Oleh Kelompok 5:
Muhamad Alfarizi Yusup 221108080783
Salahuddin Hamzah 221105080777
Yunus Hermawan 221105080760
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan segala rahmat dan petunjuknya serta kemudahan sehingga kita dapat
menyelesaikan tugas berupa makalah yang berjudul “Teknik Penerjemahan Sebagai
Penjabaran Prosedur Transfer” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Terjemahan Al-Quran.
Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih ada kesalahan dan
kekurangan di dalam makalah kami ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pengampu mata kuliah ini yaitu Ust. Dr. sofyan Tsauri M.Pd, supaya kami dapat lebih baik
dalam menyusun makalah.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih dan berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat kepada kami dan siapapun yang membacanya, semoga Allah senantiasa
memberikan kita kemudahan dalam menuntut ilmu dan keseharian kita, Aamiin.
Penyusun,
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerjemahan merupakan pengalihan pesan dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. Tujuan praktis dari proses pengalihan pesan itu adalah untuk membantu pembaca teks
sasaran dalam memahami pesan yang dimaksud oleh penulis asli teks bahasa sumber, tubas
pengalihan ini menempatkan penerjemah pada posisi yang sangat penting dalam
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan tekonoli. 1 Dengan demikian, dalam menerjemahkan
diperlukan metode, prosedur, dan Teknik.
Penerapan metode, prosedur, dan Teknik menerjemahkan bukanlah bersifat hitam
putih, harus selalu ada dalam setiap proses penerjemahan. Dalam praktiknya, penerjemah
tidak mesti menggunakan Teknik Tunggal. Namun, bisa saja ia menerapkan dua (kuplet), tiga
(triplet), atau empat (kwartet) tektik penerjemahan. Tujuannya untuk melahirkan
penerjemahan yang berkualitas.2
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana maksud dari Prosedur Transfer?
2) Apa yang dimaksud dengan Teknik Transfer?
3) Apa yang dimaksud dengan Teknik Transmutasi?
4) Apa yang dimaksud dengan Teknik Reduksi?
5) Apa yang dimaksud dengan Teknik Ekspansi?
6) Apa yang dimaksud dengan Teknik Eksplanasi?
7) Apa yang dimaksud dengan Teknik Substitusi?
8) Apa yang dimaksud dengan Akurasi Pemakaian Kata Saarana?
1
Hasan, Penerjamahan Arab-Indonesia Antara Dan Budaya (Banjarbaru:atap buku, 2017) hal. 53
2
M. Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjamahan Arab-Indonesia (Bandung:PT Remaja Rosdakarya) hal. 61
1
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari Prosedur Transposisi,
2) Untuk mengetahui apa saja Teknik-teknik penerjemahan dengan menggunakan Prosedur
Transposisi,
3) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Transfer,
4) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Transmutasi,
5) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Reduksi,
6) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Ekspansi,
7) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Eksplanasi,
8) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Substitusi, dan
9) Untuk mengetahui pengertian dari Akurasi Pemakaian Kata Sarana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
http://putriningrati.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1 diakses 25 Oktober
2023 pukul 21.41 WIB
3
4
terjemahan selaras dengan kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa target. Pada gilirannya,
penyesuaian ini akan membuat pembaca terjemahan merasa nyaman dan mudah dalam
memahamainya. Jika struktur tidak mengalami persesuaian, maka terjemahan yang dihasilkan
mestilah menjadi janggal dan sulit dipahami oleh pembaca. Dalam praktiknya penyesuaian
struktur ini bis adiwujudkan dengan menerapkan prosedur transposisi. Hal ini dilakukan
semata karena adanya perbedaan struktur antara bahasa sumber dan bahasa target.
Penyesuaian akan melahirkan terjemahan yang wajar, bahkan tidak akan dirasa sebagai suatu
terjemahan. Sulit, sebab ada banyak interfensi di dalam terjemahan. Apalagi kalua sampai
bahasa terjemahan didominasi oleh struktur Bahasa Arab.4
Prosedur transposisi ini berkaitan dengan pengubahan dan penyesuaian struktur
bahasa dengan struktur bahasa sasaran. Misalnya:
علَ ٰى ك ُِّل ش َْىءٍ َوكِّيل
َ َوه َُو
Artinya: Dia mengetahui segala sesuatu (QS. Al-An’am: 102)5
Prosedur transposisi ini terbagi ke dalam enam jenis teknik penerjemahan. Ada
teknik transfer, teknik transmutasi, teknik reduksi, teknik ekspansi, teknik eksplanasi, dan
teknik substansi.
4
M. Zaki Al-farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia. Hal. 68-69
5
Hasan, Penerjamahan Arab-Indonesia Antara Dan Budaya (Banjarbaru:atap buku, 2017) hal. 76
5
PS dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, urutankata dipertahankan dan
kategori sintaksis relatif sama.6 Contoh: Pengalihan fungsi sintaksis
يز ذُو ٱنتِّ َق ٍامٞ َوٱ َّللُ ع َِّز
Wallahu ‘azizun Dzun tiqaan
S P + (S) P
N + A + (N) + FN
6
M. Zaki Al-farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia. Hal. 69-71
7
http://putriningrati.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1 diakses 25 Oktober
2023 pukul 21.41 WIB
6
Dengan demikian, penerjemah dapat mengalihkan pola S-P dan P-S Bahasa Arab
ke pola S-P dan P-S Bahasa Indonesia. Pemakaian teknik ini dimungkinkan
karena adanya persamaan struktural antara kalimat nominal BA dan BI.
2) Transfer kategori
Transfer kategori dari BS ke BP ini terlihat pada pola N menjadi N, FN menjadi
FN, V menjadi V, dan Pro menjadi Pro.
Contoh: Pola N = N
7
Pemindahan dilakukan jika N dalam BS berupa nama diri, tempat, dan nama-
nama lainnya. Hal itu harus dilakukan karena dalam penerjemahan, nama-nama
diri atau tempat termasuk dalam unit penerjemahan yagn harus ditransfer
Pola FN = FN
منه آيات محكمات
Minhu aayaatun muhkamaatun
P +S
FP + FN
Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat
K +P+S
FP + V + FN berklausa relatif
Pola V = V
نزل عليك الكتاب بالحق
Nazzala ‘alaika al-kitaaba bil haqqi
P +(S) +K +O +K
V + (Pro) + FP +N + FP
8
Penerjemahan pola seperti ini terjadi pada kategori Verba yang menjadi unsur inti
dalam sebuah kalimat sehingga bentuknya harus tetap dan tidak dapat
dihilangkan, karena jika Verba ini diubah ke kategori yang lain, maka akan hilang
karakteristiknya sebagai kalimat Verba yang hendak menyatakan sesuatu.
P + (S) + K (P + S)
(KS + V) + (Pro) + FP
Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
S + P +O
Pro. + (KS + V) + FN
Terlihat bahwadalam bahasa arab, KS ( )لmenyertai P (ََ)ليَمِ ۡيز, dalam bahasa Indonesia, KS
(supaya) menyertai S (Allah).8
بِّ ِّطي َ ليَمِّ ۡي َز ۡال َخبِّ ۡي
َ ث مِّ نَ ال
KS + P + S
Supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik
KS + S + P
Setiap bahasa memiliki stuktur yang khas dan unik. Stuktur bahasa Arab misalnya,
sudah pasti berbeda dengan stuktur bahasa Indonesia. Boleh jadi struktur baku bahasa
Arab di pandang berlebihan dalam kaidah bahasa Indonesia dan fungsi dalam bahasa
sumber tidak diperlukan dalam bahasa target. Konsekuensinya, ada fungsi bahasa sumber
yang mesti dihilangkan dalam bahasa target.
Kondisi semacam ini menuntut adanya penyesuaian. Praktik penyesuaian bisa berupa
penghilangan unsur yang tak diperlukan agar selaras dengan stuktur bahasa target. Maka
penghilangan satu atau beberapa unsur linguistik bahasasumber dalam bahasa target sering
kali dilakukan penerjemah. Secara teorotis, penghilangan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik reduksi.
Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan
menghilangkan unsur gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan
Arab-Indonesia, penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S
menjadi P dan pola P-(S) menjadi P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S
dalam bahasa sumber bersifat implisit.
Terkadang kalimat bahasa Arab yang berpola P-S atau P-(S) mesti direduksi unsur
S-nya, sehingga menjadi P saja dalam bahasa Indonesia. Jika unsur S dipertahankan,
stuktur terjemahan menjadi kurang berterima karena sudah disebutkan dalam konstituen
inti atau sudah diketahui dari konteks kalimat. Kalimat imperatif bahasa Arab
8
M. Zaki Al-farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia. Hal. 70-71
12
meniscayakan adanya unsur S yang tersirat didalam verba. Sementara dalam bahasa
Indonesia, subyek yang umumnya berupa pronomina persona II mesti dihilangkan dari
kalimat imperatif. Pengurangan unsur S, baik yang tersirat maupun yang tersurat, perlu
dilakukan karena dapat mengganggu kewajaran dan tidak menambah kejelasan.
Sebagai contoh dalam surah al-Baqarah ayat 223 terdapat penggalan فَأْت ُ ْوا َح ْرث َ ُك ْم
اَنّٰى ِشئْت ُ ْم
yang diterjemahkan “Maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki.” Dengan teknik reduksi, frase فَأْتُواcukup diterjemahkan menjadi “maka
datangilah, tanpa menghadirkan unsur S, yakni pronomina persona II jamak.
Contoh lainnya yakni dalam penggalan surah al-Imrhan ayat 32, س ْو َل
ُ الر َ ّٰ اَطِ ْيعُوا
َّ ّللا َو
yang diterjemahkan “ Taatilah Allah dan Rasul-Nya”. Dengan teknik reduksi, frase
اَطِ ْيعُواcukup diterjemahkan menjadi “ Taatilah” tanpa menghadirkan unsur S, yakni
pronomina persona jamak atau dalam contoh tersebut dihilangkan dlomir jama’ mudzakar
salim.
persona III tunggal betina. Yang pertama, misalnya ,terkandung dalam verba ( فعلmadhi) dan
يفعلmudhari), sedang yang kedua dalam verba ( فعلتmadhi) dan ( تفعلmudari').
Alhasil penggalan ayat ke 110 يَ ْعلَ ُم َما بَيْنَ ا َ ْي ِد ْي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْمdalam surahTaha (20) mesti
diterjemahkan menjadi “Dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan apa yang ada
dibelakang mereka”. kemunculan pronomina Dia dalam terjemahan sebagai akibat dari
penggunaan teknik eksplanasi, sebab secara implisit verba يفعلsudah mengandung
pronomina ( هوdia) boleh juga penerjemah dilakukan dengan cara mengeksplisitkan pronomin
Dia dengan memunculkan unsur deiksis yang dirujuknya, yaitu Allah. Dengan begitu,
terjemahan penggalan ayat ini menjadi 'Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka
dan apa yang ada di belakang mereka'.
Konstruksi kalimat di atas, khususnya verba يعلم, mesti ditangani dengan teknik
eksplanasi dengan cara mengeksplisitkan fungsi subjek dalam bahasa target.
cara ini diterapkan supaya struktur teks terjemahan berterima dan mudah dipahami
pembaca target. dengan demikian, eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai
dengan pengeksplisitan unsur linguistik bahasa sumber dalam bahasa target. pengeksplisitan
ini, seperti disebutkan Syihabuddin (2005), ditunjukkan oleh perubahan pola P-(S) menjadi
S-P dan (S) -P menjadi S- P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam Bahasa
sumber bersifat implisit.
Contoh lainnya di dalam penggalan surah al-Imrhan ayat 173 َونِ ْع َم ْال َو ِك ْي ُل di
terjemahkan “Allah adalah sebaik-baik pelindung” dalam kalimat tersebut terdapat pronomina
atau dlomir dia laki-laki yang dalam teknik ini diterjemahkan subjeknya secara eksplisit atau
gamblang supaya pembaca dapat memahami isi kalimat dengan mudah.
menggunakan kopula maupun tidak, dengan pola P-S yang P-nya berupa preposisi. Hubungan
antara P dan S dapat dieksplisitkan dengan menambah kata ada atau terdapat, yang dalam
bahasa indonesia berfungsi sebagai P.
Contohnya dalam penggalan surah an-Nur ayat 44,ا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ لَ ِعب َْرة
yang berpola P-S diterjemahkan menjadi “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
pelajaran.” yang berpola K-P.
Penenganan dengan cara semacam ini lazim disebut teknik subtitusi. Walhasil, teknik
subtitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan mengganti fungsi sintaktis
bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target. Menurut Syihabuddin (2005)
terkadang penerjemah mengganti fungsi sintaktis bahasa sumber dalam bahasa target, seperti
mengganti objek (O) dengan subjek (S) dan objek dengan keterangan (K). Teknik ini
mengharuskan penerjemah untuk merekonstruksi struktur bahasa sumber dalam bahasa target,
seperti tampak pada penggantian P menjadi K.3
A. Kesimpulan
Setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri, yang berbeda satu sama lain. Kenyataan
ini meniscayakan adanya penyesuaian struktur dalam proses penejemahan. Hal ini teutama
dilakukan ketika penerjemah tidak menemukan struktur Bahasa target yang sama dengan
struktur Bahasa sumber. Penyesuaian struktur dilakukan semata-mata demi kepentingan
merekonstruksi teks sumber dalam teks target secara wajar. Struktur perlu disesuaikan agar
hasil terjemahan selaras dengan kaidah Bahasa yang berlaku dalam bahasa target. Pada
gilirannya, penyesuaian ini akan membuat pembaca terjemahan merasa nyaman dan mudah
dalam memahaminya. Jika struktur tidak mengalami persesuaian, maka terjemahan yang
dihasilkan mestilah menjadi janggal dan sulit dipahami oleh pembaca. Dalam pratiknya
penyesuaian struktur ini bisa diwujudkan dengan menerapkan prosedur transposisi. Hal ini
dilakukan semata karena adanya perbedaan strutur antara bahasa sumber dan bahasa target.
Penyesuaian akan melahirkan terjemahan yang wajar, bahkan tidak akan dirasa sebagai suatu
terjemahan. Sulit, sebab ada banyak interferensi di dalam terjemahan. Apalagi kalau sampai
bahasa terjemahan didominasi oleh struktur bahasa Arab.
Prosedur transposisi ini terbagi ke dalam enam jenis teknik penerjemahan, yaitu:
1. Teknik Transfer
Teknik transfer merupakan cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis,
kategori dan kata sarana dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Seperti dengan
penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.
Ada tiga pola pengalihan dalam teknik transfer dari BS ke BP, yaitu
1) Transfer fungsi sintaksis
2) Transfer kategori
3) Transfer kata sarana dan fungsi sinstaksis
2. Teknik transmutasi
Ada kalanya penerjemah dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat mengalihkan
pola fungsi sintaksis dan kata sarana dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Situasi ini
mengharuskan penerjemah mengubah pola bahasa sumber dengan memindahkan urutannya.
16
Pemindahan urutan dimaksudkan agar struktur kalimat sesuai dengan pola yang berlaku dalam
bahasa target. Pengubahan pola urutan ini memungkinkan terjadi dengan menggunakan teknik
transmutasi.
Ada tiga pola pengalihan dalam teknik transmutadi dari BS ke BP, yaitu:
1) Transmutasi berpola S-P menjadi P-S
2) Transmutasi berpola P-S menjadi S-P
3) Transmutasi KS + P menjadi KS + S
3. Teknik Reduksi
Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan denganmenghilangkan unsur
gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan Arab-Indonesia,
penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-
(S) menjadi P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat
implisit.
4. Teknik Ekspansi
Ekspansi merupakan cara penerjemahan yang ditandai dengan perluasan fungsi dan kategori
yang disebabkan adanya deskripsi makna bahasa sumber dalam bahasa target. Jadi, ekspansi
merupakan kebalikan dari reduksi. Dengan teknik yang pertama, penerjemah mengekspansi
keterangan dalam bahasa target dengan konsekuensi adanya
“penambahan” fungsi dan kategori sintaksis. Penambahan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan keterbacaan makna kata pada bahasa sumber dalam bahasa target. Adapun
dengan teknik yang kedua, penerjemah mereduksi keterangan dalam bahasa sumber dengan
konsekuensi adanya ٌ صsumber. ‘pengurangan’ unsur linguistik dari bahasa
5. Teknik Eksplanasi
eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai dengan pengeksplisitan unsur
linguistik bahasa sumber dalam bahasa target.
6. Teknik Substitusi
teknik subtitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan mengganti fungsi
sintaktis bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target.
7. Akurasi Pemakaian Kata Saarana
Akurasi Pemakaian Kata Sarana Menurut Suharno (2003: 35), akurasi adalah keterampilan
untuk menggerakan suatu objek agar tepat saran, sehingga tujuannya tercapai dengan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
iii