Oleh :
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hirata menyajikan bahasa yang terkesan sederhana, mendidik, namun juga
menghibur. Dari tokoh Sabari yang polos namun juga berpendirian teguh, ada saat-
saat dimana karena kepolosannya dan keteguhannya membuat kita tertawa.
Kemudian desain covernya yang menampilkan siluet seorang laki-laki dewasa serta
anak kecil dengan dihiasi oleh sepeda, balon, dan siluet keramaian dapat membuat
pembaca penasaran dengan isi novelnya tersebut hingga tertari untuk membacanya.
Selain itu, novel tersebut juga mengangkat kisah percintaan yang sesuai dengan
ciri-ciri sastra populer.
Novel “Ayah” berkisah tentang cinta sejati dan perjuangan seorang ayah
bernama Sabari kepada Marlena dan Zorro anaknya. Cinta sejati yang dibawanya
hingga tutup usia. Perjuangan seorang ayah yang dapat menginspirasi kaum ayah
saat ini. Dengan cinta dan pengorbanannya memberikan kasih sayang kepada
orang-orang tercinta dengan penuh ketulusan. Perjuagan cinta tanpa syarat itulah
yang menjadikan karya sastra ini memiliki bobot yang baik di samping sisi
hiburannya. Berdasarkan alasan tersebut, novel “Ayah” karya Andrea Hirata ini
menjadi menarik untuk dikaji.
Teori yang dipilih dalam mengkaji novel populer “Ayah” karya Andrea
Hirata adalah teori sosiologi. Teori sosiologi dipilih sebab teori ini merupakan teori
dalam pengkajian sastra yang tujuannya untuk mendapatkan gambaran keadaan
masyarakat (budaya populer) melaui karya sastra. Persoalan dalam segi sosiologi
atau sosial pada karya sastra menawarkan dimensi-dimensi baru yang cukup
problematik. Sosiologi sastra populer mengisyaratkan persoalan yang lebih jelas
dibandingkan hanya dari strkturnya. Jameson dalam Pawling (1984: 4)
menganalogikan sastra populer sebagai institusi sosial. Di sisi lain Budi Darma
berpendapat bahwa sastra populer sebagai gambaran sosial yang realis harfiah
(1984: 75). Atas dasar tersebut, maka studi yang tepat dilakukan untuk pembuktian
sekaligus mengkaji keterkaitan novel “Ayah” sebagai sastra populer adalah kajian
menggunakan teori sosiologi.
2
2. Bagaimanakah keterkaitan budaya populer dengan aspek sosiologi dalam
novel “Ayah” karya Andrea Hirata?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Novel “Ayah” adalah novel Andrea Hirata yang diterbitkan pada tahun
2015. Pada tahun 2017 bulan Februari, novel tesebut sudah mencapai cetakan ke
enambelas. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri sastra popular dan dapat
membuktikan bahwa novel “Ayah” karya Andrea Hirata merupakan novel populer.
4
terkesan elegan denan siluet anak dan laki-laki yang dihiasi balon, sepeda, serta
keramaian pasar malam sangat membuat penasaran calon pembacanya.
Setting ini sengaja mempertegas gaya kehidupan yang disajikan di novel ini.
Setting waktu dalam novel ini pun menggambarkan keadaan popular zaman dahulu
yang mudah dipahami oleh kebanyakan orang zaman sekarang. Hal tersebut
terrepresentasi melalui radio, mobil butut, surat. Zaman dahulu radio merupakan
barang berharga sebelum TV, begitupun dengan surat.
“KARENA siaran radio kita sudah jernih, kalau nanti ada siaran Lady
Diana, undanglah tetangga, Miru, biar bisa mendengar radio di rumah kita.
Lebih jelas suaranya.”
“Tiap bulan dia ke kantor pos untuk mengirim surat. Lama-lama sekali
dia juga mengirim surat ke Belitong, kepada sahabatnya sejak SMA, Zuraida.
Maksudnya”
5
“Tak ada hari dilewatkannya tanpa memandangi foto Lena, berukuran
3 x 4 hitam putih, yang dia dapatkan dengan cara menggelapkannya, melalui
satu konspirasi dengan petugas tata usaha SMA. Tiada jeda puisi dan surat
dikirimnya.”
“Susah mencari pegawai macam kau, Boi, tapi kalau mau menempuh
hidup baru, apa hendak dikata. Itu lingkaran nasib, tak dapat dihalangi,
takdir, aku maklum, maklum sekali”
Selain itu, dalam kehidupan nyata, kebiasaan berpuisi orang Melayu pun
digambarkan jelas melalui kebiasaan Sabari, Amiru, dan Insyafi yang suka sekali
dengan sastra tersebut. Bahkan, Sabari selalu mengirimi Marlena puisi-puisi
melalui suratnya di waktu SMA. Namun, terasa berbeda karena dikemas dengan
keadaan masa kini, sehingga novel ini masih sangat mudah dipahami, bahkan unik.
“Wahai awan
Untukmu awan
Karya Andrea Hirata ini bertema cinta sejati, ketulusan, dan persahabatan.
Kisah cinta Sabari kepada Lena yang sangat besar dan tanpa pamrih tersebut
mampu membuat pembaca terinspirasi. Walaupun Sabari terus diabaikan dan tidak
6
diperlakukan dengan baik oleh Marlena, Sabari tetap tulus mencintai Marlena.
Ketulusan juga tergambar pada Sabari dan Amiru. Antara ayah dan anak tersebut
sangat saling menyayangi walaupun tdi antara keduanya tidak ada hubungan darah
sekalipun, apa yang mereka lakukan sama-sama berlandaskan ketulusan.
Persahabatan antara Sabari, Ukun, Tamat, dan Toharun pun tak kalah mendominasi
novel ini. Keempat sahabat tersebut saling peduli dan menasihati bila ada yang
kesusahan. Misalnya ketika Sabari mulai stress sebab Amiru dibawa pergi oleh
Lena. Sahabat-sahabat Sabari itu dengan setia mencari Lena ke sana ke mari demi
Sabari.
“Ingat, Boi, dalam hidup ini semuanya terjadi tiga kali. Pertama aku
mencintai ibumu, kedua aku mencintai ibumu, ketiga aku mencintai ibumu.”
“Sabari tak pernah ribut-ribut, apalagi semua hal rasanya beres jika
dia melihat bayi yang tumbuh dengan cepat dan merona-rona itu. Matanya
selalu berbinar, mulutnya selalu tersenyum. Dia selalu rindu kepada Lena,
tetapi Zorro telah menjadi pengganti Lena, dengan kegembiraan yang
berlipatlipat.”
7
seperti kenyataan bahwa ternyata tokoh Amiru yang sudah hadir pada awal cerita
adalah anak dari Sabari, Zorro yang diberi nama Amiru ketika ibunya menikah
dengan seorang buruh pabrik sandal jepit bernama Amirza.
Pada novel Ayah ini terdapat beberapa tokoh, yaitu Sabari sebagai tokoh
utama, Amiru, Marlena, Amirza, Markoni, Ukun, Tamat, Insyafi, Izmi, Manikam,
Bogel, dan Jhon Pijarelli. Nama-nama tokoh tersebut merupakan nama-nama kuno
yang sengaja dipilih agar sesuai dengan latar waktu penceritaan novel “Ayah” ini.
“Lalu, mana pernah aku ngasih angka empat kecuali untuk Ukun,
Tamat, dan Toharun amit-amit ini?! Saban malam nongkrong di warung
kopi! Berleha-leha macam orang dewasa. Jangan-jangan sudah merokok dan
minum cap monyet segala! Tak masuk kalau dinasihati. Istilah orang Melayu,
bodoh tak menurut, pintar tak mengajar. Orang macam itulah kau itu, Kun!
Nilai Bahasa Indonesia saja merah macam buah saga! Patutnya kau ini
dideportasi!”
8
“Siang itu Markoni memanggil Sabari dan menawarinya untuk
menikahi Lena.”
“Amirza kesulitan mengatasi biaya sekolah, dan kali ini situasi gawat
karena dia juga memerlukan biaya sebab istrinya harus dirawat di rumah
sakit.”
9
dan menarik sesuai budaya populer. Kisah cinta khas sastra popular pun sangat kuat
dalam novel ini melalui kisah cinta tokoh utamanya yang bernama Sabari. Tak
hanya kisah cinta Sabari, kisah cinta Marlena, Tamat, dan Ukun juga ikut dijelaskan
dalam novel ini. Saat membaca novel ini, pembaca akan merasakan saat-saat ingin
tertawa dan saat-saat sedih. Hal tersebut sesuai dengan fungsi sastra popular, yaitu
sebagai hiburan. Bahasa yang digunakan pun mudah dipahami karena bahasa yang
digunakan ringan dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, novel “Ayah” karya Andrea Hirata ini tergolong kedalam novel popular.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Andrea Hirata merupakan penulis era 2000-an yang selalu menculik
perhatian melalui karya-karyanya yang sangat digemari oleh banyak pembaca.
Salah satu karyanya yang sangat populer dan menarik banyak minat pembaca
adalah novel “Ayah”.
Novel “Ayah” adalah novel Andrea Hirata yang diterbitkan pada tahun
2015. Pada tahun 2017 bulan Februari, novel tesebut sudah mencapai cetakan ke
enambelas. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri sastra popular dan dapat
membuktikan bahwa novel “Ayah” karya Andrea Hirata merupakan novel populer.
3.2 Saran
Makalah ini menganalisis aspek-aspek sosiologi dan keterkaitannya dengan
budaya populer yang terdapat dalam novel “Ayah” karya Andrea Hirata. Oleh
11
sebab itu, penulis menyarankan agar dilakukan kembali suatu penelitian tentang
objek ini dengan pendekatan ilmu sastra yang berbeda, agar dapat dikembangkan
dan menambah wawasan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
Darma, Budi. 1984. “Novel Indonesia adalah Dunia Melodrama” dalam Sejumlah
Esei Sastra. Jakarta: Karya Unipress.
13