacau dan susah teratasi.

4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan
pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).

5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip
seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang
mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.

6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin
membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan
Turki pun merosot.

7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi


Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini
karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak
diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Turki Usmani pada awalnya hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan
adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan
dalam kurun waktu yang lama. Kemajuan dan perkembangan  kerajaan Turki dalam bidang –bidang
kehidupan, diantaranya:
1. Bidang Kemiliteran
2. Bidang Pemerintahan
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
4. Bidang Budaya
5. Bidang Keagamaan
Puncak kejayaan Turki Usmani terjadi pada masa kekuasaan Sulaiman al-Qanuni. Beliau raja
yang sangat terkenal di dunia dan juga penguasa yang Shaleh. Sedangkan periode kemundurannya
dimulai karena terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699) antara Turki Usmani dengan
Australia, Polandia, Venesia, dan Inggris.

B. Saran
Ilmu sejarah memang sulit kita ketahui tentang kevalitannya. Untuk mengetahui tentang
kebenaran dalam sebuah sejarah kita haruslah mecarinya secara mendetail, oleh sebab itu, makalah
ini masih jauh dari kesempurnaannya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan yang berupa
tambahan dan sifatnya membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
9

DAFTAR  PUSTAKA

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.


Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Bani Qurasy, 2008.
Yatim, Badri. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2008
Hasan, Ibrahim. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang

[1] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang1997), h.
325
[2] Ibid.
[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo 2003), h. 130
[4]Ibid. h 131
[5]Ibid. H 135
[6] http://www.zum.de/whkmla/histatlas/asmin/.com
[7] Ibid.
[8]Ibid.
[9] Jaih Mubarok, Sejarah peradaban Islam, (Bandung: Bani Quraisy). H.175
[10] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2008). h. 321
10

Anda mungkin juga menyukai