Anda di halaman 1dari 3

PROSES BERPIKIR DALAM MENERJEMAH

Pada proses penerjemahan, ada beberapa tahap berpikir yang dilalui oleh penerjemah.
Tahapan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Harvey (dkk) dan Douglas Robinson. Berikut
proses tahapan berpikir dari kedua tokoh tersebut

1. Proses penerjemahan model Harvey, et al


Hervey, Higgoins, dan Loughridge membagi proses penerjemahan menjadi dua aktifitas,
yakni memahami isis teks sumber (Tsu) dan merumuskan teks sasaran (Tsa). Kegiatan itu tentu saja
tidak harus dilakukan secara bergantian atau berurutan tetapi dapat dilakukan secara bersamaan,
yakni penerjemah memahami isi teks sumber lalu dalam waktu bersamaan pemahaman tersebut
dirumuskan kedalam teks bahasa sasaran. Proses penerjemahan ini sangat sederhana, sehingga
dikatakan sebagai penerjemahan yang simple, biasa dan mudah, tidak membutuhkan tahapan berpikir
yang detail dan rumit. Hal ini bisa dilakukan oleh penerjemah mana kala menjumpai atau
menerjemahkan teks yang tidak asing baginya. Hal ini didukung pula dengan kompetensi penerjemah
dalam menguasai bidang kajianya. 1

2. Proses penerjemahan model Douglas Robinson


Dalam pandangan douglas robinson, tahapan berpikir dalam menerjemah dibagi menjadi 4
tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan
Tahapan ini adalah proses awal yang sering dilakukan oleh penerjemah. Penerjemah dalam
tahapan ini biasanya mengidentifikasi jenis teks yang akan diterjemahkan. Hal ini muncul karena
adanya rasa keingintahuan penerjemah tentang teks yang akan diterjemahkan. Faisol Fatawi dalam
bukunya Seni Menerjemah berpendapat bahwa tahapan ini bisa juga disebut dengan proses
penjajagan. Penerjemah berusaha untuk menggali dan mengumpulkan informasi tentang teks baik
dari segi isi dan jenis teks yang akan diterjemahkan.
b. Analisis
Setelah melakukan penjajaan awal, maka langkah berikutnya adalah mengklasifikasi satuan
kata demi kata. Baik dari segi makna kata demi kata, bentuk kata, frasa dan lainya. Oleh karena itu
dalam tahap ini, penerjemah bisa mengaplikasikan pengetahuan gramatikal bahasanya baik bahasa
sasaran maupun bahasa sumber. Biasanya penerjemah melakukan klasifikasi bentuk kata seperti
isim, fiil, hurf atau lainya.
Setelah melakukan klasifikasi kata demi kata, maka diharapkan akan muncul ide atau gagasan
yang ada dalam paragraph tersebut serta dapat memahami makna kontekstual dalam teks sumber.
Sehingga hal ini akan mempermudah penerjemah untuk menuju langkah berikutnya.
c. Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah menyusun kembali gagasan atau ide dalam bahasa sumber. Setelah
memahami konteks atau isi pesan dalam bahasa sumber. Maka dalam tahap ini, penerjemah mulai
menyusun ulang teks yang akan diterjemahkan sesuai dengan isi atau pesan yang ada dalam bahasa
sumber, yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
Oleh karena itu. Dalam tahap ini diperlukan wawasan yang mendalam serta kebiasaan
menulis, sehingga menghasilkan hasil terjemah yang baik dan mudah diterima. Barang kali disinilah
letak seni menerjemah dan merangkai kata. Karena hasil terjemah bisa dijadikan sebagai tolak ukur
kompetensi penerjemah.
d. Evaluasi
Sebagai bentuk rasa tanggung jawab terhadap hasil terjemah, maka sudah selayaknya bagi
seorang penerjemah untuk melakukan evalusi hasil terjemah. Draft awal hasil terjemah harus
diperiksa kembali, mulai dari susunan gramatikal, kesesuaian makna atau pesan antara bahasa
sumber dengan bahasa sasaran, tanda baca dan lainya.
Evaluasi bisa dilakukan dengan banyak hal yang diantaranya adalah berdiskusi dengan ahli.
Yang dimaksud dengan kata ahli disini adalah penerjemah lain, ahli dalam bidang kajian atau

1
. Baca Ilzannuddin Ma’mur (Proses Penerjemahan:Deskripsi Teoritik), hlm. 424
keilmuan. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan karya terjemah yang baik dan mudah diterima oleh
pembaca, karena pesan yang terkandung dalam bahasa sumber dapat tersampaikan dengan baik dan
benar melalui bahasa sasaran.

3. Proses Penerjemahan Model Nida Dan Taber


Menurutnya yang dilakukan pertama kali oleh penerjemah adalah menganalisis pesan pada
teks bahasa sumber, mentransfernya, kemudian melakukan restrukturisasi kedalam bahasa sasaran
yang sesuai bagi khalayak pembaca yang ditujunya. Adapun rincian tiga tahapan tersebut adalah
sebegai berikut:
a. Tahap menganalisis teks bahasa sumber (Bsu) yang terdiri atas:
1) analisis hubungan gramatikal,
2) analisis makna dari masing-masing kata dan kombinasi kata-kata.
b. Tahap transfer
Pada tahap ini. Penerjemah hanya sebatas mentransfer pesan atau pengetahuan di dalam benak
saja. Artinya penerjemah belum menuangkanya dalam bentuk tulisan atau paragraf.
c. Tahap restrukturisasi
Pada tahap ini, penerjemah menyusun atau menuangkan pesan dan pengetahuanya dalam
bentuk tulisan dengan mengunakan bahasa sasaran sehingga bisa diterima oleh pembaca.
Ketiga tahapan tersebut yang kemudian dikembangkan oleh Suryawinata dan Hariyanto,
menjadi empat tahapan, yaitu:
a. Tahap analisis, dalam tahap ini kalimat dianalisis menurut hubungan gramatikal, makna kata
atau kombinasi kata, makna tekstual, dan makna kontekstual.
b. Tahap transfer, dalam tahapan ini materi atau pesan yang sudah dianalisis dan dipahami
diolah penerjemah dalam pikirannya dan ditransfer dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran.
c. Tahap restrukturisasi, penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan, struktur kalimat
yang tepat dalam bahasa sasaran sehingga isi, makna, dan pesan yang ada dalam teks bahasa
sumber dapat dipahami dan dapat disampaikan sepenuhnya dalam bahasa sasaran.
d. Tahap evaluasi dan revisi, hasil terjemahan dalam bahasa sasaran dievaluasi atau diakurkan
kembali dengan teks bahasa sumber. Kalau dirasa masih kurang padan dan tepat, maka
dilakukan revisi.

4. Proses Penerjemahan Model Wils


Wolfam Wils dalam bukunya The Science of Translation mengajukan model proses
penerjemahan menjadi tiga Langkah yang berbeda istilah dengan Nida dan Taber. Tawaran langkah
atau tahapan yang diajukan oleh Wils adalah sebagai berikut:
Langkahnya sebagi berikut:
a. Menguraikan dan memahami teks bahasa sumber
b. Mengkordinasi unsur-unsur individu teks bahasa sumber (Tsu) dengan teks bahasa sasaran
(Tsa) atas dasar padanan satu lawan satu atau padanan non-satu lawan satu.
c. Melakukan upaya pensintesaan operasi dalam teks bahasa sasaran, sehingga menghasilkan
teks terjemahan dalam bahasa sasaran

5. Pandangan Penerjemahan Model Roberts


Pakar penerjemahan dari University of Otawa, Kanada. Bagi Roberts, sebagaimana Nida daan
Taber, berpendapat bahwa proses penerjemahan pada umumnya terdiri atas tiga tahapan yang tidak
selalu bersifat linear. Tahapan proses penerjemahan menurut Roberts adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan menganalisis teks bahasa sumber.
Tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk memperoleh pemahaman penuh mengenai pesan
yang hendak disampaikan. Tahapan ini melibatkan pengenalan kata dan maknanya serta keterkaitan
antar keduanya. Selain itu, menangkap makna di balik kata-kata tersebut dan memaharni secara pasti
apa yang dimaksud oleh kata-kata tersebut.
b. Mengalihan pesan dalam teks BSu ke dalam teks BSa.
Tahapan yang disebut dengan transfer oleh Nida dan Taber dan synthesis oleh Bell ini adalah
kebalikan dari tahapan pertama. Hal ini berarti bahwa penerjemah mentransformasikan teks dalam
pikirannya ke dalam kata-kata dan teks dalam BSa. Tetapi, menurut sebagian pakar penerjemahan,
tahapan kedua ini belum menghasilkan terjemahan akhir melainkan masih merupakan draf
terjemahan sehingga belum sempurna baik dari sudut ketepatan isi maupun kewajaran gaya. Dengan
demikian, masih memerlukan tahapan penerjemahan berikutnya, yakni tahapan terakhir yang disebut
dengan tahapan perbaikan (revision).
c. Tahapan revision,
tahapan ini juga disebut dengan restructure oleh Nida dan Taber. Pada tahap ini penerjemah
memeriksa dan membandingkan teks asli dalam bahsasa sasaran (BSu) dengan teks terjemahan. Hal
ini bertujuan untuk menjamin agar tidak ada penghapusan, penambahan atau pendistorsian makna
dalam hasil terjemahan yang dilakukannya. Sebaiknya dalam tahapan revisi ini, revisi dilakukan oleh
orang lain, bukan oleh penerjemah itu sendiri. Hal ini sangat dianjurkan sebagaimana dinyatakan
Artherm bahwa " The revision of a translation is a procedure ly which it is examined and reviewed ly
a person or persons other than the translator, with or without consulting the later, in oder to ensure
that it is an accurate and faithful rendering of the meaning of the original text into the language of
the translation, in a sryle equivalent to that of the onginal." Yakni, bahwa revisi penerjemahan
merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji dan meninjau oleh seseorang atau beberapa
orang selain dari pada penerjemah sendiri, baik melalui konsultasi dengan penerjemah ataupun tidak,
untuk menjamin bahwa penerjemahan tersebut merupakan terjemahan yang akurat dan pengalihan
yang setia dari makna teks asli ke dalam bahasa terjemahan, dalam gaya yang sepadanan dengan
gaya bahasa aslinya.

Tugas
Membuat mind mapping (peta konsep) sederhana tentang proses penerjemahan dengan memilih 2
dari 4 tokoh diatas (tidak termasuk Harvey dkk).
Ketentuan
Gunakan kertas a4 (computer)
Ukuran kertas bebas jika ditulis tangan atau lainya
Tugas dikumpulkan dalam bentuk pdf
Waktu pengumpulan bisa dilihat di e learning.

Anda mungkin juga menyukai