Anda di halaman 1dari 25

kata tarjamah secara harfiyah bisa dianggap

identik dengan istilah tafsir.


Dalam bahasa Indonesia, kata tarjamah lazim
populer dengan sebutan terjemah.
Terjemah atau terjemahan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia juga dikemukakan
bahwa “terjemah atau menterjemahkan
ialah menyalin (memindahkan) dari suatu
bahasa kebahasa lain; mengalihbahasakan.”
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian
alam.”
Dari contoh tersebut, maka lafal hamdalah
dinamakan mutarjam (kata-kata yang
diterjemahkan), sedangkan kata “segala puji
itu bagi Allah, Tuhan segala alam”
dinamakan tarjamah/terjemahan; dan orang
yang menterjemahkannya disebut
dengan mutarjim.
 adalah suatu upaya mengalihkan makna teks
(wacana) dari bahasa sumber (lughah al-
ashl) ke bahasa sasaran (al-lughah al-
mustahdafah).
 Atau mengalihbahasakan dari bahasa
asal (source language, al-lughah al-
mutarjam minha) ke bahasa sasaran (target
language, al-lughah al-mutarjam ilaiha).
terjemah juga dapat berarti suatu usaha
memindahkan pesan dari teks berbahasa
Arab (teks sumber) dengan padanannya ke
dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran).
dikarenakan adanya hubungan yang sangat
erat antara language taste (al-zauq al-
lughawi) penulis dengan language
taste penerjemah.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
terjemah adalah busana pemikiran
seseorang. Apabila busana itu baik dan
dipakai sesuai dengan suasana dan keadaan,
maka akan terlihat indah dan menarik.
ASAS TERJEMAH
Jika dalam insya’ (mengarang) terdapat dua
pilar; ta’bir (ekspresi) penulis
dan tafkir (upaya berpikir secara kreatif dan
kritis),
maka dalam terjemah juga terdapat dua
unsur mendasar yakni memahami dan
menyusun ide-ide sehingga mengerti maksud
pengarang.
terjemah harfiyah (literer) terjemah bi al-
tasharruf (bebas)
 sangat setia dan taat asas  terjemahan yang kurang
terhadap teks sumber mempedulikan aturan tata
bahasa dari bahasa sumber.
 taat urutan-urutan bahasa,
bentuk frase, bentuk kalimat  Orientasi dan sasaran
dan sebagainya yang ditonjolkan adalah
pemindahan makna
 hasil terjemahannya
menjadi kaku, rigit dan saklek
karena penerjemah
memaksakan aturan-aturan
tata bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia

 bahasa Indonesia yang


bergramatika bahasa Arab.
‫نَ‬ ‫ط ْشت ُ ْم بَ َ‬
‫ط ْشت ُ ْم ََبا ِ‬
‫رِ َ‬ ‫َو ِإ َذا بَ َ‬
 Singkat kata, dua kategori tersebut belum cukup memadai untuk
memotret dunia nyata dari hasil terjemahan. Yang ada dalam
kenyataan adalah, terjemahan selalu mengambil jalan tengah, di
atara dua titik ekstrim tersebut.
 Wajar bila kemudian muncul dua istilah lain, yakni
terjemah semi harfiyah dan terjemah semi tafsiriyah (syibh
al-harfiyah wa syibh al-tafsiriyah)

Penerjemahan semi harfiyah, berarti ada


kecenderungan literer, lebih mungkin terjadi pada terjemahan di
antara dua bahasa yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat.
Sedangkan penerjemahan semi tafsiriyah, atau
cenderung bebas, biasanya dianut pada penerjemahan di atara
dua bahasa yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Terjemah langsung (fauriyah) Terjemah Tidak Langsung
(tahdhiriyah)
terjemahan yang dilakukan Model ini sering disebut dengan
secara langsung atau tanpa suatu terjemah biasa atau tidak
persiapan, seperti interpreter langsung. Artinya penerjemahan
yang menerjemahkan atau yang dilakukan dengan persiapan
meringkas pidato, diskusi atau terlebih dahulu. Begitu teks
seminar. sumber dihadirkan, tidak
langsung diterjemahkan.
jenis terjemahan yang
dihadirkan langsung begitu teks Terjemahan model ini biasanya
sumber selesai diucapkan atau yang paling banyak dilakukan
dituliskan. untuk menerjemahkan naskah-
naskah tulisan, terutama buku.
 J. Vinay dan A. Darbelient menjelaskan
bahwa dalam penerjemahan tentu akan
melalui tahapan-tahapan yang harus
dilakukan.
 Ada enam tahapan kunci bagi terjemahan,
yaitu :
peniruan (iqtibas), simbolisasi
(isti’arah), harfiyah, Idkhal,
mu’adalah dan taqrib/ta’rib.
 adalah menerjemahkan kata dalam kalimat
suatu bahasa kepada kata aslinya seperti:
a. pesta rakyat al-mahrajanat al-
sya’biyyah
b. doktor al-duktur
c. strategi istiratijiyyah
merupakan terjemah literal tekstual untuk
mengungkapkan ungkapan yang tidak ada
pada bahasa asal/sumber.
Biasanya, isti’arah ini berbentuk
perumpamaan simbolik.
seperti; First Lady al-sayyidah al-ula
adalah terjemahan literal tekstual, mengikuti
kata demi kata dalam bahasa sumber.
Penerjemah terlalu terikat dengan bahasa
sumber.
Ini merupakan terjemah yang kaku karena
penerjemah mengesampingkan unsur
elastisitas dan rasa bahasa untuk
memperoleh terjemah yang baik.
mengadakan ungkapan-ungkapan yang
sebanding dengan bahasa sasaran dengan
ungkapan dalam bahasa asal, contoh:
Musyawarah al-musyawarah
merupakan ungkapan tentang satu kata
dengan pelbagai ungkapan yang berbeda-
beda seperti ungkapan perumpamaan dan
kiasan, seperti:
Patah hati, patah arang
Bagaikan tikus dan kucing
Merupakan pola penerjemahan yang
digunakan jika tidak ada padanan lain selain
bahasa asal, biasanya kata yang berasal dari
bahasa non Arab yang diarabkan (al-ta’rib).
Seperti:
Musik al-musiqa
Hamburger hamburghiyyah
Buatkan contoh-contoh mufrodat yang
mengandung unsur :
 peniruan (iqtibas),
 simbolisasi (isti’arah),
 harfiyah,
 Idkhal,
 mu’adalah dan
 taqrib/ta’rib.
‫س َن ِم ْن َها أ َ ْو‬
‫َو ِإ َذا ُح ِييتُم ِبت َ ِحي ٍة فَ َحيُّوا ِبأ َ ْح َ‬
‫ُردُّو َها‬
Dalam proses penerjemahan, seorang
penerjemah perlu memperhatikan
beberapa unsur pokok dalam
menerjemahkan yaitu:

1. ASPEK BAHASA
2. ASPEK NON-BAHASA
a) Penguasaan kamus bahasa, kemampuan memilah dan
memilih diksi bahasa baik dari arti kosa kata maupun
struktur kalimat. Yang tidak kalah pentingnya adalah
memahami arti kata baik secara leksikal, tekstual dan
konotatif/denotatif.
b) Sorof. Kemampuan memahami ilmu sorof dan perubahan
tasrif serta memahami fungsi penambahan huruf baik
untuk transitif (ta’diyah) menerima akibat (mutawa’ah)
maupun saling berbalasan (musyarakah). Di samping itu
ketrampilan penerjemah dalam dua macam tasrif
(lughawi dan isthilahi). Trampil dalam dua macam tasrif
itu sangat strategis dalam terjemah. Hal itu bagaikan
hafal perkalian dasar dalam ilmu berhitung/matematika.
Sorof sangat vital dlam proses penerjemahan. Sebab jika
salah akibatnya akan sangat fatal.
Bandingkan: jalasa dengan ajlasa. Fataha dengan infatah
a, asyara dengan istasyara. Dan seterusnya.
c) Nahwu.
Aspek yang tidak mungkin ditinggalkan oleh penerjemah adalah
nahwu. Dalam konteks terjemah, kemampuan nahwu di sini bukan
hanya sekadar teoritis tapi kompetensi praktis empiris. Penerjemah
harus memapu membedakan perbedaan I’rab secara konkrit akurat,
apakah itu fa;il, maf;ul, ma;lum majhul, mudhaf, atau man’ut, bentuk
kalimat ta’ajjub atau istifham dan seterusnya. Sebagaimana
dinyatakan oleh Abdul Qahir alJurjani: semua kata itu tertutup oleh
artinya sendiri, sehingga pemahaman I’rablah yang membukakannya.
Sorof memproduksi kata-kata untuk direkayasa oleh nahwu sehingga
menghasilkan makna yang indah.
d) Balaghah.
Dalam terjemah, balaghah merupakan aspek penting yang tidak bisa
ditinggalkan, karena merupakan alat untuk mengenali rasa bahasa
dengan sensitifitas yang tinggi, agar penerjemah mampu membedakan
arti yang tersirat dari pada hanya arti lahiriyahnya. Mampu
membedakan antara pemaknakan alegoris, silogis maupun, majazi.
Karena tidak selalu yang tertulis merupakan arti harfiyahnya.
Agar hasil terjemahan lebih berbobot, menyentuh dan berkualitas, maka
penerjemah perlu mengetahui hal-hal berikut:

a) Latar belakang topik. Merupakan pengetahuan yang sama atau erat


hubungannya dengan masalah topik yang diterjemahkan. Seorang ahli
bahasa Inggris lebih menerjemahkan buku bahasa Inggris tentang
kedokteran dari pada ahli bahasa Inggris tapi awam terhadap dunia
kedokteran.
b) Konteks, merupakan bagian dari suatu uraian kalimat yang dapat
menambah kejelasan makna kata dalam suatu teks. Konteks adalah
faktor penting dalam setiap proses penerjemahan, karena konteks
mempunyai prioritas yang mengalahkan bahasa teori dan makna utama
dari suatu kata.
c) Konotasi, adalah pertautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada
seseorang ketika berhadapan dengan suatu kata. Ini erat sekali
dengan al-zauq al-lughawi (rasa bahasa) masing-masing orang.
Di samping itu terjemah harus memiliki
faktor-faktor penunjang lainnya,
misalnya, ia harus konkret, tegas, jelas
dan populer. Sehingga
hasil
terjemahan tersebut mudah
dibaca dan dipahami oleh
pembaca pada tingkatannya.
Pemenuhan aspek-aspek itu mulai dari
kosa kata, bentuk kata, struktur kalimat,
jabatan kata maupun ide, gagasan dan
pikiran dari penulis naskah sumber.

Anda mungkin juga menyukai