Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur Islam Pada Masa

Dinasti Usmaniah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing: Bapak Dr. Gunaldi Ahmad, MA

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

Oleh :
Calina Cahya Permata
Muhamad Fajar
Neni Quratul Aeni
MHD Nehru Lubis
Indriyani Nadila Putri
Muhammad Fikri
Habibullah

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Prodi PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
yang berjudul “ Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur Islam Pada Masa Dinasti Usmaniah “
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Gunaldi Ahmad, MA pengampu pada
mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam karena telah memberikan tugas makalah ini sehingga
dapat menambah pengetahuan kami mengenai materi “ Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur
Islam Pada Masa Dinasti Usmaniah “. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna, karena terbatasnya pengetahuan baik teori maupun praktik. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.........................................................................................................................3

BAB I..................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................4
A. Sejarah Berdirinya Daulah Usmaniah......................................................................................4
C. Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniah.................................................................................8
D. Peninggalan Turki Usmani.....................................................................................................18

BAB III.............................................................................................................................................21

PENUTUP........................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejarah umat Islam merupakan sebuah rangkaian cerita yang sangat kompleks dan
sempurna.Rangkaian-rangkaian cerita tersebut dimulai dari sejak zaman Rasulullah , para
sahabat, tabiin dan tabi’at, hingga ke masa modern saat ini.Seluruh aspek kehidupan yang
adapun termaktub kedalam rangkaian cerita tersebut.Termasuk tentang sejarah dan
perkembangan arsitektur daulah usmaniah.
Dalam sejarah, daulah Usmaniah merupakan sebuah dinasti yang awal mulanya berasal
kabilah Oghuz dari keluarga Qabey. Cikal bakal berdirinya daulah Usmani bermula dari kabilah
Arthogrol yang kemudian pada tahun 1258, mereka dikarunia seorang anak yang bernama
Usman.Maka oleh ayahnya, Usman kemudian dididik dan dilatih untuk menjadi seorang yang
gagah berani.Hingga akhirnya Usman kemudian mendapatkan kekuasaan dari seorang Sultan
untuk memimpin sebuah wilayah yang kemudian ia beri nama Kesultanan Usmani .
Berdasarkan sejarahnya, Daulah Usmani merupakan salah satu daulah yang sangat berperan
penting dalam sejarah umat Islam.Selain berperan dalam segi perluasan wilayah Islam, daulah
Usmani ketika itupun ikut turut andil pula dalam pengembangan kebudayaan. Termasuk seni
arsitekturnya.Pertanyaanya kemudian ialah, bagaimanakah sebenarnya sejarah dan
perkembangan arsitektur pada masa daulah Usmani? Dan seperti apa corak seni arsitektur pada
masa daulah Usmani tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka pembahasan
mengenai sejarah dan perkembangan arsitektur pada daulah Usmani ini sangat urgen untuk
dibahas.

A. Rumus Masalah
1. Bagaimana sejarah Daulah Usmaniah?
2. Bagaimana Perkembangan arsitektur islam pada masa Dinasti Usmaniah?
3. Apa saja corak seni arsitektur islam Dinasti Usmaniah?
4. Apa saja peninggalan Dinasti Usmaniah
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui sejarah Daulah usmaniah
2. Dapat mengetahui perkembangan arsitektur islam pada masa Dinasti Usmaniah
3. Mengetahui apa saja corak seni arsitektur islam pada masa Dinasti Usmaniah
4. Mengetahui apa saja peninggalan peninggalan pada masa Dinasti Usmaniah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Daulah Usmaniah


Daulah Turki Usmani didirikan oleh suku Kayi, bernama Sulaiman Syah (w
128). Sulaiman Syah mempunyai anak bernama Erthogrol (w. 1280) dan Erthogrol
mewariskan kepada anaknya yang bernama Usman, dan Usman inilah dinisbahkan
nama daulah ini. Daulah Turki Usmani penguasanya bergelar Sultan dan Khalifah
sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama
atau spiritual. Daulah ini juga digelar dengan gelar kerajaan karena pemimpinnya
memperoleh kekuasaan dengan cara warisan turun temurun.
Dari awal kehadiran Daulah Turki Usmani dalam pentas sejarah dunia yang
mewakili dunia Islam terlihat kokoh dan gigih dalam mengemban dan mengawal
wilayah kekuasaannya. Perjuangannya yang gigih itu menghasilkan suatu perjuangan
yang sangat sukses dan gemilang. Hal tersebut dapat terwujud disebabkan oleh
kepribadian para Sultan yang tangguh, berwibawah kemudian didukung oleh rakyatnya
yang setia terhadap daulah serta ditopang oleh sarana dan pra sarana dalammelakukan
perjuangan. Daulah Turki Usmani sejak awal kehadirannya telah bangkit dan
berkembang sekitar abad XIV dan terus menanjak hingga abad XVI, dengan wilayah
kekuasaannya yang sangat luas, meliputi wilayah kekuasaan pada kerajaan Bizantium,
daerah Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga Al Jazair dan Asia. Sultan
yang terkenal mengantarkan daulah ini kepuncak kejayaan pada abad XVI adalah
Sultan Sulaiman I Qanuni. (Tarbiyah & Parepare, n.d.)
Pada abad XVII, daulah Turki Usmani telah memulai menurun pamornya, tidak
lagi dapat memperluas daerah kekuasaannya tinggal mempertahankannya. Seterusnya,
abad-abad berikutnya mulai satu demi satu daerahnya dicaplok oleh negara-negara
baru. Pada awal abad XIX, Sultan Mahmud II (putra Abdul Hamid I) yang berkuasa
dari tahun 1808-1839 mulai memikirkan secara serius faktor- faktor penyebab
kemunduran Turki Usmani dan mengapa Barat bisa maju dengan pesatnya, Barat
menjadi saingan yang sangat kuat.
Usaha perbaikan dan pembaharuan berjalan agak lambat, sementara Barat
berkembang pesat, daulah Usmani tidak dapat menyaingi perkembangan yang terjadi di
Barat, walau Sultan telah berupaya kearah kemajuan, seperti usaha yang dilakukan oleh
4
sultan Mahmud II lewat program pendidikan.Kemudian pada awal abad XX Mustafa
Kemal membangun strategi, kekuatan untuk menjadikan Turki sebagai negara maju
modern dengan konsep nasionalisme sekuler Turki Modern dan Mustafa Kemal
berhasil mengambil Daulah Turki Usmani dan menjadikan negara Turki sebagai negara
republik Turki yang berhaluan nasionalis sekuler.
Raja- raja pada kerajaan Turki Utsmani merupakan kekuasaan yang didapatkan
secara turun-temurun. Dengan adanya hal yang demikian tidak serta-merta yang
menajadi pewaris kerajaan adalah anak pertama, tidak ada aturan yang mengatur hal
yang demikian. Melainkan dalam perkembangnya, anak kedua bisa saja jadi pewaris
kepemimpinan pada kerjaan bahkan pergantian sultan juga diserahkan kepada saudara
Sultan bukan dari anaknya. (Uliyah, 2021)
Berikut daftar lengkap para sultan pada kerajaan Utsmani yang dibagi lima
periode oleh Syafiq A. Mughni :
1. Periode Pertama,
a. Usman I (1290 – 1326 M) pendiri kerajaan Usmani
b. Orkhan (726 H/1326M¬ – 761 H/1359M)
c. Murad I (761 H/1359 M -789 H/1389 M)
d. Bayazid I (1389 - 1403 M)
2. Periode Kedua,
a. Muhammad I (1403 -1421 M)
b. Murad II (1421 – 1451 M)
c. Muhammad al-Fatih/ putra Murad II (1451 – 1484 M)
d. Bayzid II (1481-1512M)
e. Salim I (1512 – 1520 M)
f. Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M) puncak kejayaannya
3. Periode Ketiga
a. Salim I (1566-1574)
b. Murad III (1574-1595)
c. Mehmed III (1595-1603)
d. Ahmed I (1603-1617)
e. Mustafa I (1617-1618)
f. Osman II (1618-1622)

5
g. Mustafa I (1622-1623)
h. Murad IV (1623-1640)
i. Ibrahim I (1640-1648)
j. Mehmed IV (1648-1687)
k. Suleiman II (1687-1691)
l. Ahmed II (1691-1695)
m. Mustafa II (1695-1703)
4. Periode Keempat
a. Ahmed III (1703-1730)
b. Mahmud I (1730-1754)
c. Osman III (1754-1757)
d. Mustafa III (1757-1774)
e. Abdul Hamid I (1774-1789)
f. Selim III (1789-1807)
g. Mustafa IV (1807-1808)
h. Mahmud II (1808-1839)
5. Periode Kelima
a. Abdul Mejid I (1839-1861)
b. Abdul Aziz I (1861-1876)
c. Murad V (1876-1876)
d. Abdul Hamid II (1876-1909)
e. Mehmed V (1909-1918)
f. Mehmed VI (1918-1922)
g. Abdul Majid II (1922-1924)
Ahli sejarah menyatakan bahwa masa kerajaan Khalifah Sulaiman al-Qanuni
merupakan kejayaan dan kebesaran Kerajaan Turki Utsmani, hal ini dibuktikan bahwa
pada masa kerajaan Turki Utmani masa Kesultanan Sulaiman Al Qanuni kerajaan telah
meninggalkan jauh negara-negra eropa pada bidang militer, politik, dan keilmuan.
(Uliyah, 2021).
B. Perkembangan Arsitektur Kesultanan Turki Usmani
merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada akhir abad ke-13 sampai
awal abad ke-20. Dibawah kepemimpinan Sultan Selim I dan Sultan Sulaiman pada
abad ke-16 dinasti Turki Usmani berhasil mencapai puncak kejayaannya. Saat itu
6
wilayah kedaulatannya membentang dari Aljazair sebelah barat, hingga Azerbizan
disebelah timur dan Yaman disebelah selatan sampai Hungaria disebelah utara.(farik
ikhsan 2015).
Dengan kata lain, kurang lebih 43 negara dari tiga benua yang ada saat ini
pernah dikuasai dinasti Turki Usmani, puncak kejayaan Turki Usmani mengantarkan
nya pada periode klasik, pada periode inilah dinasti Turki Usmani memfasilitasi
kesultanannya dengan berbagai sarana pemerintahan dan sarana publik berupa
bangunan-bangunan bernilai tinggi. Sampai detik ini, jejak-jejak era keemasan Usmani
masih bisa dirasakan melalui karya-karya arsitektur yang tersebar diberbagi penjuru
wilayah kedaulatannya, terutama di Turki.Kerajaan Turki Usmani yang berkuasa dari
tahun 1300 hingga 1922 ini meninggalkan khazanah arsitektur yang kaya, mulai dari
istana, benteng, masjid, hingga makam. Pada masa ini, bangunan-bangunan yang
berdiri umumnya menampilkan corak yang sedikit berbeda dari arsitektur sebelumnya.
Ornamentasi yang dipakai pada bangunan-bangunan yang berdiri di wilayah kekuasaan
Turki Usmani adalah lengkung segi tiga, segi tiga Turki, dan kubah segi tiga atau
kerucut. Berbagai peninggalan dan corak arsitektur Islam di zaman Dinasti Turki
Usmani adalah arsitektur masjid, istana, pemandian umum, kuburan, dan tempat tinggal
(fiqih islam 2019). Adapun ciri dan corak arsitektur yaitu:

1. Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul


istanbul sebagai pusat pemerintahan kerajaan memiliki ratusan masjid yang
bentuk arsitekturnya hampir seragam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya
yang indah yang dikelilingi menara tinggi. Selain tipe masjid kubah, umat Islam pada
zaman Usmani menampilkan tipe masjid lapangan dan masjid madrasah.Hal yang baru
dalam rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah muculnya
perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani, yaitu
Sinan.Aristektur Turki pada bangunan masjid memiliki keunikan pada bentuk kubah,
yang dimana model kubah tersebut di namakan kubah Utsmani, model kubah Utsmani
berkembang di wilayah Anatolia setelah penguasa Turki Utsmani menaklukan
Konstantinopel dan mengadopsi bentuk kubah di pusat pemerintahan Byzantium.
Dengan mengamabil bentuk kubah Gereja Santa Sophia, Sinan seorang aristektur
Utsmani Turki menjadikannya sebagai model seraya dan terus mengembangkan

7
kubahnya menjadi prototipe atap masjid (ahmad fanani 2009).
2. Kubah Turki Utsmani
Keunikan kubah Utsmani adalah pada bentuknya yang seperti cendawan serta
komposisinya yang majemuk. Kubah-kubah tersebut tersusun hierarkis. Satu kubah
induk yang terbesar di tengah diapit oleh dua kubah turutan pada sebuah porosnya,
kubah utama didukung oleh empat pilar pokok. Diantara pilar pokok berjajar tiang-
tiang dan ini adalah modal awal susunan kubah Utsmani (fanani). Bangunan Masjid
Sultan Sulaiman ini juga memiliki interior yang megah, ratusan jendela yang menawan,
marmer mewah, serta dekorasi indah. Pada masjid agung tersebut terdapat pula kolam
hias yang sangat indah. Arsitektur masjid ini dibuat berdasarkan penggabungan dua
prototipe rumah ibadah, yakni Katedral Aya Sofia dan Masjid Sulaiman (fiqih islam
2019). Model gaya Kubah Turki Utsmani Sinan mengembangkanya tetap dengan
bentuk kubah utama yang sama, didukung pilar pada posisi persegi delapan. Susunan
hierarkis komposisi majemuk kubah-kubah ini model masjid gaya Utsmani seperti
tebaran cendawan yang subur di musim penghujan. Kubah utama menjadi acuan bagi
modul dasar kubah-kubah turutan yang lebih kecil. Sementara itu ukuran modul
sekaligus menentukan perbandingan porporsional tegaknya. Tinggi badan bangunan
penyangga kubah utama adalah sepanjang sisi bujur sangkar yang berukuran sama
dengan garis tengah lingkungan bola kubahnya.
3. Masjid Salamiyah Utsmani
Masjid Salamiyah Utsmani ini menjadi puncak karya Sinan, sang arsitek,
puncak pencapaian aristektur gaya Utsmani. Sinan memberi perhatian penuh atas
karyanya yang dicermati baik proporsi maupun detail-detailnya. Beratnya badan dan
besarnya gaya yang ditimbulkan pada kubah utama ditanggulangi oleh pilar-pilar
ganda, penyangga utama kubah dan kubah-kubah turutan disekelilingnya. Keberadaan
bentuknya berhasil sekaligus dipadukan dengan peran strukturnya (fanani .p).
C. Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniah
Arsitektur Masjid Istanbul sebagai pusat pemerintahan kerajaan memiliki
ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya hampir seragam. Ciri khas masjid di Turki
terletak pada kubahnya yang indah yang dikelilingi menara yang langsing dan tinggi,
seolah-olah muncul dari lengkung kubah dan melesat lepas ketinggian. Selain tipe
masjid kubah, umat Islam pada zaman Usmani menampilkan tipe masjid lapangan dan
masjid madrasah. Masjid selimiye, Masjid ini digarap dan diarsiteki oleh Mimar Sinan,
8
masjid ini salah satu karya monumental yang diakui oleh Mimar Sinan sendiri sebagai
karyanya paling masyur. Masjid Selimiye dibangun dikota Edirne, menurut catatan
Evliya Celebi seorang penjelajah asal Kesultanan Usmani, dipilihnya Edirne sebagai
tempat pembangunan masjid tersebut didasarkan pada mimpi Sultan Selim II, didalam
mimpinya Nabi Muhammad SAW memerintah sang Sultan untuk membangun sebuah
masjid besar di Edirne, kota yang menurut mimpi itu dilindungi oleh nabi Muhammad
SAW. Alasan lainnya bahwa para Sultan terdahulu telah mendirikan begitu banyak
masjid besar di Turki wilayah timur, sedangkan baru sedikit saja yang berada di
wilayah sebelah barat, padahal daerah ini memiliki peran yang sangat penting,
khususnya kota Edirne yang menjadi gerbang penghubung antara daratan Turki dan
Benua Eropa. Oleh karena itu dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid
ini dianggap sebagai pilihan yang sangat bijak.
Sultan Selim II sebagai pemrakarsa masjid mempercayakan perancangan dan
proses pembangunannya kepada Mimar Sinan. Sang arsitek sampai membutuhkan
waktu delapan tahun untuk menyendiri dan memikirkan rancangan masjid yang akan
menjadi karya terbesarnya itu. Pembuatan fondasinya saja membutuhkan waktu dua
tahun. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan permukaan dan tekstur tanah di lokasi
pendirian masjid.(Berlianto, 2022)
Proyek pembangunan masjid ini dikerjakan oleh 14.400 pekerja dan
menghabiskan dana sebesar 4,58 juta keping emas. Pengerjaannya dimulai pada tahun
1568 dan selesai pada 27 November 1574, tetapi masjid baru dibuka untuk umum pada
tanggal 14 Maret 1575. tiga bulan setelah Sultan Salim II mangkat, sang sultan tidak
sempat meresmikan masjid yang telah diprakarsainya itu. Dahulu terdadapat sebuah
ungkapan dari kalangan arsitek Kristen yang menyatakan bahwa tidak akan ada
seorangpun arsitek Muslim yang dapat membangun kubah sebesar kubah Hagia Sofia
di Istanbul, pandangan negatif inilah yang menjadi motivasi Mimar Sinan untuk
membangun Masjid Selimiye. Dengan berdirinya masjid ini, akhirnya ejekan dari para
arsitek Kristen pun terpatahkan, Mimar Sinan berhasil mendirikan masjid Selimiye
yang memiliki kubah berdiameter 31 meter, lebih lebar satu meter dibandingkan kubah
Hagia Sofia yang hanya berdimeter 30 meter. Tinggi kubah utama dari lantai dasar
masjid Selimiye adalah 42 meter.
Kubah utama ini memiliki penampang berbentuk persegi delapan yang masing-

9
masing sudutnya ditopang delapan pilar besar. Bagian antara dasar kubah dengan
kedelapan pilar tersebut diisi oleh muqarnas (ornamen berbentuk stalaktit), dibawahnya
empat buah half- dome (kubah terpotong) ditempelkan pada keempat sisi penampang
kubah utama dan sebuah half-dome lainnya menaungi ruang mihrab. Dengan demikian,
apabila dilihat dari atas, rangkaian kubah terpusat masjid Selimiye terlihat seperti seekor
kura-kura. Jumlah half-dome dan kubah kecil yang menaungi ruang shalat utama masjid
terbilang sangat sedikit. Hal ini membuat kubah raksasa yang berada di pusat
bangunannya terlihat sangat dominan.
Seperti masjid bergaya Usmani lainnya, masjid Selimiye memiliki halaman
berbentuk persegi panjang dengan sebuah tempat wudhu berupa air mancur (sardivan)
ditengahnya. Area terbuka ini dikeliling oleh portico (teras berpilar) yang beratapkan
18 kubah. Portico masjid Selimiya memiliki 16 pilar, menurut para ilmuwan, pilar-pilar
tersebut berasal dari Mesir, Syprus, Syria dan Turki. Halaman dengan gaya seperti ini
mengadopsi bentuk peri-style pada halaman bergaya Romawi kuno atau bentuk sahn
pada bangunan- bangunan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Berikut arsitektur istana, salah satu contoh nya yaitu istana topoki. Istana
Topkapi adalah istana kesultanan Turki Usmani yang berdiri sejak lima ratusan tahun
lalu dan masih kokoh berdiri di pusat kota Istanbul, Turki. Istana para sultan pada
kesultanan Turki Usmani itu berada di titik strategis dengan dikelilingi tiga perairan
yaitu, Selat Bosphorus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Hom), dan Laut Marmara.
Lokasi istana tersebut letaknya tidak jauh dari Masjid Sultan Ahmet atau yang biasa
disebut Masjid Biru dan Musium Hagia Sofia atau Aya Sofia(Haqeem, 2020).
Adalah sultan Muhammad II atau sultan Muhammad Alfatih yang membangun
Istana seluas 700 meter persegi pada tahun 1453 Masehi. Istana yang dikelilingi tembok
pertahanan sepanjang 5 kilometer itu ditempati oleh 24 sultan yang memimpin
kesultanan Turki Usmani. Istana Topkapi merupakan tempat kediaman sultan-sultan
Turki selama tiga abad hingga 1839 M. Setelah Sultan Mahmud II meninggal, penguasa
yang menggantikannya lebih memilih tinggal dalam beberapa istana gaya Eropa, seperti
Istana Dolmabahce dan Ciragan yang dibangun di tepi Sungai Bosphorus.
Ketika memasuki istana Topkapi, kami para pengunjung disuguhi taman
yang luas dan indah. Taman itu juga dipenuhi oleh pepohonan yang sudah berumur
ratusan tahun dan rimbun. Beberapa bangunan yang berada di dalam komplek istana

10
Topkapi dihiasi dengan taman-taman yang indah menawan dan air mancur. Pintu dan
jendela bangunan- bangunan di lingkungan istana itu menghadap ke halaman yang
merupakan taman istana untuk menciptakan suasana yang terbuka dan menyediakan
udara dingin selama musim panas.
Di kawasan istana tersebut terdapat asrama, taman, perpustakaan, sekolah,
masjid dan pengadilan. Istana itu juga digunakan bukan hanya untuk tempat tinggal,
namun juga digunakan untuk kantor administrasi dan kantor penerima tamu agung
dari berbagai kerajaan. Istana itu juga dilengkapi dengan gedung yang diperuntukan
untuk keluarga sultan. Para arsitek yang merancang bangunan itu harus memastikan
bahwa di dalam istana, sultan dan keluarganya dapat menikmati privasi dan
kebijaksanaan.
Istana ini sempat masuk dalam situs cagar budaya UNESCO PBB pada tahun
1985. Istana yang memiliki ribuan kamar dan ruang ini kini di bawah pengelolaan
Departemen Budaya dan Pariwisata pemerintah Republika Turki dan dijaga oleh
tentara militer Turki.
Saat ini, istana Topkapi dijadikan musium dan untuk memasukinya setiap
pengunjung dikenakan biaya sebesar 20 Turki Lira (TL) atau setara dengan Rp. 140
ribu dengan kurs 1 TL sama dengan Rp. 7 ri 7 ribu.
Di dalam komplek istana Topkapi para pengunjung dapat melihat barang-barang
peninggalan sejarah, khususnya sejarah Islam. Para pengunjung seperti dibawa ke
zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sebab, sepanjang dan selama para
pengunjung melihat barang-barang bersejarah itu mereka disuguhkan dengan lantunan
tilawah Alquran. Konon, dulu lantunan ayat suci Alquran itu dilantunkan tanpa henti
selama 24 jam nonstop dan terus menerus lebih dari 407 tahun sejak tahun 1517 hingga
1924. Di istana tersebut, kita dapat melihat benda-benda yang terkait Rasulullah SAW
yang juga dihiasi dengan kalighrafi yang sangat cantik. Juga ada cetakan tapak kakinya
di batu yang patah dan disambung kawat. Ada pula dua pedang dan panah milik nabi
akhir zaman tersebut. Terdapat pula wadah yang berisi jenggot Rasulullah. Selain itu,
pedang para sahabat juga dipajang di museum tersebut, di antaranya pedang Abu Bakar
Ashshiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin
Walid, dan Zubair bin Awwam.
Selain benda-benda itu, di istana tersebut juga terdapat pedang, mantel, gigi

11
(Nabi Muhammad SAW yang tanggal pada Perang Uhud), bakiak, bendera, cambuk,
segenggam janggut, sajadah, tongkat, busur panah, sabuk, stempel dan berbagai benda
lainnya. Masih di lingkungan Istana, juga ada peninggalan berharga, benda-benda yang
pernah dipakai Nabi Muhammad SAW. Berbagai peninggalan itu ditempatkan di dalam
suatu ruang khusus yang terpisah dari Istana Topkapi. Ruangan itu bernama Paviliun
Relikui Suci.
Hebatnya, di istana tersebut juga terdapat cetakan telapak kaki kanan Nabi
Muhammad SAW. Telapak kaki kanan itu tercetak saat peristiwa Mi'raj. Sedangkan
telapak kaki kirinya kini tersimpan di Masjidil Aqsa, Jerusalem. Terdapat pula beberapa
surat buatan Nabi Muhammad SAW yang ditujukan kepada Muqawqis (pemimpin
Kaum Kopts) dan Musaylimah Alkadzdzab (si Pembohong). Surat untuk Muqawqis
ditulis di daun kurma dan ditemukan di Mesir pada tahun 1850. Peninggalan bersejarah
lainnya adalah manuskrip Alqur'an pertama yang ditulis di atas lembaran kulit binatang.
Itu terjadi sebelum Alqur'an disatukan menjadi sebuah kitab utuh. Salah satu yang
tersimpan di Topkapi ialah Surat Alqadar. Selain itu, masih banyak peninggalan lainnya
dari para tokoh yang berjasa dalam perkembangan Islam.
Selanjutnya merupakan arsitektur rumah sakit, Yulianto Sumalyo dalam
bukunya yang bertajuk Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim
mengungkapkan, setibanya di Edirne dalam perjalanan ke Balkan bersama pasukannya
pada akhir musim semi 1484, Sultan Bayezid II memerintahkan membangun banyak
proyek, yaitu masjid baru dan pusat kesehatan (medical centre) termasuk di dalamnya
rumah sakit, sanatorium, rumah sakit jiwa dan sekolah kedokteran di tepian Sungai
Tunca. Seperti halnya di sejumlah kota lain yang berada dalam wilayah kekuasaan
Ottoman, bangunan-bangunan tersebut didirikan dalam sebuah kulliye. Untuk
perencanaan pembangunannya, Sultan Bayezid II menunjuk arsitek kerajaan pada
waktu itu, Mimar Hayrettin, untuk mendesain keseluruhan bangunan dalam Kulliye
Bayezid II ini(Lucky andriyani, 2020).
Bangunan rumah sakit (darussifa) dan rumah sakit jiwa (timarhane) Bayezid II
terletak di sisi barat daya bangunan masjid dalam Kompleks Bayezid II. Tata letak
rumah sakit tersebut terbilang cukup unik, pada ujung selatan terdapat unit berdenah
segi delapan, pada masing-masing sisinya terdapat ruang-ruang untuk perawatan. Setiap
ruang dalam unit ini beratap kubah, termasuk sebuah ruangan yang menyerupai hall.

12
Namun berbeda dengan kubah pada ruang perawatan, kubah di atas hall jauh lebih
besar dan dilengkapi dengan sebuah lantern yang terdapat pada bagian puncak kubah
tepat di atas bak air besar yang terdapat di tengah-tengah hall. Lantern tersebut juga
beratap kubah, namun dalam ukuran yang lebih kecil. Bagian penampang kubah hall
berbentuk segi dua belas. Di sekeliling dinding kubah berbentuk silindris ini terdapat
jendela-jendela yang berfungsi sebagai tempat sirkulasi udara. Sinar matahari dan udara
alami masuk melalui jendela- jendela tersebut hingga ke dalam ruangan yang berada
tepat di bawah kubah.
Bentuk arsitektur lain yang muncul pada masa dinasti Usmaniyah adalah
kuburan yang memakai corak bangunan berkubah, sementara sekat-sekat dipasang
disekelilingi bangunan kuburan yang merupakan bangunan yang beratap. Batu nisan
sederhana sudah dikenal sejak pertengahan abad ketujuh di Mesir. Kemudian di
wilayah-wilayah kekuasaan Turki Usmani batu-batu nisan yang lebih canggih banyak
digunakan untuk menandai kuburan para anggota kelas penguasa. Batu-batu nisan ini
berukir pada puncaknya dalam bentuk hiasan kepala sang mendiang, yang
menunjukkan peringkat di tengah masyarakat penguasa. Disekeliling kuburan dipasang
sekat-sekat yang membentuk bangunan beratap. Bahan maupun desain sekat ini
beragam; misalnya, sekat pada kuburan akhir abad ke-13 berupa masyrabiyah dari
kayu, sekat pada abad ke-20 kerap kali digunakan dari bahan logam.(Haqeem, 2020)
Bangunan lainnya yang menjadi cirri khas arsitektur pada zaman Turki Usmani
adalah tempat pemandian umum (hammam). Bangunan hammam ini di desain dengan
arsitektur yang khusus. Bangunannya berbentuk persegi dengan atap rata bagian
depannya dan beratap kubah pada bagian sumber airnya. Keberadaan pemandian umum
pada masa itu ditujukkan guna melayani keperluan mandi bersuci sebelum
melaksanakan shalat, khususnya shalat Jum'at. Karenanya tak mengherankan jika
bangunan hammam selalu ditempatkan didekat bangunan masjid. Umumnya disetiap
lokasi masjid dibangun dua buah hammam, yang masing-masing ditujukan bagi jemaah
laki-laki dan perempuan seperti hammam yang ada di masjid Sultan Ahmed, Istanbul.
Khusus di bidang arsitektur tata kota, pada masa pemerintahan Turki Usmani,
para arsitek muslim saat itu selalu diperintahkan untuk melakukan studi banding ke
Eropa guna mempelajari desain tata kota yang lebih baik. Setelah kembali, mereka
melakukan serangkaian perombakan tata kota dinasti Usmaniyah. Hasil akumulasi

13
desain tata kota dari Eropa dipadukan dengan nilai seni yang berdasarkan islam.
Akulturasi ini menghasilkan desain tata kota dinasti Usmaniyah yang asri dan indah.
Salah satu contoh arsitek muslim pada masa dinasti Turki Usmani yang sukses
merombak tatanan dan struktur kota dinasti Usmani ialah Mimar Sinan dan Ali Acemi.
Ali Acemi pada masa itu diangkat sebagai kepala arsitek istana pada tahun 1525 M.
Karyanya mencakup bangunan masjid Coban Mustafa Pasha dan kompleks (kulliye)
Coban Mustafa Pasha. Jonathan Bloom dan Sheila Blair dalam buku Islamic Arts and
Architecture mengatakan, gaya arsitektur Ali Acemi sangat mengandalkan presisi,
contohnya kompleks Coban Mustafa Pasha didekorasi dengan hiasan panel serta
berbahan marmer. Selain Ali Acemi tampil pula tokoh lainnya, Mimar Sinan. Ia
dikukuhkan sebagai salah satu arsitek terbesar pada zaman Turki Usmani. Dia pernah
menjabat arsitek kepala dan insinyur teknik sipil. Sinan berjasa dalam membangun kota
Istanbul dalam masa kepemimpinan Sultan Salim 1. Sultan Sulaiman 1. Sultan Salim II
dan Sultan Murad III.(Berlianto, 2022)
Dekorasi merupakan faktor pemersatu utama dalam arsitektur Islam dan desain.
Selama 13 abad, menulis Dalu Jones dalam sebuah esai yang sangat menarik dan
informatif berjudul "Permukaan, Pola dan Light" (dalam Arsitektur Dunia Islam, diedit
oleh George Michell), dekorasi telah menghubungkan bangunan dan benda-benda dari
seluruh dunia Islam - dari Spanyol ke Cina ke Indonesia. Catatan Jones, "seni Islam
adalah seni tidak begitu banyak bentuk sebagai tema dekoratif yang terjadi baik dalam
arsitektur dan seni yang diterapkan, secara independen dari materi, skala dan teknik.
Tidak pernah ada satu jenis dekorasi untuk satu jenis bangunan atau objek:. sebaliknya,
ada prinsip-prinsip dekoratif yang pan-Islam dan berlaku untuk semua jenis bangunan
dan benda-benda di setiap saat (mana datang hubungan intim dalam Islam antara semua
seni terapan dan arsitektur) seni Islam harus dipertimbangkan secara keseluruhan
karena masing-masing bangunan dan setiap obyek mewujudkan beberapa prinsip batas
identik Meskipun benda- benda dan seni berbeda dalam kualitas pelaksanaan dan gaya,
ide-ide yang sama, bentuk dan desain terus kambuh.." Karena sedikit furnitur
tradisional digunakan untuk kehidupan sehari-hari dalam Islam, dekorasi berkontribusi
pada penciptaan rasa ruang angkasa berkelanjutan yang merupakan ciri khas arsitektur
Islam. Menulis Jones, "The lapisan dekorasi permukaan meningkat dan kompleksitas
efek visual yang diperkaya dengan menggunakan karpet dan bantal, yang sering

14
mencerminkan skema dekoratif yang sama seperti yang ditemukan pada dinding dan
langit-langit Lantai dan langit-langit berkontribusi terhadap fluiditas ruang, oleh sifat
dekorasi mereka, karena mereka sering terpola dalam cara yang sama seperti dinding,
kadang-kadang, dalam kasus lantai, dekorasi sebenarnya mereproduksi karpet Makam
I'timad iklan-Dawlah di Agra, misalnya, telah, sebuah marmer bertatah lantai yang
persis mereproduksi desain karpet Mughal."
Jones mencatat bahwa dengan desain, Barat Islam mungkin tampak terbatas
pada dua dimensi tetapi bahwa karakter yang sangat desain Islam menyiratkan
kemungkinan tiga- dimensi. Misalnya, desain interlacing, sering disertai dengan variasi
warna dan tekstur, menciptakan ilusi pesawat yang berbeda. Melalui penggunaan
mencerminkan dan bersinar bahan dan glasir, pengulangan desain, tekstur kontras dan
manipulasi pesawat. dekorasi Islam menjadi kompleks, mewah nd rumit. Ini adalah seni
istirahat, Jones menambahkan, di mana ketegangan diselesaikan. Jones menyatakan
bahwa, terlepas dari bentuk, material atau skala, konsep seni bersandar pada landasan
dasar kaligrafi, geometri dan, dalam arsitektur, pengulangan dan perkalian dari elemen
berdasarkan lengkungan. "Sekutu dan sejajar dengan ini adalah motif floral dan
figural," tulis Jones. "Air dan cahaya juga penting bagi dekorasi arsitektur Islam karena
mereka menghasilkan lapisan tambahan pola dan - seperti yang terjadi dengan hiasan
permukaan - mereka mengubah ruang." Ruang didefinisikan oleh permukaan dan
karena permukaan diartikulasikan oleh dekorasi, ada adalah hubungan intim dalam
arsitektur Islam antara ruang dan dekorasi. Ini adalah variasi dan kekayaan dekorasi,
dengan permutasi tanpa henti, yang mencirikan bangunan daripada elemen struktur
mereka, yang sering menyamar. Banyak perangkat dekorasi khas arsitektur Islam -
misalnya, muqarnas [hiasan sarang lebah yang dapat mencerminkan dan membiaskan
cahaya] - dijelaskan oleh keinginan untuk membubarkan hambatan antara unsur-unsur
bangunan yang bersifat struktural (load-bearing) dan mereka yang hias (non-load-
bearing)."(Lucky andriyani, 2020)
Elemen Dekorasi Bagian ini meringkas daftar Jones 'unsur-unsur yang membuat
dekorasi sampai Islam.
a. Kaligrafi: Karena perannya dalam rekaman firman Allah, kaligrafi dianggap salah
satu yang paling penting dari seni Islam. Hampir semua bangunan Islam memiliki

15
beberapa jenis prasasti permukaan dalam, plesteran batu, mosaik marmer, dan/atau
lukisan.
Prasasti itu mungkin sebuah ayat dari Al Qur'an, baris puisi, atau nama dan
tanggal.Seperti dekorasi Islam lainnya, kaligrafi terkait erat dengan geometri.
Proporsi huruf yang diatur oleh matematika. Prasasti yang paling sering digunakan
sebagai bingkai di sepanjang dan sekitar elemen-elemen utama dari bangunan seperti
portal dan cornice.
Prasasti mungkin juga terkandung dalam satu panel. Terkadang kata-kata tunggal seperti
Allah atau Muhammad yang berulang dan diatur ke dalam pola di atas seluruh
permukaan dinding. Teks kaligrafi mungkin muncul dalam cartouches ditindik,
menyediakan pola untuk cahaya penyaringan melalui jendela.
b. Geometri: Seniman Islam dikembangkan pola-pola geometris pada tingkat
kompleksitas dan kecanggihan yang sebelumnya tidak diketahui. Pola-pola ini
contoh kepentingan Islam di pengulangan, simetri dan generasi terus menerus pola.
"Jaminan yang luar biasa dari para desainer Islam ditunjukkan dengan integrasi ahli
geometri dengan mereka seperti ef garuhi optik sebagai daerah menyeimbangkan
positif dan negatif, interlace dengan cairan tumpang tindih dan underpassing
strapwork, dan penggunaan terampil warna dan nilai- nilai nada. "... Lebih dari jenis
lain dari desain (pola geometris) diizinkan sebuah keterkaitan antara bagian dan
keseluruhan suatu kompleks bangunan, eksterior dan ruang interior dan perabotan
mereka."
c. Floral pola: Seniman Islam direproduksi alam dengan banyak akurasi. Bunga dan
pohon dapat digunakan sebagai motif untuk dekorasi tekstil, benda-benda dan
bangunan. Dalam dekorasi arsitektur Mughal India, seniman yang terinspirasi oleh
gambar botani Eropa, serta oleh flora tradisional Persia. Desain mereka bisa
diterapkan untuk panel monokrom dari marmer putih, dengan deretan tanaman
berbunga indah diukir pada relief rendah. bergantian dengan Inlays polikrom halus
berwarna batu mulia dan keras, Jones catatan. The arabesque (ornamen tumbuhan
geometricized) adalah "ditandai dengan batang yang memecah teratur terus menerus,
menghasilkan serangkaian counterpoised, berdaun, batang sekunder yang pada
gilirannya dapat dibagi lagi atau kembali untuk berintegrasi kembali ke dalam batang
utama," tulis Jones. "Ini tak terbatas, pergantian gerakan ritmis, disampaikan oleh

16
pengulangan garis lengkung timbal balik, menghasilkan desain yang seimbang dan
bebas dari ketegangan. Dalam, arabesque mungkin lebih daripada di desain lain yang
terkait dengan Islam, jelas bagaimana garis mendefinisikan ruang, dan seberapa
canggih efek tiga dimensi yang dicapai oleh perbedaan lebar, warna dan tekstur ...."
The arabesque (ornamen tumbuhan geometricized) adalah "ditandai dengan batang
yang memecah teratur terus menerus, menghasilkan serangkaian counterpoised,
berdaun, batang sekunder yang pada gilirannya dapat dibagi lagi atau kembali untuk
berintegrasi kembali ke dalam batang utama," tulis Jones. "Ini tak terbatas,
pergantian gerakan ritmis, disampaikan oleh pengulangan garis lengkung timbal
balik, menghasilkan desain yang seimbang dan bebas dari ketegangan. Dalam,
arabesque mungkin lebih daripada di desain lain yang terkait dengan Islam, jelas
bagaimana garis mendefinisikan ruang, dan seberapa canggih efek tiga dimensi yang
dicapai oleh perbedaan lebar, warna dan tekstur ...."
"The grid desain geometrik yang mendasari mengatur arabesque didasarkan pada
prinsip- prinsip matematika yang sama yang menentukan pola-pola geometris
sepenuhnya...."
d. Angka dan hewan: Karena penciptaan makhluk hidup yang bergerak - yaitu,
manusia dan hewan - dianggap dalam dunia Allah, Islam menghambat produksi
seniman dari tokoh-tokoh seperti melalui seni. Namun demikian, sejumlah seni
figural dapat ditemukan di dunia Islam, meskipun hal ini terutama terbatas pada
dekorasi benda dan bangunan sekuler dan lukisan miniatur. Patung figural ini sangat
langka dalam Islam.
e. Cahaya: Bagi banyak Muslim (dan non-Muslim), cahaya adalah simbol kesatuan
ilahi. Dalam arsitektur Islam, fungsi lampu dekoratif dengan memodifikasi unsur-
unsur lain atau dengan pola-pola berasal. Dengan cahaya yang tepat, fasad menusuk
dapat terlihat seperti berenda, layar tanpa tubuh, Jones catatan. Cahaya dapat
menambahkan kualitas dinamis untuk arsitektur, memperluas pola, bentuk dan
desain ke dalam dimensi waktu. Dan kombinasi cahaya dan bayangan menciptakan
kontras kuat dari pesawat dan memberikan tekstur untuk terpahat batu, serta ditebar
atau permukaan bata.
f. Air: Dalam iklim Islam panas, air dari kolam dan air mancur halaman mendingin
karena menghiasi. Air tidak bisa hanya mencerminkan arsitektur dan kalikan tema

17
dekoratif, juga dapat berfungsi sebagai sarana menekankan sumbu visual. Seperti
gambar mereka cermin, Jones menulis, kolam air yang berubah, namun selalu
berubah; cairan dan dinamis, namun statis.

D. Peninggalan Turki Usmani


Kerajaan Turki Ottoman, nama lainnya adalah kerajaan Turki Utsmani.
Keberadaan kerajaan tersebut pada masa lalu menjadikan simbol kekuatan Islam
yang mampu bertahan di kawasan Eropa hingga Afrika. Tidak hanya itu, kerajaan
tersebut juga mampu menyebarkan budaya Islam di negara-negara yang mayoritas
penduduknya menganut agama lain.
Selama ratusan tahun berkuasa, kekhalifahan Turki Usmani mengukir banyak
prestasi. Selain penyebaran dakwah Islam yang semakin luas, dinasti ini juga
memberikan warna tersendiri pada perkembangan Islam. Khususnya, dalam bidang
arsitektur.Banyak bangunan peninggalan Turki Usmani bercorak arsitektur tinggi.
Megah dan mewah, itulah kesan yang terpancar dari bangunan-bangunan tersebut.
(andriyani, 2020)
Adapun Beberapa Peninggalan kebesaran Kesultanan Turki Usmani tetap
kokoh berdiri di Istanbul hingga kini yaitu:
1. Istana topkapi (topkapi sariyi)
Istana Topkapi (Topkapi Palace) atau Topkapi Sarayi merupakan tempat
tinggal resmi sultan-sultan dari dinasti Turki Umani selama hampir 400 tahun, sejak
1465-1856. Pada masa 1856 hingga 1924, istana ini hanya menjadi tempat istirahat
para sultan. Topkapi memiliki arti dua meriam.

Simbol dua meriam itu tampak di samping gerbang masuk istana yag seluruhnya
memiliki luas 700.000 m2 dan panjang sekitar 1,4 km. Letak istana persis berada di
tepi Laut Marmara. Istana itu dipagari benteng sepanjang 5 km di sisi Laut Marmara.
Topkapi dibangun tahun 1459 pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II. Ada 35
bagian dari istana tersebut. Antara lain berupa ruang-ruang untuk kerja, menerima
tamu, tempat istirahat, perpustakaan-perpustakaan, galeri, masjid, audiensi, ruang
para istri, paviliun, tempat pameran, dan sebagainya. Tentu saja ornamen dan interior
di dalam istana tergolong mewah.

Sekarang istana yang indah ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan dan
berisi peninggalan suci yang penting dalam sejarah islam. Setelah jatuhnya Kerajaan
Utsmani pada tahun 1921, istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit
pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah
Bersejarah Istanbul” yang merupakan situs warisan dunia oleh  UNESCO.
(andriyani, 2020)

2. Gelata tower
Seperti namanya, ini merupakan menara pengintai. Dengan tinggi sekitar 65 m
dan keliling 16 m, menara yang berada di distrik Galata ini dibangun pada 1348.
Berada di tepi laut, bila berdiri di lantai atas menara ini maka petugas istana akan
bisa melihat setiap pergerakan kapal tamu atau musuh yang akan masuk Laut
Marmara. Menara ini terdiri atas 9 lantai. Selain menjadi tempat melihat suasana
Kota Istanbul, di lantai 9 kini juga berubah menjadi resto. Lantai lain dari menara ini
18
juga difungsikan untuk kepentingan yang menunjang aktivitas wisata.

Pada masa Sultan Selim III tahun 1794, Menara Galata sempat terbakar.
Kebakaran serupa pernah terjadi pada 1831 namun bisa kembali diperbaiki. Menara
juga sempat rusak saat ada gempa di era Sltan Bayezit II. Berdasarkan legenda yang
ada, saat kekuasaan Sultan Murad IV, ada seorang bernama Hezarfen Amet Celebi
yang nekat terbang dari atas Menara Galata dengan menggunakan sayap buatan.
Celebi mampu terbang sejauh 6 km dan mendarat di wilayah Uskudar yang
merupakan perbatasan antara wilayah Asia dan Eropa. Sultan yang semula hendak
memberikan penghargaan pada Celebi malah berubah pikiran dan justru
mengucilkan pria ini ke Aljazair.

3. Hagia shopia
 Hagia Sophia baru saja dirubah fungsinya dari museum menjadi masjid, pada
masa Presiden Recep Tayyip Erdogan. Hagia Sophia yang dalam bahasa Latin
bernama Sancta Sophia terletak di Istanbul, Turki. Hagia Sophia merupakan
bangunan kuno bersejarah yang sangat indah dan besar dan juga menjadi properti
kesultanan Turki Utsmani yang menguasai Istanbul pada 1453. Bangunan ini
awalnya merupakan gereja Kristen. Bangunan dengan julukan  The Great of
Chrush ini merupakan bukti kejayaan Islam pada masa Turki Utsmani. (andriyani,
2020)

4. Masjid biru (blue mosque)


Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed ini dikenal dengan interior yang dominan
berwarna biru.Sultan Ahmed I dikenal paling religius. Ia yang mula pertama punya
ide membuat masjid untuk menggantikan fungsi Ayasofya (Haga Sophia), bekas
gereja yang saat itu berfungsi sebagai masjid. Sultan menugaskan arsitek Mehmed
Aga untuk membuat rancang bangun masjid. Sejak 1609 masjid itu dibangun dan
selesai pada 1617. Hal yang menarik dari masjid biru ini adalah karangan kaligrafi
karya Seyyid Kasim Laubari. Tatanan interior dan eksterior masjid dipenuhi oleh
kaligrafi-kaligrafi yang bernilai seni tinggi. Bebeda dengan Hagia Sophia, masjid ini
hingga kini masih berfungsi sebagai tempat peribadatan umat Muslim.disana
terdapat rumah kecil untuk sultan dalam kompleks masjid itu. Ada pula madrasah,
serta beberapa kios bertingkat untuk toko buku/perpustakaan. Kondisi di dalam
ruang utama masjid ini hampir sama dengan Masjid Sulaiman.

5. Masjid raya sulaiman


Terletak di dalam distrik Fatih yang bersejarah di Istanbul di dekat Tanduk Emas,
Universitas Istanbul, dan Grand Bazaar, Masjid Raya Sulaiman dianggap sebagai
salah satu masjid peninggalan Turki Utsmani yang paling mengesankan di kota ini.
Dibangun antara tahun 1550 dan 1557 setelah diperintahkan oleh Sultan Sulaiman I,
sesuai dengan nama masjid, struktur megah ini memiliki banyak taman dan kubah
besar, ditambah sentuhan akhir kelas atas seperti daun jendela mutiara, korbel yang
dicat, ubin keramik tradisional, dan kaca patri jendela.
Menurut sejarawan Pecevi, 896 ribu 360 koin emas dan 82 ribu 900 koin,
yaitu sekitar 3200 kilogram emas, dihabiskan untuk pembangunan kompleks
masjid yang merupakan struktur dan lokasi paling ikonik dari kekhalifahan
19
Turki Utsmani serta bagian paling indah dari siluet Istanbul. Selama
pembangunan kompleks yang memakan waktu 7 tahun itu total 3.523 pekerja
dilibatkan dengan 1.713 di antaranya beragama Islam (Berlianto, 2022)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Turki Usmani adalah sebuah dinasti Islam yang mewarisi


wilayahkekuasaan yang pernah ditaklukkan oleh dinasti Saljuq dan penguasa pertamanya
adalahUsman bin Erthogrul. Pada masa kepemimpinan Erthogrul sampai pada masa
kepemimpinanOrkhan menjadikan Turki sebagai negara yang berdasarkan sistem dan prinsip
kemiliteran.Semula kerajaan Usmani hanyalah sebuah kerajaan yang kecil, namun pada akhirnya
menjadisebuah kerajaan yang besar karena mengadakan ekspansi terhadap wilayah-wilayah
yangdisekitarnya. Kehidupan keagamaan dalam kerajaan Turki Usmani adalah sangatdiperhatikan,
di mana ia terikat dengan syariat Islam.

21
DAFTAR PUSTAKA

Berlianto. (2022). 3 Bangunan Peninggalan Turki Utsmani, Nomor 1 Dibangun untuk Saingi Hagia Sophia |
Halaman 2. https://international.sindonews.com/read/815939/45/3-bangunan-peninggalan-turki-
utsmani-nomor-1-dibangun-untuk-saingi-hagia-sophia-1656817666/10
Haqeem, A. (2020). Peninggalan Dinasti Turki Usmani | Haqeem Group.
https://alindrahaqeem.com/peninggalan-dinasti-turki-usmani/
Lucky andriyani. (2020). Jejak Peninggalan Kejayaan Turki Utsmani - PENJURU.ID.
https://www.penjuru.id/jejak-peninggalan-kejayaan-turki-utsmani/
Tarbiyah, J., & Parepare, A. S. (n.d.). PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DAULAH USMANI ( Sejak Sultan
Mahmud II Sampai Menjadi Negara Turki Modern oleh Mustafa Kemal ).
Uliyah, T. (2021). KEPEMIMPINAN KERAJAAN TURKI UTSMANI: KEMAJUAN DAN
KEMUNDURANNYA.
Tarbiyah, J., & Parepare, A. S. (n.d.). PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DAULAH USMANI ( Sejak Sultan
Mahmud II Sampai Menjadi Negara Turki Modern oleh Mustafa Kemal ).
Uliyah, T. (2021). KEPEMIMPINAN KERAJAAN TURKI UTSMANI: KEMAJUAN DAN
KEMUNDURANNYA.

22
23

Anda mungkin juga menyukai