PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi taqdim dan ta’khir ?
2. Apa saja faktor, sebab, tujuan taqdim dan ta’khir ?
3. Apa saja kriteria taqdim dan ta’khir ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian taqdim dan ta’khir
2. Untuk mengetahui faktor, sebab, tujuan taqdim dan ta’khir
3. Untuk mengetahui kriteria taqdim dan ta’khir
1
BAB II
PEMBAHASAN
فانهم أتوابه داللة على تمكنهم فى الفصاحة وملكتهم,هو احد اساليب البالغة
. وله فى القلوب أحسن مواقع وأعذب مذاق,فى الكالم وانقياده لهم
Artinya :
1
Hasbullah Diman, Jurnal “Taqdim dan Ta’khir dalam Pandangan Ulama”, hlm. 1
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,
1997), hlm. 12 dan 1098
3
Az-Zarkasyi, Al-Burhan Fi Ulumil Qur’an Jilid 3, (Beirut: Dar Al-Fikr), hlm. 273
2
“Dia adalah salah satu uslub (gaya bahasa) balaghah, karena itu para ulama
Balaghah menggunakannya untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam
fashahah, dan kemahiran mereka dalam percakapan serta menjadi bagian
yang patuh kepada mereka. Dan dia mempunyai tempat yang indah di hati
serta perasaan yang menyenangkan.”
Tetapi ada sebagian ulama dalam hal ini menyebutnya salah satu
bentuk Majaz. Dan sebagian yang lain menyatakan bukan majaz akan tetapi
salah satu bagian dari uslub balaghah, sebagaimana diungkapkan oleh Az-
zarkasyi dengan definisi lain, yaitu:4
تقديم ما رتبه ااتأخير كالمفعول وتأخير مارتبه التقديم كالفاعل نقل كل واحد
.منهما عن رتبه وحقه
Artinya :” Taqdim ialah mendahulukan yang posisinya di akhir seperti:
maf’ul (obyek), dan ta’khir ialah mengakhirkan yang posisinya di awal
kalimat, seperti: fa’il (subyek), dan dipindahkan salah satu dari keduanya,
sesuai dengan posisi dan kedudukannya.”
B. Faktor, Sebab dan Tujuan Taqdim Ta’khir
Dalam kitab Qawaid al-Lughah al-Arabiyah yang diterjemahkan oleh
Dr. Chatibul Umam dalam sebuah buku yang berjudul “Kaidah Tata Bahasa
Arab” bahwa didahulukannya suatu kata atau kalimat didorong oleh faktor-
faktor tertentu, di antaranya yaitu:5
a. Membuat ingin tahu kepada kata yang di akhirkan jika yang didahulukan
itu menunjukkan keasingan. Seperti:
س ۢنبُلَ ٖة
ُ سنَا ِب َل ِفي ُك ِّل َ ٱَّللِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ۢنبَت َ ۡت
َ س ۡب َع َّ سبِي ِل َ َّمث َ ُل ٱلَّذِينَ يُن ِفقُونَ أَمۡ َٰ َولَ ُه ۡم فِي
َّ شا ٓ ُۚ ُء َو
َ ٱَّللُ َٰ َو ِسع
ع ِليم َ َف ِل َمن ي
ُ ض ِع َّ ِ ّماْئَةُ َحب ٖ َّٖۗة َو
َ َٰ ُٱَّللُ ي
4
Ibid.,
5
Hasbullah Diman, Jurnal “Taqdim dan Ta’khir dalam Pandangan Ulama”, hlm. 1 Hasbullah Diman,
Jurnal “Taqdim dan Ta’khir dalam Pandangan Ulama”, hlm. 5-8
3
261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
b. Mendahulukan yang menggembirakan atau yang buruk. Seperti:
ر ِ ّمن لَّبَ ٖن لَّ ۡم يَت َغَي َّۡرٞ ر ِ ّمن َّمآءٍ غ َۡي ِر َءا ِس ٖن َوأ َ ۡن َٰ َهٞ ونَ فِي َها ٓ أ َ ۡن َٰ َه َۖ َُّمث َ ُل ۡٱل َجنَّ ِة ٱلَّتِي ُو ِعدَ ۡٱل ُمتَّق
ص ّٗفّ َۖى َولَ ُه ۡم فِي َها ِمن ُك ِّل َ س ٖل ُّم َ ر ِ ّم ۡنٞ ش ِر ِبينَ َوأ َ ۡن َٰ َه
َ ع َّ َٰ ر ِ ّم ۡن خَمۡ ٖر لَّذَّ ٖة ِلّلٞ طعۡ ُم ۥهُ َوأ َ ۡن َٰ َه
َ
ط َع أَمۡ َعا ٓ َء ُه ۡم
َّ َسقُواْ َما ٓ ًء َح ِم ّٗيما فَق ِ َّ فِي ٱلنٞة ِ ّمن َّر ِبّ ِه َۡۖم َك َم ۡن ُه َو َٰ َخ ِلدٞ ت َو َم ۡغ ِف َر
ُ ار َو ِ ٱلث َّ َم َٰ َر
15. (Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air
yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang
tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka
memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari
Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi
minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?
c. Yang didahulukan itu menjadi sebab
َّ ٱَّللِ فَ َال يَ ۡأ َم ُن َم ۡك َر
َٱَّللِ إِ َّال ۡٱلقَ ۡو ُم ۡٱل َٰ َخس ُِرون ُۚ َّ أَفَأ َ ِمنُواْ َم ۡك َر
99. Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-
orang yang merugi.
4
ُ ِإيَّاكَ نَعۡ بُدُ َوإِيَّاكَ ن َۡست َ ِع
ين
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan.
Demikian yang diungkap dalam kitab tersebut, bahwa tidak disebutkan faktor-
faktor khusus baik taqdim atau ta’khir, karena apabila salah satu unsur
kalimat didahulukan, berarti yang lain diakhirkan, karena kedudukan satu
kalimat dengan kalimat lainnya saling berkaitan dan diperlukan. 6
Namun, ada beberapa sebab dimajukan atau diakhirkan lafadz-lafadz itu
dalam suatu kalimat dan alasannya yaitu:
ٱَّللُ َو َق ۡد
َّ ي َ ّع ۡونَ يَ ۡكت ُ ُم إِي َٰ َمنَ ٓهۥُ أ َت َۡقت ُلُونَ َر ُج ًال أَن يَقُو َل َر ِب
َ ن ِ ّم ۡن َءا ِل فِ ۡرٞ ل ُّم ۡؤ ِمٞ َوقَا َل َر ُج
ض ٱلَّذِي ُ ُۡص ۡب ُكم بَع َ ُت ِمن َّر ِبّ ُك َۡۖم َوإِن يَكُ َٰ َكذِبّٗ ا فَعَلَ ۡي ِه َك ِذبُ َۖۥهُ َوإِن يَك
ِ صاد ِّٗقا ي ِ ََجا ٓ َء ُكم بِ ۡٱلبَ ِيّ َٰن
ٞ َّف َكذٞ ٱَّللَ َال يَهۡ دِي َم ۡن ُه َو ُم ۡس ِر
اب َّ يَ ِعدُ ُك َۡۖم ِإ َّن
6
Hifni Bek Dayyab, Qawaid Al-Lughah Al-Arabiyah (Kaidah Tata Bahasa Arab Nahwu, Sharaf,
Balaghah, Bayan, Ma’ani, Badi’), diterjemahkan oleh Dr. Chatibul Umam, (Jakarta: Darul Ulum
Press), hlm. 448-451
5
membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah
Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-
keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang
menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya
sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu".
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas
lagi pendusta.
Dilihat dari ayat di atas, bahwa kalimat وقال رجل مؤمن من ال فرعون
kalimat ()يكتم إيمانه, maka tidak difahami kalau sebenarnya orang yang
menyembunyikan imannya itu adalah di antara pengikut Fir’aûn. Maka
didahulukan lafazh () من ال فرعون.
)الذى خلقهن ان كنتم اياه تعبدون. Dimajukan kata ( )اياهsebelum kata ()تعبدون
untuk menjaga keserasian kata terakhir. Sebagaimana terdapat dalam surat
Thaha ayat 67 yang berbunyi :
6
“Terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap lantaran sihir mereka” dan
ayat setelahnya berbunyi (“ )إنك انت األعلىKamulah yang paling unggul”.
Dan keserasian itu akan terlihat indah di akhir setiap kalimat.
7
Az-Zarkasyi, op.cit, hlm. 274-275
7
yang disertai dengan bukti-bukti. Contoh-contoh dengan uslub kinayah
Contoh dalam kalimat (“ )مثلك اليبخلSelain kamu tidak ada yang bakhil”,
maksud pembicaraan hanya ditujukan kepada mukhatabah (orang kedua)
bukan kepada orang lain, dengan uslub kinayah menafikan sifat bakhil
kepada selain mukhatab. Contoh lain dari uslub kinayah adalah ( غيرك ال
Pertama, apabila mubtada’ atau subyek terdiri dari lafadz-lafadz yang berada
di awal kalimat seperti:
8
yang dihubungkan dengan fa’) فاء, sebagaimana contoh: الذى ينجح أول التالميذ فله
جائزةmaka kata sambung ( )الذىharus didahulukan.
Kedua, apabila mubtada’ (subyek) terbatas pada khobar, dalam hal ini
mubtada’ didahului dengan adatul qasr (alat qasar). Contohnya : إنما الحديد صلب
(sesungguhnya besi itu adalah keras) dan mubtada’ dibatasi sifatnya dengan harf-
qashar ()إنما. Maka mubtada’ itu harus didahulukan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taqdim dan ta’khir secara etimologi berarti mendahulukan dan
mengakhirkan, sedangkan secara terminology ialah mendahulukan sesuatu
yang di akhir sperti obyek, dan mengakhirkan sesuatu yang di awal seperti
subyek.
Faktor dan tujuan taqdim dan ta’khir antara lain:
1. Membuat rasa penasaran atau ingin tahu
2. Mendahulukan hal yang menggembirakan atau sebaliknya
3. Yang didahulukan berupa sebab
10
4. Menyatakan keumuman atau kekhususan
5. Pengkhususan atau pengutamaan
6. memfokuskan pembicaraan ke dalam satu masalah
7. menguatkan hukum serta penekanan makna
Bek Dayyab, Hifni, Qawaid Al-Lughah Al-Arabiyah (Kaidah Tata Bahasa Arab
Nahwu, Sharaf, Balaghah, Bayan, Ma’ani, Badi’), diterjemahkan oleh Dr. Chatibul
11