Anda di halaman 1dari 8

QASHR FI ILMU MA’ANI

Makalah:

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah:


Metodologi Tafsir

Di susun Oleh:

Ghina Rizqiyah Ramadhani (E03217019)


Muhammad Abdullah Syauqi (E03217031)
Novita Sari (E93217084)

Dosen Pengampu:
Masna Hikmawati, M.A

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Qashr Fi Ilmu Ma’any” ini dengan baik. Karena hanya kepada-Nyalah kami
berlindung dari segala kejahatan jiwa dan buruknya amal perbuatan kita. Shalawat dan
salam senantiasa kami haturkan kepada baginda agung nabi akhir zaman Rasulullah
SAW, keluarga, beserta sahabatnya. Dan tidak lupa kami haturkan salam hormat dan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Balaghah yang telah membimbing
kami dalam proses pembelajaran dan pemahaman materi mata kuliah ini dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 18 Maret 2019

Penyusun
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu cabang ilmu dalam bahasa Arab, ilmu balaghah pun mengalami
fase kemunculan, perkembangan, dan seterusnya Menurut Ibnu Mu’taz balaghah adalah
menyampaikan makna dan tidak memanjangkan kalimat, sedangkan Syekh Abdul Hamid
menjelaskan bahwa balaghah adalah menetapkan makna dalam pemahaman melalui cara
atau metode penyampaian kalimat yang paling mudah. Secara istilah dapat disimpulkan
bahwa balaghah ialah menyampaikan makna yang agung secara jelas dengan menggunakan
kata-kata yang benar dan fasih, memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik, serta setiap
kalimatnya sesuai pada kondisi atau situasi sekaligus orang-orang yang diajak bicara. .
Ilmu Balaghah ini memiliki 3 cabang pembahasan, yaitu ilmu ma’ani, ilmu bayan dan ilmu
badi’.
Ilmu Ma’ani merupakan ilmu yang digunakan menjaga makna-makna atau
pengertian dari kesalahan. Atau secara istilah Ilmu Ma’ani adalah adalah ilmu untuk
mengetahui yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi. Dalam ilmu ma’ani terdapat
beberapa objek pembahasan, diantaranya; Insya’ wal Khobar, ad-Dikr wa al-Hadfu, taqdim
wa ta’khir, qashr, washol wa fashol, ijaz i’nab wa musawah. Dalam makalah ini penulis
akan menjelaskan bagian dari bab qashr, meliputi pengertian qashr, pembagian qashr dan
adat (alat) qashr.
A. Macam-macam Qashr
1. Qashr dilihat dari hakikat dan kenyataan dibagi menjadi 2 :
a. Qashr Haqiqi, yaitu mengkhususkan maqsur pada maqsur alaih dengan melihat
hakikat/bukti dan kenyataan. dimana maqsur tidak melewatkan maqsur alaih kepada
lainnya samasekali.1 Contoh :
‫اَل ا اَِلها ااَلللاه‬
Tidak ada Tuhan selain Allah
ْ ‫اما اعا ِل ٌم ِفي هذ ا ْالفا‬
‫ص ِل ا اَِل اع ِلي‬
Tidak ada yang alim di kelas ini kecuali Ali2
b. Qashr Idlafi, yaitu mengkhususkan maqsur pada maqsur alaih dengan melihat
sandaran dan hubungannya terhadap sesuatu yang ditentukan.3 Contoh :
‫اما اع ِلي ا اَِل قاائِ ٌم‬
Tidak ada ali kecuali berdiri
ْ ‫اما هم اح امدٌا اَِل ار‬
‫سو ٌل‬
Tidaklah Muhammad itu melainkan seorang Rasul4
‫اما اخ ِل ْي هل ا اَِل هم ا‬
‫سافِ ٌر‬
Tiadalah Khalil itu melainkan seorang musafir
ucapan diatas untuk menunjukkan kepergian Khalil yang dinisbatkan kepada orang
selainnya, misalnya Mahmud, dan tidak memberikan suatu pengertian bahwasanya
tak ada musafir selain khalil.5
Pembagian Qashr Idhafi dengan melihat keadaan mukhattab menjadi 3 bagaian :
1. Qashr Ifrad, yaitu ketika mukhattab berkeyakinan banyak atau gabungan.6 atau
menentukan suatu perkara dengan suatu perkara lain tidak selainnya (menentukan
satu saja).7 Contoh :
ِ ‫اِنا اما الَّلاه اِلاهٌ او‬
ٌ ‫احد‬
Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa
Contoh qashr tersebut untuk menolak orang yang berkeyakinan bahwa Allah
adalah Tuhan ketiga dari tiga Tuhan.

1
Zamroji dan Nailul Huda, Mutiara Balaghah dalam Ilmu Ma’any, bayan dan Badi’,219
2
Mushtofa Tomum dkk, Qawaidh Lughatul Arabiyah, Surabaya : Al-Hidayah), tt, 114
3
Ibid, 114
4
‘Alimuddin Muhammad Yasiin bin Isa al fadaaniy, Husnu al shiyaghoh, (Rembang : Maktabah al-
barokah),58.
5
Zamroji dan Nailul Huda, Mutiara Balaghah dalam Ilmu Ma’any, bayan dan Badi’, 220.
6
Mushtofa Tomum dkk, Qawaidh Lughatul Arabiyah, 114
7
Zamroji dan Nailul Huda, Mutiara Balaghah dalam Ilmu Ma’any, bayan dan Badi’, 220
ٌ‫اما اع ِلي ا اَِل كااتِب‬
Tidak ada Ali kecuali seoran penulis
Contoh qashr tersebut diucapkan kepada orang yang menganggap bahwa ali
adalah seorang penulis dan penyair.8
2. Qashr Qalb, yaitu apabila mukhattab berkeyakinan sebaliknya9. atau mentakhsis
sesuatu dengan suatu perkara pada tempat perkara lain yang menurut mukhattab
adalah kebalikan dari hukum yang telah ditetapkan.10 Contoh:
‫سفا ار ا اَِل اع ِلي‬
‫اما ا‬
Tidaklah pergi melainkan Ali
Contoh qashr tersebut untuk menolak orang yang berkeyakinan bahwa yang
berpergian itu Khalil, bukan Ali. sehingga contoh tersebut membalikkan
keyakinan mukhattab
Contoh lain :
‫امازا ْيدٌا اَِل اجا ِه ٌل‬
Tidaklah Zaid melainkan orang yang bodoh
3. Qashr Ta’yin, yaitu ketika mukhattab ragu-ragu dalam hukum. Seperti ketika ia
ragu-ragu tentang keadan bumi, apakah bergerak atau tetap, lalu mutakallim
mengatakan kepada mukhattab
ٌ ‫ض همت ا اح ِ اركاةٌ اَلثاابِت ااة‬
‫ا ا َْلا ْر ه‬
Bumi itu bergerak, tidak tetap
untuk menolak orang yang ragu-ragu tentang hukum tersebut.
Contoh lain :
ٌ ‫اماقاائِ ٌم ا اَِلزا ْيد‬
Tiada yang berdiri kecuali Zaid
Diucapkan kepada orang yang merasa ragu-ragu mengenai sesungguhnya yang
berdiri itu Zaid atau Umar.11
2. Qashr dengan memandang Tharaf atau dua ujung (unsur penyusun qashr, yaitu maqshur
dan maqshur alaih) baik Qashr hakiki atau idlafi. yaitu :12
a. Mengkhususkan sifat kepada maushuf (‫)قصر صفة على موصوف‬

8
Ibid
9
Mushtofa Tomum dkk, Qawaidh Lughatul Arabiyah, 115
10
Zamroji dan Nailul Huda, Mutiara Balaghah dalam Ilmu Ma’any, bayan dan Badi’
11
Ibid, 220
12
Ibid
(1) contoh yang hakiki: ‫ اَل را ا ِزقا ا اَِلللاه‬: “Tidak ada yang memberi rizki kecuali
Allah”
(2) contoh yang idlafi : ٌ‫ امازا ْيد ٌا اَِل كااتِب‬: “Tidak ada penulis kecuali Zaid”
a. Mengkhususkan maushuf kepada sifat (‫)قصر موصوف على صفة‬
‫ اماللا ا اَِل خاا ِل ٌق هك ال ا‬: “Tiada Allah SWT itu kecuali
(1) contoh yang hakiki :‫ش ْيء‬
pencipta segala sesuatu”
(2) contoh yang idlafi : ‫س هل‬ ُّ ‫ت ِم ْن قا ْب ِل ِه‬
‫الر ه‬ ‫“ اما هم اح امد ٌ ا اَِل ار ه‬Muhammad itu tidak
ْ ‫س ْو ٌل قادْ اخ ال‬
lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang Rasul”

Perlu di ketahui bahwa yang dikehendaki “sifat” dalam bab ini adalah “sifat
ma’nawiyah” yang menunjukkan suatu makna yang menetap pada sesuatu baik fi’il
ataupun bukan fi’il. Jadi yang dikehendaki adalah bukan “sifat” dalam ilmu nahwu
yang dikenal dengan “Na’at” (‫)نعت‬.
B. Teknik Penyusunan (adat) qashr
Salah satu cara untuk dapat menyusun ungkapan qashr adalah melalui adat qashr,
yaitu kata kata untuk menqashr. Ada empat cara untuk menyusun ungkapan qashr yang
biasa digunakan melalui adat qashr, yaitu:
a. ‫النفى وَلستثناء‬
‫ النفى‬mempunyai arti negasi yang mengandung arti kata sangkalan.
Sedangkan ‫ اَلستثناء‬mempunyai makna pengecualian.13
Cara meng-qashr yang petama ini menggunakan kalimat nafi yang setelahnya
kemudian diiikuti oleh istitsna. Ketentuan,‫انما‬, ‫ اَل‬adalah lafadz yang dirimhkas atau
maqshur alaih selalu jatuh setelah lafadz nafi dan istisna.
Hukum awal dari nafi dan istisna adalah keadaan hukum yang tidak di ketahui oleh
mukhatab, malah diingkarinya. Lebih baik nafi dan istisna digunakan hal yang sangat
diingkari Seperti contoh:
ٌ‫اما هه اواِ اَلزا ْيد‬
Pada kalimat diatas, kalimat maqshur alaih nya terdapat pada kalimat ‫زيد‬
yang berada setelah kalimat ististna ‫اَل‬.

13
‘Alimuddin Muhammad Yasiin bin Isa al fadaaniy, Husnu al shiyaghoh, 58.
Terkadang suatu hal yang telah diketahui diperlakukan seperti tidak mengetahui hal
yang sebenarnya telah diketahui karena tujuan sebagai gaya bahasa atau sastra. Seperti
contoh:
ْ ‫اما هم اح امدٌا اَِل ار‬
‫سو ٌل‬
Contoh ayat diatas mempunyai makna bahwa kerasulan Nabi Muhammad yang
bersifat kekal tetapi memiliki kesamaan pada manusia umunya, dan Nabi suatu saat
akan meninggal dunia. Hal ini telah diketahui oleh para sahabat, tetapi gaya bahasa yang
digunakan mempunyai makna kekekalan yang dimiliki oleh Rosulullah. Maka
diperlakukan seperti orang yang tidak mengetahui.14
b. ‫ انما‬Innama

Lafadz ‫ انما‬memiliki arti hanya saja. ‫ انما‬menjadi cara untuk meng-qashr yang kedua
dari ‫النفى وَلستثناء‬. Kalimat ini ditempatkan pada awal lafadz dan setelah lafadz ‫انما‬
terdapat maqshur alaihnya-nya yang susunanya berupa jumlah. Seperti contoh:
‫اِنا اما زا ْيد ٌ اعا ِل ٌم‬
Pada contoh lafadz diatas maqshur alaih nya adalah lafadz yang mesti disebut
terakhir yaitu lafadz ‫ اعا ِل ٌم‬.15
c. ‘Athaf dengan huruf ‫ لكن‬,‫ بل‬,‫َل‬
1. Penggunaan huruf ‫ َل‬dalam ungkapan qashar bermakna mengeluarkan ma’thuf dari
hukum yang berlaku untuk ma’thuf olalaih. Posisi maqhur dan maqshur alaih nya
sebelum huruf athaf ‫َل‬. Seperti contoh:
‫اَلرض متحركة َلثابتة‬
Adat qashr huruf ‫ َل‬dapat berkumpul dengan lafadz ‫ انما‬dengan
mendahulukan ma’tuf16. Seperti contoh:
‫انما انا جوي َل مصري‬
Penggunaan huruf ‫ َل‬untuk meng-qashr mempunyai syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:17
a. Ma’thuf-nya bersifat mufrad, bukan berupa kalimat jumlah.
b. Hendaknya didahului oleh ungkapan berupa ijab, amr, atau nida’.

14
M.Zamroji, Mutiara Balaghah Jauharul Maknun, (Jakarta : Santri Salaf Press), 208.
15
Hilal Nurbayan, maudhuat li al balaghah al-‘ula., (Bandung : UPL), 120.
16
M. Zamroji, Mutiara Balaghah Jauharul Maknun, 211.
17
Ibid
2. Huruf ‫ بل‬dalam ungkapan qashr bermakna idhrab (mencabut hukum dari yang
pertama dan menetapkan kepada yang kedua). Posisi maqshur alaih-nya terletak
setelah lafadz ‫بل‬.18 seperti contoh:
‫ماالبدرمضيء بل منير‬
Lafadz ‫ بل‬dapat di jadikan adat qashr dengan syarat:
Hendaknya ma’thuf-nya bersifat mufrad , tidak berupa kalimat jumlah.
3. Lafadz ‫ لكن‬menjadi adat qashr mempunyai fungsi sebagai istidrak. Lafadz ini
mempunyai fungsi seperti halnya lafadz ‫ بل‬yang setelah lafadz ‫ لكن‬terdapat maqshur
alaih-nya. Seperti contoh:
‫ما الفخر با النسب لكن با التقوى‬

4. ‫ تقدم‬Taqdim
Lafadz ‫ تقدم‬memiliki arti atau makna mendahulukan lafadz yang seharusnya
diletakkan pada akhir kalimat, lafadz yang didahulukan itu adakalanya berupa
dhomir. Seperti contoh:
‫اياك نستعين‬
Dan terkadang lafadz yang sebenarnya terletak diakhir kalimat didahulukan selain
dhommir. Seperti contoh:
‫على للا توكلنا‬

18
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai