Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISA PUISI “PASAR MALAM” KARYA ANDRE


SEPTIAWAN: KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE

OLEH
RISAL HILMY MUSTHOPA
NIM : 200301110192
MIFTAHUL JANNAH
NIM : 200301110104

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 2

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................................. 5

BAB II .............................................................................................................................................. 6

KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 6

A. Semiotik ................................................................................................................................ 6

B. Semiotika Riffaterre ............................................................................................................... 7

1. Pembacaan Heuristik .......................................................................................................... 7

2. Pembacaan Hermeneutik .................................................................................................... 8

3. Ketidaklangsungan Ekspresi ............................................................................................... 8

4. Menemukan Matriks, Model dan Varian Puisi .................................................................. 11

5. Hipogram ......................................................................................................................... 12

BAB III ........................................................................................................................................... 13

METODE PENELITIAN ................................................................................................................ 13

A. Pendekatan Penelitian .......................................................................................................... 13

B. Data Penelitian..................................................................................................................... 13

C. Sumber Data ........................................................................................................................ 13

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................... 13

E. Instrumen Penelitian ............................................................................................................ 14

F. Teknik Penentuan Keabsahan Data ...................................................................................... 14

G. Teknik Analisis Data............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................................. 18

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan ....................................................................................................... 18

Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota...................................................................................... 18

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesusastraan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan seni dengan
menggunakan bahasa dan simbol-simbol lain sebagai suatu perantara untuk
menciptakan karya yang imajinatif (Sudjiman, 1990, h.68). Sedangkan Panuti
Sudjiman mengatakan bahwa sastra adalah karya yang berbentuk lisan maupun tulisan
yang memiliki ciri-ciri keunggulan seperti orisinalitas, keartistikan dan keindahan dan
isi dan ungkapan karyanya (Badrun, 1983, h.16). Didalam satra terdapat beberapa
pembahasan yang salah satunya mencakup puisi. Puisi adalah sebuah karya sastra
dengan bahasa yang dipadatkan, diringkas dan diberi rima dengan bunyi yang satu dan
bersifat imajinatif (Waluyo, 2002, h.1).

Puisi merupakan sebuah karya sastra yang indah dengan banyak kata-kata yang
imajinatif sehingga membuat peniliti tertarik untuk meneliti puisi. Peneliti memilih
puisi Pasar Malam yang terdapat dalam buku Suara Murai dan puisi-puisi lainnya karya
Andre Septiawan karena puisi ini pernah lolos seleksi dalam ajang UWRF (Ubud
Writers and Readers Festival) bulan Juni tahun 2018. Puisi ini menceritakan tentang
kenangan. Pada puisi tersebut diceritakan kenangan tentang sebuah tradisi disebuah
keluarga menjelang lebaran untuk pergi ke pasar malam dan diceritakan juga seorang
anak yang menyia-nyiakan hidup sehingga tidak menyadari bahwa dia semakin tua dan
orang tuanya telah meninggal.

Selain itu, puisi Pasar Malam juga mengandung Bahasa kiasan, tanda-tanda atau
simbol-simbol yang menarik untuk dikaji dari segi maknanya. Bahasa kiasan, tanda-
tanda atau simbol-simbol dalam puisi sering kali memiliki makna ganda sehingga sulit
ditafsirkan oleh pembaca. Puisi ini tergolong puisi dengan diksi yang mudah dipahami.
Namun, dalam puisi Pasar Malam banyak menggunakan makna konotasi untuk
menyampaikan maksud yang dituju.

Puisi merupakan sistem tanda yang memiliki makna. Puisi akan bermakna jika
diberi makna oleh pembaca. Namun, pemberian makna harus melalui kerangka
semiotik. Oleh karena itu, agar puisi ini dapat dipahami dengan baik, maka harus

2
dilakukan analisis dalam tataran semiotik. Dengan menggunakan tataran semiotik maka
akan diketahui makna puisinya.

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis puisi Pasar Malam pada


penelitian ini adalah semiotika Riffaterre. Dalam teori semiotika Riffaterre
terdapat tahapan-tahapan dalam menemukan makna atau dengan kata lain, tidak
hanya pemaknaan hermeneutiknya. Langkah-langkah tersebut yaitu pembacaan
heuristik, menemukan ketidaklangsungan ekpresi, pembacaan hermeneutik,
menemukan matriks, model, varian dan hipogram (Riffaterre, 1978: 2).

Dalam konteks penelitian semiotik dengan menggunakan pendekatan semiotika


Riffaterre, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu. Pertama, Husni Bt
Salam berjudul Analisis Puisi Nyanyian Hamzah Karya Abdul Hadi W.M (Kajian
SemiotikRiffaterre) yang memaparkan makna pada puisi Nyanyian Hamzaf Fanzuri,
karya Abdul Hadi W.M (Salam, 2019). Kedua, Herlinda Yuniasti berjudul ‘Potret
Diri’Melalui Semiotika Riffaterre: Puisi Jahwasang Karya Yoon Dongju yang
mendeskripsikan makna ‘potret diri’ yang tertulis pada puisi Jahwasang dengan
menggunakan semiotika Riffaterre (Yuniasti, 2019). Ketiga, Hana Putri Lestari yang
berjudul Semiotika Riffaterre dalam Puisi “Balada Kuning-Kuning” Karya Banyu
Bening yang menganalisiskan makna dalam puisi “Balada Kuning-Kuning” Karya
Banyu Bening dengan perspektif semiotika Riffaterre (Lestari, 2020). Keempat, Bivit,
dkk berjudul Makna Sifat Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya
Dharmadi; Kajian Semiotika Riffaterre yang membahas pemaknaan dalam puisi
“Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dharmadi dengan teori yang sama (Nugroho,
Marahayu & Nurhayani, 2020). Kelima, Jumianti Diana berjudul Makna Puisi Pohon
Peradaban Karya Dinullah Rayes Kajian Semiotika Riffaterre yang mendeskripsikan
makna dalam puisi Pohon Peradaban (Diana, 2018).

Dari kelima penelitian diatas, peneliti menemukan adanya perasamaan dan


perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaanya terdapat pada penggunaan teori
bahasa yang mendeskripsikan makna dengan perspektif semiotika Riffaterre.
Sedangkan perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang lain
terdapat pada objek dan fokus kajian yang diteliti. Penelitian pertama memaparkan
ketidaklangsungan ekpresi dan mendeskripsikan makna pembacaan heuristik dan
hermeneutik pada puisi Nyanyian Hamzaf Fanzuri, karya Abdul Hadi W.M, penelitian

3
kedua mendeskripsikan makna ‘potret diri’ yang tertulis pada puisi Jahwasang tentang
refleksi dan introspeksi Yoon Dongju terhadap masa lalu, penelitian ketiga
menganalisis semiotika Riffaterre dalam puisi “Balada Kuning-Kuning” karya Banyu
Bening yang dipublikasikan di situs Kompasiana, penelitian keempat menjabarkan
menemukan pemaknaan atas sifat-sifat Tuhan sebagai wacana ketuhanan yang dapat
dijadikan sarana kontemplasi pembaca atas kebutuhan spiritualitas manusia dari sudut
pandang penyair dengan karakter Banyumas yang direpresentasikan melalui puisi, dan
penelitian kelima mengkaji puisi Dinullah Rayes yang berjudul “Pohon Peradaban
diambil dari dalam antologi puisinya yang berjudul Bulan di Pucuk Embun (2011).
Sedangkan, penelitian ini mengungkap makna dalam puisi Pasar Malam karya Andre
Septiawan.

Berdasarkan pada persamaan dan perbedaan, maka penelitian ini adalah untuk
menambah penemuan baru tentang makna dalam puisi. Jadi, disimpulkan bahwa
penelitian terdahulu diatas dapat dijadikan sebagai rujukan atau dasar penelitian dalam
melakukan penelitian dengan teori yang sama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini
dapat dirinci kedalam beberapa subfokus kajian yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembacaan heuristik pada puisi pasar malam?
2. Bagaimanakah ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi puisi pasar malam?
3. Bagaimanakah pembacaan hermeneutik dalam puisi pasar malam?
4. Bagaimanakah matriks, model dan varian dalam puisi pasar malam?
5. Bagaimanakah hipogram dalam puisi pasar malam?

C. Tujuan Penelitian
Memfokuskan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk menemukan makna puisi pasar malam melalui tahapan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan hasil pembacaan heuristik dalam puisi pasar malam.
2. Mendeskripsikan ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi pasar malam.
3. Mendeskripsikan hasil pembacaan hermeneutik dalam puisi pasar malam.
4. Mendeskripsikan matriks, model dan varian dalam puisi pasar malam.

4
5. Mendiskripsikan hipogram dalam puisi pasar malam.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik dalam tataran teoritis maupun praktis.
1. Bagi Peneliti
a. Untuk memperkaya wawasan pengetahuan peneliti tentang penelitian sastra
dengan menggunakan analisa semiotika Riffaterre.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan kekayaan makna yang
terkandung dalam puisi karya Andre septiawan yang berjudul pasar malam.
2. Bagi pembaca
a. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang objek penelitianya sejenis.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan objek penelitian yang sama
dengan analisis puisi yang berbeda, sehingga akan mendapatkan akurasi Analisa
puisi yang lebih baik lagi.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Semiotik
Secara definitif, menurut Paul Cobey dan Litza (via Ratna, 2015: 97) semiotika
berasal dari kata seme dalam bahasa Yunani yang berarti penafsir tanda. Literatur lain
menjelaskan bahwa semiotika berasal dari kata semeion, yang berarti tanda. Menurut
Sudjiman (1992: 6) “semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan
dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya,
dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Dalam studi yang lebih
luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi
tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia (Ratna,
2015: 97). Pelz (2002: 39) mengatakan bahwa semiotik dan semiologi adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji tentang tanda secara umum, “Semiotik ist die Wissenschaft
von den Zeichen allgemein”. Tokoh penting dalam semiotika adalah Ferdinand de
Saussure dan Charles Sanders Peirce. Saussure dan Pierce merupakan dua orang ahli
yang saling tidak mengenal, tetapi memiliki konsep dan paradigma yang hampir sama.
Saussure menggunakan istilah semiologi, sedangkan Peirce menggunakan istilah
semiotika. Istilah semiotika lebih popular digunakan.
Saussure menggambarkan bahwa model tanda itu terdiri dari dua aspek, yaitu
penanda (signifiant) dan petanda (signifie). Penanda merupakan bentuk formal atau
citraan visual, sedangkan petanda merupakan konsep. Penanda dan petanda memiliki
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Contohnya, ketika mendengar kata „kursi‟,
maka yang tergambar pada pemikiraan kita adalah sebuah mebel, yang digunakan untuk
duduk, memiliki sandaran dan memiliki empat kaki. Secara otomatis hal tersebut akan
tergambar dalam pikiran. Model de Saussere hanya menghubungan suatu tanda
kebahasaan terhadap konsep suatu benda. Karakteristik tanda dari Saussure ini bersifat
statis, karena hanya memiliki dua sisi saja (Pelz, 2002:44). Berbeda dengan konsep
Saussere yang bersisi dua atau diadik (penanda dan petanda), konsep Pierce bersisi tiga
atau triadik. Menurut Pierce (via Ratna, 2015: 101) ada beberapa faktor yang
menentukan adanya tanda dilihat dari faktor yang menentukan. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Representamen, ground, tanda itu sendiri, sebagai perwujudan gejala umum:

6
a. Qualisigns, terbentuk oleh kualitas: warna hijau,
b. Sinsigns, tokens, terbentuk melalui ralitas fisik: rambu lalu lintas,
c. Legisigns, types, berupa hukum: suara wasit dalam pelanggaran.
2. Object (designatum, denotatum, referent), yaitu apa yang diacu:
a. Ikon, hubungan tanda dan objek karena serupa, misalnya foto,
b. Indeks, hubungan tanda dan objek karena sebab akibat, seperti: asap dan api,
c. Simbol, hubungan tanda dan objek karena kesepakatan, seperti bendera.
3. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin penerima:
a. Rheme, tanda sebagai kemungkinan: konsep,
b. Dicisigns, dicent signs, tanda sebagai fakta: pernyataan deskriptif,
c. Argument, tanda tampak sebagai nalar: proposisi

B. Semiotika Riffaterre
Riffaterre mengatakan dalam bukunya Semiotic of Poetry (1978: 1) bahwa puisi
selalu berubah oleh konsep estetik dan mengalami evolusi selera sesuai perkembangan
jaman. Namun, satu hal yang tidak berubah adalah puisi menyampaikan pesan secara
tidak langsung. Puisi mengatakan satu hal dan berarti yang lain. Puisi merupakan sistem
tanda yang mempunyai satuan-satuan tanda (yang minimal) yang mempunyai makna
berdasarkan konvensi-konvensi (dalam) sastra (Pradopo, 2003: 122). Untuk itu, dalam
sistem tanda tersebut harus dianalisis untuk menentukan maknanya. Riffaterre
mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui
makna puisi secara utuh, yaitu pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik,
ketidaklangsungan ekspresi, mencari matriks, model dan varian serta hipogram.

1. Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik merupakan langkah pertama dalam memaknai puisi secara
semiotik. Menurut Pradopo (2003: 135) pembacaan heuristik adalah pembacaan
berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi
sistem semiotik tingkat pertama. Dalam puisi sering kali ditemukan kata-kata yang
tidak dipakai dalam bahasa sehari-hari dan “keanehan” stuktur kata. Pada tahap
pembacaan heuristik arti kata-kata dan sinonim-sinonim diterjemahkan atau diperjelas
(Endraswara, 2011: 67). Pada pembacaan heuristic maka akan didapatkan “arti” dari

7
sebuah teks. “Arti” adalah semua informasi dalam tataran mimetik yang disajikan oleh
teks kepada pembaca, bersifat tekstual dan bersifat referensial sesuai dengan bahasa.

Jadi, pembacaan heuristik adalah pembacaan semiotik tingkat pertama, yaitu


berdasarkan struktur kebahasaan yang menerjemahkan “keanehan” katakata dan
struktur bahasa agar sesuai dengan bahasa sehari-hari dan struktur kata berlaku. Pada
tahap ini akan ditemukan arti dari puisi tersebut secara tekstual.

2. Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik dilakukan setelah pembacaan heuristik dan merupakan
pembacaan sistem semiotik tingkat kedua. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan
ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya
(Pradopo, 2003: 135). Pada tahap pembacaan ini, puisi dimaknai secara keseluruhan.
Tanda-tanda yang ditemukan dalam pembacaan heuristik ditemukan makna yang
sebenarnya.

3. Ketidaklangsungan Ekspresi
Karya sastra dalam hal ini puisi menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Bahasa berkedudukan sebagai bahan dalam hubungannya dengan sastra disebut sebagai
sistem semiotik tingkat pertama karena sudah memiliki sistem dan konvensi sendiri.
Sedangkan, sastra disebut sebagai sistem semiotik tingkat kedua karena sastra memiliki
sistem dan konvensi sendiri yang mempergunakan bahasa (Pradopo, 2003: 121).
Seperti yang dikatakan Riffaterre bahwa puisi mengatakan sesuatu tetapi memiliki
makna yang lain. Artinya, puisi menyampaikan sesuatu secara tidak langsung.
Ketidaklangsungan ekspresi.tersebut menurut Riffaterre (1978: 2) disebabkan oleh tiga
hal, yaitu (1) pergantian arti (displacing of meaning), (2) penyimpangan arti (distorting
of meaning) , (3) penciptaan arti (creating of meaning).

a. Pergantian Arti (Displacing of Meaning)


Menurut Riffaterre pergantian arti disebabkan oleh penggunaan bahasa kiasan,
seperti simile, metafora, personifikasi, alegori, metonimi, sinekdoki, dan perumpamaan
epos. Dalam pergantian arti ini suatu kata atau tanda memiliki arti lain (tidak menurut
arti sesungguhnya). Penggunaan bahasa kias adalah sebagai alat untuk memperoleh

8
efek puitis dalam puisi. Bahasa kiasan mencakup semua jenis ungkapan berupa kata,
frasa ataupun kalimat yang memiliki makna lain dengan makna harfiahnya. Bahasa kias
ini berfungsi untuk menggugah tanggapan pembaca serta mengetengahkan sesuatu
yang berdimensi banyak dalam bentuk yang sesingkat-singkatnya. (Sayuti, 1985: 75).

1) Simile
Simile adalah bahasa kiasan yang membandingkan hal yang sebenarnya tidak
sama menggunakan kata banding bak, bagai, seperti, umpama, ibarat, laksana, dan
sebagainya.

2) Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan yang mengumpamakan atau mengganti sesuatu
dengan hal dengan tidak menggunakan kata pembanding (Pradopo, 2003: 124).
Menurut Alterbend (via Badrun, 1989: 27) metafora adalah bahasa kiasan yang melihat
sesuatu hal sama dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama.

3) Personifikasi
Personifikasi adalah bahasa kiasan yang menggambarkan sifat-sifat manusia
pada binatang, tumbuhan, benda atau konsep (Badrun, 1989: 32).

4) Sinekdoki
Sinekdoki merupakan bahasa kiasan yang menyebutkan sebagian untuk semua.
Pradopo (2008: 78-79) menyebutkan bahwa sinekdoki terdiri dari dua macam, yaitu (1)
pars pro toto: sebagian untuk keseluruhan, dan (2) totum pro parte: keseluruhan untuk
sebagian.

5) Metonimia
Altenbernd (via Badrun, 1989: 35) mengatakan bahwa metonimia adalah
penggunaan atribut sebuah objek atau sesuatu yang sangat dekat berhubungan
dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Sependapat dengan Altenbernd,
Cuddon (via Badrun, 1989: 35) mengungkapkan bahwa apabila nama sebuah atribut
atau benda diganti dengan benda itu maka disebut metonimia.

6) Alegori
Alegori adalah cerita kiasan yang mengisahkan kejadian lain. Perrine (via
Badrun, 1989: 39) mengatakan bahwa allegori adalah metafora yang dilanjutkan.

9
7) Perumpamaan Epos
Perumpamaan epos yaitu perbandingan yang dilanjutkan dengan cara
melanjutkan sifat-sifat pembandingnya. Pada mulanya penulis membuat suatu
perbandingan kemudian dilanjutkan melalui frasa atau kalimat.

b. Penyimpangan Arti (Distorsing of Meaning)


Penyimpangan arti terjadi karena ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense.

1) Ambiguitas
Ambiguitas merupakan kata-kata, frase, atau kalimat dalam puisi yang
mempunyai arti ganda atau multi tafsir.

2) Kontradiksi
Kontradiksi dapat terjadi karena ironi dan paradoks. Ironi merupakan kata
kiasan yang digunakan untuk menyampaikan maksud secara berlawanan dari
kenyataan. Ironi biasanya digunakan untuk mengejek atau sebagai sindiran. Paradoks
merupakan majas yang membandingkan dua hal yang sangat bertolak belakang. Sering
kali kontradiksi membuat orang berpikir, membuat orang tersenyum, atau membuat
orang merasa kasihan terhadap sesuatu yang menyedihkan. Hal tersebut sangat menarik
perhatian.

3) Nonsense
Nonsense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti secara linguistik karena
tidak terdapat dalam kosakata dan muncul karena permainan bunyi. Nonsense dapat
terbentuk dari penggabungan dua kata atau lebih atau pengulangan suku kata dalam
satu kata. Nonsense dapat menimbulkan asosiasi tertentu dan menimbulkan arti dari
dua segi.

c. Penciptaan Arti (Creating or Meaning)


Menurut Riffaterre (1978: 2) penciptaan arti terjadi jika ruang teks berlaku
sebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda-tanda keluar dari hal-hal
ketatabahasaan yang secara lingustik tidak ada artinya, misalnya simitri, rima,
enjambement, atau semantik di antara persamaan-persamaan posisi dalam bait
(homologues). Penciptaan arti ini biasanya secara lingual tidak memiliki makna yang
jelas namun, ketika ditafsirkan secara keseluruhan ternyata memiliki makna yang
dalam. Dengan kata lain penciptaan arti disebabkan oleh rima, enjambement, dan
tipografi.

10
1) Rima
Rima adalah persajakan dalam puisi. Menurut Aminuddin (2009: 146) rima
adalah bunyi yang berselang/berulang, baik dalam larik puisi maupun pada akhir larik-
larik puisi. Rima membuat puisi lebih indah didengar dan memberikan kesan tertentu
sehingga menguatkan maksud penulis. Jenis-jenis rima berdasarkan baris dalam puisi
terbagi menjadi rima eksternal dan internal. Rima eksternal berarti persajakan antar
baris dalam bait, sedangkan rima internal adalah persajakan dalam satu baris. Rima
internal terdiri dari asonansi (persamaan bunyi pada vokal) dan aliterasi (persamaan
bunyi pada konsonan). Rima eksternal terbagi menjadi empat macam, yaitu rima
kembar atau dalam bahasa Jerman disebut der Paarreim (a-a-b-b), rima silang atau der
Kreuzreim (a-b-a-b), rima berpeluk atau der umarmende Reim (a-b-b-a) dan rima patah
atau der Schweifreim (a-a-b-c-c-d).

2) Enjambement
Enjambement merupakan perloncatan kesatuan sintaksis dari suatu baris ke
baris berikutnya. Fungsi dari enjambement adalah suatu kata atau frasa yang
mengaitkan antara bagian baris sebelum dan sesudahnya. Enjambement juga
memberikan penekanan/penegasan pada baris tersebut. Selain itu menurut Sayuti
(1985: 181) perloncatan baris dalam puisi (enjambement) berfungsi untuk menonjolkan
pikiran secara ekspresif dan kadang-kadang juga dipergunakan untuk menimbulkan
tafsir ganda, hingga lebih memperkaya isi puisi yang dimaksud.

3) Tipografi
Tipografi adalah bentuk visual puisi yang berupa tata huruf dan tata baris dalam
karya puisi. Fungsi dari tipografi adalah untuk mendapatkan bentuk visual yang
menarik serta untuk menegaskan suatu makna atau ekspresi penulis melalui penonjolan
suatu kata, frasa ataupun kalimat.

4. Menemukan Matriks, Model dan Varian Puisi


Matriks merupakan sumber seluruh makna yang ada dalam puisi. Biasanya
matriks tidak hadir dalam teks puisi. Menurut Pradopo, matriks adalah kata kunci untuk
menafsirkan puisi yang dikonkretisasikan (2008: 299). Selain matriks, terdapat pula
model dan varian. Model adalah kata atau
kalimat yang dapat mewakili bait dalam puisi. Model dapat pula dikatakan

11
sebagai aktualisasi pertama dari matriks. Model puisi kemudian dijabarkan pada setiap
bait puisi. Dalam teori Riffaterre penjabaran model tersebut disebut varian.

5. Hipogram
Riffaterre menyatakan bahwa setiap karya sastra biasanya baru memiliki makna
yang penuh jika dikaitkan dengan karya sastra yang lain baik itu bersifat mendukung
atau bertentangan.

Riffaterre membagi hipogram dalam dua jenis yaitu hipogram potensial dan
hipogran aktual. Hipogram potensial adalah hipogram yang tampak dalam karya sastra,
segala bentuk implikasi dari makna kebahasaan yang telah dipahami dari suatu karya
sastra. Hipogram ini dapat berupa presuposisi, sistem deskripsi dan makna konotasi
yang terdapat dalam suatu karya sastra. Bentuk implikasi tersebut tidak terdapat dalam
kamus namun sudah ada dalam pikiran kita sendiri. Hipogram aktual merupakan
keterkaitan teks dengan teks yang sudah ada sebelumnya (Riffaterre, 1978: 23).

Analisis semiotika Riffaterre adalah analisis memaknai puisi dengan


memperhatikan karakter dari puisi dan melalui langkah kerja yaitu pembacaan
heuristik, pembacaan hermeneutik, mencari ketidaklangsungan ekspresi, menemukan
matriks, model, varian dan hipogram.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sastra. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotik, yaitu semiotika Riffaterre.
Pendekatan ini berpendapat bahwa bahasa pada puisi merupakan sistem tanda yang
mengandung ketidaklangsungan ekspresi. Penelitian ini memaparkan pembacaan
heuristik dan hermeneutik pada puisi Pasar Malam, mengungkap ketidaklangsungan
ekspresi pada puisi Pasar Malam, dan mendeskripsikan matriks, model, dan varian serta
hipogram pada puisi Pasar Malam.

B. Data Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Data penelitian yang
dihasilkan berupab baris yang menunjukkan makna puisi Pasar Malam melalui tahapan
pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, ketidaklangsungan ekspresi, matriks,
model dan varian serta hipogram puisi pasar malam. Data penelitian berupa bait dan
baris dalam puisi Pasar Malam karya Andre Septiawan.

C. Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan karena yang menjadi sumber
data adalah teks puisi.Puisi Pasar Malam terdiri dari 3 bait dengan jumlah baris yang
berbeda-beda tiap baitnya. Bait pertama terdiri dari 3 baris, bait ke-2 terdiri dari 5 baris,
dan bait ke-3 terdiri dari 3 baris. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah
teks puisi Pasar Malam karya Andre Septiawan. Puisi ini diambil dari buku yang
berjudul Suara Murai dan puisi-puisi lainnya karya Andre Septiawan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode pengamatan,
pembacaan heuristik, dan pembacaan hermeneutik. Pengamatan dilakukan dengan

13
membaca puisi secara berulang-ulang dengan teliti dan cermat agar dapat memahami
secara menyeluruh sumber data dan mendapatkan data sesuai dengan yang diinginkan.
Kemudian, dilanjutkan dengan pembacaan heuristik pada puisi. Pembacaan
heuristik dilakukan untuk memahami arti dari puisi dan menerjemahkan kata-kata dan
struktur bahasa pada puisi agar sesuai dengan bahasa sehari-hari dan struktur bahasa
yang berlaku. Setelah itu, mencari ketidaklangsungan ekspresi pada puisi yang
disebabkan oleh pergantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Untuk mencari
pergantian arti, maka dilakukan dengan cara mencari bahasa kiasan yang terkandung
dalam puisi, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, perumpamaan epos,
alegori, dan sinekdoki. Untuk mencari penyimpangan arti dilakukan dengan mencari
ada tidaknya ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Untuk mencari penciptaan arti
maka dilakukan dengan mencari rima, enjambement, dan tipografi pada puisi.
Selanjutnya pembacaan hermeneutik, yaitu puisi dimaknai dengan makna sebenarnya.
Kemudian, mencari matriks, model dan varian puisi. Langkah terakhir yaitu
menentukan hipogram puisi.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah human
instrument. Puisi Pasar Malam karya Andre Septiawan dianalisa secara kualitatif
deskriptif dengan menggunakan pendekatan semiotika Riffaterre. Instrumen
pendukung dalam penelitian ini adalah laptop, buku, dan printer.

F. Teknik Penentuan Keabsahan Data


Validitas dan realibilitas penelitian ini diperlukan agar hasil penelitian dapat
diterima dan dipertanggungjawabkan serta untuk menjaga keabsahan data. Validitas
yang digunakan adalah validitas semantik. Sedangkan realibilitas yang digunakan
adalah intrarater dan interrarer. Realibilitas intrararer dilakukan dengan membaca
berulang-ulang puisi Pasar Malam agar diperoleh hasil data yang tetap. Realibilitas
interrarer dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian dengan dosen
pembimbing maupun anggota.

14
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dengan
pendekatan semiotika Riffaterre. Data yang dianalisis adalah puisi Pasar Malam karya
Andre Septiawan. Makna puisi pada puisi ini dianalisis dengan analisis semiotika.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data adalah melalui pembacaan
heuristik, pembacaan hermeneutik, mencari ketidaklangsungan ekspresi, dan
menentukan matriks, model, dan varian serta hipogram pada puisi Pasar Malam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.
Badrun, Ahmad. (1983). Pengantar Ilmu Sastra. Surabaya: Usaha Nasional.
Diana, Jumianti. (2018). “Makna Puisi Pohon Peradaban Karya Dinullah Rayes Kajian
Semiotika Riffaterre” dalam Jurnal Pena Indonesia: Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra,
dan Pengajarannya, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Vol. 4, No. 2, h. 173-188,
Oktober Tahun 2018.
Lestari, Hana Putri. (2020). “Semiotika Riffaterre Dalam Puisi
“Balada Kuning-Kuning” Karya Banyu Bening*)” dalam jurnal Alayasastra. Vol. 16,
No. 1, h. 75-91, Mei Tahun 2020.

Nugroho, Bivit Anggoro Prasetyo, Nila Mega Marahayu, dan Octaria Putri Nurharyani. (2020).
“Makna Sifat Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dharmadi;
Kajian Semiotika Riffaterre” dalam Jurnal Sastra Indonesia, Universitas Negeri
Semarang, Semarang. Vol. 9, No. 3, h. 165-171, November Tahun 2020.

Pelz, Heidrun. (2002). Lingustik eine Einführung. Hamburg: Hoffman und Campe.

Pradopo, Rachmat Djoko. (2003). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko. (2008). Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis
Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ratna, Nyoman Kutha. (2015). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra
(Cetakan XIII). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Riffaterre, Michael. (1978). Semiotics of Poetry. London: Indiana of University


Press.

Sayuti, Suminto A. (1985). Puisi dan Pengajarannya (Sebuah Pengantar).


Semarang: IKIP Semarang Press

Sudjiman, Panuti. (1990). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).

Sudjiman, Panuti, Aart von Zoest. (1992). Serba-serbi Sermiotika. Jakarta:


Gramedia.

16
Salam, Husni Bt. (2019). “Analisis Puisi Nyanyian Hamzah Karya Abdul Hadi W.M (Kajian
Semiotik Riffaterre)” dalam jurnal IAI Sambas, Kalimantan Barat. Vol. 2, No. 2, h.
215-227, Juli-Desember, Tahun 2019.

Yuniasti, Herlinda. (2019). “‘Potret Diri’ Melalui Semiotika Riffaterre:


Puisi Jahwasang Karya Yoon Dongju” dalam jurnal UM Bahasa dan Seni: Jurnal
Bahasa, Sastra, Seni dan Pengajarannya. Vol. 47, No.1, h. 106-114, Agustus Tahun
2019.

Waluyo, Herman J. (2002). Apresiasi Puisi Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.

17
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
No. Jadwal kegiatan (Maret) (April) (Mei) (Juni)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan dan
pengajuan
proposal
2. Pengumuman
hasil seleksi
proposal
3. Pengumpulan
data
4. Analisa data
5. Penyusunan
artikel
6. Seminar hasil
penelitian
7. Publikasi

Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota


Biodata Ketua

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Risal Hilmy Musthopa


2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi S1 Bahasa dan Sastra Arab
4 NIM 200301110192
5 Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 17 April 2002
6 E-mail risalhilmy@gmail.com
7 Nomor telepon/HP 0812-3822-7489

18
Biodata Anggota

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Miftahul Jannah


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi S1 Bahasa dan Sastra Arab
4 NIM 200301110104
5 Tempat dan Tanggal Lahir Malang, 14 September 2002
6 E-mail mfth.jannah14@gmail.com
7 Nomor telepon/HP 0822-3040-6108

19

Anda mungkin juga menyukai