Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SEJARAH HUKUM ISLAM

KERAJAAN BESAR PASCA ABASIYYAH

Dosen Pengampu : AISYAH RAHMAINI FAHM,M.H

Disusun Oleh :

EDI ( 2322000689 )

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF

JAMBI

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Alhamdulillahi Robbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah, atasrahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “TIGA KERAJAAN BESAR
PASCA ABASIYYAH” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, mudah- mudahan kita mendapatkan syafa’at-Nya dari beliau di hari akhir
nanti.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Seharah Hukum Islam
Dalam penyelesaian makalah ini kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
ibu AISYAH RAHMAINI FAHMA,MH Selaku Dosen pengampuh mata kuliah Sejarah
Hukum Islam dan dalam penyusunan makalah ini kami juga memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Jambi, Februari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1. Kerajaan Turki Usmani...........................................................................3


2.2. Dinasti Safawi Persia..............................................................................8

2.3. Dinasti Mughal India..............................................................................13


BAB III PENUTUP..................................................................................................21

3.1. Kesimpulan............................................................................................21
3.2. Saran......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi serta
Persia dan Kerajaan Mughal juga India sudah banyak menaruh donasi bagi perkembangan
peradaban Islam. Kerajaan Usmani meraih masa kejayaannya dibawah kepemimpinan
Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) serta Kerajaan Safawi, Syah Abbas I
membawa kerajaan mencapai dan meraih kemajuan dalam 40 tahun periode
kepemerintahannya pada tahun 1588-1628 M. Dan pada Kerajaan Mughal meraih masa
keemasan dibawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir yang sudah Allah tentukan
pada setiap kejayaan tentu akan berganti menggunakan kemunduran bahkan sebuah
kehancuran. Demikian jugadengan yang terjadi dalam ketiga kerajaan tadi. Setelah
pemerintahan yang gilang gemilang pada bawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-
masing kerajaantersebut mengalami fase kemunduran. Namun, penyebab kemunduran tadi
berlangsung menggunakan kecepatan yang berbeda-beda. Kemunduran-kemunduran inilah
yang akan penulis bahas pada makalah ini. Lantaran pengaruhnya sangat akbar terhadap
kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan:
1. Bagaimana sejarah kerajaan Turki Usmani.
2. Bagaimana sejarah kerajaan Dinasti Safawi Persia.
3. Bagaimana sejarah kerajaan Dinasti Mughal India.

1.3. Tujuan Penulisan


Berpijak dari hal diatas, maka dalam tulisan iniakan dieksplorasi secara luas tentang:
1. Perkembangan sejarah kerajaan Turki Usmani.

4
2. Perkembangan sejarah kerajaan Dinasti Safawi Persia.
3. Perkembangan sejarah kerajaan Dinasi Mughal India.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kerajaan Turki Usmani


Daulah Turki Usmani merupakan satu-satunya daulah darisekian banyak Daulah
yang terdapat pada Islam yang berhasil menaklukkan Konstantinopel walaupun telah
banyak Daulah yang berusaha menaklukkan sebelumnya1.
Memang setiap Daulah Islam memiliki peranan yang beraneka pada sumbangan
yang mereka berikan pada global Islam, apabila Daulah Umayyah Syria berhasil menaruh
daerah teritorial yang sangat luas pada global Islam, mulai menurut Persia, Indus di bagian
timur hingga ke Afrika, Eropa Barat di bagian barat sebagai akibatnya mereka diklaim
negara Adi Kuasa saat itu. Maka Daulah Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umayyah II di
Cordova, Daulah Fatimiyah dan Daulah Mamalik di Mesir mereka berlomba untuk
memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban sebagai akibatnya mereka berhasil menaruh
sumbangan pada global Islam di bidang kemajuan ilmu pengetahuandan peradaban.
Selanjutnya Turki Usmani kembali menyumbangkan daerah yang relatif luas bagi
global Islam, mereka berhasil melakukan perluasan Islam ke Eropa Timur. Bahkan mereka
merupakan satu-satunya yang berhasil menaklukkan Konstantinopel sebagai mahkota
Kerajaan Romawi oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk) pada tahun 1453 M.
Maka dikuasainya Konstantinopel itu, pintu perluasan ke Eropa semakin sukses dan
terbuka.
Puncak kejayaan Turki Usmani memperluas daerah perluasan merupakan kekuasan
Sultan Sulaiman I (1520-1566), yang populer menggunakan sebutan Sulaiman Agung dan
Sulaiman Al-Qanun. Di bawah pemerintahannya daerah kekuasaan Turki Usmani
meliputi; Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Balkan, Yunani, Bosnia,
Bulgaria, Hongaria, Rumania hingga ke batas sungai Danube; menggunakan tiga lautan,

1
Hamka1975. Sejarah Umat Islam, Jilid 3. Jakarta: Bulan Bintang hlm 56

5
yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam2.

Itulah citra luasnya daerah kekuasaan Turki Usmani yang dimulai dari Asia, Afrika
hingga ke Eropa Timur,perbatasan menggunakan tiga samudera yang sudah mereka
sumbangkan ke global Islam, sebagai akibatnya Turki Usmani merupakan Daulah yg
paling akbar dan yang paling usang berdiri dibanding Daulah-Daulah Islam lainnya.
a. Pembentukan Pemerintahan
Pendiri Daulah ini merupakan bangsa Turki berdasarkan suku Oghuz yang
mendiami daerah Mongol. Mereka masuk Islam lebih kurang abad kesembilan atau
kesepuluh. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M, beliau juga berhasil
membantu Sultan Alaiddin II,keberhasilannya menduduki benteng- benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 699 H/1300 M, bangsa
Mongol menyerang Daulah Turki Saljuk,dan Sultan Alaiddin terbunuh, maka Usman
pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasapenuh atas wilayah-wilayah yg
didudukinya. Sejak inilah Daulah Turki Usmani resmi berdiri pada Asia Kecil
menggantikan Sultan pertamanya Usman I, Hal-hal yang lakukan Usman I antara
lain :
1. Mengirim surat pada raja-raja tetangga yang berisikan tiga pilihan yaitu: pertama,
masuk Islam, kedua, membayar upeti,ketiga, perang. Segera sesudah itu, antara
Raja-raja tadi terdapat pribaditunduk dan bergabung dengannya, sebagai akibatnya
daerahnya bertambah luas.
2. Menyerang wilayah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun
1317 M lalu pada tahun 1326 M dijadikannya menjadi ibu kota Daulah Turki
Usmani. Usman I manggantikandunia tahun 1326 M, Sultan Turki Usmani digantikan
oleh Orkhan (1326-1359 M), hal-hal yang dilakukan oleh Orkhan yaitu:
1. Menaklukkan Azmir (Smirna) dalam tahun 1327 M
2. Menaklukkan Thawasyanli (1330 M)
3. Menaklukkan Iskandar (1338 M)
4. Menaklukkan Ankara (1354 M)
2
Hamka1975. Sejarah Umat Islam, Jilid 3. Jakarta: Bulan Bintang hlm 58

6
5. Menaklukkan Gallipoli (1356 M)3.

Perluasan daerah semakin dikembangkan lagi pada masa Murad I, pengganti


Orkhan berkuasa (1359-1389 M), selain beliau bisa memantapkan keamanan, beliau
juga melakukan ekspansi wilayah ke Benua Eropa.
Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Usmani sudah
memegang “kuncilintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria
menggunakan Bizantium pada Konstantinopel. Oleh karena itu, bagi Kaisar tidak ada
pilihan lain kecuali mengakui keberadaan Daulah Turki Usmani di Eropa dan
menyatakan bersahabat dengan Sultan tersebut.
Kesuksesan Sultan Murad I di Eropa itu diiringi juga kesuksesannya melakukan
penaklukan di Asia. Kerajaan Karman (pecahankerajaan Ilkhan) ditaklukkan. Suatu hal
krusial yang dilakukan Sultan Murad I adalah menentukan pemuda pemuda Kristen
setelah masuk Islam dididik sebagai militer, sebagai akibatnya lahirlah tentara elit
Turki yang diberi nama “Yenisari”4.
Bayazid I menggantikan ayahnya sebagai Sultan pada usia 34 tahun. Pada masa
kekuasaannya (1389-1403 M) agresi-agresi ekspansi daerah terus
dilanjutkannya,beliau merebut Kossova pada tahun pertama pemerintahannya (1389
M) Stephen Raja Lazar terpaksa meminta perdamaian dan menyatakan diri bergabung
dengan Sultan dan siap sedia membayar upeti.
Tahun 1393 M Bayazid mengirim pasukan di bawah komando anaknya
Sulaiman untuk menyerang Bulgaria. Setelah mengepung selama 3 minggu, Trinova
berhasil direbut. Rajanya Sisman melarikan diri maka tumbanglah kerajaannya disertai
rakyatnya banyak yang masuk Islam.
Pertempuran hebat terjadi pada Ankara dalam tahun 1402 M, namun baru saja
mulai pertempuran, tiba-tiba serdadu bangsa Tar-tar yang terdapat pada barisan
Bayazid berpihak pada Timur Lank. Maka bagaimanapun Bayazid gagahnya, akan
tetapi pada pertempuran yangseimbang pasukannya kucar-kacir dan beliau beserta
anaknya Musa tertawan dan wafat pada tawanan setahun kemudian (1403 M). Karena
3
Hamka1975. Sejarah Umat Islam, Jilid 3. Jakarta: Bulan Bintang hlm 60

4
Hasan,Ibrahim, 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang hlm.44

7
kekalahan Bayazid pada Ankara itu membawa dampak buruk bagi Daulah Turki
Usmani. Penguasa-penguasa Turki Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dai
genggaman Turki Usmani. Wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamirkan
kemerdekaan5.

Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M)


dapat mengatasinya. Dia bekerja keras menyatukan negaranya dan mengembalikan
kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala. Muhammad I bisa menguasai kembali
daerah-daerah kekuasaan Turki Usmani selama kurang lebih sepuluh tahun.

b. Masa Kejayaan Pemerintahan


Masa puncak kejayaan Turki Usmani terdapat 3 orang Sultan, yaitu: Sultan
Muhammad II (1451-1484 M) bergelar “Al-Fatih” Sang Penakluk”. Dia bisa
mengalahkan Bizantiumdan menaklukkan Konstantinopel yang telah direncanakan
dulu oleh Sultan Bayazid. anaknya Sultan Salim I (1512-1520 M) Sultan Sulaiman I
Al- Qanun (1520-1566) M.
1. Sultan Muhammad II
Taktik yang dilakukan Muhammad II pada menaklukkan Konstantinopel tidak
sinkron dengan yang dilakukan Sultan-sultan sebelumnya. Jauh hari sebelum
melakukan penaklukkan, Sultan Muhammad II terlebih dahulu membentuk sebuah
benteng tinggi yang diberi nama Runli Hisar. Benteng ini berada di seberang selat
Borporus, dekat Konstantinopel.
Fungsi benteng ini mengumpulkan persediaan perang untuk menyerang
Konstatinopel. Pembangunan benteng itu memakan waktu selama 3 bulan. Nilai
strategis berdasarkan pembangunan benteng itu sangat tinggi bangunnya, benteng
Konstatinopel mungkin lagi menerima donasi, baik alat-alat perang, persediaan
senjata, juga bahan logistik lainnya berdasarkan Laut Hitam.
Untuk itusebelum penyerangan dilakukan, Sultan bekerjasama menggunakan
para pengiringnya mengelilingi parit pertahanan Konstatinopel untuk menganalisa
segi kekuatan dan segi kelemahan versus buat mencarikan cara yang tepat

5
Mahmudunnasir, Syed, 1988. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosda Bandung hlm 71

8
mengatasinya.
Sultan Muhammad II melakukan penyerangan ke Konstatinopel melalui Selat
Borporus, Selat itu dipagari menggunakan rantai-rantai dan ranjau oleh pihak Kaisar,
sebagai akibatnya mampu dilewati kapal-kapal. Oleh karena itu, Sultan
memerintahkan pemindahan kapal-kapal melalui daratan. Langkah yang ditempuh
Sultan nampaknya menjadi strategi yang bersifat teror mental, pada siang hari
penduduk Konstantinopel bisa melihat musuh berdasarkan atas bentengnya bahwa
ranjau mereka bisa lewati tentara Islam6.

Akhirnya pada tanggal 29 Mei 1453 M, pada Subuh hari penyerbuan terakhir
dilakukan, meriam berhasil membobol dinding tembok sebagai akibatnya mereka bisa
masuk menyerbu, maka Kaisar terbunuh, Konstatinopel jatuh, tentara Islam menang
menaklukkan Konstatinopel. Maka berakhirlah penyerbuan yang sangat dramatis dan
mendebarkan.akhirnya Sultan Muhammad II berhak menerima gelar “al-Fatih”
sebagai Sang Penakluk.
Pada masa Muhammad II ini mulai diperhatikan dalam bidang lain, yaitu Gereja Aya
Sofia dimodifikasi dan disulap menjadi Masjid. Kemudian sebuah Masjid baru yang
lain dibangunnya pula, namanya “Masjid Jami’ Muhammad Al-Fatih” atas donasi
seseorang arsitektur Yunani yang bernama Christodulos. Dia pula membentuk
sekolah-sekolah, pemandian, dapur umum, rumah sakit dan panti- panti sosial. Selain
itu, beliau pula membentuk sebuah masjid di dekat makam Abu Ayyub AlAnshori
yang mangkat pada penyerangan pertama ke Konstantinopel pada tahun 678 M.
Akhirnya, pada usia 51 tahun Muhammad Al- Fatih pun dimakamkan dekat masjid
megah yang dibangunnyadi Konstantinopel atau Istambul, beliau digantikan anaknya
Sultan Salim I (1512- 1520 M).
2. Sultan Salim
Periode Sultan Sultan Salim I ini merupakan periode peralihan kesultanan ke
kekhalifahan. Selain itu, beliau pun mengalihkan perhatian ekspansinya menurut
global Barat ke global Timur menggunakan menaklukkan Persia, Syria dan Daulah
Mamalik di Mesir. Kalau para pendahulunya lebih memusatkan perhatian mereka
melakukan perluasan ke Benua Eropa, maka dalam masanya perhatian lebih
diarahkan ke global Timur. Persia mulai diserangnya dan pada peperangan itu Syah

6
Hasan,Ibrahim, 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang hlm.56

9
Ismail menurut Daulah Safawiyah dipukul mundur pada pertempuran yang terjadi di
lembah Chaldiran terletak di antara danau Urmia dan Tabriz, lepas 23 Agustus 1514
M. Serangan dilanjutkannya ke Syria, Aleppo dan berhasil direbutnya, menurut ini
Sultan Salim melanjutkan penyerangan ke Mesir di bawah kekuasaan Daulah
Mamalik dandapat dikalahkannya, lalu Cairo jatuh dalam tahun 21 Januari 1517 M
dan Sultan Salim mengumumkan bahwa dirinya menjadi khalifah.

Akhirnya karena penyakit yang dideritanya beliau wafat setelah2 September


1520, pada saat bepergian ke Istambul menuju Adrianopel, beliau digantikan
putranya Sulaiman.
3. Sultan Sulaiman I Al-Qanun
Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Syria,
Hijaz dan Yaman pada tahun 1529 M. Dengan demikian, dalam masanya luas daerah
kekuasaan Turki Usmani mencapai klimaksnya, hal itu meliputi Asia Kecil, Irak,
Armenia, Syria, Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di
Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.

c. Masa Kemunduran
Masa kemerosotan Turki Usmani dimulai krisis suksesi sepeninggal Sultan
Sulaiman pada 1566 M. hingga sebelum Turki sebagai Republik 1923 M. Pada masa
Mustafa Kamal At-Taturk, tercatat 27 Sultanlagi yang dapat diandalkan. Banyak
faktor yang mengakibatkan kehancuran Turki Usmani ini, diantaranya, daerah
kekuasaannya yang luas, rumit menyusun administrasi negara, sebagai akibatnya
administrasi negara Turki Usmani tidak beres, ada interim penguasanya sangat
berambisi memperluas daerah, ikut perang terus menerus, akibatnya tidak dapat lagi
mengurus administrasi negara. Faktor kedua, heterogenitas penduduk, menguasai
daerah yang luas, tentu pula mengurus penduduk yang majemuk etnis, kepercayaan
juga istinorma istiadat; Asia, Afrika, Eropa. Untuk mengurus penduduk yang
10
beragam pada wilayah yang luas mesti menggunakan organisasi pemerintahan yang
teratur, tanpa didukung oleh administrasi yang baik, maka pemerintah menanggung
beban yang berat, disinilah kekacauan itu muncul. Faktor ketiga, kelemahan para
penguasa, sepeninggal Sulaiman, Turki Usmani diperintah oleh Sultan-Sultan yang
lemah yang tidak bisa mengatur pemerintahan negara, akibatnya pemerintahan
menjadi kacau. Kekacauan itu dibiarkan terus dan tidak pernah diatasi secara
sempurna, maka kekacauan semakin parah hingga jatuh sakitdi Eropa dan tidakada
yang dapat lagi menyembuhkannya7.

2.2. Dinasti Safawi Persia


a. Pembentukan Pemerintahan
Daulah safawiyah (1501-1736 M), sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan,Iran. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah
didirikan hampir bersamaan dengan Daulah Turki Usmani di Asia Kecil. Nama
Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M).
Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran kepercayaan. Pada mulanya
gerakan tarekat Safawiyah ini bertujuan memerangi orang yang ingkar dan orang
yang mereka sebut ahlul bid’ah. Keberadaan tarekat ini semakin krusial sehabis
berubah menurut tarekat kecil yg bersifat lokal sebagai gerakan keagamaan yang
akbar adalah di Persia, Syria dan Anatolia. Di wilayah luar Ardabil, Saf al-Din
menempatkan wakilnya yang memimpin muridnya yang
diberi gelar “kalifah”.
Dalam rentang waktu yang tidak terlalu kacau anak didik tarekat ini berubah
menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik terhadap mazhab Syi’ah dan menentang
setiap orang yang tidak bermazhab Syi’ah. Gerakan Safawiyah selanjutnya
bertambah luas dan berkembang, mulanya hanya gerakan keagamaan saja
berkembang dan bertambah sebagai gerakan politik.
7
Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution hlm.14

11
Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang
dan mengalahkan AK. Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus
berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, mak kota AK Koyunlu berhasil
merebut dan mendudukinya. Di kota ini, dalam tahun 1501 M, Ismail
memproklamirkan berdirinya Daulah Safawiyah dan dirinya menjadi raja pertama
menggunakan mahkotanya Tabriz.
Demikianlah sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada mulanya adalah
suatu aaliranyang bersifat keagamaan berfaham Syi’ah. Kemudian akhirnya menjadi
Daulah akbar yang sangat berjasa pada memajukan peradaban Islam, walaupun tidak
bisa menyamai Daulah Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umayyah di Spanyol dan
Daulah Fatimiah di Mesir pada masa jayanya ketiga Kerajaan tersebut8.

Masa Kemajuan Selama Daulah Safawiyah berkuasa di Persia (Iran) pada abad
ke-16 dan ke-17 M, masa kemajuannya hanya terdapat pada kekuasaan dua Sultan,
yaitu: Ismail I (1501- 1524 M), kejayaannya dalam masa Sultan Syah Abbas I
(15581622 M).

1. Sultan Ismail
Sultan Ismail berkuasa kurang lebih selama 23 tahun (1501-1524 M), dalam
sepuluh tahun pertama kekuasaannya, beliau berhasil melakukan memperluas
kekuasaannya. Ia dapat membersihkan sisa-sisa kekuatan menurut pasukan AK.
Kuyunludi Hamadan (1503 M), menguasai Propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan
dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M), Baghdad dan wilayah barat daya
Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan (1510 M). Dengan demikian hanya
pada saat sepuluh tahun beliau sudah bisa menguasai seluruh daerah di Persia.
Tidak sampai situ, beliau sangat berambisi untuk melebarkan sayap untuk
menguasai wilayah-wilayah lainnya,yaitu: ke Turki Usmani, tetapi pengembangan
ini digagalkan oleh Sultan Salim yang menciptakan
semangatSultan Ismail patah.
Dalam keadaan genting seperti ini terjadi persaingan segi tiga antara pimpinan
suku- suku Turki, pejabat-pejabat Persia dan tentara Qishilbash pada memperebutkan
8
Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution hlm.26

12
impak dan kekuasaan untuk memimpin Daulah Safawiyah.
Kondisi yang memprihatinkan itu baru dapat diatasi setelah Sultan kelima
Daulah Safawiyah Abbas I, naik tahta. Ia memerintah Daulah Safawiyah selama
empat puluh tahun (1588-1628 M).

2. Sultan Syah Abbas


Segera setelah Sultan Syah Abbas I diangkat sebagai Sultan, dia mengambil
langkah-langkah pemulihan kekuasaan Daulah Safawiyah yang memprihatinkan itu.
Pertama, beliau berusaha menghilangkan penguasaan pasukan Qizilbash atas
Daulah Safawiyah menggunakan cara menciptakan pasukan baru yang anggota-
anggotanya terdiri dari budak-budak asal tawanan perang, Georgia, Armenia dan
Sircassia yang sudah ada sejak Sultan Tahmasp I, yang lalu disebutnya menggunakan
pasukan “Ghullam”.
Kedua, Mengadakan perjanjian menggunakan kondisi Turki Usmani,
menggunakan kondisi, Abbas I terpaksa menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia
dan sebagian wilayah Luristan. Selain agunan itu, Abbas I berjanji tidak akan
menghina tiga khalifah pertama dalam Islam yaitu: (Abu Bakar, Umar ibn Khattab
dan Usman ibn Affan) pada khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai agunan atas kondisi-
kondisi tadi, beliau menyerahkan saudara sepupunya, Haidar Mirza menjadi Sandera
di Istambul.
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I berhasil menciptakan pemerintahan
Daulah Safawiyah sebagai bertenaga balik, setelah itu, pada syarat pemerintahannya
yang sudah stabil, Abbas I mulai memusatkan perhatiannya ske luar berusaha
13
mengambil kembaliwilayah-wilayah kekuasaan Safawiyah yang telah hilang.
Pada tahun 1597 M Abbas I memindahkan ibu kota Daulah Safawiyah ke
Isfahan, menjadi persiapan untuk melanjutkan langkah melakukan ekspansi wilayah
ekspansinya ke wilayah-wilayah bagian timur, setelah memperoleh kemenangan-
kemenangan diwilayah timur, barulah Abbas I mengalihkan serangannya ke wilayah
barat, berhadapan menggunakan Turki Usmani.
Pada tahun 1598 M dia menyerang dan menaklukkan Herat, lalu agresi
dilanjutkannya merebut Marw dan Balkh. Setelah kekuatan pemerintahannya mulai
pulih dan terbina kembali, ada juga hasratnya untuk mengambilwilayah- wilayah
kekuasaan Daulah Safawiyah yang dulu diambil Turki Usmani. Nampaknya rasa
permusuhan berdasarkan dua Daulah Islamiyah yang tidak selaras bentuk agama
(Syi’ah, Sunni) ini tidak pernah padam sama sekali. Kapan terdapat kesempatan pada
itu mereka berperang.

Pada tahun 1602 M, pada waktu Turki Usmani berada di bawah pemerintahan
Sultan yang lemah, Sultan Muhammad III pasukan Abbas I mengarahkan agresi
serangannya ke wilayah-wilayah yang dikuasai dulu oleh Turki Usmani, lalu mereka
menyerang dan berhasil menguasai wilayah Tabriz, Sirwan dan Baghdad.
Adapun sebagai faktor keberhasilan Abbas I pada perluasan wilayah, antara
lain, kuatnya dukungan militer, karenapada masa Abbas I telah terdapat
duakelompok militer, yaitu:
Faktor pertama, pasukan militer Qisilbash dan pasukan militer Ghullam yang
dibentuknya sendiri, mereka menaruh dukungan penuh bagi perluasan ekspansinya.
Faktor kedua, ambisi Sultan yang sangat besar bagi memperluas wilayah Daulah
Safawiyah sebagai akibatnya dia rela melakukan perjanjian tenang menggunakan
Turki Usmani danuntuk itu beliau menyerahkan sebagian daerah kekuasaannya pada
mereka, masa tenang tadi dipergunakannya membangun keamanan pada negerinya,
bermodalkan keamanan tadi beliau bisa melakukan perluasan ke luar. Faktor ketiga,
didukung oleh kecakapan diri Sultan yang berbakat dan profesional pada merancang
taktik politik, kapan saatnya harus mengalah dana kapan saatnya harus menyerang

14
musuh9.

b. Kemajuan Ilmu Pengetahuan


Terdapat beberapa ilmuwan yang selalu menghadiri diskusi dalam majelis
Isfahan; mereka itu merupakan Baharuddin Syaerasi, Sadaruddin Syaerasi dan
Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, pakar sejarah, teolog, dan
seseorang yang pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah-lebah.
Jika dibandingkan menggunakan dua Daulah lainnya, yaitu Daulah Turki Usmani
dan Daulah Mughal pada saat yang sama, jika pada bidang ilmu pengetahuan Daulah
Safawiyah ini jauh lebih unggul. Kemajuan kebudayaan dan seni.
Setelah tercipta stabilitas politik, ekonomi dan keamanan pada pemerintahan
Sultan Abbas I maka beliau bisa mengalihkan perhatiannya dalam bidang lain; Sultan
sudah menghasilkan kota Isfahan, ibu kota kerajaan, sebagai kota yang sangat indah.
Di kota itu berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, masjid- masjid, rumah sakit,
sekolah-sekolah, jembatan-jembatan, diperindah menggunakan taman-taman wisata
yang ditata dengan baik, sebagai akibatnya saat Abbas I wafat, pada Isfahan masih
ada 162 masjid, yang terbesar diantaranya merupakan masjid “Syah Isfahan”, 48
akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Di bidang seni, Nampak
9
Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution hlm.55

15
dalam gaya arsitektur bangunan- bangunannya, juga bisa ditinjau dalam kerajinan
tangan, keramik, karpet, permadani, sandang dan tenunan, mode, tembikar dan
contoh seni lainnya. Juga telah dirintis seni lukis.
Demikianlah zenit kemajuan yang sudah dicapai oleh Daulah Safawiyah
yang menciptakan Daulah ini sebagai keliru satu berdasarkan tiga Daulah Islam
yang besar dalam periode abad pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya,
terutama dalam bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf menggunakan
kemajuan yang sudah dicapai umat Islam dalam periode abad klasik.

c. Masa Kemunduran
Sepeninggal Abbas I Daulah Safawiyah berturut-turut diperintah oleh enam
Sultan yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-
1694 M), Husein (16941722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas
III (1732- 1736 M)10.
Pada masa Sultan-Sultan itu Daulah Safawiyah mengalami kemunduran yang
membawa pada kehancurannya, misalnya Safi Mirza (1628-1642 M), merupakan
pemimpin yang lemah dan sangat kejam pada pembesar-pembesar kerajaan, sebagai
akibatnya pemerintahannya menurun secara drastis. Kota Kandahar (kini termasuk
daerah Afghanistan) tanggal berdasarkan kekuasaan Daulah Safawiyah direbut oleh
Daulah Mughal yang saat itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan tidak bisa
dipertahankannya. Sementara itu Abbas II (1642-1667 M) merupakan Sultan yang
senang minum-minum keras sebagai akibatnya jatuh sakit danmeninggal dunia,
10
Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution hlm 42

16
Sulaiman juga seorang pemabuk dan bertindak kejam pada para pembesar Daulahnya
yang dicurigainya. Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, dia seseorang
yang alim, namun menaruh kekuasaan yang besardan lebih banyak didominasi para
ulama Syi’ah yang tak jarang memaksakan faham Syi’ah pada para penduduk yang
beraliran Sunni, sebagai
akibatnya ada kemarahan golongan Sunni Afghanistan, mereka berontak dan berhasil
mengakhiri kekuasaan Daulah Safawiyah.
Salah seseorang putera Husein, bernama Tahmasp II menggunakan dukungan
penuh kepada suku Qazar dan Rusia memproklamirkan dirinya menjadi raja yang
absah dan berkuasa di Persia menggunakan sentra sskekuasaannya di kota Astarabad.
Tahmasp II bekerja sama menggunakan Nadir Khan berdasarkan suku Afshar untuk
memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Maka pada tahun
1729 M pasukan Nadir Khan memerangi dandapat mengalahkan raja Asyraf yang
berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri terbunuh pada peperangan11.

Dengan demikian, Daulah Safawiyah berkuasa kembali di Persia. Akan tetapi,


3 tahun lalu Sultan Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan, tepatnya dalam bulan
Agustus 1732 M, dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yg saat itu masih
sangat kecil. Selanjutnya empat tahun setelah itu, tepatnya setelah 8 Maret 1736 M
Nadir Khan mengangkat dirinya menjadi Sultan menggantikan Abbas III. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Safawiyah di Persia.
Di antara faktor-faktor kemunduran Daulah Safawiyah ini merupakan
permasalahan yang terusmenerus berkepanjangan dengan Turki Usmani. Bagi Turki
Usmani berdirinya Daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah sebagai ancaman
langsung terhadap daerah kekuasaannya, akibatnya harus diperanginya. Konflik
antara keduanya boleh dibilang tidak pernah padam, kecuali dulu Sultan Abbas I
pernah mengadakan perjanjian perdamaian dengan Turki Usmani, setelah itu

11
Syamruddin, 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau hlm. 21

17
permasalahan kembali12.
Faktor berikutnya, karena lemahnya Sultan yang diangkat maka akibatnya
mereka tidak bisa mempertahankan kekuasaan yang diwarisinya, apalagi
memperluas, kebalikannya yang terjadi merupakan pertarungan internal
memperebutkan kekuasaan di kalangan keluarga istana, dantidak didukung pasukan
tentara karena pasukan Ghullam yang dibuat Sultan Abbas I tidak mempunyai
semangat perang yang tinggi13.

2.3. Dinasti Mughal India


a. Pembentukan Pemerintahan
Daulah Mughal (1526-1858 M) ini berdiri di anak benua India, seperempat
abad setelah berdirinya Daulah Safawiyah (1501- M)di Iran, sementara itu Daulah
Turki Usmani telah dua abad sebelumnya (1300-1918 M). Oleh karena itu, diantara
tiga kerajaan besarr pada periode pertengahan, Daulah Mughal inilah yang paling
muda. Namun jauh sebelum ini, perluasan Islam ke India telah dilakukan dalam masa
Daulah Umayyah di Syria. Sedangkan Al-karakhi, Syafi’iyah, dan Hanabilah berkata
bahwa i’arah atau ariyah merupakan kebolehan mengambil manfaat dari barang yang
dipinjamkan pada peminjam. Dengan demikian menurutkelompok kedua ini ariyah

12
Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution hlm 45
13
Yatim, Badri, 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Persada Grapindo hlm 33

18
itu adalah akad ibadah.
Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima perang Daulah Umayyah mengirim
pasukan perluasan ke India di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah
ibn Muslim beserta 6.000 tentara. Mereka sudah berhasil menguasai India bagian
barat, yaitu (sekarang Pakistan), Bukhara, Kandahar, Samarkhan, dan Sind.9 Akan
tetapi India belum bisa dikuasai pada perluasan yang pertama ini14.
Ekspansi kedua dilakukan Daulah Ghaznawiyah suatu Daulahyang didirikan
oleh Alp Takim pada tahun 962 M, beliau beserta pengikutnya berbangsa Turki
kembali ke Gahaznah (Kabul) sekarang, di daerah Afganistan, mendirikan Kerajaan
Gahznah dan mengakibatkan Ghaznah menjadi ibu kota kerajaan mereka.
Puncak kejayaannya terdapat pada Sultan Mahmud Al-Ghaznawi yang
memimpin penaklukan ke India di penghujung abad ke-9 yang berhasil menguasai
seluruh India dan berkuasa di sana sampai tahun 1186 M.
Peperangan yang dilakukan Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India
dilengkapi dengan 12.000 tentara berkuda, 30.000 tentara berjalan kaki, 300 tentara
bergajah. Dalam sejarah tercatat bahwa beliau menaklukkan India sebanyak 7 kali
peperangan. Dialah orang yang pertama kali mencapai daerah India yang begitu luas
sepanjang sejarah Islam dan sudah meninggalkan jejak yang paling kokoh di India.

Misi Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India merupakan untuk


menghancurkan berhala-berhala yang terdapat di sana. Ketika itu beliau ditawari
uang dengan jumlah besar supaya tidak menghancurkan berhala-berhala mereka,
tawaran itu ditolaknya. Maka berhala (Pagoda) besar di Somuath dihancurkannya
dan setelah itu dia pergi membawa harta rampasan yang banyak. Ia terus melakukan
peperangan setiap tahun ke daerah-daerah yang populer terdapat penyembahan
berhala. Perlu dicatat, bahwa dia tidak pernah melakukan
penghilangan nyawa massal, setiap kali melakukan peperangan, namun dia hanya
relatif bangga menggunakan panggilan “Penghancur Berhala”. Sebagai citra betapa
besarnya “Berhala Pagoda” yang dihancurkannya di Somuath tersebut, pagoda itu
merupakan yang terbesar dan terindah masa itu. Untuk melayani pagoda itu saja
14
Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution hlm 48

19
dikerahkan 2.000 orang Brahmin sebagai pekerja.
Di belakang hari berdirilah Daulah Mughal di India, yang didirikan oleh
Zahiruddin Babur, seorang penguasa Ferghana (1482-1530), salah satu cucu Timur
Lank dan menjadikan Delhi menjadi ibu kotanya. Ayahnya bernama Umar Mirza,
penguasa Ferghana, akhirnya Babur mewarisi wilayah Ferghana menurut ayahnya,
waktu itu dia masih berusia 11 tahun.
1. Sultan Zahiruddin Babur (1482-1530)

Ia sangat berambisi dan bertekad menaklukkan Samarkand sebagai kota


penting di Asia Tengah saat itu. Pada mulanya dia mengalami kekalahan namun
karena menerima donasi menurut Sultan Daulah Safawiyah, Ismail I, akhirnya beliau
berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M dia pun
bisa berhasil menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.
Setelah Kabul berhasil ditaklukkan, Babur pun meneruskan ekspansinya ke
India. Ketika itu, Ibrahim Lodi, penguasa India dilanda krisis, sehingga stabilitas
pemerintahan sebagai kacau, karena Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, besama-
sama Daulat Khan Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul meminta donasi
Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi15.

Permintaan itu diterima Babur pada tahun 1525 M, dia memimpin tentaranya
menuju Punyab dan berhasil menaklukkannya ibu kotanya Lahore. Kemudian Babur
melanjutkan ekspansinya menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M terjadilah
pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh
pada pertempuran tadi. Babur memasuki kota Delhi menjadi pemenang dan
menegakkan pemerintahan Mughali di sana. Dengan demikian berdirilah Daulah
Mughal di India.
Raja-raja Hindu India merasa murka mendengar proklamasi 1526 yang
dikumandangkan Babur, tanda berdirinya Kerajaan Mughal Islam di negeri mereka.

15
Yatim, Badri, 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Persada Grapindo hlm 38

20
Mereka menyusun angkatan perang yang besaruntuk menyerang Babur di bawah
pimpinan Rajput. Tantangan tadi dihadapi Babur setelah 16 Maret 1527 M di Kanus
dekat Agra. Babur berhasil memperoleh kemenangan walau pun musuhnya memiliki
pasukandengan jumlah yangbanyakdan daerah pemerintahan
Rajput pun jatuh pada kekuasaannya.
Sementara itu di Afghanistan terdapat golongan yang setia pada keluarga
Ibrahim Lodi. Mereka mengangkat saudara termuda kandung Ibrahim lodi bernama
Mahmud sebagai Sultan. Namun Sultan Mahmud Lodi dapatmudah dikalahkan
Babur pada pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M.
Dalam itu, pada tahun 1530 M Babur tewas pada usia 48 tahun
setelahsmemerintah selama 30 tahun, meninggalkan kejayaan-kejayaan yang paling
baik di Daulah Mughal untuk Sultan berikutnya. Pemerintahannya itu dilanjutkan
oleh anaknya Humayun. Sultan Humayun (1530-1539 M).
Sultan Humayun menggantikan ayahnya sebagai Sultan kedua Daulah Mughal
di India. Ia tidak sehebat ayahnya, makanya dalam melaksanakan pemerintahannya
selama sembilan tahun, dia terus menerus menghadapi tantangan, negara tidak
pernah aman. Waktunya habis berperang melawan musuh-musuhnya, sebagai
akibatnya tidak terdapat kesempatan baginya untuk memajukan pemerintahannya.

Di antara peperangan yang harus dihadapinya, menghadapi tantangan


pemberontakan yang dilakukan oleh Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang
memisahkan diri untuk Delhi. Namun pemberontakan ini bisa dipadamkannya dan
Bahadur Syah bisa melarikan diri, oleh karenanya Gujarat bisa dikuasai Sultan
Humayun.
Pada tahun 1540 M terjadi lagi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan
Shah di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan dan
terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya diteruskannya ke Persia. Di
21
Persia dia menyusun kembali tentaranya, setelah mendapat Bantuan untuk Sultan
kedua Daulah Persia Tahmasp, beliau menyerang kembali musuh- musuhnya dan
bisa mengalahkan musuhnya Sher Khan Shah, setelah hampir 15 tahun berkelana
meninggalkan Delhi. Bangsa Afghan berduka cita atas meninggalnya Sher Khan
Shah karena mereka kehilangan pimpinan yang tangguh.
Dengan meninggalnya Sher Khan Shah, pada tahun 1555 M dia bisa kembali ke
India dan menduduki tahta pada Daulah Mughal yang ditinggalkannya, setahun
setelah itu, dia pun wafat (1556 M) karena terjatuh tangga perpustakaannya, Din
Panah,11 dan digantikan anaknya Akbar I yang masih berusia 14 tahun. Masa
Kejayaan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan.
Masa kejayaan Daulah Mughal ini terdapat pada kekuasaan empat orang
Sultan; mereka itu berturut-turut, seperti berikut; Sultan Akbar I (1556-1605 M),
Sultan Jehangir (1605- 1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-
1707 M). Sultan Akbar I (1556-1605 M).
Sultan Akbar I memegang tampuk kekuasaan Daulah Mughal dalamwaktu
yang relatif lama (1556-1605 M). Pada masanya Daulah Mughal memasuki puncak
kejayaan, karena seluruh daerah pada masa Sultan Humayun bisa direbutnya
kembali. Kekuatan pasukan Hemu (Menteri Hindu) pada masa Sher Khan Shah bisa
dikalahkan teragedi tentaranya dalam pertempuran Panipat II, lima November 1556
M16.

Akbar I yang masih belia itu dibantu oleh Bairan Khan (wakil Sultan Akbar),
dia seorang Syi’ah yang setia membantu Daulah Mughal, Sultan Babur dan
Humayun. Tetapi pada belakang hari dia terlalu memaksakan faham Sekte Syi’ahnya
pada pemerintahan Akbar I sebagai akibatnya dia terpaksa diberhentikan dari
jabatannya menjadi wakil Sultan pada tahun 1561 M.
Sultan Akbar I yang perkasa itu berhasil meneruskan acara ekspansinya ke
16
Yatim, Badri, 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Persada Grapindo hlm 40

22
sebelah selatan, utara, barat dan timur. Ke sebelah selatan. Ia berhasil menaklukkan
Malwa pada tahun 1561 M, Chundar 1561 M, Kerajaan Ghond 1564M, Chitor 1568
M, Ranthabar 1569 M, Kalinjar 1569 M, Gujarat 1572 M, Surat 1573 M, Bihar 1574
M dan engal 1576 M.
Kemudian, dia juga melakukan ekspansinya ke sebelah utara, sebagai akibatnya
Kashmir bisa dikuasainya pada tahun 1586 M. selanjutnya menaklukkan Shind pada
sebelah barat bahari Delhi pada tahun 1590 M dan Orissa pada sebelah timur dapat
dikuasainya pada 1592 M. Juga kerajaan Deccan 1596 M. Narnala dikuasai pada
tahun 1598 M, Ahmadnagar 1600 M dan Asitgah pada tahun 1601 M. Wilayah yang
sangat luas itu diperintah Sultan Akbar menggunakan sistem pemerintahan
militeristik, atau menggunakan tangan besi. Bukan itu saja seluruh pejabat
diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
Dari aspek politik, Sultan Akbar I menerapkan System politik toleransi, adalah
seluruh penduduk atau masyarakat India, dinilai sama. Mereka tidak boleh dibeda-
bedakan karena disparitas etnis dan agama.
Tidak lama sesudah Sultan Akbar melakukan ekspansi yang sangat luas, dia
pun wafatpada tahun 1605 M, kejayaan yang sudah di capai bisa diteruskan
olehtiga orang Sultan berikutnya.
Kejayaan-kejayaan yang sudah dicapai Sultan Akbar I masih bisa
dipertahankan tiga Sultan sesudahnya, yaitu Sultan Jehangir (1605-1628 M), Syah
Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Karena tiga Sultan penerus
Sultan Akbar tadi masih terhitung Sultan yang bwsar dan kuat. Setelah mereka
bertiga, kemajuan Daulah Mughal tidak bisa dipertahankan lagi oleh Sultan-Sultan
berikutnya.

Pada masa pemerintahan tiga Sultan ini, orientasi politiknya lebih diarahkan
dalam mempertahankan keutuhan kekuasaan yang ada, lalu dalam pembangunan
ekonomi, lewat pertanian, perdagangan, dan pengembangan budaya, seni dan

23
arsitektur Kejayaan Peradaban dan Ilmu Pengetahuan Kemajuan Bidang Ekonomi.
Daulah Mughal bisa melaksanakan kemajuan pada bidang ekonomi lewat
pertanian pertambangan dan perdagangan. Di sektor pertanian, interaksi komunikasi
antara petani menggunakan pemerintah diatur dengan baik. Pengaturan itu lewat
ladang pertanian. Ada yang dituntas menggunakan Deh yaitu unit ladang pertanian
yang terkecil. Beberapa Deh bergabung menggunakan Pargana (desa). Komunitas
petani dipimpin oleh seorang Mukaddam. Maka melalui para Mukaddam itulah
pemerintah herbi petani. Pemerintah mematok bahwa negara berhak atas 1/3 dari
pengeluaran pertanian pada negeri itu.
Hasil pertanian yang terpenting saat itu merupakan biji-bijian, padi, kacang,
tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas dan bahan-bahan
celupan.Hasil pertanian ini, selain untuk kebutuhan dalam negeri, juga bisa di ekspor
ke luar negeri, misalnya ke Eropa, Afrika, Arabia, Asia Tenggara. Untuk menaikkan
produksi, Sultan Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M)
mendirikan Pabrik pengolahan hasil pertanian di tanah Surat17.

b. Kemajuan Bidang Seni Budaya


Kemajuan di bidang ekonomi berdampak baik bagi kemajuan di bidang seni

17
Hamka1975. Sejarah Umat Islam, Jilid 3. Jakarta: Bulan Bintang hlm 62

24
budaya. Karya seni yang menonjol merupakan karya sastra gubahan para penyair
istana, baik yang berbahasa Persia juga berbahasa India. Penyair India yang populer
Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang membuat karya besar yang berjudul
Padmayat berisi mengenai kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb timbul
seseorang sejarawan bernama Abu Fadl menggunakan
karyanya Aini Akhbari berisi mengenai sejarah kerajaan Mughal dari pimpinannya.
Selama satu 1/2 abad, India di bawah Daulah Mughal sebagai alat negara
adikuasa. Ia menguasai perekonomian dunia, menggunakan jaringan barang-
barangnya yang mengusai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Cina. Selain itu
India Mughal juga mempunyai pertahanan militer yang handal dan bertenaga yang
jarang tandingannya.

c. Masa Kemunduran
Namun sesudah Aurangzeb (1707 M). Kekuasaan pemerintahan Daulah
Mughal diduduki oleh Sultan-Sultan yang lemah. Sementara itu pada pertengahan
abad ke-18 Inggris telah menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761 M, dia
telah menguasai sebagian daerah yang dulu dikuasai Daulah Mughal.
Pada tahun 1803 M Delhi dikuasai oleh Inggris dan penguasa Mughal dan
masyarakat yang berada di bawah tekanan Inggris. Karena masyarakat merasa
ditekan, maka mereka baik yang beragama Hindu atau Islam bangkit mengadakan
pemberontakan. Mereka meminta pada Bahadur Syah sebagai lambang perlawanan
dalam rangka mengembalikan kekuasaan Daulah Mughal di India. Dengan demikian,
pada tahun 1857 M, terjadilah perlawanan masyarakat India terhadap penjajahan
Inggris namun dia bisa dikalahkan Inggris karena Inggris menerima bantuandari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim.

25
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Tiga kerajaan Islam krusial diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad
16. Kerajaan Usmani pada Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Safawi di
Persia. Tiga Kerajaan krusial tadi tampak lebih memusatkan pandangan mereka
dalam tradisi demokratis Islam, dan membentuk imperium absolute. Hampir setiap
segi kehidupan umum dijalankan menggunakan ketepatan sistematis, birokratis dan
banyak sekali kerajaan mengembangkan sebuah administrasi yang rumit.
Ketiga kerajaan besar ini seperti: membangkitkan kembali kejayaan Islam
setelah runtuhnya Bani Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga
kerajaan besar ini tidak sinkron menggunakan kemajuan yang dicapai pada masa
klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual,
kemajuan pada zaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam telah mulai
bertaklid pada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun
terdapat mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan merupakan ijtihad fi al-mazhab, yaitu
ijtihad yang masih berada pada batas-batas mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad
mutlak, output pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dipercaya bid’ah. Kalau pada
masa klasik, umat Islam maju di bidang politik, peradaban, dan kebudayaan,
misalnya di bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga kerajaan
besar kemajuan di bidang filsafat kecuali sedikit berkembang pada kerajaan Safawi
Persia dan ilmu pengetahuan generik tidak dihasilkan lagi. Kemajuan yang bisa
dibanggakan pada masa ini hanya di bidang politik, kemiliteran, dan kesenian,
terutama arsitektur.

3.2 Saran
Demikian makalah ini penulis susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Dalam penulisan ini kami menyadari masih banyak keekurangan dan kesalahan
baik materi dan penyusunan, sehingga kami mengharapkan saran dan kritik
membangun untuk menyempurnakan makalah kami ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hamka1975. Sejarah Umat Islam, Jilid 3. Jakarta: Bulan Bintang.

Hasan,Ibrahim, 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang.

Mahmudunnasir, Syed, 1988. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosda


Bandung.

Nasution, Harun, 1979. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Nasution,

Syamruddin, 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.

Yatim, Badri, 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Persada Grapindo.

27

Anda mungkin juga menyukai