MAKALAH
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam)
Dosen Pengampu:
Asep Andi Rahman, M.Ag
Disusun Oleh:
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Peradaban
Islam Pada Masa Tiga Kerajaan Besar: Turki Usmani, Safawi, dan Mughal” dapat
kami selesaikan dengan baik. Kami harap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca tentang perkembangan, masa kejayaan,
kehancuran dan kemunduran, hukum dan pendidikan dari kerajaan Turki Usmani,
Safawi, dan Mughal. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang
Allah SWT karuniakan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media
internet.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan makalah
ini. Kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak Asep Andi
Rahman, M.Ag. dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di
dunia, melainkan Allah SWT Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami paparkan pada
makalah ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya
dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarahnya, Islam pernah mengalami zaman
keemasan, diantaranya ditandai dengan tiga dinasti besar, yakni dinasti
Usmani di Turki, dinasti safawi di Persia, dan dinasti Mughal di India.
Setelah Dinasti Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara
Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang
satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya
dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
yang terus berekspansi terhadap kekuasaan Islam.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami
kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga dinasti besar
tersebut. Akan tetapi, kemajuan tiga dinasti itu tidak bertahan lama karena
adanya kerusakan internal dan serangan dari luar. Akhirnya, satu demi satu
berjatuhan dan digantikan oleh kekuatan lain.
Makalah ini akan membahas lebih detail mengenai tiga dinasti
besar tersebut, yakni dinasti Turki Usmani, dinasti Safawi di Persia, dan
dinasti Mughal di India. Perihal yang akan dipaparkan adalah tentang
pembentukan ketiga dinasti tersebut, masa kemajuannya, masa
kemunduran dan kehancurannya, serta hukum dan pendidikan yang
diterapkan di tiga dinasti tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan kerajaan Turki Usmani, kerajaan
Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India?
2. Bagaimana kemajuan peradaban islam pada masa kerajaan Turki
Usmani, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India?
3. Bagaimana proses kemunduran dan kehancuran kerajaan Turki
Usmani, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India?
4. Bagaimana hukum dan pendidikan yang diterapkan pada masa
kerajaan Turki Usmani, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan
Mughal di India?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan kerajaan Turki Usmani,
kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India
2. Untuk mengetahui kemajuan peradaban islam pada masa kerajaan
Turki Usmani, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India
3. Untuk mengetahui proses kemunduran dan kehancuran kerajaan Turki
Usmani, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India
4. Untuk mengetahui hukum dan pendidikan yang diterapkan pada masa
kerajaan Turki Usmani, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan
Mughal di India
BAB II
PEMBAHASAN
2) Sultan Humayun
Humayun merupakan putra sulung dari Babur yang akan
melanjutkan kedudukan ayahnya menjadi seorang pemimpin dari
kerajaan Mughal, dimana sepanjang masa kekuasaannya selama
Sembilan tahun (1530 – 1539 M), ia selalu mendapatkan tantangan
dan rintangan dalam melaksanakan pemerintahan sehingga
negaranya tidak pernah aman. Salah satu tantangan yang muncul
adalah pemberontakan dari penguasa Gujarat yang memisahkan
diri dari Delhi, Bahadur Syah yang pada akhirnya Gujarat dapat
dikuasai. Pada tahun 1540 M, terjadinya pertempuran dengan Sher
Khan di Kanauj, dimana pada masa ini Hamayun mengalami
kekalahan yang menjadikan ia melarikan diri ke Kandahar lalu ke
Persia. Di Persia, ia kembali menata tentaranya dan berhasil
menyerang serta mengalahkan musuh – musuhnya terutama Sher
Khan Shah atas bantuan raja Persia, Tahmasp, setelah hampir 15
tahun ia berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan
menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Namun,
setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal dunia dikarenakan
terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah. Kemudian tahta
kerajaan Mughal dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Akbar.
2. Kemajuan Peradaban Islam
Puncak kemajuan pada kerajaan Mughal terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Akbar (1556 – 1605 M) dimana pada saat itu ia
berhasil menaklukkan raja – raja India yang juga masih ada pada
waktu itu. Dalam hal keagamaan, Akbar mempunyai pemikiran yang
ingin menyatukan semua agama menjadi satu bentuk agama baru yang
disebut dengan din ilahi (Zakariya, 2018). Akbar memerintah dengan
suatu system militeristik, dimana Sultan adalah penguasa diktator,
pemerintahan daerah dipegang oleh seorang kepala komandan,
sedangkan sub disktrik dipegang oleh komandan. Para pejabat bahkan
rakyat juga diharuskan mengikuti system politik ini sehingga semua
rakyat India dipandang sama dan tidak ada perbedaan etnis serta
agama. Tiga raja pengganti setelah Akbar juga turut memajukan
kerajaan Mughal yaitu Jehangir (1605 – 1628 M), Syah Jehan (1628 –
1658 M), dan Aurangzeb (1658 – 1707 M).
3. Kemunduran dan Kehancuran
Kerajaan Mughal mulai mengalami fase kemunduran dan
kehancuran sejak awal abas ke-18 Masehi, tepatnya setelah kerajaan
ini dipegang oleh sultan – sultan pasca pemerintahan Sultan
Aurangzeb. Kemunduran dan kehancuran inipun terjadi karena adanya
beberapa pemberontakan terhadap ketetapan yang ingin diterapkan
olehnya berupa pemikiran puritanisme dimana ia berusaha menjadikan
Islam sebagai “State Single Force” dan menerapkan hal – hal yang
lebih detail dalam agama islam sperti tidak boleh memutar musik di
istana, merayakan ulang tahun raja dan memusnahkan minuman
anggur. Dikarenakan hal tersebut, banyak rakyat yang tidak setuju
dengan kebijakannya. Dan yang lebih menyebabkan pemberontakan
terhadap kebijakannya itu adalah diwajibkannya membayar pajak bagi
orang – orang Hindu karena tidak diperbolehkannya menjalani ibadah
dengan agama mereka sehingga tempat – tempat peribadatan mereka
juga dimusnahkan.
Adapun beberapa factor yang menyebabkan kemunduran dan
kehancuran kerajaaan Mughal di antaranya yaitu:
1) Faktor Internal
a. Tidak adanya kejelasan lajur seleksi
Sepeninggalnya Aurangzeb, terjadinya perebutan
kekuasaan oleh tiga anaknya yang merasa mempunyai
wewenang dan kemampuan menjadi raja. Akibatnya perebutan
itu menyebabkan adanya kekerasan antar saudara sehingga
tidak ada lagi kejelasan dalam struktur pemerintahan.
b. Lemahnya para pewaris tahta kerajaan
Orang – orang yang berkuasa setelah masa
pemerintahan Sultan Aurangzeb merupakan orang – orang
yang lemah dalam kepemimpinan dan kepemerintahan
sehingga kerajaan hanya dapat di pegang dalam waktu yang
relatif singkat.
c. Pola kehidupan mewah dan boros
Para penguasa yang banyak memiliki pola hidup yang
mewah dan boros sehingga banyak membebani anggaran
belanja negara yang kemudian menyebabkan adanya kenaikan
pajak, baik terhadap petani maupun masyarakat kota.
d. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer
Karena adanya perpecahan antar saudara
mengakibatkan banyaknya prajurit yang terbunuh dalam
peperangan itu, sehingga kondisi politik negara menjadi tidak
menentu. Kemerosotan kekuatan militer ini menyebabkan
operasi militer Inggris baik dari laut maupun darat tidak lagi
dapat segera dipantau dengan baik.
e. Disingkirkannya Bahadur Syah II
Bahadur Syah II merupakan raja Mughal terakhir dari
singgasananya di Delhi yang kemudian dikuasai oleh Inggris
pada tahun 1858 M. setelah itu Inggris melakukan kolonialisasi
di daerah tersebut.
2) Faktor Eksternal
Adanya serangan-serangan dari luar seperti yang dilakukan
oleh Nadir Syah pada tahun 1739 M karena menganggap kerajaan
Mughal telah banyak sekali memberikan bantuan kepada
pemberontak Afghan di daerah Persia serta datangnya kekuatan
Inggris dengan perusahaan dagangnya yaitu IEC.
4. Hukum dan Pendidikan
Pada masa Kerajaan Mughal, Pendidikan merupakan salah satu
aspek yang mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah.
Pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid selain tempat
ibadah melainkan juga dapat sebagai tempat menyalurkan ilmu agama
bagi masyarakat.Terdapat para ulama di masjid yang akan memberikan
pengajaran berbagai cabang ilmu agama. Bahkan, di masjid juga
tersedia ruangan khusus untuk para pelajar yang ingin tinggal selama
menimba ilmu. Tempat pembelajaran yang dipimpin oleh ulama atau
wali merupakan sebuah Khanqah atau pesantren yang mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan umum seperti matematika, logika, filsafat,
tafsir Qur’an, hadist, fiqih,, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia
biasannya digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam pengajaran
agama islam.
Terdapat dua fase dalam kegiatan Pendidikan di kerajaan
Mughal yaitu fase klasik dan fase modern. Pada fase klasik,
perkembangan Pendidikan jauh lebih kompleks, terutama di bidang
intelektual, baik ilmu keagamaan, politik, peradaban dan kebudayaan
seperti bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Pada fase modern ini,
ilmu keagamaan umat islam hanya melakukan taklid kepada imam –
imam besar yang juga lahir pada masa klasik islam. Sehingga kegiatan
ijtihad mutlak tidak lagi terlihat, maksudnya hasil pemikiran yang
bebas mandiri dan jikalau ada mujtahid maka, ijtihadnya berada dalam
biasa batas mazhab tertentu (ijtihad fil al mazhab) (Aniroh, 2021).
Diantara banyaknya ilmu yang menonjol pada zaman klasik
Mughal yaitu ilmu hadist, ilmu Al-Qur’an, tasawuf, ilmu filsafat, ilmu
pasti/ilmu binatang, al-thib, ilmu tabi’yat (ilmu hewan, ilmu alam),
ilmu kemiliteran (peperangan), ilmu berburu dan kecakapan berkuda,
serta ilmu politik dan kenegaraan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA