Anda di halaman 1dari 23

PERADABAN ISLAM MASA TURKI USMANI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Dr. Ruswan, M.A.

Disusun oleh:

1. Aqila Choirun Nisa (1908026011)


2. Dhifa Salsabila (1908026020)
3. Muhammad Ilham (1908056067)
4. Ana Khoirul Labibah (1908076045)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,


kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Peradaban Islam Masa
Turki Usmani” selesai dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Di
dalamnya berisi mengenai sejarah, tokoh, periode pemerintahan,
perkembangan dan kemunduran pada masa dinasti Abbasiyah. Dalam
kesempatan kali ini, kami ingin berterima kasih kepada:

1. Kedua orang tua kami selaku motivator dalam menyelesaikan


tugas
2. Dr. Ruswan, MA. selaku dosen pengampu mata kuliah yang
memberi penugasan ini, sehingga dapat mengasah pola pikir
kami
3. Teman-teman mahasiswa selaku penyemangat kami dalam
menyelesaikan tugas
Kami mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semuanya. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Semoga makalah ini dapat
memberikan ilmu pengetahuan mengenai sejarah peradaban islam pada
masa Turki Usmani. Kritik dan saran perbaikan sangatlah kami harapkan
demi kelengkapan dan penyempurnaan makalah ini

Indonesia, 25 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................ 1
C. Tujuan................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................. 2

A. Sejarah Berdirinya Turki Usmani .................................... 2


B. Sejarah Perkembangan Islam Turki Usmani ..................... 4
C. Kemunduran Turki Usmani............................................... 11

BAB III PENUTUP ...................................................................... 16

A. Kesimpulan ....................................................................... 16
B. Saran .................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan
politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga
kerajaan besar: Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan
Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang
terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam.
Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara,
Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Usmani
menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki
usmani mampu berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-
turut. Tentunya hal ini membawa kesan tersendiri bahwa
kerajaan Turki Usmani mampu membawa masyarakat islam
dalam kejayaan selama 6 abad.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali sejarah
peradaban islam pada masa Turki Usmani yang penuh dengan
suasana politik. Makalah ini juga akan berusaha menjelaskan
bagaimana berdirinya Kerajaan Turki Usmani ini sehingga Turki
Usmani ini mampu menjadi kerajaan islam yang paling hebat
sepanjang masa, dan juga bagaimana perkembangan ilmu
pengetahuan serta bagaimana Kerajaan Turki Usmani ini
mengalami keruntuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Turki Usmani?
2. Bagaimana sejarah perkembangan islam Turki Usmani?
3. Bagaimana kemunduran Turki Usmani?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Turki Usmani.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan islam Turki
Usmani.
3. Untuk mengetahui kemunduran Turki Usmani.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Turki Usmani


Republik Turki seperti yang kita kenal sekarang ini telah
mengalami sejarah yang panjang, dimulai dengan berdirinya
Kesultanan Utsmaniyah pada Abad Pertengahan. Periode kemajuan
dihitung dari awal ekspansi ke daerah-daerah baru yang tidak
ditaklukkan oleh pendahulu Turki. Keberhasilan mereka dalam
memperluas wilayahnya dan terjadinya peristiwa besar dapat
dijadikan sarana untuk mengetahui kemajuan Turki dan sejarah
perkembangan Islam di Turki.
Pendiri Turki adalah seorang Turki dari keluarga Qayigh
Oghus, salah satu anak suku Turki yang tinggal di Gurun Gobi
barat, atau Mongol dan Cina utara yang dipimpin oleh Sulaiman.
Dia mengundang anggota sukunya untuk menghindari invasi
Mongolia, yang menginvasi dunia Islam di bawah dinasti
Kawarizm dari 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya
kemudian pindah ke barat dan meminta untuk melindungi
Jalaluddin, pemimpin terakhir dinasti Khawarizm di Transoxiana.
Jalaluddin memerintahkan Sulaiman untuk pergi ke barat (Asia
Kecil). Kemudian mereka menetap di sana, dan untuk menghindari
serangan bangsa Mongol, mereka pindah ke Suriah.
Kecelakaan terjadi ketika pemimpin Turki mencoba pindah
ke Suriah. Mereka diusir oleh sungai Efrat, yang tiba-tiba surut
setelah banjir besar pada tahun 1228.3. Orang kedua melanjutkan
perjalanannya ke Asia Kecil. Kelompok kedua dikepalai oleh 400
KK yang dikepalai oleh Erthogrol Ibn Sulaiman (Enthogrol) Ibn
Sulaiman (Enthogrol) Ibn Sulaiman (Ibn Sulaiman). Mereka
didedikasikan untuk Sultan Alauddin II dari Dinasti Seljuq Rum,
yang kedudukan pemerintahannya adalah Kuniya, Anatolia, Asia
Kecil. Saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya
perang dari Romawi yang sedang berkuasa di Roma Timur

2
(Byzantium). Dengan bantuan Turki yang dipimpin oleh Erthogrol,
Sultan Alauddin II menang. Untuk memberikan layanan
berkualitas ini, Sultan memberinya sebidang tanah yang berbatasan
dengan Bizantium. Sejak itu, Erthogrol terus mengembangkan
wilayah barunya dan mencoba memperluas wilayahnya melalui
pendudukan wilayah Byzantium.1
Elsogrol meninggal pada 1288, meninggalkan putranya
Usman, yang diyakini lahir pada 1258 M. Nama Usman kemudian
menjadi nama Kekaisaran Ottoman. Usman juga dianggap sebagai
pendiri Kekaisaran Ottoman. Seperti ayahnya, Usman banyak
bekerja dengan Sultan Alauddin II. Usman menang di setiap
pertempuran. Karena kesuksesannya, benteng Bizantium yang
berdekatan dengan Broesa ditaklukkan. Keberhasilan Usman
membuat Sultan Alaudine II semakin bersimpati dan memberikan
banyak keistimewaan bagi Usman. Bahkan Usman diangkat
menjadi gubernur dengan gelar Bey, dan namanya selalu disebut-
sebut dalam setiap khutbah Jum'at.2 Pada tahun 1300, bangsa
Mongol menyerbu wilayah rum Seljuq, menyebabkan Sultan
Saljuk terbunuh tanpa meninggalkan putranya menjadi pewaris
kekaisaran.3 Di negeri kosong itu, Usman membebaskan
wilayahnya dan melawan bangsa Mongol. Usman mendeklarasikan
kemerdekaan wilayahnya atas nama Kekaisaran Ottoman.
Dengan jatuhnya Semenanjung Arab, Kekaisaran Ottoman
memiliki wilayah yang luas, dari Budapest di tepi Sauna, ke Aswan
di hulu Nil, ke Efrat dan pedalaman Iran, dan ke Babilon-Mandbu
di Nairobi. Di di bagian selatan Jazirah Arab, selama Kekaisaran
Ottoman (1299 hingga 1942 M), sultan memiliki setidaknya 38
sultan yang berkuasa selama sekitar 625 tahun. 4 Dalam hal ini,

1
Siti Maryam, et.al., Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern (Yogyakarta:
LESFI, 2002), 132.
2
Mughni, Sejarah Kebudayaan di Turki, 52.
3
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai, 45.
4
Ahmad Syalabi, Mausu’ah at-Tarikh al-Islami (Kairo: Maktabah al-Nahdhat al-Mishriyah, t.t.),
660.

3
Mughni membagi sejarah perkembangan Turki Usmani menjadi
lima periode, yaitu:
1. Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya
kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara
oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai
pemerintahan Bayazid.
2. Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi
kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya
yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
3. Periode ketiga (1566-1699). Periode ini ditandai dengan
kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya.
Sampai lepasnya Honggaria. Namun, kemunduran segera
terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
4. Periode keempat (1699-1838). Periode ini ditandai degan
berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya
wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa
pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
5. Periode kelima (1839-1922). Periode ini ditandai dengan
kebangkitan kultural dan administrasi dari negara di bawah
pengaruh ide-ide Barat, dari masa pemerintahan Sultan A.
Majid I sampai A Majid II.5
Pada periode yang terakhir ini, disebut sebagai periode era
kontemporer di mana Turki menjadi negara republik, dan tidak
lagi sistem pemerintahannya berdasar pada kerajaan, dinasti, atau
kekhalifahan sebagaimana yang telah berlangsung berabad-abad
lamanya.
B. Sejarah Perkembangan Islam Turki Usmani
Perkembangan Islam dalam masa-masa Turki Usmani dapat
dilihat antara lain pada segi perkembangan wilayah Islam. Ketika
Usman sebagai pemimpin kerajaan Turki, dan sesaat setelah dia
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar

5
Mughni, Sejarah Kebudayaan di Turki, 54

4
keluarga Usman) pada tahun 1300 M, dia memulai
mengembangkan wilayah Islam. Perluasan wilayah (ekspansi)
berlangsung paling tidak sampai dengan masa pemerintahan
Sulaiman I. Untuk mendukung hal itu, Orkhan membentuk
pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyah. Pasukan
Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari
bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. 6 Ternyata,
dengan pasukan tersebut seolah-olah Dinasti Usmani memiliki
mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Maka,
pada masa Orkhan I Kerajaan Turki Usmani dapat menaklukkan
Azmir (Asia Kecil) pada tahun 1327, Thawasyani (1330),
Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gholipolli (1356). Daerah-
derah ini adalah bagian dunia Eropa yang pertama kali dapat
dikuasai Kerajaan Usmani.
Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. Pada
masa ini berhasil menaklukkan wilayah Balkan, Adrianopel
(sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (ibukota
Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan yang
diraih oleh Murad I, kerajaan-kera- jaan Kristen di Balkan dan
Eropa timur menjadi murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang
terdiri atas Hongaria, Bulgaria, Serbia, dan Walacia (Rumania),
untuk menggempur Dinasti Usmani. Meskipun Murad I tewas
dalam pertempuran tersebut, kemenangan tetap di pihak Dinasti
Usmani. Ekspansi berikutnya dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I.
Sultan Bayazid yang naik tahta pada tahun 1389 M
mendapat gelar Yaldirin atau Yaldrum yang berarti kilat, karena
terkenal dengan serangan-serangannya yang cepat terhadap lawan-
lawannya. Perluasan wilayah terus berlanjut dan dapat menguasai
Salocia dan Morea. Bayazid I juga memperoleh kemenangan

6
Hamka, Sejarah Umat Islam III (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), 59.

5
dalam Perang Salib di Nicapolas (1394). Ketika Sultan Bayazid
sedang memusatkan perhatiannya untuk menghadapi musuh-
musuhnya di Eropa, ia ditantang oleh musuh sesama Muslim yang
datang dari Timur Lenk. Seorang raja keturunan bangsa Mongol
yang telah memeluk Islam dan berpusat di Samarkhand. Timur
Lank mendapat dukungan dari negeri-negeri di Asia Kecil yang tak
mau tunduk kepada Bayazid. Akhirnya, terjadi pertempuran hebat
di Ankara tahun 1402 M. Bayazid dengan kedua putranya, Musa
dan Ergthogrol dikalahkan dan ditawan oleh Timur Lenk tahun
1402. Kekalahan ini membawa akibat buruk bagi Turki Usmani.
Penguasa-penguasa di Asia Kecil melepaskan diri dari
pemerintahan Usmani. Wilayah Serbia dan Bulgaria
memproklamirkan kemerdekaannya. 7
Puncak ekspansi terjadi pada masa SultanMuhammad II
yang dikenal dengan gelar al-Fatih (sang penakluk). Pada masanya
dilakukan ekspansi kekuasaan Islam secara besar-besaran. Kota
penting yang berhasil ditaklukannya adalah Konstantinopel (kota
kerajaan Romawi Timur) yang ditaklukkan pada tahun 1453.
setelah ditaklukkan, kota tersebut diubah namanya menjadi
Istambul (tahta Islam). Kejatuhan Konstantinopel ke tangan Dinasti
Usmani memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilayah
lainnya, seperi Serbia, Albania, dan Hongaria.
Sultan Muhammad meninggal pada tahun 1481 M dan
digantikan oleh putranya Bayazid II. Berbeda dengan ayahnya,
Sultan Bayazid II lebih mementingkan kehidupan tasawuf dari
pada penaklukkan wilayah dan perang. Hal ini menimbulkan
perselisihan yang panjang dan pada akhirnya Sultan Bayazid II
mengundurkan diri dari kursi kesultanan pada tahun 1512 M. Ia
digantikan oleh putranya Salim I. Pada masa Sultan Salim I
pemerintahan Usmani bertambah luas hingga menembus Afrika
Utara, Syiria dapat ditaklukkan, dan Mesir yang diperintah oleh

7
Mughni, Sejarah Kebudayaan di Turki, 59

6
kaum Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. Sejak masa ini
para Sultan Usmani menyandang gelar khalifah.
Menurut Syalabi, Sultan Salim I pernah meminta kepada
khalifah Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan kekhalifahan
kepadanya, ketika ia menaklukkan Dinasti Mamalik. Pendapat lain
menyebutkan bahwa gelar “khalifah” sebenarnya sudah digunakan
oleh Sultan Murad (1359-1389 M) setelah ia berhasil menaklukkan
Asia Kecil dan Eropa. Dari dua pendapat ini, Syalabi
berkesimpulan bahwa para Sultan Kerajaan Usmani memang tidak
perlu menunggu Khalifah Abbasiyah menyerahkan gelar itu,
karena jauh sebelum masa Kerajaan Usmani sudah ada tiga
khalifah dalam satu masa. Pada abad ke 10 M para penguasa
Dinasti Fatimiyah di Mesir sudah memakai gelar khalifah. Tidak
lama setelah itu, Abd al-Rahman al-Nashir di Spanyol menyatakan
diri sebagai khalifah melanjutkan Dinasti Bani Umayyah di
Damaskus, bahkan ia mencela para pendahulunya yang berkuasa di
Spanyol yang meras cukup dengan gelar “Amir” saja. Karena itu,
ada kemungkinan para penguasa Usmani memang sudah
menggunakan gelar khalifah jauh sebelum mereka dapat
menaklukkan Dinasti Mamalik, tempat pusat pemerintahan para
Khalifah Abbasiyah.8
Dengan adanya berbagai ekspansi, menyebabkan ibukota
Dinasti Usmani berpindah-pindah. Sebagai contoh, sebelum
Usman I memimpin Dinasti Usmani, ia mengambil kota Sogud
sebagai ibukota. Kemudian, setelah penguasa Dinasti Usmani
dapat menaklukkan Broessa pada tahun 1317, maka Broessa
dijadikan ibukota pemerintahan pada tahun 1326. Hal ini
berlangsung sampai pemerintahan Murad I. Tetapi, kemudian
Murad I yang menaklukkan kota Adrianopel ketika itu menjadikan
kota Adrianopel sebagai ibukota pemerintahannya sampai
ditaklukkannya konstantinopel oleh Muhammad II, yang kemudian

8
Ibid.

7
diganti namanya menjadi Istambul sebagai ibukota pemerintahan
yang terakhir. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan
Dinasti Turki Usmani dalam perluasan wilayah Islam, dan antara
lain (1) kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang
terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah, harta
rampasan perang; (2) sifat dan karakter orang Turki yang selalu
ingin maju dan tidak pernah diam, serta gaya hidupnya yang
sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan; (3)
semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam; (4) letak
Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat
menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.
Istambul terletak antara dua benua dan dua selat (selat Bosphaoras
dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia,
baik kebu- dayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun
kebudayaan Romawi Timur; (5) kondisi kerajaan-kerajaan di
sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani
mengalahkannya.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi Kerajaan Turki
Usmani ber- langsung dengan cepat, hal ini diikuti pula oleh
kemajuan dalam bidang politik, terutama dalam hal
mempertahankan eksistensinya sebagai negara besar. Hal ini
berkaitan erat dengan sistem pemerintahan yang diterapkan para
pemimpin dinasti ini. Selain itu, tradisi yang berlaku saat itu telah
membentuk stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara
kelompok penguasa (small group of rulers) dan rakyat biasa (large
mass). Penguasa yang begitu kuat itu bahkan memiliki
keistimewaan, seperti (1) pengakuan dari bawahan untuk loyal
pada sultan dan negara, (2) penerimaan dan pengamalan, serta
sistem berpikir dalam bertindak dalam agama yang dianut
merupakan kerangka yang integral, (3) pengetahuan dan amalan
tentang sistem adat yang rumit. Yang terpenting adalah bahwa para
pejabat dalam hal apapun tetap sebagai budak sultan. Tugas utama

8
seluruh warga negara, baik pejabat maupun rakyat biasa adalah
mengabdi untuk keunggulan Islam, melaksanakan hukum serta
mempertahankan keutuhan imperium.
Sebagai struktur masyarakatnya sangat heterogen, Dinasti
Usmani mempunyai kekuasaan yang menentukan nasib warga
Timur Tengah dan Balkan, sampai pada tingkat yang luar biasa.
Dinasti Usmani mendominasi, mengendalikan, dan membentuk
masyarakat yang dikuasainya. Salah satu konsep utama yang
diterapkan oleh Usmani adalah perbedan antara askeri dan ri’aya,
yakni antara kalangan elit penguasa dan yang dikuasai, elit
pemerintah dan warga negara, antara tentara dan pedagang, antara
petugas pemungut pajak dan pembayar pajak. Bahkan, untuk
menjadi kelas penguasa seseorang harus dididik dalam kebahasaan
dan tata cara yang khusus yang disebut dengan tata cara Usmani.
Seseorang dapat menjadi elit Usmani melalui keturunan atau
melalui pendidikan sekolah-sekolah kerajaan, kemiliteran, atau
pendidikan keagamaan.

Perkembangan lainnya adalah bahwa kerajaan Turki


Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu
mengubah Negara Turki menjadi mesin perang yang paling
tangguh dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non Turki
dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak- anak Kristen
diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan
prajurit. Ketika terjadi konflik di tubuh militer, maka Orkhan
mengadakan perombakan dan pembaharuan yang dimulai dari
pemim- pin-pemimpin personel militer. Program ini ternyata
berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut
dengan pasukan Janis- sari atau Inkisyariyah. Pasukan inilah yang
dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling
kuat dan memberikan dorongan kuat dalam penaklukan negeri non
Muslim.

9
Selain itu, ada juga tentara feodal yang dikirim kepada
pemerintah pusat; pasukan ini disebut dengan tentara atau
kelompok militer Thau- jiah. Keberhasilan ekspansi wilayah
dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintah yang teratur. Di
masa Sulaiman I, disusun sebuah kitab undang-undang (qonun)
yang diberi nama Multaqa al-Abhur. Kitab ini menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi
abad ke-19.

Pengelolaan administrasi pemerintah tidak hanya terbatas


sampai ketingkat propinsi, tetapi selanjutnya diefektifkan dengan
membentuk daerah-daerah tingkat II yang dikepalai oleh masing-
masing kepala daerah (sanjaks). Di tingkat pusat di samping ada
Sultan ada juga grand vizier (perdana menteri) yang dibantu oleh
beberapa pembantu, di anta- ranya para ulama yang berfungsi
sebagai lembaga pemberi fatwa atau dewan pertimbangan. 9

Sebuah administrasi birokratik sangat diperlukan dalam


pengka- jian militer budak. Orkhan (1324-1360) melantik seorang
wazir untuk menangani administrasi dan kemiliteran pusat dan
mengangkat sejumlah gubernur sipil untuk sejumlah provinsi yang
ditaklukkan. Kepala-kepala jabatan disatukan dalam sebuah dewan
kerajaan. Lantaran Dinasti Usmani semakin meluas, beberapa
provinsi yang semula merupakan daerah jajahan yang harus
menyerahkan upeti digabungkan menjadi sebuah sistem
administrasi. Unit provinsial yang terbesar dinamakan
baylerbayliks, dibagi menjadi sanjakbayliks dan selanjutnya
dibagi-bagi menjadi timarliks, distrik tersebut diserahkan kepada
pejabat-pejabat militer sebagai pengganti gaji mereka. Pada abad
ke-16, termvali telah menggantikan baylerbayliks dengan
pengertian seorang gubernur, dan istilah eyelet digunakan dengan
arti propinsi di Eropa, yakni Rumania dan Transilvania, Krimea,

9
Ibid.

10
dan beberapa distrik di Anotalia yang berada dalam pengawasan
masyarakat Kurdi dan Turki tetap berlangsung sebagai semi
provinsi mereka yang wajib menyerahkan upeti.10

Selanjutnya perkembangan dalam bidang pendidikan,


Dinasti Turki Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah
sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani
pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331, ketika itu sejumlah
ulama didatangkan dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan
pengajaran Muslim di beberapa teritorial baru. Tapi hal ini tidak
begitu berkembang, karena Turki Usmani lebih memfokuskan
kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sehingga dalam
khazanah intelektual Islam kita tidak menjumpai ilmuwan terke-
muka dari Turki Usmani.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, memang kerajaan Turki


Usmani tidak menghasilkan karya-karya dan penelitian-penelitian
ilmiah seperti di masa Daulah Abbasiyah. Kajian-kajian ilmu
keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan Hadis boleh
dikatakan tidak mengalami perkem- bangan yang berarti. Ulama
hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan
hasyiyah (catatan pinggir) terhadap karya-karya klasik yang telah
ada. Namun, dalam bidang seni arsitektur, Turki Usmani banyak
meninggalkan karya-karya agung berupa bangunan yang indah,
seperti Masjid Jami’ Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman
dan Masjid Abu Ayyub al-Anshary dan masjid yang dulu asalnya
dari Gereja Aya Sophia. Masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi
oleh Musa Azam.11

C. Kemunduran Turki Usmani


Kemunduran Turki Usmaniyah berlangsung lambat,
sehingga Kesultanan Usmaniyah masih mampu bertahan selama

10
Lapidus, Sejarah Sosial Umat, 488-489.
11
Ibid., 498.

11
kurang lebih tiga abad. Tahap kemunduran ini ditandai dengan
melemahnya semangat juang tentara Usmaniyah, yang
mengakibatkan banyak kegagalan perang, kemerosotan ekonomi,
dan sistem pemerintahan yang tidak normal.12
Sepeninggal Sultan Al Qanuni (1566 M), Kesultanan
Usmaniyah mulai mengalami kemunduran. Sultan Sulaiman Al
qanuni digantikan oleh Sultan Salim II (1556-1573 M). Selama
masa pemerintahannya, pertempuran terjadi antara Armada
Kerajaan Usmani dan Angkatan Laut Kristen, yang meliputi
Angkatan Laut Spanyol, Angkatan Laut Bondouchi, Angkatan
Laut Paus dan beberapa kapal perang para Bapa Malta yang
dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di
Selat Lipento (Yunani). Dalam pertempuran ini, Turki Ottoman
berhasil dikalahkan dan Tunisia ditangkap oleh musuh. Baru pada
periode berikutnya (1575 M, Tunisia), Sultan Murad III dapat
diduduki kembali.
Selama periode Sultan Murad III (1574-1595), Kekaisaran
Ottoman berhasil menginvasi Kaukasus dan menguasai Tivris di
Laut Hitam (1577), merebut kembali Tibres, ibu kota Kerajaan
Syafawi, dan menaklukkan Di Georgia, campur tangan di Polandia
urusan dalam negeri, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada
tahun 1593. Namun karena buruknya kehidupan di Sudan,
menyebabkan kekacauan di negara tersebut. Apalagi ketika
pemerintahan dikuasai oleh pengikut yang lemah seperti Sultan
Myhammad Lll (1595-1603 M). Sultan Ahmed I (1603-1617 M)
setelah pengangkatan Mustafa I (1617-1623), situasinya semakin
memburuk. Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasi.
Selama Ibrahim Sultan (1640-1648), Venesia melancarkan
pertempuran laut melawan Turki Ottoman dan mengusir mereka
dari Siprus dan Kreta13. Selama periode ini, dunia Islam dikalahkan

12
K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramoderen), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 558
13
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 205-206

12
dan disingkirkan oleh kekuatan kolonial Eropa, kekuatan kolonial
Eropa membawa emas, kemuliaan dan semangat Injil. Ketika
mereka menaklukkan Islam melalui Perang Salib, semangat ini
menjadi ujung tombak gereja untuk mengulangi kejayaan mereka.
Periode ini adalah ketika Turki Ottoman menandatangani
perjanjian Karlowith dengan Austria, Rusia, Polandia, Venessia,
dan Inggris pada 26 Januari 1699. Isi perjanjian tersebut antara lain
Austria dan Turki, yang terikat dengan perjanjian 25 tahun
tersebut. Kecuali kota Telvnia dan Banat, seluruh Hongaria
(dikendalikan oleh Turki Ottoman) diserahkan kepada Austria.
Pada saat yang sama, wilayah Camanik dan Polodia diserahkan ke
Polandia. Rusia telah memperoleh wilayah di sekitar Laur Azov.
Pada saat yang sama, saat Athena membubarkan Turki, Venecia
menjadi penguasa Valmatia dan Maria. Karena itu, Perjanjian
Kartoiz melumpuhkan Turki Ottoman. Perjanjian tersebut
dilaksanakan satu tahun kemudian (6 Januari 1700 M) Sejak itulah
abad modern dimulai. 14
Pada 1770, tentara Rusia mengalahkan armada Ottoman di
pantai Asia Kecil, tetapi Sultan Mustafa III merebut kembali
kemenangan Rusia ini. Pada 1774, Abdul Hamid, penguasa
Kekaisaran Ottoman, dipaksa untuk menandatangani perjanjian
dengan Rusia yang mencakup pengakuan kemerdekaan Krimea,
pemindahan benteng Laut Hitam ke Rusia dan lewatnya Selat
armada Rusia. Antara laut hitam dan putih. Pada saat yang sama,
wilayah timur Kesultanan Usmaniyah mulai mengalami penurunan
Kesultanan Usmaniyah. Sebagian wilayah mulai memberontak
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki Ottoman. Di Mesir,
pasukan boneka Jepang yang bersekutu dengan Mamalik
melancarkan pemberontakan.Sejak tahun 1772, Mamalik berhasil
menguasai Mesir hingga Napoleon tiba pada tahun 1789. Di Suriah

14
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher),
2007, Hal, 343

13
dan Lebanon, pemimpin Druze Fahruddin (Fahruddin) juga
melancarkan pemberontakan. Dia berpartisipasi dalam Gerakan
Kurdi dan Gerakan Istanbul. Muhammad Ibn Abdul Wahhab,
pemimpin Dataran Tinggi Najid di Arab tengah, meluncurkan
kampanye pemurnian di Arab. Gerakan ini bergabung dengan
kekuatan Ibn Sa'ud pada abad ke-18 dan berhasil memperluas
wilayah di sekitar Jazirah Arab.
Banyak sekali faktor yang turut menyokong kemunduran Turki
Usmani. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1. Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system
pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan
2. Banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
3. Heterogenitas penduduk dan agama.
4. Kehidupan istimewa yang bermegah-megahan.
5. Merosotnya perekonomian Negara akibat peperangan yang
sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
b. Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa bangsa yang
tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika Turki mulai
lemah mereka bangkit untuk melawannya.juga karena
terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang
persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka
selalu menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah
barat seperti Eropa telah menggunakan senjata yang lebih
maju. Negara-negara Arab menghadapi orang-orang
Usmaniyah, negara-negara Arab berada dalam dilema.
Pertama, mereka menghormati turki yang merupakan
kekaisaran islam, yang mencerminkan kesatuan muslimin dan
ikatan mereka. Kedua, adalah keinginan negara-negara ini
untuk memerdekakan diri, dan membangun dirinya yang telah

14
tertinggal jauh dari negara-negara maju, yang seringkali
mengabaikannya. Gerakan-gerakan menuntut kemerdekaan ini
lalu berembus dengan kencangnya, diantara yang paling
menonjol adalah sebagai berikut:
1. Di mesir: gerakan Ali Bek al-Kabir, kemudian gerakan
Muhammad Ali.
2. Di Lebanon: gerakan Fakhruddin Ma’ni, kemudian gerakan
orang-orang shihabiyah.
3. Di Irak: gerakan-gerakan Pasya, puncaknya adalah
Sulaiman Pasya (Abu laila).
4. Di Yaman: gerakan az-Zaidiyah
5. Di Jazirah Arabia: berdirinya pemerintahan as-Saudi
dengan fikrah Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab15.

15
Ahmad Al-Usairi, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media), 2011, hal 370

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Usmaniyah diambil dari pendiri pertama dinasti ini,
yaitu Usman bin Erthogrul bin Sulaiman Syah. Para pendiri Daulah
Usmaniyah ini berasal dari suku Qayi keturunan Oghuz. Bani
Usmani merupakan keturunan dari kabilah Turkmaniyah, yang
mendiami Kurdistan pada abad ke-13. Awalnya profesi mereka
adalah penggembala. Adanya serangan dari Mongolia yang
dipimpin oleh Jengis Khan ke wilayah Irak dan Asia Kecil tahun
1220 M mendorong pemimpin suku tersebut. Sulaiman Syeh
(kakek dari Usmani) berhijrah meninggalkan Kurdistan menuju
Anatolia dan menetap di kota Akhlath, Sulaiman Syah dengan
seribu pengikutnya mengembara ke Anatolia dan singgah di
Azerbaijan namun sebelum sampai tujuan, ia meninggal dunia dan
kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu Erthogrul untuk
melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan, yaitu Anatolia.
Sesampai di Antolia, mereka diterima dengan penguasa dinasti
Seljuk, Sultan Alaudin II yang sedang berperang dengan Romawi
Timur yang berpusat di Bizantium. Erthogrul membantu Sultan
Alaudin II melawan Romawi Timur, sehingga dinasti Seljuk
mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberikan
hadiah kepada Erthogrul wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang
berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai
ibukota pemerintahan yang independen yang berdiri pada tahun
1258M bersamaan dengan lahirnya Usman.
Perkembangan Islam dalam masa-masa tersebut dapat dilihat
antara lain pada segi perkembangan wilayah Islam. Ketika Usman
sebagai pemimpin kerajaan Turki, dan sesaat setelah dia
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar
keluarga Usman) pada tahun 1300 M, dia memulai
mengembangkan wilayah Islam. Perluasan wilayah (ekspansi) para

16
Sultan Usmani menjadi sebuah model. Hal ini berlangsung paling
tidak sampai dengan masa pemerintahan Sulaiman I. Untuk
mendukung hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang
dikenal dengan Inkisyariyah. Pasukan Inkisyariyah adalah tentara
utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan
Armenia yang baru masuk Islam. Ternyata, dengan pasukan
tersebut seolah-olah Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang
paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi
penaklukan negeri-negeri non Muslim. Maka, pada masa Orkhan I
Kerajaan Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir (Asia Kecil)
pada tahun 1327, Thawasyani (1330), Uskandar (1338), Ankara
(1354), dan Gholipolli (1356). Daerah-derah ini adalah bagian
dunia Eropa yang pertama kali dapat dikuasai Kerajaan Usmani.
Kemunduran Turki Usmaniyah berlangsung lambat, sehingga
Kesultanan Usmaniyah masih mampu bertahan selama kurang
lebih tiga abad. Tahap kemunduran ini ditandai dengan
melemahnya semangat juang tentara Usmaniyah, yang
mengakibatkan banyak kegagalan perang, kemerosotan ekonomi,
dan sistem pemerintahan yang tidak normal. Sepeninggal Sultan Al
Qanuni (1566 M), Kesultanan Usmaniyah mulai mengalami
kemunduran. Sultan Sulaiman Al qanuni digantikan oleh Sultan
Salim II (1556-1573 M). Selama masa pemerintahannya,
pertempuran terjadi antara Armada Kerajaan Usmani dan
Angkatan Laut Kristen, yang meliputi Angkatan Laut Spanyol,
Angkatan Laut Bondouchi, Angkatan Laut Paus dan beberapa
kapal perang para Bapa Malta yang dipimpin oleh Don Juan dari
Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Lipento (Yunani). Dalam
pertempuran ini, Turki Ottoman berhasil dikalahkan dan Tunisia
ditangkap oleh musuh. Baru pada periode berikutnya (1575 M,
Tunisia), Sultan Murad III dapat diduduki kembali. Selama periode
Sultan Murad III (1574-1595), Kekaisaran Ottoman berhasil
menginvasi Kaukasus dan menguasai Tivris di Laut Hitam (1577),

17
merebut kembali Tibres, ibu kota Kerajaan Syafawi, dan
menaklukkan Di Georgia, campur tangan di Polandia urusan dalam
negeri, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593.
Namun karena buruknya kehidupan di Sudan, menyebabkan
kekacauan di negara tersebut. Apalagi ketika pemerintahan
dikuasai oleh pengikut yang lemah seperti Sultan Myhammad Lll
(1595-1603 M). Sultan Ahmed I (1603-1617 M) setelah
pengangkatan Mustafa I (1617-1623), situasinya semakin
memburuk. Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasi.
Selama Ibrahim Sultan (1640-1648), Venesia melancarkan
pertempuran laut melawan Turki Ottoman dan mengusir mereka
dari Siprus dan Kreta . Selama periode ini, dunia Islam dikalahkan
dan disingkirkan oleh kekuatan kolonial Eropa, kekuatan kolonial
Eropa membawa emas, kemuliaan dan semangat Injil. Ketika
mereka menaklukkan Islam melalui Perang Salib, semangat ini
menjadi ujung tombak gereja untuk mengulangi kejayaan mereka.
Periode ini adalah ketika Turki Ottoman menandatangani
perjanjian Karlowith dengan Austria, Rusia, Polandia, Venessia,
dan Inggris pada 26 Januari 1699. Isi perjanjian tersebut antara lain
Austria dan Turki, yang terikat dengan perjanjian 25 tahun
tersebut. Kecuali kota Telvnia dan Banat, seluruh Hongaria
(dikendalikan oleh Turki Ottoman) diserahkan kepada Austria.
Pada saat yang sama, wilayah Camanik dan Polodia diserahkan ke
Polandia. Rusia telah memperoleh wilayah di sekitar Laur Azov.
Pada saat yang sama, saat Athena membubarkan Turki, Venecia
menjadi penguasa Valmatia dan Maria. Karena itu, Perjanjian
Kartoiz melumpuhkan Turki Ottoman. Perjanjian tersebut
dilaksanakan satu tahun kemudian (6 Januari 1700 M) Sejak itulah
abad modern dimulai.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka tolong

18
berikanlah kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
pengembangan makalah untuk kedepannya. Dan semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Aaamiiin.

19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usairi, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media), 2011
Hamka. Sejarah Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang, 1981
K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramoderen), (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999
Maryam, Siti, et.al. Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga
Modern. Yogyakarta: LESFI, 2002.
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Yogyakarta:Pustaka Book Publisher 2007
Mughni, A. Syafiq. Sejarah Kebudayaan di Turki. Jakarta: Logos, 1997
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. Cet. V.
Jakarta: UI Press, 1985.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah al-Tarikh al-Islami. Kairo: Maktabah al-Nahdhat
al-Mishriyah, tth

20

Anda mungkin juga menyukai