Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEKNIK PENERJEMAHAN SEBAGAI PENJABARAN


PROSEDUR TRANSPOSISI

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ilmu Terjemahan Al-Quran)
Dosen Pengampu: Dr. Sofyan Tsauri, M.Pd

Oleh Kelompok 5:
Muhamad Alfarizi Yusup 221108080783
Salahuddin Hamzah 221105080777
Yunus Hermawan 221105080760

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN
BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan segala rahmat dan petunjuknya serta kemudahan sehingga kita dapat
menyelesaikan tugas berupa makalah yang berjudul “Teknik Penerjemahan Sebagai
Penjabaran Prosedur Transfer” ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Terjemahan Al-Quran.
Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih ada kesalahan dan
kekurangan di dalam makalah kami ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pengampu mata kuliah ini yaitu Ust. Dr. sofyan Tsauri M.Pd, supaya kami dapat lebih baik
dalam menyusun makalah.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih dan berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat kepada kami dan siapapun yang membacanya, semoga Allah senantiasa
memberikan kita kemudahan dalam menuntut ilmu dan keseharian kita, Aamiin.

Penyusun,

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................................................. 3
A. Pengertian Prosedur Transposisi ................................................................................................................. 3
B. Pengertian Teknik Tranfer............................................................................................................................. 4
C. Pengertian Teknik Transmutasi ................................................................................................................... 9
D. Pengertian Teknik Reduksi ......................................................................................................................... 11
E. Pengertian Teknik Ekspansi ....................................................................................................................... 12
F. Pengertian Teknik Eksplanasi .................................................................................................................... 13
G. Pengertian Teknik Substitusi ................................................................................................................. 14
H. Pengertian Akurasi Pemakaian Kata Sarana ................................................................................... 15
BAB III ............................................................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerjemahan merupakan pengalihan pesan dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. Tujuan praktis dari proses pengalihan pesan itu adalah untuk membantu pembaca teks
sasaran dalam memahami pesan yang dimaksud oleh penulis asli teks bahasa sumber, tubas
pengalihan ini menempatkan penerjemah pada posisi yang sangat penting dalam
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan tekonoli. 1 Dengan demikian, dalam menerjemahkan
diperlukan metode, prosedur, dan Teknik.
Penerapan metode, prosedur, dan Teknik menerjemahkan bukanlah bersifat hitam
putih, harus selalu ada dalam setiap proses penerjemahan. Dalam praktiknya, penerjemah
tidak mesti menggunakan Teknik Tunggal. Namun, bisa saja ia menerapkan dua (kuplet), tiga
(triplet), atau empat (kwartet) tektik penerjemahan. Tujuannya untuk melahirkan
penerjemahan yang berkualitas.2

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana maksud dari Prosedur Transfer?
2) Apa yang dimaksud dengan Teknik Transfer?
3) Apa yang dimaksud dengan Teknik Transmutasi?
4) Apa yang dimaksud dengan Teknik Reduksi?
5) Apa yang dimaksud dengan Teknik Ekspansi?
6) Apa yang dimaksud dengan Teknik Eksplanasi?
7) Apa yang dimaksud dengan Teknik Substitusi?
8) Apa yang dimaksud dengan Akurasi Pemakaian Kata Saarana?

1
Hasan, Penerjamahan Arab-Indonesia Antara Dan Budaya (Banjarbaru:atap buku, 2017) hal. 53
2
M. Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjamahan Arab-Indonesia (Bandung:PT Remaja Rosdakarya) hal. 61
1
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari Prosedur Transposisi,
2) Untuk mengetahui apa saja Teknik-teknik penerjemahan dengan menggunakan Prosedur
Transposisi,
3) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Transfer,
4) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Transmutasi,
5) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Reduksi,
6) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Ekspansi,
7) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Eksplanasi,
8) Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Substitusi, dan
9) Untuk mengetahui pengertian dari Akurasi Pemakaian Kata Sarana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Prosedur Transposisi


Menurut Peter Newmark, transposisi merupakan prosedur penerjamahan yang
berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima
(BP). Sedangkan menurut Kridalaksana, Transposisi adalah proses atau hasil perubahan
fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa. Dari dua pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan transposisi adalah bentuk-bentuk perubahan
fungsi sintaksis dan kategori dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.
Dalam Bahasa arab, istilah sintaksis merujuk pada tugas yang senantiasa dilakukan
oleh suatu unsur linguistic dalam sebuah kalimat. Misalkan fungsi naat (sifat) yang bertugas
menyifati man’ut (yang di sifati) dan khabar (predikat) menerangkan mubtada’ (subjek).
Dalam proses penerjamahan, pemahaman penerjamah atas hubungan fungsional
antara unsur-unsur sintaksis dan kategori kata sangat berperan dalam mengungkapkan makna
dan maksud penulis dalam nas Bahasa Penerima (BP). Newmark juga menegaskan, bahwa
ketika penerjemah merekonstruksi struktur, mungkin penerjemah merekonstruktursi struktur,
mungkin penerjemah juga harus mentransposisikan unsur-unsur frase dan klausa ke dalam
struktur Bahasa penerima. Hal ini mengakibatkan terjadinya transposisi fungsi dan kategori
dalam suatu kalimat.
Dalam Bahasa Indonesia, fungsi-fungsi diatas berupa subjek (S), predikat (P),
objek(O), pelengkap (pel), dan keterangkan (K). sedangkan yang dimaksud kategori ialah
nomina (N), verba (V), pronominal (Pro), numeralia (Num) dan kata sarana (KS).3
Setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri, yang berbeda satu sama lain. Kenyataan
ini meniscayakan adanya penyesuaian struktur dalam proses penerjemahan. Hal itu terutama
dilakuka Ketika penerjemah tidak menemukan struktur bahasa target yang sama dengan
struktur bahasa sumber. Penyesuaian struktur dilakukan semata-mata demi kepentingan
merekonstruksi teks sumber dala teks target secara wajar. Struktur perlu disesuaikan agar hasil

3
http://putriningrati.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1 diakses 25 Oktober
2023 pukul 21.41 WIB
3
4

terjemahan selaras dengan kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa target. Pada gilirannya,
penyesuaian ini akan membuat pembaca terjemahan merasa nyaman dan mudah dalam
memahamainya. Jika struktur tidak mengalami persesuaian, maka terjemahan yang dihasilkan
mestilah menjadi janggal dan sulit dipahami oleh pembaca. Dalam praktiknya penyesuaian
struktur ini bis adiwujudkan dengan menerapkan prosedur transposisi. Hal ini dilakukan
semata karena adanya perbedaan struktur antara bahasa sumber dan bahasa target.
Penyesuaian akan melahirkan terjemahan yang wajar, bahkan tidak akan dirasa sebagai suatu
terjemahan. Sulit, sebab ada banyak interfensi di dalam terjemahan. Apalagi kalua sampai
bahasa terjemahan didominasi oleh struktur Bahasa Arab.4
Prosedur transposisi ini berkaitan dengan pengubahan dan penyesuaian struktur
bahasa dengan struktur bahasa sasaran. Misalnya:
‫علَ ٰى ك ُِّل ش َْىءٍ َوكِّيل‬
َ ‫َوه َُو‬
Artinya: Dia mengetahui segala sesuatu (QS. Al-An’am: 102)5
Prosedur transposisi ini terbagi ke dalam enam jenis teknik penerjemahan. Ada
teknik transfer, teknik transmutasi, teknik reduksi, teknik ekspansi, teknik eksplanasi, dan
teknik substansi.

B. Pengertian Teknik Tranfer


Teknik transfer merupakan cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis,
kategori dan kata sarana dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Seperti dengan
penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Asumsi yang mendasari teknik ini
adalah adanya persamaan sejumlah aspek lingual antara bahasa sumber dan bahasa target.
Aspek kesamaan ini,antara lain, meliputi fungsi, kategori sintaksis dan kata sarana yang ada
pada kedua bahasa. Inilah yang memungkinkan penerapan teknik transfer dalam
penerjemahan. Contoh: Surah al-Baqarah ayat 10: ‫فِّي قُلُوبِّ ِّه ْم َم َرض‬
Diterjemahkan menjadi ‘dalam hati mereka ada penyakit’. Penerjemahan
menggunakan teknik transfer. Dalam hal ini, terjadi pengalihan fungsi sintaksis P-S menjadi

4
M. Zaki Al-farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia. Hal. 68-69
5
Hasan, Penerjamahan Arab-Indonesia Antara Dan Budaya (Banjarbaru:atap buku, 2017) hal. 76
5

PS dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, urutankata dipertahankan dan
kategori sintaksis relatif sama.6 Contoh: Pengalihan fungsi sintaksis
‫يز ذُو ٱنتِّ َق ٍام‬ٞ ‫َوٱ َّللُ ع َِّز‬
Wallahu ‘azizun Dzun tiqaan
S P + (S) P
N + A + (N) + FN

Allah Maha Perkasa Lagi memiliki (siksa)


S + P + S+P+O
N + FA + (N) + KS + (N) + V + N7

Pemakaian teknik transfer tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pola-pola


pengalihan fungsi, kategori dan sarana dari BS ke BP, antara lain:
1) Transfer fungsi sintaksis
Transfer fungsi sintaksis dari BS ke BP ini terlihat pada pola S-P menjadi S-P
dan pula P-S menjadi P-S.
Contoh: Pola S-P = S-P

‫يز ذُو ٱنتِّقَ ٍام‬ٞ ‫َوٱ َّللُ ع َِّز‬


Wallahu ‘azizun Dzun tiqaan
S P + (S) P
N + A + (N) + FN

Allah Maha Perkasa Lagi memiliki (siksa)


S P S+P+O
N + FA + (N) + KS + (N) + V + N

6
M. Zaki Al-farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia. Hal. 69-71
7
http://putriningrati.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1 diakses 25 Oktober
2023 pukul 21.41 WIB
6

Pengalihan pola ini memiliki beberapa kerakteristik:


a. Pola S-P hanya terjadi pada kalimat nominal atau jumlah ismiyah yang
berpola S-P.
b. Presikat kalimat nominal itu dapat berbentuk kata atau frase dengan kategori
apa saja.
Pola P-S = P-S
‫ليس علينا في ألميين سبيل‬
Laisa ‘alaina fii al-ummiyyiina sabiilun
P K S
(KS + FP) + FP +N
Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi
P +S +K +K
(KS + V) +N + FP +FP
Pengalihan pola iini memiliki beberapa karakteristik:
a. Pengalihan ini hanya dapat diterapkan pada kalimat nominal BS yang berpola
P-S, yaitu kelimat nominal yang S-nya berupa frase preposisi. Frasi inilah
yang menuntut pemakaia teknik transfer karena hampir selalu memunculkan
kata ada atau terapat dalam terjemahannya, yang kemudian dijadikan P dalam
BP.
b. Pola ini dapat diterapkan pada kalimat Verbal Pasif.

Dengan demikian, penerjemah dapat mengalihkan pola S-P dan P-S Bahasa Arab
ke pola S-P dan P-S Bahasa Indonesia. Pemakaian teknik ini dimungkinkan
karena adanya persamaan struktural antara kalimat nominal BA dan BI.

2) Transfer kategori
Transfer kategori dari BS ke BP ini terlihat pada pola N menjadi N, FN menjadi
FN, V menjadi V, dan Pro menjadi Pro.
Contoh: Pola N = N
7

‫يز ذُو ٱنتِّقَ ٍام‬ٞ ‫َوٱ َّللُ ع َِّز‬


Wallahu ‘azizun dzun tiqaam
S P (S) P
N + A + (N) + FN

Allah Maha Perkasa lagi memiliki (siksa)


S P (S) +P +O
N+ FA + (N) + KS + (N) +V + N

Pemindahan dilakukan jika N dalam BS berupa nama diri, tempat, dan nama-
nama lainnya. Hal itu harus dilakukan karena dalam penerjemahan, nama-nama
diri atau tempat termasuk dalam unit penerjemahan yagn harus ditransfer

Pola FN = FN
‫منه آيات محكمات‬
Minhu aayaatun muhkamaatun
P +S
FP + FN
Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat
K +P+S
FP + V + FN berklausa relatif

Pola V = V
‫نزل عليك الكتاب بالحق‬
Nazzala ‘alaika al-kitaaba bil haqqi
P +(S) +K +O +K
V + (Pro) + FP +N + FP
8

Dia menurunkan Al-kitab (al-quran) kepadamu dengan sebenarnya


S +P +O +K +K
Pro. + V +N + FP + FP

Penerjemahan pola seperti ini terjadi pada kategori Verba yang menjadi unsur inti
dalam sebuah kalimat sehingga bentuknya harus tetap dan tidak dapat
dihilangkan, karena jika Verba ini diubah ke kategori yang lain, maka akan hilang
karakteristiknya sebagai kalimat Verba yang hendak menyatakan sesuatu.

Pola Pro = Pro


‫ولم يصروا على ما فعلوا‬
Wa lam yu-shirrun ‘alaa maa fa’aluu
P + (S) + K (P + S)
(KS + V) + (Pro) + FP
Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
S + P +O
Pro. + (KS + V) + FN

Dari beberapa contoh pola diatas, menurut Didawi, seorang penerjemah


dianjurkan untuk menggunakan teknik transfer ini jika struktur kalimat BS dan
BP ini memiliki persamaan.

3) Transfer kata sarana dan fungsi sintaksis


Transfer kata sarana dan fungsi sintaksis dari BS ke BP ini terjadi pada pola KS+P
menjadi KS+P dan pola KS+S menjasi KS+S
Contoh: Pola KS+P = KS+P

‫ولم يصروا على ما فعلوا‬


Wa lam yu-shirrun ‘alaa maa fa’aluu
9

P + (S) + K (P + S)
(KS + V) + (Pro) + FP
Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
S + P +O
Pro. + (KS + V) + FN

Pengalihan pol aini memiliki beberapa karakteristik, yaitu:


a. Hanya terdapat pada kalinat Verbal
b. Dalam BS, KS itu ditempatkan di depan Verba yang berfungsi sebagai P,
kemudian ditransferkan ke BP.

Pola KS+S = KS+S


َ ‫عذَاب‬
‫شدِّيد‬ َ ‫ّلل لَ ُه ْم‬
ِّ َ ‫ت ٱ‬ ۟ ‫إِّنَ ٱلَ ِّذينَ َكفَ ُر‬
ِّ َ‫وا بِّـَٔا ٰي‬
Inna al-ladziina kafauu bi aayaatillahi lahum ‘adzaabun syadiidun
S (P + S+ O) +P (P + S)
(KS + FN (N + V + Pro. + FP)) + (FP + FN
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat
S ((S) + P + K) +P+O
(S + FN berklausa relative) + FV berklausa relative

Pengalihan pola diatas mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:


a. Pola tersebut terdapat pada kalimat nominal yang berpola S-P
b. Dalam BS, KS ditempatkan langsung di depan nominal yang berfungsi
sebagai S, kemudian langsung ditransfer ke BP.

C. Pengertian Teknik Transmutasi


Adakalanya penerjemah dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat mengalihkan
pola fungsi sintaksis dan kata sarana dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Situasi ini
10

mengharuskan penerjemah mengubah pola bahasa sumber dengan memindahkan urutannya.


Pemindahan urutan dimaksudkan agar struktur kalimat sesuai dengan pola yang berlaku dalam
bahasa target. Pengubahan pola urutan ini memungkinkan terjadi dengan menggunakan teknik
transmutasi.
Dalam praktiknya, sebagaimana disebutkan syihabuddin, teknik transmutasi ini
mempunyai beberapa pola. Pertama, trasmutasi berpola S-P menjadi P-S. Pemakaian ini
misalnya terlihat pada penerjemah penggalan yang bermaktub pada Surah Ali Imran ayat 6.
‫هو الذي يصوركم‬
Kalimat nominal yang berpola S-P (subyek-predikat) ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan pola P-S (predikat-subyek), yakni Dialah yang telah
menciptakan kamu. Tatkala mengungkapkan ayat ini, penerjemah mesti mengubah deklaratif
menjadi kalimat emfatik yang pada gilirannya akan mengubah urutan posisi sintaksis, yaitu
subjek pada kalimat deklaratif menjadi predikat dalam kalimat emfatik. Kedua, transmutasi
berpola P-S menjadi S-P. Dalam bahasa arab, pola ini biasa terjadi pada kalimat verbal aktif.
Pola semacam ini tentu saja harus mengalami penyesuaian dalam bahasa Indonesia. Pola P-S
ini lazim menjadi S-P dalam bahasa indonesia. Sebagai contoh penggalan yang bermaktub
dalam surah As-Sajadah (32) ayat 16, diterjemahkan menjadi “lambung mereka jauh
daritempat tidurnya”. Ayat tersebut berpola P-S dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
dengan pola S-P.
ِّ ‫تَتَجَا َف ٰى ُجنُوبُ ُه ْم ع َِّن ٱ ْل َمض‬
‫َاج ِّع‬
S+P
Lambung mereka jauh dari tempat tidur
Kemudian yang ketiga, transmutasi KS+P menjadi KS+S. Pola ini sesungguhnya
merupakan konsekuensi dari prubahan predikat (P) bahasa sumber menjadi subyek(S) dalam
bahasa target. Dalam bahasa arab, kata sarana (KS) ini menyertai predikat (P), dalam bahasa
Indonesia, KS menyertai subyek (S). Dalam surah Al-Anfal (8) ayat 37 terdapat penggalan.
penggalan ini diterjemahkan menjadi supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik.
11

Terlihat bahwadalam bahasa arab, KS (‫ )ل‬menyertai P (ََ‫)ليَمِ ۡيز‬, dalam bahasa Indonesia, KS
(supaya) menyertai S (Allah).8
‫ب‬ِّ ِّ‫طي‬ َ ‫ليَمِّ ۡي َز ۡال َخبِّ ۡي‬
َ ‫ث مِّ نَ ال‬
KS + P + S
Supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik
KS + S + P

D. Pengertian Teknik Reduksi

Setiap bahasa memiliki stuktur yang khas dan unik. Stuktur bahasa Arab misalnya,
sudah pasti berbeda dengan stuktur bahasa Indonesia. Boleh jadi struktur baku bahasa
Arab di pandang berlebihan dalam kaidah bahasa Indonesia dan fungsi dalam bahasa
sumber tidak diperlukan dalam bahasa target. Konsekuensinya, ada fungsi bahasa sumber
yang mesti dihilangkan dalam bahasa target.
Kondisi semacam ini menuntut adanya penyesuaian. Praktik penyesuaian bisa berupa
penghilangan unsur yang tak diperlukan agar selaras dengan stuktur bahasa target. Maka
penghilangan satu atau beberapa unsur linguistik bahasasumber dalam bahasa target sering
kali dilakukan penerjemah. Secara teorotis, penghilangan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik reduksi.
Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan
menghilangkan unsur gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan
Arab-Indonesia, penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S
menjadi P dan pola P-(S) menjadi P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S
dalam bahasa sumber bersifat implisit.
Terkadang kalimat bahasa Arab yang berpola P-S atau P-(S) mesti direduksi unsur
S-nya, sehingga menjadi P saja dalam bahasa Indonesia. Jika unsur S dipertahankan,
stuktur terjemahan menjadi kurang berterima karena sudah disebutkan dalam konstituen
inti atau sudah diketahui dari konteks kalimat. Kalimat imperatif bahasa Arab

8
M. Zaki Al-farisi, Pedoman Penerjamahan Arab Indonesia. Hal. 70-71
12

meniscayakan adanya unsur S yang tersirat didalam verba. Sementara dalam bahasa
Indonesia, subyek yang umumnya berupa pronomina persona II mesti dihilangkan dari
kalimat imperatif. Pengurangan unsur S, baik yang tersirat maupun yang tersurat, perlu
dilakukan karena dapat mengganggu kewajaran dan tidak menambah kejelasan.
Sebagai contoh dalam surah al-Baqarah ayat 223 terdapat penggalan ‫فَأْت ُ ْوا َح ْرث َ ُك ْم‬
‫اَنّٰى ِشئْت ُ ْم‬
yang diterjemahkan “Maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki.” Dengan teknik reduksi, frase ‫ فَأْتُوا‬cukup diterjemahkan menjadi “maka
datangilah, tanpa menghadirkan unsur S, yakni pronomina persona II jamak.
Contoh lainnya yakni dalam penggalan surah al-Imrhan ayat 32, ‫س ْو َل‬
ُ ‫الر‬ َ ّٰ ‫اَطِ ْيعُوا‬
َّ ‫ّللا َو‬
yang diterjemahkan “ Taatilah Allah dan Rasul-Nya”. Dengan teknik reduksi, frase
‫ اَطِ ْيعُوا‬cukup diterjemahkan menjadi “ Taatilah” tanpa menghadirkan unsur S, yakni
pronomina persona jamak atau dalam contoh tersebut dihilangkan dlomir jama’ mudzakar
salim.

E. Pengertian Teknik Ekspansi


Teknik ekspansi merupakan cara penerjemahan yang ditandai dengan perluasan
fungsi dan kategori yang disebabkan adanya deskripsi makna bahasa sumber dalam bahasa
target. Jadi, ekspansi merupakan kebalikan dari reduksi. Dengan teknik yang pertama,
penerjemah mengekspansi keterangan dalam bahasa.
Kasus semacam ini memerlukan penanganan khusus. Penerjemahan perlu
mendeskripsikan makna suatu kata bahasa sumber dalam bahasa target. Pendeskripsian ini
mengakibatkan perluasan fungsi sintaksis dalam bahasa target. Secara teoretis penanganan
masalah seperti ini dapat dilakukan dengan teknik ekspansi.
target dengan konsekuensi adanya penambahan fungsi dan kategori sintaksis.
Penambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterbacaan makna kata pada bahasa
sumber dalam bahasa target. Adapun dengan teknik yang kedua, penerjemah mereduksi
keterangan dalam bahasa sumber dengan konsekuensi adanya pengurangan unsur linguistik
dari bahasa sumber.
13

Dalam penerjemahan Arab-Indonesia, perluasan fungsi dan kategori sintaksis dapat


terjadi dari pola P-S menjadi K-P-S, kategori A menjadi FA, dari N menjadi FN, dari V
menjadi FV, dari V menjadi FN, dan KS (F) menjadi F.
Sebagai contoh dalam surah al-Baqarah ayat 235 terdapat penggalan ‫َّّل ت ُ َوا ِعد ُْوه َُّن س ًِّرا‬
diterjemahkan dengan menggunakan teknik ekspansi menjadi ‘ janganlah kamu
mengadakan janji dengan mereka secara rahasia’. Di sini terjadi perluasan fungsi dan
kategori yang disebabkan oleh deskripsi makna bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Frase
‫ َّّل ت ُ َوا ِعد ُْوه َُّن‬yang secara harfiah berarti ‘janganlah kamu mengadakan janji dengan
mereka’, diperluas dengan menambah kata kawin, sehingga menjadi ‘janganlah kamu
mengadakan janji kawin dengan mereka’.
Lebih jauh Syihabuddin mengungkapkan bahwa keterangan (K) merupakan fungsi
sintaksis yang banyak ditambahkan dalam terjemahan. Perluasan juga terjadi pada fungsi
KS menjadi F.
Sebagai contoh KS ‫ لن‬berfungsi negasi dan lazim disertakan pada verba
mudhari’. Jadi selain menegasikan perbuatan, KS ‫ لن‬juga berfungsi menegaskan verba
mudhari’ pada kala mendatang. Dua fungsi ini tidak memiliki padanan yang pas dalam
bahasa indonesia. Dalam hal ini, penerjemah perlu mendeskripsikan KS ‫لن‬, umpamanya,
diterjemahkan menjadi frase (sekali-kali) tidak akan. Frase ini merepresantikan makna
KS ‫لن‬, yang menegaskan bahwa suatu dapat perbuatan tidak akan dilaksanakan untuk
selamanya.

F. Pengertian Teknik Eksplanasi


Teknik Eksplanasi Secara implisit, setiap verba dalam bahasa Arab sudah
mengandung ‫' ضمري‬pronomina'. Sesuai dengan varian konjugasi verba, baik dalam fi'il
Madhi ataupun fi'il midhari', terdapat 14 pronomina dalam Bahasa Arab. keempat belas varian
pronomina ini dipilih berdasarkan aspek persona, numerasia, dan jantina (jantan-betina) .
Misalnya ‫ هو‬adalah pronomina persona III tunggal jantan , sedang ‫ هي‬adalah pronomina
14

persona III tunggal betina. Yang pertama, misalnya ,terkandung dalam verba ‫( فعل‬madhi) dan
‫ يفعل‬mudhari), sedang yang kedua dalam verba ‫( فعلت‬madhi) dan ‫( تفعل‬mudari').
Alhasil penggalan ayat ke 110 ‫ يَ ْعلَ ُم َما بَيْنَ ا َ ْي ِد ْي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم‬dalam surahTaha (20) mesti
diterjemahkan menjadi “Dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan apa yang ada
dibelakang mereka”. kemunculan pronomina Dia dalam terjemahan sebagai akibat dari
penggunaan teknik eksplanasi, sebab secara implisit verba ‫ يفعل‬sudah mengandung
pronomina ‫( هو‬dia) boleh juga penerjemah dilakukan dengan cara mengeksplisitkan pronomin
Dia dengan memunculkan unsur deiksis yang dirujuknya, yaitu Allah. Dengan begitu,
terjemahan penggalan ayat ini menjadi 'Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka
dan apa yang ada di belakang mereka'.
Konstruksi kalimat di atas, khususnya verba ‫يعلم‬, mesti ditangani dengan teknik
eksplanasi dengan cara mengeksplisitkan fungsi subjek dalam bahasa target.
cara ini diterapkan supaya struktur teks terjemahan berterima dan mudah dipahami
pembaca target. dengan demikian, eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai
dengan pengeksplisitan unsur linguistik bahasa sumber dalam bahasa target. pengeksplisitan
ini, seperti disebutkan Syihabuddin (2005), ditunjukkan oleh perubahan pola P-(S) menjadi
S-P dan (S) -P menjadi S- P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam Bahasa
sumber bersifat implisit.
Contoh lainnya di dalam penggalan surah al-Imrhan ayat 173 ‫َونِ ْع َم ْال َو ِك ْي ُل‬ di
terjemahkan “Allah adalah sebaik-baik pelindung” dalam kalimat tersebut terdapat pronomina
atau dlomir dia laki-laki yang dalam teknik ini diterjemahkan subjeknya secara eksplisit atau
gamblang supaya pembaca dapat memahami isi kalimat dengan mudah.

G. Pengertian Teknik Substitusi


Teknik Substitusi
Penggantian fungsi sintaktis bahasa sumber dalam bahasa target adakalanya perlu
dilakukan oleh penerjamah, seperti pergantian predikat (P) dengan keterangan (K).
Penggantian P dengan K, menurut syihabudin (2005), terjadi pada kalimat nominal, baik yang
15

menggunakan kopula maupun tidak, dengan pola P-S yang P-nya berupa preposisi. Hubungan
antara P dan S dapat dieksplisitkan dengan menambah kata ada atau terdapat, yang dalam
bahasa indonesia berfungsi sebagai P.
Contohnya dalam penggalan surah an-Nur ayat 44,‫ا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ لَ ِعب َْرة‬
yang berpola P-S diterjemahkan menjadi “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
pelajaran.” yang berpola K-P.
Penenganan dengan cara semacam ini lazim disebut teknik subtitusi. Walhasil, teknik
subtitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan mengganti fungsi sintaktis
bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target. Menurut Syihabuddin (2005)
terkadang penerjemah mengganti fungsi sintaktis bahasa sumber dalam bahasa target, seperti
mengganti objek (O) dengan subjek (S) dan objek dengan keterangan (K). Teknik ini
mengharuskan penerjemah untuk merekonstruksi struktur bahasa sumber dalam bahasa target,
seperti tampak pada penggantian P menjadi K.3

َ ْ َ‫ه َْل لَّنَا مِ ن‬


َ ‫اّل ْم ِر مِ ْن‬
Contoh lainnya :‫ش ْيء‬
yang diterjemahkan “ Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan
ini.

H. Pengertian Akurasi Pemakaian Kata Sarana


Akurasi Pemakaian Kata Sarana Menurut Suharno (2003: 35), akurasi adalah
keterampilan untuk menggerakan suatu objek agar tepat saran, sehingga tujuannya tercapai
dengan baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri, yang berbeda satu sama lain. Kenyataan
ini meniscayakan adanya penyesuaian struktur dalam proses penejemahan. Hal ini teutama
dilakukan ketika penerjemah tidak menemukan struktur Bahasa target yang sama dengan
struktur Bahasa sumber. Penyesuaian struktur dilakukan semata-mata demi kepentingan
merekonstruksi teks sumber dalam teks target secara wajar. Struktur perlu disesuaikan agar
hasil terjemahan selaras dengan kaidah Bahasa yang berlaku dalam bahasa target. Pada
gilirannya, penyesuaian ini akan membuat pembaca terjemahan merasa nyaman dan mudah
dalam memahaminya. Jika struktur tidak mengalami persesuaian, maka terjemahan yang
dihasilkan mestilah menjadi janggal dan sulit dipahami oleh pembaca. Dalam pratiknya
penyesuaian struktur ini bisa diwujudkan dengan menerapkan prosedur transposisi. Hal ini
dilakukan semata karena adanya perbedaan strutur antara bahasa sumber dan bahasa target.
Penyesuaian akan melahirkan terjemahan yang wajar, bahkan tidak akan dirasa sebagai suatu
terjemahan. Sulit, sebab ada banyak interferensi di dalam terjemahan. Apalagi kalau sampai
bahasa terjemahan didominasi oleh struktur bahasa Arab.
Prosedur transposisi ini terbagi ke dalam enam jenis teknik penerjemahan, yaitu:
1. Teknik Transfer
Teknik transfer merupakan cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis,
kategori dan kata sarana dari Bahasa Sumber (BS) ke Bahasa Penerima (BP). Seperti dengan
penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.
Ada tiga pola pengalihan dalam teknik transfer dari BS ke BP, yaitu
1) Transfer fungsi sintaksis
2) Transfer kategori
3) Transfer kata sarana dan fungsi sinstaksis
2. Teknik transmutasi
Ada kalanya penerjemah dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat mengalihkan
pola fungsi sintaksis dan kata sarana dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Situasi ini
mengharuskan penerjemah mengubah pola bahasa sumber dengan memindahkan urutannya.
16
Pemindahan urutan dimaksudkan agar struktur kalimat sesuai dengan pola yang berlaku dalam
bahasa target. Pengubahan pola urutan ini memungkinkan terjadi dengan menggunakan teknik
transmutasi.
Ada tiga pola pengalihan dalam teknik transmutadi dari BS ke BP, yaitu:
1) Transmutasi berpola S-P menjadi P-S
2) Transmutasi berpola P-S menjadi S-P
3) Transmutasi KS + P menjadi KS + S
3. Teknik Reduksi
Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan denganmenghilangkan unsur
gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan Arab-Indonesia,
penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-
(S) menjadi P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat
implisit.
4. Teknik Ekspansi
Ekspansi merupakan cara penerjemahan yang ditandai dengan perluasan fungsi dan kategori
yang disebabkan adanya deskripsi makna bahasa sumber dalam bahasa target. Jadi, ekspansi
merupakan kebalikan dari reduksi. Dengan teknik yang pertama, penerjemah mengekspansi
keterangan dalam bahasa target dengan konsekuensi adanya
“penambahan” fungsi dan kategori sintaksis. Penambahan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan keterbacaan makna kata pada bahasa sumber dalam bahasa target. Adapun
dengan teknik yang kedua, penerjemah mereduksi keterangan dalam bahasa sumber dengan
konsekuensi adanya ٌ‫ ص‬sumber. ‘pengurangan’ unsur linguistik dari bahasa
5. Teknik Eksplanasi
eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai dengan pengeksplisitan unsur
linguistik bahasa sumber dalam bahasa target.
6. Teknik Substitusi
teknik subtitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan mengganti fungsi
sintaktis bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target.
7. Akurasi Pemakaian Kata Saarana
Akurasi Pemakaian Kata Sarana Menurut Suharno (2003: 35), akurasi adalah keterampilan
untuk menggerakan suatu objek agar tepat saran, sehingga tujuannya tercapai dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-farisi, M. Zaka. Pedoman Perjemahan Arab Indonesia.Bandung:PT RemajaRosdakarya,


2011.
Hasan, Penerjamahan Arab-Indonesia Antara Bahasa Dan Budaya.Banjarbaru: Atap buku,
2017
http:putriningrati.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html/m=1

18
iii

Anda mungkin juga menyukai