Abstrak
Kajian tentang Uslub (gaya bahasa) tidak terlepas dari ranah ilmu Balaghah itu sendiri, yaitu
sebuah ilmu yang membidangi tiga kajian yaitu ilmu al-Ma’ani, ilmu al-Bayan dan ilmu al-
Badi’. Dalam hal ini, peneliti mencoba untuk mengungkap asalib al-ma’ani di beberapa ayat
dalam al-Qur’an yang merupakan sebuah mukjizat Rasulullah SAW yang sampai pada hari ini
belum ada yang bisa menandingi struktur dan gaya bahasanya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap uslub al-Qur’an di beberapa ayat dari segi bentuk-bentuk asalib al-ma’ani.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis studi pustaka dengan menganalisis
bentuk-bentuk kalimat (ayat) berdasarkan penggunaan asalib al-ma’ani seperti uslub al-iyjaz,
uslub al-hadzf, uslub al-qashr, uslub al-tikrar, uslub al-i’tirad, uslub dzikrul khas ba’’da al-
‘am wa aksuhu, uslub al-fashl baina al-jumlatain dan uslub al-iltifat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa di beberapa ayat tekandung dan gaya bahasanya berbentuk seperti dalam
asalib al-ma’ani berdasrkan tinjauan dari bentuk-bentuk kalimatnya.
Kata Kunci: Uslub al-Qur’an, Asalib al-Ma’ani, Ilmu al-Ma’ani, Ilmu Balaghah
Pendahuluan
Dalam kajian al-Qur’an, al-Qur’an dinilai sebagai kitab klasik yang berisi
kumpulan wahyu (firman Allah) yang memiliki sisi keagungan sastra, bahkan karya
sastra ideal itu sendiri. Ia merupakan mukjizat yang letak kemukjizatannya tidak hanya
terletak pada isinya, tetapi juga keindahan bahasanya (balaghah-nya) (Farid, 1980),
sesuai firman Allah dalam Q.S. al-Isra/17: 88.
ِ ِ ِِ ِ اْلِ ُّن علَ ٰى أَ ْن َيْتُوا ِبِِثْ ِل ٰه َذا الْ ُقر ِ ِ ْ قُل لَئِ ِن
ُ آن ََل ََيْتُو َن ِبثْله َولَ ْو َكا َن بَ ْع
ض ُه ْم ْ َ َ َ ْ س َو ُ ْاجتَ َم َعت ْاْلن ْ
ٍ لِبَ ْع
ض ظَ ِه ًريا
Terjemahnya:
“Aku belum pernah mendengarkan kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah puisi,
bukan sihir, bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya al-Qur’an itu ibarat
pohon yang daunnya rindang, akarnya terhunjam ke dalam tanah. Susunan kata-
katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia. Ia adalah tinggi
tidak ada yang mengatasinya (Mujamma’ al-Malik Fahd li-Tiba’ah al-Mushaf al-
Syarif, 1418).
Selain itu, keindahan sastra al-Qur’an juga bisa dilihat dari sejarah masuk
Islamnya Umar bin al-Khattab. Semua sejarahwan menyebutkan bahwa beliau masuk
Islam karena keterpesonaannya yang luar biasa terhadap estetika bentuk dan isi al-
Qur’an yaitu pada Q.S. Thaha/20: 1-5 (Kamil, 2009).
Karena itu, wajar jika al-Qur’an bukan saja sebagai faktor yang melatari lahirnya
tata bahasa baku Arab (morfologi dan sintaksisnya “nahwu sharf”), tetapi juga
balaghah sebagai kaidah baku keindahan sastra Arab klasik di atas. Al-Qur’an
dengan gaya bahasanya yang indah berhasil memperkuat kesadaran kaum
Muslimin terhadap pentingnya sastra dan ilmu Poetika (perpuisian dan persajakan)
(Badawi, 1950), (Ismail Raji al-Faruqi, Louis Lamya al-Faruqi, 1998)
Menurut Muhammad Barakat Hamdi Abu ‘Ali, buku Dalail al-I’jaz (bukti-bukti
kemukjizatan [al-Qur’an]) karya ‘Abdul al-Qahir al-Jurjani yang merupakan simbol
kematangan balaghah juga dimotivasi oleh keinginan mengungkap keindahan sastra al-
Qur’an tersebut (Ali, t.th).
Manna’ al-Qattan juga mengemukakan secara ringkas terkait letak i’jaz al-Quran
yang menjadi dan melahirkan gaya bahasa (uslub) al-Quran yang mencapai tingkat yang
tidak bisa ditandingi oleh siapapun. Kemukjizatan al-Quran tersebut adalah terletak
dalam rangkaian bunyi dan huruf, keselarasan bentuk kata dan struktur kalimat, dan
kesesuaian semua unsur kebahasaan dengan situasi dan kondisi (al-Qattan, 1973).
Berdasarkan hal di atas, maka tidak mengejutkan jika kepuitisan al-Qur’an juga
menjadi objek kajian para pengkaji sastra Arab, dari masa klasik hingga saat ini. Selain
itu, mengingat balagah lahir karena dipegaruhi al-Qur’an, maka balagah juga
merupakan alat atau pendekatan yang sangat baik jika digunakan sebagai pendekatan
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi
pustaka dengan menganalisis bentuk-bentuk kalimat (ayat) berdasarkan penggunaan
asalib al-ma’ani seperti uslub al-ijaz, uslub al-hadzf, uslub al-qashr, uslub al-tikrar,
uslub al-i’tirad, uslub dzikrul khas ba’da al-‘am wa aksuhu, uslub al-fashl baina al-
jumlatain dan uslub al-iltifat.
Pembahasan
Sudah diketahui secara umum bahwa kajian dalam Ilmu Balaghah terbagi
dalam tiga bagian, kajian Ilmu al-Ma’ani, kajian Ilmu al-Bayan dan kajian Ilmu al-
Badi’. Balaghah dengan ketiga kajiannya memiliki hubungan tak terpisahkan dengan
gaya bahasa (uslub) karena pada hakekatnya pembahasan ketiga tersebut tiada lain
adalah pembahasan tentang gaya bahasa (uslub). Walaupun masing-masing kajian
tersebut memiliki pokok bahasan tersendiri namun ruang lingkup pembahasannya
bertemu pada pembahasan tentang gaya bahasa (uslub/stylistics) (Hasan, 2000).
Ilmu al-Ma’ani membahas macam-macam uslub dari segi struktur kalimat
seperti struktur kalimat dalam ilmu Nahwu. Bedanya adalah pembahasan struktur
kalimat dalam ilmu Nahwu dimulai dari kata dan berhenti sampai dengan kalimat.
Sedangkan pembahasan struktur kalimat dalam ilmu al-Ma’ani dimulai dari kalimat
dan dilanjutkan dengan hubungan antar kalimat yaitu hubungan (konteks) satu kalimat
dengan kalimat lain yang terletak sebelumnya atau sesudahnya (Hidayat, 2011).
Adapun ilmu al-Bayan membahas tentang uslub atas dasar penggunaan bahasa
kiasan mulai dari tasybih (penyerupaan atau perbandingan), lalu majaz (kiasan)
kemudian yang terakhir kinayah (ungkapan yang bermakna polisemi) (Hamzah, 2019).
Sedangkan ilmu al-Badi membahas uslub dan membedakannya atas dasar
pertautan (al-tawafuq) dan pertentangan (al-tadhadh) yang melahirkan keserasian (al-
Ayat ini menghimpun semua akhlak yang mulia karena dalam kata
( العفوmemaafkan) terkandung makna mendamaikan pihak-pihak yang
bersengketa, lalu di dalam ( أمر بالعرفmenyuruh mengerjakan yang
ma’ruf) terkandung makna taqwa kepada Allah, silaturrahim dan
menghindari hal-hal yang buruk, sebab tidak sepantasnya seseorang
melakukan amar makruf sedangkan dia sendiri melakukan yang mungkar,
dan dalam ( أعرض عن الجاهلينberpaling dari pada orang-orang yng bodoh)
terkandung sifat sabar, hilm dan menahan diri untuk tidak melayani
orang-orang bodoh.
b. Surah al-A’raf: 54.
“Dan dalam qishas itu ada kelangsungan hidup bagimu hai orang-orang
yang berakal.”
Sebelum Islam datang, orang Arab bangga dengan ungkapan
peribahasa mereka yaitu membunuh lebih meniadakan pembunuhan (al-
qatlu anfa li al-qatl). Namun setelah turunnya ayat qishash tersebut
mereka tidak menggunakan peribahasa tersebut karena uslub dan
ungkapan al-Quran lebih tinggi nilai bahasanya maupun maknanya.
Mereka menyadari bahwa penggunaan kata al-qatl sampai dua kali
mengasosiasikan tindakan kejam dan sadis, sedangkan ayat al-Quran
mengesankan sebaliknya yakni menjaga keangsungan hidup (hayat)
sebagai tujuan qishash.
2. Uslub al-Hadzf
Untuk menciptakan kalimat efektif (nilai balaghahnya) selain penggunaan
uslub al-ijaz, maka dalam situasi tertentu digunakan uslub al-hadzf yaitu
membuang atau menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dari konstruksi
sintaksis yang lengkap, mulai dari menghilangkan huruf hijaiyah yang ikut
membentuk suatu kata, kelompok kata sampai menghilangkan satu kalimat atau
lebih. Dalam istilah Indonesia disebut dengan gaya bahasa “elipsis” (Hidayat,
2011). Sebagaimana contoh berikut:
a. Pembuangan mubtada
1) Surah al-Qari’ah: 10-11. Dan Surah al-Furqan: 5.
b. Pembuangan fa’il
1) Surah al-Qiyamah:24-26.
﴾42﴿ ﴾ كال إذا بلغت التراقي44﴿ ﴾ تظن أن يفعل بها فاقرة45﴿ ووجوه يومئذ باصرة
وقيل يا أرض ابلعي مائك ويا سماء أقلعي وغيض الماء وقضي األمر واستوت على الجودي
﴾55﴿
﴾95﴿ قالوا لو شاء ربنا ألنزل مالئكة فإن بما أرسلتم به كافرون
﴾49﴿ وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر
فمن شاء (أن يؤمن) فليؤمن ومن شاء (أن يكفر) فليكفر
﴾44﴿ وهللا يدعوا إلى دار السالم ويهدي من يشاء إلى صراط مستقيم
﴾42﴿ ﴾ ما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون44﴿ وما خلقت الجن واإلنس إال ليعبدون
﴾ وأما إذا ما ابتاله فقدر94﴿ فأما اإلنسان إذا ما ابتاله ربه فأكرمه ونعمه فيقول بري أكرمن
﴾92﴿ عليه رزقه فيقول ربي أهانن
كان الناس أمة واحدة فبعث هللا النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالحق ليحكم
﴾92﴿ بين الناس فيما اختلفوا فيه
كان الناس أمة واحدة (فاختلفوا) فبعث هللا النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب
﴾92﴿ بالحق ليحكم بين الناس فيما اختلفوا فيه
3. Uslub al-Qashr
Al-Qashr artinya pemfokusan yakni upaya penonjolan, penegasan atau
penekanan pada salah satu unsur atau bagian kalimat yang dipentingkan (Chaer,
2015). Dalam uslub ini dilakukan dengan penempatan pada awal kalimat
(taqdim) atau dengan memakai kata ganti pemisah (dhamir al-fashl) atau dengan
menggunakan alat fokus (adawat al-qashr) (Hidayat, 2011).
4. Uslub al-Tikrar
Untuk menciptakan kalimat-kalimat yang efektif, di samping dilakukan
uslub al-ijaz atau uslub al-qashr maka dalam situasi tertentu digunakan uslub
tikrar atau perulangan atau dalam bahasa Indonesia disebut repetisi. Perulangan
(tikrar) yang dimaksudkan disini adalah perulangan sebuah kata atau kelompok
kata yang persis sama.
5. Uslub al-I’tirad
Uslub al-I’tirad yaitu menyisipkan satu ungkapan (kalimat sisipan atau
jumlah mu’taradhah) dalam suatu teks dengan maksud memberikan penegasan
sesuai konteks penyisipan. Namun jika tidak dicantumkan itu tidak mengganggu
makna kalimat yang bersangkutan (Hidayat, 2011).
Beberapa ayat yang tampak dengan menggunakan uslub al-i’tirad,
sebagai berikut:
a) Surah al-Baqarah: 24.
﴾45﴿ فإن لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة
Kalimat لن تفعلواyang terletak diantara fiil syarat dan jawaban-nya
sebagai penegeasan bahwa mereka tidak dapat bahkan tidak akan dapat
membuatnya.
﴾5﴿ ﴾ إياه نعبد وإياه نستعين8﴿ ﴾ مالك يوم الدين4﴿ الرحمن الرحيم
Penutup
Sebagai penutup dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa al-Quran dengan
gaya bahasanya, efektifitasnya dan munasabah-nya antar kata menunjukan ke luar
biasaannya dan menjadi kemukjizatan al-Quran itu sendiri. Gaya bahasa al-Quran yang
disampaikan di dalamnya sangat beragam, dan di antara gaya bahasanya terkandung
dan berbentuk asalib al-ma’ani berdasarkan tinjauan dari bentuk-bentuk kalimatnya,
seperti uslub al-ijaz, uslub al-hadzf, uslub al-qashr, uslub al-tikrar, uslub al-i’tirad,
uslub dzikrul khas ba’’da al-‘am wa aksuhu, uslub al-fashl baina al-jumlatain dan
uslub al-iltifat.
Daftar Rujukan