DISUSUN OLEH:
NAMA :SAIRA
KELAS : A
Makna tersurat (makna tertulis) merupakan makna yang langsung diucapkan atau makna
yang sebenarnya yang disampaikan oleh pengarang pada sebuah karyanya.Apa yang
disampaikan oleh pengarang langsung disampaikan lewat tulisan pada karyanya dengan
mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan pembaca tidak membutuhkan
pemikiran yang dalam untuk memaknainya. Hal ini terlihat pada dialog-dialog di bawah
ini.
Kalau kau harus pergi kepantai itu, sayang
Menunggu jodohmu yang takkan kunjung datang
Aku tak rela tapi tak kuasa melarang
Sesaat nanti kau akan tahu apa arti kepunahan
(Kau Tunggu Siapa Nilo, hlm. 26)
Makna dari simbol kata menunggu adalah mengharapkan sesuatu yang terjadi atau
menantikan sesuatu yang mesti datang namun dalam dialog ini kata menunggu bukan
berarti menanti kedatangan seseorang tetapi menjaga atau menghuni sesuatu yang
ditinggalkan yaitu rumahnya sendiri.
Dia pasti kembali
(Kau Tunggu Siapa Nilo, hlm. 20)
Makna dari simbol kata kembali adalah mengharapkan datang seseorang dan kembali
kepadanya, jadi maksud utama dialog di atas adalah Nilonali yang selalu berharap
datangnya Kinanti.
Aku tidak percaya, siapa kekasihnya?
(Kau Tunggu Siapa Nilo, hlm. 21)
Makna dari simbol kata kekasihnya adalah sebutan buat pasangannya. Maksud dari dialog
di atas adalah Istri dari nelayan yang bertanya siapa pasangan atau kekasih Nilonali.
Nilonali telah menyebar kematian.Siapa saja pemuda yang dijodohkan dengannya
meninggal di laut.
2. Makna Tersirat
Makna tersirat merupakan makna yang tidak langsung diucapkan.Dalam sebuah teks
drama, makna tersirat merupakan makna yang tidak langsung diucapkan oleh
pengarang.Pengarang yang dalam karyanya memiliki banyak makna yang tersirat
menginginkan pembaca untuk mencari sendiri maksud dan arti yang terdapat dalam tulisan-
tulisannya dan tentunya tidak lepas dari konteks kalimat dan cerita dari karyanya itu.
Pawang tahu bila badai kan datang
Tapi tak tahu tibanya badai cinta
Pawang tahu peredaran bulan dan bintang
Tapi tak tahu kinanti berada
(Kau Tunggu Siapa Nilo,hlm. 10)
”Tapi tak tahu tibanya badai cinta” menunjukkan mengapa perasaan selalu disakiti.Makna
dari simbol badai cinta adalah sesuatu yang menyakiti atau membuat terluka.Dalam teks
ini, Nilonali yang selalu menunggu kekasihnya tak kunjung datang.
Kinanti yang mana lagi?
Kinanti telah di lulur badai
Kinanti telah tenggelam di laut
Kinanti telah lara di rantau
(Kau Tunggu Siapa Nilo,hlm. 10)
”Kinanti telah di lulur badai” menunjukkan seseorang yang di cintai telah pergi
meninggalkannya.Makna dari simbol adalah sesuatu yang membuat dia bersedih.Dalam
teks ini, Nilonali yang masih tetap menunggu kinanti walaupun kinanti telah pergi jauh.
O, lah hilang sampan di lautan
(Kau Tunggu Siapa Nilo,hlm. 13)
Simbol ”hilang sampan di lautan” memiliki makna kehilangan. Dalam konteks ini, Kinanti
yang di cari telah tiada di hempas ombak.
b. Jurnal 2
Judul jurnal 2 ini adalah “Analisis Struktural Naskah Drama Raja Galau “karya Tato
Nuryanto oleh :Lilik Herawatia, Dewi Kusumab, Tato Nuryantoa. IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, Indonesia Universitas Nahdatul Ulama Cirebon, Indonesia Lilikherawati;
dewikusuma1988@gmail.com; tatonuryanto28@gmail.com.Permasalahan yang akan diteliti
dalam jurnal ini adalah berupayauntuk menggambarkan secara jelas tentang unsur-unsur
intrinsik dalam naskah drama Raja Galau. Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata,
kalimat dan dialog yang terdapat dalam naskah drama Raja Galau yang telah diinventarisasi
serta diklasifikasi sesuai dengan format pencatatan, selanjutnya Tahap analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini dengan cara sebagai berikut: (1) mendeskripsikan data yang
berhubungan dengan struktural naskah drama Raja Galau karya Tato Nuryanto, (2)
mengidentifikasidata sesuai dengan struktur naskah drama Raja Galau, (3) menginventarisasi
struktur naskah drama Raja Galau, (4) membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, (5)
melaporkan hasil penelitian. Teknik pengabsahan data yang digunakan adalah teknik uraian
rinci.
Hasil penelitian mengenai analisis struktural naskah drama Raja Galau karya Tato Nuryanto
ditemukan unsur-unsur yang membangun naskah drama yang meliputi: unsur tokoh, peran,
karakter, motif, konflik, peristiwa, alur, penggunaan bahasa, latar, tema, dan amanat. Namun,
dalam naskah drama ini tidak ditemukan indikasi-indikasi yang menerangkan tentang unsur
ruang.Berdasarkan hasil penelitian tentang struktur naskah drama Raja Galau karya Tato
Nuryanto dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Unsur Tokoh, Peran, dan Karakter
Tokoh yang terdapat dalam naskah drama ini terdiri dari sepuluh orang tokoh simbolis
berdasarkan peran dan karakternya masing-masing.Tokoh, peran serta karakter dalam naskah
drama Raja Galau karya Tato Nuryanto dapat dilihat sebagai berikut.
Raja, merupakan tokoh utama dalam naskah drama ini, sosok Raja digambarkan sesuai
dengan karakteristik raja-raja nusantara pada umumnya seperti pandai, adil dan
memilikiketegasan dalam menegakkan hukum, dermawan, berwibawa, memiliki keteguhan
hati, memiliki ketenangan, memiliki keberanian, pandai, bersahaja dan mampu mengayomi
masyarakat. Raja termasuk tokoh protagonis, yaitu tokoh banyak mendapat pujian,
berkarakter baik, dan perlu dijadikan sebagai suri tauladan atau contoh. Sang Raja memiliki
karakter pemberani dan mau melakukan apa saja demi mempertahankan kejayaan dan
kedaulatan kerajaannya dari rongrongan para penghianat dan para koruptor.
Raja: Begini-nih.kelakuan pejabat, kalau diajak rapat untuk kepentingan rakyat, malah
ditinggal minggat... (222).
Ponggawa 1, adalah seorang abdi dalem kerajaan yang memiliki karakter lugu, jujur, sangat
perhatian dan setia kawan, untuk membuktikannya dapat dilihat dari kutipan dialog berikut.
Ponggawa 1: Mohon ampun, Baginda. Hamba tidak bermaksud membela dia, mungkin saja
apa yang dia katakan itu benar, bukan berpura-pura....Ampun, Baginda. Untuk yang
kesekian kalinya, bukan bermaksud untuk membelanya.Memang dia kelihatannya sedang
sakit perut. (222).
Ponggawa 2, adalah seorang abdi dalem kerajaan yang sangat teliti dan cermat dalam
bertindak. Berikuti bukti kutipan dialognya.
Ponggawa 2: Baiklah saudara-saudara sekalian...Kita harus selalu berpikir positif. Aku juga
seorang Abdi Kerajaan...Tugasku mengamankan setiap masyarakat yang terancam
keselamatan jiwanya... (lalu melepas tali ikatan yang membelenggu Pejabat Korup). Kalian
jangan menuduh sebelum ada bukti yang syah dan meyakinkan dari pihak pengadilan...
(231).
Pejabat Korup, adalah pejabat licik yang telah melakukan penyimpangan terhadap perintah
atasan, memperkaya diri dan berdalih bahwa yang dikerjakannya itu semata-mata karena
perintah atasan, mencatut nama baik pimpinan. Berikut kutipan dialognya.
Eyang, ia adalah seorang penasihat raja sekaligus sebagai resi yang memiliki karakter
misterius yang terkesan sangat baik, padahal watak aslinya sangat serakah yang suka merebut
hak milik orang lain, licik, penjilat, dan pengadu domba. Berikut ini merupakan bagian dari
kutipan dialognya.
Eyang: Oooh...tentu tidak, Baginda...Mana mungkin Hamba berani meracuni junjungan dan
sesembahan Hamba sendiri... (226).
Eyang: Baginda tidak usah khawatir...Hamba selalu setia pada titah Baginda...Jiwa dan raga
Hamba, kupersembahkan buat kedaulatan dan kejayaan Baginda... (227).
Eyang: hamba sangat mengerti tentang kegalauan Baginda...Hamba juga mendengar, bahwa
banyak kalangan pejabat yang terlibat skandal proyek-proyek besar. Termasuk kader-kader
prajurit kerajaan...yang pilih tanding pun terindikasi sebagai penerima suap proyek-proyek
besar kerajaan. Hal ini tidak bisa dibiarkan... (224).
Rakyat 1, ia adalah warga masyarakat yang merasa dikecewakan oleh para pejabat yang
berkhianat terhadap rakyat. Berikut adalah salah satu kutipan dialognya.
Rakyat 1: Sudahah..., jangan banyak bicara tentang kode etik...! Kami semua sudah muak
dengan semuanya...! Penuh rekayasa dan tipu daya...! (231).
Rakyat 2, ia adalah warga masyarakat yang kritis. Berikut adalah salah satu kutipan dialognya.
Rakyat 2: Biasaaa...Pengadilan kerajaan ini selalu ada cela, untuk membebaskan para pejabat
seperti dia... (mengejek). (230).
Rakyat 3, ia adalah warga masyarakat yang cerdas, pandaiberargumen, dan mengerti perkara
hukum. Berikut ini kutipan dialognya.
Rakyat 3: Mental pejabat di kerajaan ini semuanya hampir sama. Pandai bicara...sedikit
bekerja...Jika tersandung hukum pasti pandai berlindung... (231 ).
Para Dayang, mereka adalah pelayan raja yang memiliki karakter penurut dan sangat patuh
terhadap perintah raja. Tubuh dan paras wajahnya sangat rupawan dan menawan, pandai menari
dan sangat memikat hati kaum lelaki. Berikut ini kutipan dialognya.
Para Dayang: (masuk ke keraton) Baiklah Baginda Raja yang mulia...Hamba datang...(menari
sambil membawa makanan, diiringi musik tradisional). ( Apresiasi Drama: Raja Galau, 2017:
229).
Narator, ia adalah seorang pengatur dan pengantar jalannya cerita sebagai prolog sebelum
pagelaran drama dimulai (pencerita). Berikut ini kutipan dialognya.
Narator: Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh…Dikisahkan, tersebutlah
sebuah kerajaan yang agak sedikit adil dan makmur…Gemah ripah lohjinawi…Toto tentrem
rahardjo…Tidak kurang sandang dan tidak kurang pangan…Pemirsa…entah mengapa,
pimpinan tertinggi kerajaan, Sangbaginda Raja bermuram durja…diam membisu beribu
bahasa dan sejuta tanya… dirundung galau. Kabar yang sampai ke telinga Baginda Raja …
bahwa negerinya telah dilanda krisis yang begitu hebat, sehingga mampu mengguncang
suasana sampai ke dalam istana. Korupsi menimpa pejabat tinggi, hukum dapat dijual beli,
kerusuhan dan penjarahan di sana-sini…tingkat pengangguran begitu tinggi…Pemirsa…
mari kita saksikan bersama, pementasan drama dengan judul…RAJA GALAU… (220)
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam naskah drama menggambarkan realitas sosial yang terjadi
di masyarakat saat ini.Para tokoh memainkan perannya sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing.Sang Raja menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin yang
bertanggung jawab, begitu juga para ponggawa, rakyat, dayang bahkan tokoh penghianat
yang diperankan pejabat dan penasehat.Penggambaran tokoh dalam naskah drama dilakukan
secara jelas tidak abu-abu sehingga para pembaca dapat memahami setiap karakter tokoh
dengan mudah.
b. Unsur Motif, Peristiwa, Konflik, dan Alur
Motif dalam naskah drama Raja Galau adalah persekongkolan untuk menggulingkan
kekuasaan raja.Peristiwa yang terjadi adalah terbunuhnya dua orang Ponggawa yang setia
pada raja oleh pemanah misterius.Berikut ini adalah kutipan dialognya.
Ponggawa 2: Aku bersumpah...! dengan segala kekuatan dan kemampuan yang
kumiliki...kurang dari dua puluh empat jam dari sekarang. Akan kutemukan pejabat itu
hidup atau mati...Aku bersumpah! Aku bersumpah...! Adduuuuhhh...! Tolooong... Akuuu..!
(tubuh kekarnya ambruk bersimbah darah. Sebilah anak panah menancap di dadanya).
Ponggawa 1: Aaahhh...Tolooong...! (tubuhnya ambruk, sebilah anak panah menancap di
dadanya) (Apresiasi Drama: Raja Galau, 2017: 237 ).
Konflik yang terjadi adalah adanya motif balas dendam dalam persekongkolan berebut
kekuasaan dan jabatan di lingkungan istana kerajaan, serta ketidakpercayaan rakyat terhadap
para pejabat.Berikui ini kutipan dialognya.
Ponggawa 1: Justru itu, Baginda...Petaka itu datang karena mereka saling berebut
kursi...satu sama yang lain saling serang. Bahkan sampai menimbulkan korban
jiwa...mereka tidak tahu kalau kursi itu sebenarnya sangat kotor dan bau...(Apresiasi
Drama: Raja Galau, 2017: 233).
Unsur motif, peristiwa, konflik dan alur dalam naskah drama ini disesuaikan dengan
permasalahan-permasalahan yang ada di pemerintahan, seperti perebutan kekuasaan,
pembalasan dendam, persekongkolan, penjilatan dan politik adu domba.Alur yang digunakan
adalah alur maju atau konvensional, hal ini memudahkan pembaca untuk memahami naskah
drama karena cerita yang terjalin teratur dan berurutan sesuai dengan urutan kejadian dari awal
sampai akhir secrita.
Penggunaan bahasa yang digunakan dalam naskah drama Raja Galau mengikuti style Tato
Nuryanto sebagai pengarangnya.Tato Nuryanto mengetengahkan kembali perilaku dan
karakter masyarakat dengan beragam bahasa, sifat, dan tabiatnya untuk menonjolkan
perwatakan antartokoh. Penyampaian pesan-pesan melalui dialog antartokoh dikemas dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, terkadang diselingi lelucon
segar sehingga naskah cenderung tidak monoton dan dapat dinikmati. Secara keseluruhan
naskah drama Raja Galau sangat relevan untuk diapresiasi sebagai alternatif bahan ajar.
e. Tema dan Amanat
Tema dalam naskah drama Raja Galau ini adalah keberanian dan ketegasan Raja dalam
membela kebenaran dan mempertahankan kedaulatan kerajaan dari rongrongan para pejabat
yang korup. Amanat yang dapat diambil dari naskah drama Raja Galau ini adalah: (a) jangan
merebut hak milik orang lain dengan menggunakan segala cara, (b) jangan melibatkan dan
mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan pribadi, (c) jangan menuduh dan menaruh curiga
terhadap orang lain tanpa ada barang bukti, (d) jangan menyimpan dendam terhadap orang
lain, serta (e) jangan menjadi penjilat demi meraih kedudukan dan jabatan. Tema yang
diangkat dalam naskah drama Raja Galau berkisah tentang kehidupan yang dihadapi dan
dialami manusia pada umumnya dalam tataran pemerintahan.pemasalahan yang dihadapi
manusia tidak sama, adapula masalah kehidupan tertentu yang sifatnya universal. Artinya, hal
itu akan dialami oleh setiap orang dengan tingkat intensitas yang tidak sama. Misalnya, dalam
pemerintahan masalah-masalah yang berkaitan diantaranya perebutan kekuasaan, pembalasan
dendam, penjilatan, penghianatan, politik adu domba dan lain-lain.Tema yang diangkat
merupakan tema yang umum ditemukan dalam realitas sosial masyarakat kita saat ini. Tema
naskah drama Raja Galau menawarkan makna tertentu dalam kehidupan, mengajak pembaca
untuk melihat, merasakan, dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan
cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya.
c. Jurnal 3
Judul jurnal 3 ini adalah “Kajian Struktural dan Semiotik Naskah Drama “Hutbah
Munggaran di Pajajaran”Karya Yus Rusyana oleh :Farhan Mustaqim, Dedi Koswara,
Ruswendi Permana.SMAN 2 Tambun Selatan, Universitas Pendidikan Indonesia. E-
mail :farhanphd95@gmail.com. Permasalahan yang akan diteliti dalam jurnal ini adalah
bagaimana kajian structural dan semiotic dalam naskah drama “Hutbah Munggaran di
Pajajaran”Karya Yus Rusyana. Teori yang dipakai dalam analisis ini adalah structural dan
semiotic.Jenis penelitian ini adalah penelitiankualitatif dengan metode yang
digunakandeskriptif analisis. Menurut Ratna (2012,Hal. 53) metode deskriptif analisis
adalahmetode yang mendeskripsikan fakta-faktayang diteruskan oleh analisis.
Métodedeskriptif analisis digunakan untuk mendeskripsikandan menganalisis
secarasistematis data yang ada di dalam naskahdrama “Hutbah Munggaran di
Pajajaran”berdasarkan kajian struktural dan semiotik.Sumber data yang digunakan
dalampenelitian ini adalah naskah drama “HutbahMunggaran di Pajajaran” (2018)
cetakanpertama, tebal 38 halaman dan terdiri atas221 dialog.Pengumpulan data dilakukan
melaluitehnik studi pustaka dengan cara membacadan menelaah beberapa buku,
dokumen,dan sumber tulisan lainnya yang berkaitandengan penelitian. Data yang
terkumpulkemudian diolah melalui teknik deskripsidan analisis dilanjutkan dengan
menginterpretasikannya.Interpretasi digunakanuntuk menjelaskan makna yang ada
dalamnaskah drama tersebut.Dalam penelitian ini, instrumen yangdigunakan adalah kartu
data yang berfungsiuntuk menyimpan data-data yang dianalisis.Tujuannya agar memudahkan
dalammenganalisis data serta mudah pula dalammembuat kesimpulannya.Berdasarkan hasil
analisis data dalam naskah drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran” karya Yus Rusyana akan
dijelaskanseperti di bawah ini.
Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama“Hutbah Munggaran di Pajajaran”
Unsur intrinsik yang dianalisis dalam naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran meliputi
prolog, dialog, babak,adegan, wawancang, solilokui, aside,episode, dan epilog. Berdasarkan
hasil analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah drama Hutbah Munggaran di
Pajajaran yaitu prolog, dialog, babak, adegan, wawancang, dan epilog.Penjelasannya seperti
yang dibahas di bawah ini.
Prolog
Prolog adalah cerita awal yang disampaikan dalam pembukaan drama.Berdasarkan analisis
terdapat satu prolog dalam naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran.Penjelasannya
seperti yang dibahas di bawah ini.
DI TEGAL SI AWAT-AWAT, PRAJURIT
PAJAJARAN KEUR LALATIHAN. SOARA
PAKARANG PATINGGALONJRANG.
Prolog di atas sebagai cerita awaldalam naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaranyang
menggambarkan pelaku, tempat kajadian, dan gambaran kejadian dalam cerita.
Dialog
Hasanuddin (dalam Yurnelis dkk, 2013, hal. 29), menyebutkan bahwa dialog di dalam drama
merupakan bagian terpenting. Dalam naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran terdapat
221 dialog yang semuanya diucapkan oleh tokoh. Hal ini terlihat dari salahsatu kutipan
dialog di bawah ini.
ANENGGA : HAHAHA, KI JANATRA
TISUNGKUR... HAHAHA!
TUMBAKNA ANGGUR NGAMPUL
IEU TAMÉNG KULA TEU BARÉDBARÉD
ACAN... HAHAHA!
JANATRA : (BARI NUMBAK MANI
NGAGONJRÉNG KEUNAKANA
KEPENG KI ANENGGA. ANU
NAMPA NGAJEBLAG) TAMPA IEU
TUMBAK KULA! HAHAHA...
AWAS ULAH SAMBAT KANIAYA!
HEUP!
Data di atas merupakan dialog yang diucapkan oleh tokoh, isi dialognya adalah
mengungkapkan perilaku tokoh, dan sebagai penyambung terhadap jalannya cerita dalam
naskah drama.
Babak
Babak dalam naskah drama biasanya dibangun oleh 3-5 babak, tetapi ada juga naskah
drama yang tidak memakai babakatau dibangun oleh 1-2 babak.Dalam hasil analisis naskah
drama Hutbah Munggarandi Pajajaran dibangun oleh 7 babak.
Adegan
Adegan ditandai oleh adanya pelakubaru atau situasi dalam cerita yang berubah.Dalam hasil
analisis, naskah drama HutbahMunggaran di Pajajaran memiliki 28adegan, yang terbagi
menjadi adeganberat/sulit, adegan kecil, adegan mengikat,adegan ringan/hiburan, adegan
terbuka, danadegan wajib.
Wawacang
Wawancang adalah teks perintahuntuk pelaku .Dalam hasil analisis naskahdrama Hutbah
Munggaran di Pajajaranditemukan ada 32 wawancang/side text.Wawancang/side text dalam
naskah dramaHutbah Munggaran di Pajajaranmenunjukan perintah untuk pelaku
danmenunjukan suara-suara ataumenggambarkan keadaan lainya yangberkaitan dengan
cerita naskah dramaHutbah Munggaran di Pajajaran.
Epilog
Epilog adalah pidato singkat diakhircerita yang biasanya mengungkapkan danmenjelaskan
inti cerita atau teks tambahan.Dalam hasil analisis terdapat epilog yangmengakhiri cerita
dalam naskah dramaHutbah Munggaran di Pajajaran.Penjelasanya seperti yang terdapat
dibawah ini.
TI DINYA LANGLAUNG KADÉNGÉ
ADAN! DITÉMBALAN KU NU HADIR
MANI EUNDEUR. BARANG ADAN
TAMAT, MARANÉHNA NADAHKEUN
LEUNGEUN DARU’A.
Data di atas merupakan epilog dalamnaskah drama Hutbah Munggaran diPajajaran, epilog
ditulis diakhir cerita, diisidengan kesimpulan cerita.
Unsur Semiotik
Unsur semiotik yang dianalisis dalamnaskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran karya
Yus Rusyana menggunakan teori Charles Sander Pierce yang meliputi ikon, indeks, dan
simbol.
Ikon
Suatu hal yang menjalankan fungsisebagai penanda suatu objek atau sejenis objek.Dalam
hasil analisis naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran terdapat 17 ikon yaitu ikon
imagis terdapat 17 (100%).Penjelasannya seperti yang dibahas di bawah ini.Ikon imagis
adalah tanda yang secara langsung mempunyai sifat ikonis yang menampilkan kualitas-
kualitas husus seperti menunjukan citrawi dan objek yang diacunya.Dalam hasi analisis
terdapat 17 ikon imagis, penjelasannya seperti yang dibahas di bawah ini. Salah satu
kata/kalimat yang mengandung ikon imagis adalah “MacanPajajaran” yang disebutkan
dalam dialog prajurit Pajajaran merupakan kata ganti sebutan untuk Kean Santang.
Kata/kalimat yang kedua yang mengandung ikon imagis adalah Ratu Pajajaran yang
disebutkan prajurit Pajajaran merupakan kata ganti sebutan untuk Prabu Siliwangi.
Indeks
Indeks adalah suatu hal yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang menunjukan
petandanya (Pierce dalam Santosa, 1993, hal. 10).Tanda ini lebih fokus terhadap hubungan
sebab akibat.Tanda indeks bisa merupakan prilaku, gerak-gerik, gejala fisik, aktualisasi, dan
suara. Dalam hasil analisis naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran terdapat 15 indeks
yang terbagi menjadi kategori yaitu indeks prilaku terdapat 8 (52,9%), indeks gejala fisik
terdapat 3(17,6%), dan indeks aktualisasi terdapat 4 (29,4%). Penjelasannya seperti yang
dibahas di bawah ini.
Indeks Prilaku
Salah satu kalimat/kata yang mengandung indeks perilaku adalah “nyiarbatur gelut”
merupakan ujaran salah satu prajurit Pajajaran.Kata nyiar merupakan indeks prilaku orang
yang sedang mencari.Sedangkan dalam kalimat/kata kedua yang mengandung indeks
perilaku adalah “cicing” merupakan ujaran Bagus Setra ke Purnamasari merupakan indeks
perilaku berhenti di suatu tempat.
Indeks Aktualisasi
Salahsatu kalimat/kata yangmengandung indeks aktualisasi adalah “didieu” merupakan
ujaran dari Bagus Setra ke Purnamasari.Kata di dieu merupakan indeks aktualisasi yang
menandakan pengganti tempat.
Simbol
Simbol adalah suatu hal yang menjalankan fungsi sebagai penanda berdasarkan konvensi
yang digunakan di masyarakat (Pierce dalam Santosa, 1993,hal. 10). Dalam hasil analisis
terdapat 11 simbol yang terdapat dalam naskah Hutbah Munggaran di
Pajajaran.Penjelasannya seperti yang dibahas di bawah ini.Salah satu kalimat/kata yang
mengandung simbol adalah “leutik burih” diucapkan oleh prajurit Pajajaran.Kalimat leutik
burih merupakan simbol dari orang yang orang yang tidak mempunyai keberanian.
Sedangkan dalam kalimat/kata kedua yang mengandung simbol adalah“lali rabi tégang pati”
diucapkan oleh prajurit Pajajaran. Kalimat lali rabi tégangpati merupakan simbol dari orang
yang memiliki semangat untuk berkorban demi negara yang ia cintai.
d. Jurnal 4
Judul jurnal 4 ini adalah “Tinjauan Psikologis Tokoh Utama Naskah Drama Senja Di
Taman“ Karya Iwan Simatupang oleh : Fifi, Yasnur, Ismail.Program Studi Sastra Indonesia
Fbs Universitas Negeri Padang.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode analisis isi (content analysis), yaitu menggalisis atau mendiskripsikan
gejala sosial yang terjadi.Banyak orang belum mengetahui secara jelas, bagaimana yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif.Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5), (dalam buku
Lexi J.Moleong 2004:4), metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku
yang dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistic atau utuh. Beberapa ahli Metodologi seperti Kirk dan Miller (dalam
buku Lexi J. Moleong 2004:4) mendefinisikan metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia baik
dalam kawasan maupun dalam peristilahan.Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka
penelitian ini berupaya menggambarkan bagaimana karekter tokoh utama secara jelas dalam
teks naskah Senja di Taman karya Iwan Simatupang.
Berdasarkan kajian psikoanalisis, maka pembahasan tentang konflik batin tokoh utama
diuraikan dengan menganalisisperan tokoh utama, selanjutnya dengan menggunakan tinjauan
psikoanalisis berdasarkan aspek Id, Ego, dan Superego. Uraian pembahasan tersebut sebagai
uraian berikut:
1. Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Berdasarkan Tinjauan Psikoanalisis
a. Tokoh Utama sebagai Seorang Suami
Tokoh utama dalam naskah drama Senja di Taman karya Iwan Simatupang adalah sebagai
seorang suami yang diberi nama dalam naskah ini adalah OT yaitu orang tua. OT adalah
seorang suami yang mempunyai dua orang istri, istri pertamanya meninggal karena penyakit
sedangkan istri keduanya merupakan istri muda yang ia nikahi dan hanya ingin merebut
kekayaannya. Setelah kekayaannya habis istri mudanya itu menikah lagi dan tinggal dirumah
OT.Semua kepunyaan OT atau milik OT digunakan oleh istri mudannya tersebut. Semuanya
itu dapat dilihat dari kutipan berikut:
LSB : (kesal) Kucing! Dan istri bapak sendiri ada dimana?
OT : ada di rumah
LSB : di rumah? Rumah siapa?
OT : di rumah saya.
LSB : rupanya bapak mau permainkan kami. Kata bapak tadi, bapak tidak biasa kemana-
mana .tak seorangpun menyukai bapak.
OT : itu benar. Dan istri saya tidak menyukai saya.
LSB : mengapa?
OT : dia istri saya yang kedua. Dia hanya menginginkan harta saya saja. Setelah harta saya
habis, dia pun tak menginginkan saya lagi.
LSB : lalu siap yang ingin dia lihatnya sekarang?
OT : laki-laki lain, lebih muda, lebih gagah.
LSB : tentu saja, masa dia mencari laki-laki yang lebih tua dan lebih buruk dari bapak. Dan
kini dimana laki-laki itu?
OT : sudah tentu di rumah saya.
LSB : hmm, ya sudah tentu.
OT : dia telah menggantikan kedudukan saya di rumah.
LSB : hmm..tentu saja. Kecuali sikat gigi bapak saja yang sya kira tak diambilnya.
OT : juga sikat gigi saya.
Dilihat dari kutipan di atas, terlihat adanya tekanan atau konflik batin yang terdapat pada diri
OT oleh istri mudanya. Sebagai orang tua, ia lebih menonjolkan sifat egonya lebih dominan
ia kemukakan, ia lebih memilih diam dan tidak bersuara sedikitpun, ketika perlakukaan istri
dan suami muda istrinya itu terhadapnya membuat dia sakit hati dari pada dia harus
bertengkar. Superego terlihat ketika tokoh OT lebih memilih meninggalkan rumah dan
mencari kucing kesayangannya, yang menurut ia lebih bisa mengerti dia.
b. Tokoh Utama sebagai Ayah
OT hidup di tengah-tengah keluarga yang sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Ia
mempunyai istri dan delapan orang anak, tetapi tidak satupun anaknya yang peduli dan
sayang kepadanya. Ia hidup seperti orang tidak mempunyai keluarga. Ia merasa tidak ada
gunannya lagi untuk hidup. Ia berusaha untuk mencari hidupnya seperti dulu lagi, tetapi
semuanya sia-sia. Seekor kucing yang bisa membuat dia bertahan untuk hidup, sekarang
kucing tersebut tidak tau kemana perginya. Berikut kutipan yang menyatakan anaknya tidak
memperdulikannya:
LSB : Anak bapak?
OT : Delapan orang. Tetapi tak seorangpun dari mereka menyukainya.
LSB : Terlalu! Lalu istri bapak?
OT :(tiba-tiba meraung) Minah! Minah !
Dari kutipan di atas terlihat adanya kekecewaan OT terhadap prilaku anaknya yang tidak
peduli dengannya.Konflik-konflik batin yang dia terima terlalu membuat dia tersiksa dan
merasa tidak ada yang bisa dia miliki kecuali seekor kucing. Sebagai seorang ayah, aspek
ego yang menonjol pada diri OT ketika ia tidak terlalu memaksakan kehendaknya untuk
tidak meminta anaknya memperhatikannya. Dia berusaha untuk bertahan hidup tanpa
membuat anaknya susah untuk merawatnya yang sudah tua. Dia lebih baik diam dan tidak
menuntut kewajiban seorang anak untuk merawatnya, sifat OT tersebut melihatkan dia
menggunakan aspek superego.
b. Aspek Ego
Dorongan-dorongan yang disebabkan oleh aspek id merupakan dorongan yang manusiawi
atau dorongan yang wajar karena, walau bagaimanapun seluruh manusia memiliki aspek
tersebut untuk memecahkan suatu masalah. Justru yang tidak manusiawi adalah pada
perwujudannya, yaitu cara manusia menyikapi dan memenuhi kebutuhan berdasarkan
dorongan-dorongan id tersebut. Oleh sebab itu, manusia perlu menilai apakah cara dan
perwujudan pemenuhan dorongan id sesuai dengan nilai-nilai baik etika, logika, maupun
estetika. Untuk menilai hal tersebut diperlukan aspek penghubung antara dorongan id dengan
dunia luar, antara batin dengan dunia fisik.Sistem penghubung tersebut adalah tugas yang
harus dijalankan oleh aspek ego.Aspek ego adalah aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara timbal balik dengan dunia kenyataan atau
realita.Melalui kemampuan aspek ego, manusia dapat membedakan suatu yang ada di dalam
batin dengan suatu yang ada diluar yang merupakan dunia objektif dan realitas. Aspek ini
dalam menjalankan fungsinya, berpegang pada prinsip kenyataan dan beraksi dengan proses
sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencari objek yang tepat untuk meredupsikan
tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder itu adalah proses berpikir realitas
untuk merumuskan suatu rencana guna pemuasan kebutuhan dan mengujinya untuk
mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak. Aspek ego dipandang sebagai aspek
spekulatif kepribadian, karena aspek ini mengontrol jalan yang ditempuh, memilih
kebutuhan-kebutuhan yang dipenuhi serta bagaimana cara-cara memenuhinya, dan memilih
objek-objek yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.Dalam menjalankan fungsinya, aspek
ini seringkali harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara id dengan superego
dapat kenyataan di dunia luar, tetapi bukan untuk merintangi.Persatuan pertentangan tersebut
dimaksudkan untuk mengusahakan bagaimana penyaluran kebutuhan id dan tuntunan
superego.Peran utama aspek ego adalah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan
instinktif dengan keadaan lingkungan demi kepentingan terwujudnya suatu organisme psikis
dan non psikis yang relevan.
c. Aspek Superego
Fungsi aspek superego adalah menentukan apakah sesuatu itu benar apa salah, pantas atau
tidak. Maksud dari sesuatu adalah merupakan konsep-konsep, pikiran-pikiran, dan norma-
norma.Superego dianggap aspek moral kepribadian moral yang mengandung dua hal, yaitu
conscientia dan ego ideal.Conscientia merupakan mekanisme yang bekerja untuk
memberikan hukuman, yaitu rasa berdosa, sedangkan ego ideal merupakan mekanisme yang
bekerja dengan maksud memberikan hadiah dengan rasa bangga senang terhadap dirinya.
Dalam hubungan dengan kedua aspek kepribadian, yaitu id, ego, dan superego berfungsi
untuk, (1) merintangi impuls-impuls (Rangsangan atau gerakan hati yang timbul dengan tiba-
tiba untuk melakukan suatu tanpa pertimbangan dorongan hati) id, terutama pada impuls-
impuls seksual dan agresif yang dalam perwujudan sering bertentangan dengan norma sosial
yang dianut oleh masyarakat, (2) mendorong egountuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas
dari pada realitas, dan (3) mengejar kesempurnaan, jadi superego cenderung menentang id
dan ego membuat dunia menurut konsupsi yang ideal. Konflik batin yang dialami tokoh
utama pada naskah drama Senja di Taman karya Iwan Siamtupang ini, sama sekali tidak
mementingkan dirinya sendiri demi kesenangannya sesaat. Yang ada hanya dialog-dialog diri
pribadi yang berusaha mengungkapkan pertentangan batin yang dirasakannya.Pengarang
sepertinya ingin mengungkapkan tokoh dari sisi dirinya yang pernah masuk rumah sakit jiwa
karena penyakitnya, sebagai seorang bapak, sebagai seorang suami, sebagai seorang teman
dan pecinta kucing atau hewan peliharaannya.Sisi dimana kadang-kadang seseorang tidak
mampu melawan instinknya sendiri untuk diakui secara individu.
Secara umum, tokoh utama pada naskah drama senja di taman, adalah seseorang yang
cenderung pada posisi dimana ia adalah individu yang sudah tua dan berusaha hidup mandiri
sebagai orang tua yang telah terbuang. Namun setelah diteliti, OT tetap manusia biasa yang
tidak mampu sepenuhnya melepaskan diri dari aspek yaitu individu dan sosial.Hanya saja
pada kondisi tertentu satu aspek lebih dominan dalam mengambil keputusan.ia tidak akan
bisa sama sekali melepaskan diri sepenuhnya dari paduan kedua aspek itu. Wujud hal
tersebut akan tampak dari timbulnya rasa bersalah atau timbulnya kesadaran akan perbuatan
yang dilakukannya.
Sebagai orang tua, OT dalam naskah drama Senja di Taman karya Iwan Simatupang,
memiliki keinginan yang kuat untuk menemukan seekor kucing yang telah hilang atau hewan
peliharaannya yang telah hilaang yang merupakan hewan kesayangannya.Ego yang tetap a
tunjukkan ketika ia ingin menemukan seekor kucing yang ia miliki dan hilang dan berusaha
untuk mencarinya. Ego yang dimilki oleh OT untuk berusaha dengan berbagai cara
menemukan hewan peliharaannya itumembuat dia selalu bertahan dan tidak mau pulang
kerumah, sebelum ia menemukan kucing atau hewan peliharanya itu. Namun dalam
mencapai keinginannya tersebut OT cenderung menggunankan aspek superegonya.
Instinknya yang didorong oleh aspek id sebagai pecinta hewan peliharaan yang terlalu
berlebihan, menggerakkan hatinya untuk berusaha sekuat mungkin dalam menacari kucing
tersebut.Aspek superego didirinya masih mengingatkannya kepada istri pertamanya yang
begitu sayang kepadanya, OT menepis kalau semua itu tidak ada gunanya karena istrinya
tersebut telah meningggal dunia dan tidak mungki kembali lagi.Dengan kucing
kesayangannya itu OT menemukan kembali pengertian dan perhatian dari seekor kucingnya
tersebut. Karena ia merasa hanya seekor kucing kesayangannya itu yang bisa mengerti dia.
Sebagai seorang ayah, OT tidak bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Sehingga pada
saat dia susah tidak ada seorang anaknya yang bisa mengerti dia dan memperhatikannya. Ego
berperan ketika OT lebih memilih diam dari pada menuntut kepadaanaknya untuk
diperhatikan.Superego muncul ketikta OT memilih mencari kucing atau hewan peliharaannya
untuk menemaninya tanpa membuat orang susah.
Sebagai seorang suami seharusnya OT dihargai dan dirawat oleh istrinya.Karena sebagai
seorang suami adalah hal yang paling tinggi jabatanya di dalam keluarga. Suami merupakan
kepala rumah tangga yang akan memimpin keluarganya dengan baik. Tetapi keadaan OT
lebih buruk dari suami-suami lainnya.Ketika istrinya meninggal dunia dan mempunyai
delapan orang anak, OT menikah lagi, dalam pernikahannya itu, iia tidak memiliki
anak.Tujuan OT menikah lagi adalah agar dia tidak kesepian ketika istri pertamanya
meninggal. Tetapi ia salah dalam mengambilkeputusan. Ia menikahi seorang perempuan
yang hanya ingin memiliki hartanya saja, setelah harta OT berhasil ia miliki istri keduanya
tersebut menikah lagi dengan pria yang lebih muda darinya. Sehingga dia hidup sendiri dan
melakukan semuanya sendiri.Dalam masalah ini aspek Ego dan superego lebih berperan.
Aspek ego yang berperan ketika OT tidak terlalu menuntut istri keduanya untuk merawatnya.
Kerena istri keduanya telah memilki suami lagi dan istrinya itu, lebih menfokuskan merawat
dan memperhatiakn suami keduanya dari pada ia. OT lebih lebih baik mengurung diri
disebuah gudang yang telah ditepatinya ketika istri keduanya telah menguasai semua
hartanya dan ia tidak memilki apa-apa. Prilaku ini menunjukkan OT mengeluarkan aspek
superego.
Seorang laki-laki yang sudah tua, ia tidak tau apa yang harusia lakukan kecuali ia pasrah
dengan semua keadaan yang akan dia jalani. Apalagi tidak seorangpun anggota keluarganya
yang perhatian dan peduli dengannya.OT merupakan lelaki tua yang hidup tanpa adanya
keluarga yang peduli dengannya.Dengan keadaan yang seperti itu OT memelihara seekor
kucing yang merupakan yang bisa menemaninya dan merasa mempunyai keluarga.
Pada saat kucingnya hilang OT mencari keseluruh tempat untuk menemukan kucingnya itu.
Di perjalanan ia menemukan orang yang tidak dikenalnya disebuah taman. Ia berbincang-
bincang dan bercerita tentang kehidupannya kepada orang yang dikenalnya itu dan
menganggap orang itu telah menjadi temannya. Setelah ia bercerita semua keadaannya yang
menimpanya, ia mendapatkan semua saran dari temannya yang tadi ia bersikeras tidak mau
pulang sebelum ia menemukan kucingnya untuk menemaninya di rumah. Akhinya pulang
dengan hati yang tenang sambil meratapi kucing tersebut.
Aspek id yang ia tunjukkan kepada temannya itu, ketika ia tidak mau pulang ke rumah tanpa
seekor kucing. dan aspek ego yang muncul setelah dia mendengar dan memahami kata
temannya dan pulang dengan berangsur-angsur melepaskan beban dalam hidupnya.
e. Jurnal 5
Judul jurnal 5 ini adalah “Unsur Pembangun Naskah Drama Gentayu Ulak’’ Karya Rusmana
Dewi oleh Agung Nugroho.Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia Stkip-Pgri
Lubuklinggau Agung.Nugroho12354@Gmail.Com. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dalam sudut pandang penelitian
kepustakaan.Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini, penulis mendeskripsikan
data yang dianalisis berupa unsur-unsur intrinsik naskah drama Cerita Rakyat Musi Rawas
“Gentayu Ulak Dalam”.Sesuai dengan kenyataan yang ditemukan dalam penelitian.
Dikatakan deskriptif kualitatif karena dalam menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan
antara yang satu dengan yang lain, penulis menggunakan kata-kata atau kalimat bukan
angka-angka statistik dengan mengacu pada struktur yang benar serta menggunakan
pemahaman yang mendalam. Jenis penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan menganalisis
naskah drama Cerita Rakyat Musi Rawas “Gentayu Ulak Dalam”. Tema mayor dari naskah
drama ini yakni dari kisah Gentayu Ulak Dalam ini adalah kisah seorang ayah dari kepala
suatu suku yang bernama Ulak Dalam yang merahasiakan keberadaan ibu kandung dari
anaknya, yang mana ibunya berasal dari suku lain yaitu dari daerah bukit batu yang
ditanamkan nenek moyang tidak boleh menikah dari suku dari bukit batu tersebut, dan
apabila anak tersebut mengetahui rahasia itu maka nenek moyangnya marah besar. Tema
minor dari naskah drama ini, diantaranya sebagai berikut.Kepercayaan tentang ritual-ritual
dan mantra-mantra untuk menghilangkan roh-roh jahat. Seorang anak yang terlahir dari
seseorang suku lain yang diharamkan nenek moyang dari suku ayahnya.
Berdasarkan penjelasan di atas tergambar begitu jelas isi dari naskah drama cerita rakyat
Musi Rawas “Gentayu Ulak Dalam” bahwa kehidupan masyarakat Musi Rawas pada masa
itu belum mengenal agama akan tetapi memiliki kepercayaan terhadap roh nenek moyang
Animisme dimana dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dampak dari kepercayaan ini
memberikan sumbangan konflik yang luar biasa dalam cerita “Gentayu Ulak Dalam” ini.
Dimana tokoh mengalamai gesekan karena ingin memegang kepercayaan agar terhindar dari
bencana dan bahaya, akan tetapi justru memberikan hal buruk yang tidak pernah disangka
dari masing-masing tokoh. Berdasarkan tema, alur, seting, tokoh, konflik dan unsur lainya
naskah drama ini sudah memenuhi kriteria naskah drama yang baik hal ini dapat dilihat dari
terpenuhinya struktur yang membentuk karya sastra ini.Selain itu nakah drama “Gentayu
Ulak Dalam” ini penuh dengan ajaran moral dan sosial yang perlu diketahui oleh
pembaca.Cerita yang penuh konflik dan dramatis.Bagi peneliti lanjutan untuk melanjutkan
penelitian naskah drama ini dari ekstrinsiknya agar naskah drama ini dapat tergali secara
keseluruhan.
f. Jurnal 6
Judul jurnal 6 ini adalah “Kajian Psikologi Sastra Naskah Drama Senja Dengan Dua
Kelelawar’’Karya Kridjomulyo dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Apresiasi Drama Di
Sekolah Menengah Atas Akbar Bagus Wicaksono, Ani Rakhmawati, Raheni Suhita
Universitas Sebelas Maret. Surel :Akbar.Guswicak@Student.Uns.Ac.Id. Penelitian ini
dilaksanakan selama enam bulan, yaitu pada bulan Januari--Juni 2018.Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai tetang potret kondisi
tentang apa yang sebenarnya terjadi (Sutopo, 2002:111). Data sebagai objek kajian yang
penting dalam penelitian.Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Pada Penelitian ini,
sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2013:
129).sumber data primer dalam penelitian ini adalah naskah drama “Senja Dengan Dua
Kelelawar” karya Kridjomulyo. Data penelitian ini adalah percakapan atau dialog tokoh satu
dengan tokoh lain, kondisi sosial dan fisik tokoh utama, kalimat dalam bentuk ungkapan, dan
tingkah laku tokoh yang menunjukkan adanya konflik batin pada tokoh. Sumber data tersebut
akan menghasilkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yakni data berupa konflik batin
para tokoh naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo serta data berupa
penjelasan terkait dengan relevansi dalam pembelajaran apresiasi drama. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling atau teknik pengambilan data yang berdasarkan
pada tujuan tertentu.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan analisis dokumen dan wawancara.Uji validitas data yang digunakan adalah
trianggulasi metode dan trianggulasi sumber data.Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model interaktif (Miles dan Huberman, 1993: 20).
Hasil penelitian memaparkan hasil kajian, yakni : (1) deskripsi naskah drama Senja Dengan
Dua Kelelawar karya Kridjomulyo, (2) kajian perwatakan para tokoh dalam naskah Senja
Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo, (3) kajian konflik batin para tokoh dalam Senja
Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo, dan (4) relevansi Senja Dengan Dua Kelelawar
karya Kridjomulyo sebagai bahan ajar apresiasi drama pada sekolah menengah atas. Lebih
jelasnya deskripsi hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut.
Perwatakan para tokoh dalam naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya
Kridjomulyo
Tokoh dalam karya fiksi merupakan bentuk cerminan dari tindakan manusia dalam kehidupan
nyata.Setiap tokoh mempunyai perbedaan yang mendukung aktivitas pemeranan dalam karya
tersebut, sehingga sangat mungkin masing-masing tokoh mempunyai sifat dan watak yang
berbeda. Hal ini diperlukan untuk membangun jalannya cerita, melalui sifat dan watak yang
berbeda akan memberikan peluang pada pengarang untuk memunculkan konflik dan
perseteruan yang berasal dari interaksi tokoh. Pengarang memunculkan karakter tokohmelalui
dua cara, yakni teknik yang digunakan oleh pengarang dalam menampilkan tokoh dalam suatu
cerita yaitu teknik ekspositoris (analitik) dan teknik dramatik. Perwatakan yang dimiliki oleh
tokoh sangat berpeluang untuk dikaji. Adapun pengkajian perwatakan yang didasarkan pada
dimensi tokoh, Waluyo (2011 : 21) menjelaskan bahwa watak para tokoh dalam fiksi
digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi psikis (kejiwaan) yang berkaitan dengan
kondisi psikologis, sifat dan watak tokoh; dimensi fisik (jasmaniah) meliputi umur, ciri fisik,
dan sebagainya; dan dimensi sosiologis (sosial masyarakat) meliputi latar belakang kekayaan,
pangkat, dan jabatan. Penelitian dikonferensikan oleh Goken Aras pada tahun 2014 dalam 3rd
World Conference on Psychology and Sociology, mempresentasikan penelitiannya yang
berjudul Personality and Individual Differences: Literature in Psychology,Psychology in
Literature menemukan hubungan yang kuat antara sastra dan psikologi. There is a very strong
correlation between literature and psychology for the fact that both of them deal with human
beings and their reactions, perceptions of the world, miseries, wishes, desires, fears, conflicts
and reconciliations; individual and social concerns, by means of varied concepts, methods,
and approaches.
Tokoh dengan berbagai macam sifat dan watak dapat dipelajari dan diambil sisi
positifnya.Sebagai karya fiksi yang menjadi replikasi dari kehidupan, naskah drama Senja
Dengan Dua Kelelawar mempunyai nilai humanism yang bisa diteladani melalui pemeranan
dari masing-masing tokoh.Cerita dalam Senja Dengan Dua Kelelawar mampu membuka
kacamata masyarakat terhadap realita lingkungan yang mempunyai dinamika kehidupan
beranekaragam. Perwatakan masing-masing tokoh dalam naskah drama Senja Dengan Dua
Kelelawar karya Kridjomulyo mempunyai perbedaan, yaitu (1) Ismiyati mempunyai sifat
yang keras kepala dengan keinginannya, berani berkorban demi orang yag dicintai, tidak
berpikir panjang dalam mengambil keputusan; (2) Suwarto mempunyai sifat penyayang
kepada istrinya, menjunjung tinggi kehormatan dan harga diri, baik hati, dan memiliki
kemauan yang kuat , meski demikian Suwarto bukan tokoh yang suka dinasihati; (3)
Mardikun memunyai watak yang dewasa, suka memberikan nasehat, sangat baik hati dan
dermawan; (4) Mursiwi merupakan aktor yang berseberangan dengan tokoh utama, Mursiwi
mempunyai watak yang curang, selalu pamer hingga membuat orang lain merasa iri dan yang
palin mencolok adalah sifat materrialistis yang dimilikinya; (5) Marsudi merupakan tokoh
yang turut membangun, sebagai ayah dari Ismiyati, Marsudi sangat mencintai keluarganya,
menjunjung nilai dan budaya keluarga serta selalu mencurahkan perhatian pada anaknya, (6)
Tomokaryo adalah tokoh pendukung yang hadir dengan watak humoris, sangat mencintai
keluarga, mempunyai solidaritas dan rasa sosial yang tinggi; (7) Siswoyo merupakan tokoh
yang berperan sebagai pegawai di stasiun KA, watak yang dimiliki Siswoyo hampir sama
dengan Tomokaryo, Siswoyo mempunyai rasa kepedulian yang tinggi, sifat humoris dan
solidaritas kepada rekan kerjanya; dan (8) Sulaimanadalah tokoh yang sangat sedikit
adegannya namun sangat menentukan dalam penyeleseian konflik yang dibangun oleh
pengarang, dalam drama Sulaiman berperan sebagai calon suami Mursiwi yang ternyata oleh
Mursiwi hanya dibohongi belaka maka sifat dendam dan amarah sangat terlihat dari adegan
yang diperankan dalam drama.
Beberapa tokoh dengan watak yang berbeda dalam naskah drama Senja Dengan Dua
Kelelawar karya Kridjomulyo menjadi daya tarik bagi siswa untuk memahami lebih
mendalam karakter yang dibangun pengarang dalam naskah tersebut. Hal tersebut akan
membantu siswa dalam memainkan peran dan mengadaptasi naskah drama tanpa
menghilangkan unsur keaslian, nilai kehidupan dan pesan yang ada di dalam naskah drama.
Konflik batin para tokoh dalam naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya
Kridjomulyo
Konflik dalam drama berfungsi untuk menumbuhkan pengenalan nilai atau pesan dan bahkan
bisa pada tahap karya sastra tersebut mampu membentuk sebuah replikasi kehidupan manusia
yang pada umumnya akan menemui konflik-konflik kehidupan. Sejalan dengan pendapat
Waluyo (2003: 7) dasar teks drama adalah konflik manusia yang digali kehidupannya.
Prinsip teori kepribadian Freud yang mengelompokkan kontruksi kepribadian menjadi tiga
macam, yaitu id, ego, dan superego.Id : bahwa Id merupakan energi psikis dan naluri yang
menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan : makan, seks,
menolak rasa sakit dan tidak nyaman. Id pada dasarnya berkerja dan berada di bawah alam
sadar.Semua kebutuhan yang berkaitan dengan kesenangan, seperti menjauh dari
ketidaknyamannan dan mencari-cari kesenangan yang bisa memuaskan.Ego :Ego (terletak di
antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntunan
pulsi dan larangan superego (Minderop, 2016: 21).
Ego merupakan bagian pikiran yang mampu mewakili alam bawah sadar, hal ini menjadikan
Ego sebagai pendamping Id yang akan menghubungkan dengan realitas. Super Ego :
Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian tak sadar) bertugas
mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna
pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua,
sehingga akan menghasilkan pemahaman terhadap pantas atau tidak tindakan pemuas id yang
diputuskan oleh ego.
Konflik batin yang ditelaah menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud sangat kuat dan
solutif dalam memberikan kemudahan dalam rangka penafsiran terhadap makna yang terdapat
konflik tersebut. Rezaei dan Seyyedrezaei dalam 3rd World Conference on Psychology,
Counselling and Guidance (WCPCG- 2012) melalui jurnalnya yang berjudul The
Contribution of Psychological Theories in Literary Criticism menyampaikan tentang peran
psikoanalisis yang disebutnya sebagai bentuk teori kritik baru dalam sastra, mempunyai andil
yang besar dalam memberikan jalan pikir yang tepat untuk menafsirkan konflik batin dalam
karya sastra.
"New Criticism" provides readers with a formula for arriving at the correct interpretation of
a text using- for the most part- only the text itself. This approach gives both beginning
students of literature and academicians a seemingly objective approach for discovering a
text's meaning. So any intelligent reader can uncover a text's hitherto- so called "hidden
meaning" within a text.
Konflik batin yang beragam terjadi pada para tokoh dalam naskah drama Senja Dengan Dua
Kelelawar karya Kridjomulyo, yakni 1) Marsudi dengan kesepian yang dialami, 2) Marsudi
berkeinginan untuk menikahkan Ismiyatii tapi belum tercapai, 3) Ismiyati dilema harus
menuruti Marsudi atau pendiriannya sendiri, 4) Ismiyati merasa cemburu dan dendam kepada
Mursiwi, 5) Ismiyati menderita atas tuduhan Marsudi, sebagai dalang pembunuhan Mursiwi,
6) Marsudi mengalami kecemasan dalam pikirannya dan menyangka bahwa Ismiyati adalah
pembunuh Mursiwi, 7) Ismiyati ingin hadir dalam kehidupan Suwarto, 8) Suwarto
menghadapi kematian Mursiwi dengan penuh dendam, 9) Suwarto dilemma untuk
menghukum pengakuan Ismiyati, dan 10) Sulaiman yang dendam karena dibohongi oleh
Mursiwi.
Konflik batin yang dialami oleh tokoh dalam naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar
karya Kridjomulyo mempunyai sisi humanism yang sangat baik untuk dimengerti dan
ditumbuhkan dalam diri masyarakat. Terlihat dari Ismiyati dengan
keteguhan hatinya dalam memperjuangkan cita dan cintanya, Suwarto dengan ketegasan
pribadi dalam menghadapi kenyataan hidup yang pahit karena istrinya tercinta meninggal di
umur yang muda, kesabaran mardikun dalam memberikan nasehat kepada Suwarto, dan
Marsudi sebagai seorang bapak sangat menjaga dan menjunjung tinggi nilai dalam mendidik
keluarganya.
Penjelasan terkait tokoh dengan karakter yang dibangun oleh pengarang mempunyai dimensi
yang sangat relevan dengan dunia remaja, khususnya siswa dengan rentang umur 14--17
tahun.Pada umur tersebut, remaja sudah mengenal dengan dunia abstrak yang penuh dengan
subjektifitas yang membangun, sehingga perlu adanya penguatan dalam bertindak secara
benar dan terarah dengan baik. Naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya
Kridjomulyo yang diberikan kepada remaja akan memberikan stimulus pada pembentukan
serta pengutan id, ego dan superego dalam menetukan sikap saat pengambilan keputusan. Hal
ini sangat penting dilakukan agar remaja atau siswa dengan umu 14--17 tahun mempunyai
gambaran jauh ke depan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Relevansi Naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar Karya Kridjomulyo sebagai Bahan
Ajar Apresiasi Drama pada Sekolah Menengah Atas
Pembelajaran apresiasi sastra khusunya drama membutuhkan bahan ajar yang mampu
menubuhkembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa. Tiga hal tersebut berbeda,
namun mempunyai peran yang saling berkaitan dalam proses belajar. Menghadirkan sastra
dalam pendidikan dan pembelajaran bukan tanpa tujuan, karena melalui pembelajaran sastra
maka siswa akan mendapatkan pengalaman membaca yang berpengaruh pada kognitif,
psikomotor dan afektif pada siswa. Karya sastra seperti halnya naskah drama yang digunakan
sebagai bahan ajar diharapkan mampu memberikan sikap positif kepada siswa.
Bahan ajar sebagai produk yang dihasilkan oleh guru dari sebuah rencana pembelajaran yang
telah disusun. Pada dasarnya, semua buku atau naskah dapat digunakan sebagai bahan belajar
bagi siswa, namun perlu adanya pembedaan bahan ajar dari buku lainnya yakni dalam
penyusunannya karena bahan ajar disusun berdasarkan atas kebutuhan pembelajaran yang
dibutuhkan siswa, terkait
dengan materi yang perlu dikuasai siswa dengan baik. Permendikbud nomor 8 tahun 2016
menjelaskan bahwa materi pengetahuan yang diinformasikan melalui Buku Teks Pelajaran
dan Buku Non Teks Pelajaran sangat penting. Naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar
karya Kridjomulyo termasuk dalam buku non teks pelajaran, karena naskah drama dapat
digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi drama sedang pada dasarnya
naskah drama dibuat bukan bertujuan untuk pelajaran namun untuk kepentingan pementasan
drama sebagai karya pementasan yang berasal dari karya sastra.
Sejalan dengan hal tersebut Koesnandar (2008) mengategorikan beberapa jenis bahan ajar
berdasarkan subjeknya yang terdiri dari dua jenis antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja
dirancang untuk belajar, seperti buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang tidak
dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau
berita. Secara teoretis tersebut, naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya
Kridjomulyo termasuk pada bahan yang tidak dirangcang namun dapat dimanfaatkan
Kesesuaian dalam kompetensi dasar bahasa Indonesia Kelas XI yang memuat tentang
pembelajaran apresiasi drama adalah adanya kompetensi dasar dalam hal :
1) mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik, 2) menganalisis isi dan
kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton, 3) mempertunjukkan salah satu tokoh dalam
drama yang dibaca atau ditonton secara lisan, dan 4) mendemonstrasikan sebuah naskah
drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan.
Relevansi naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo sebagai bahan ajar
juga didasarkan pada teori yang disampaikan oleh Rahmanto (1988: 27) bahwa pemilihan
bahan pengajaran sastra juga harus mempertimbangkan tiga aspek penting, yaitu sudut bahasa,
segi kematangan jiwa (psikologi), dan sudut latar belakang kebudayaan siswa. Naskah drama
Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo dari hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan kesesuai tingkat pemahaman bahasa pada siswa kelas XI, kematangan psikologi
atau kejiwaan siswa dalam menerima cerita yang
mengandung konflik batin, serta kesesuaian atau kedekatan budaya yang dalam naskah drama
dengan kehidupan keseharian dari siswa.
Cerita yang disampaikan dalam naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya
Kridjomulyo juga sesuai teori tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst
sebagaimana dikutip Gunarsa (2001: 39).Teori tugas perkembangan remaja pada tingkat SMA
sudah seharusnya mengenal beberapa tanggung jawab atas perkembangan yang ada di dalam
diri baik berkaitan dengan diri maupun lingkungan.
Kesesuaian dalam beberapa hal, yakni (1) belajar memiliki peranan sosial dengan teman
sebaya, baik teman sejenis maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-masing,
(2) mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan
bermasyarakat, (3) mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam
bidang ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi, (4) memahami dan mampu bertingkah
laku yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku, dan (5) memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri untuk
berkeluarga.
Hal ini diperkuat dengan beberapa pendapat informan yang ikut menanggapi naskah drama
Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo. Endang Maryanti, S.Pd., guru Bahasa
Indonesia SMA, berpendapat bahwa naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya
Kridjomulyo adalah naskah drama yang bagus karena mengandung curahan hati seorang
manusia dan mengajarkan untuk jujur pada diri sendiri. Beliau juga menyampaikan bahwa
naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo sangat cocok untuk
digunakan sebagai bahan ajar apresiasi drama pada anak SMA kelas XI agar siswa juga
memahami dan yang di masa mendatang nilai kemanusiaan yang terdapat dalam naskah bisa
menjadi bekal sikap bagi siswa. Selain itu naska drama tersebut jua menggunakan bahasa
cukup bagusyang mudah dipahami untuk anak seusia SMA kelas XI. Kecocokan kejiwaan dan
latar belakang budaya dalam naskah drama dengan dunia anak serta pembelajaran sekarang,
masih relevan seperti menghormati orang tua, pengorbanan kepada orang, membantu orang
yang susah.
Sumiyati, S.Pd., guru Bahasa Indonesia SMA, berpendapat bahwa naskah drama Senja
Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo cocok untuk dijadikan sebagai bahan ajar karena
bahasa yang ringan untuk siswa SMA, di dalamnya juga mengandung nilai didik yang perlu
dipahami oleh siswa seperti jujur pada diri sendiri, perjuangan terhadap cita-cita. Ada juga
nilai sosial yang terkandung, seperti membantu sesama, rasa empati, saling menyapa.Bahasa
mudah dipahami oleh siswa bisa mengena pesan yang disampaikan.Dari jalan cerita yang
sudah mengenal percintaan dan memperjuangkan mimpi yang anak SMA juga sudah
mengenal.Selain itu, budaya masyarakat maupun lingkungan yang dekat dengan kehidupan
siswa sehingga membuat ketertarikan tersendiri bagi naskah itu.
Selvia Putri Kumalasari, M.Pd., guru Bahasa Indonesia SMA, menyatakan pendapatnya
bahwa naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo mempunyai
kecenderungan untuk diminati oleh remaja. Karena dalam naskah drama tersebut mempunyai
alur cerita yang sangat menarik bagi remaja, yaitu perjuangan untuk cinta.Meski cerita bisa
dikatakan agak rumit, namun cukup bisa dimengerti oleh siswa SMA.Selain itu, ketertarikan
dan berikut keindahan dalam naskah tersebut adalah konflik yang dimunculkan oleh
pengarang sangat unik.Ditunjang dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan
budaya yang dekat dengan siswa seperti percintaan, keluarga dan masyarakat. Secara
psikologi naskah drama tersebut konflik yang digunakan juga masih dalam koridor yang
masih bisa diterima oleh kejiwaan anak usia SMA sekarang.
Dian Permata Sari, S.Pd., guru Bahasa Indonesia SMA, menyatakan pendapatnya bahwa
naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo bisa membangun kedekatan
dengan siswa di SMA seperti perihal soal perasaan apalagi ada unsur pengorbanan dalam
percintaan itu masih relevan, bagi remaja sekarang pun itu sudah bukan hal yang baru dikenal.
Selain itu, secara bahasa drama dengan sastra yang cukup bagus dari setiap peristiwa. Nilai
kehidupan yang perlu dimengerti oleh siswa juga disampaikan dalam naskah tersebut, seperti
toleransi antar tokoh, memaafkan kesalahan orang lain,
memperhatikan lingkungan sosial yang secara tidak langsung menjadi nilai positif tersendiri
dari naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo.
Secara bahasa, naskah drama tersebut sudah layak untuk dikonsumsi oleh siswa SMA.Karena
tidak menggunakan bahasa yang berlebihan sehingga siswa mudah dalam memahami pesan
dan amanat yang disampaikan pengarang lewat karya tersebut.Selain itu, secara
perkembangan psikologi siswa juga masih relevan untuk disajikan dalam pembelajaran
apresiasi drama.Karena naskah drama tersebut mengangkat permasalahan yang relatif masih
bisa diterima oleh siswa, yakni masalah keluarga, percintaan, dan masyarakat yang mestinya
harus dimengerti oleh siswa.Begitu pula, dari segi latar budaya dalam drama tersebut yang
masih dekat dengan kehidupan remaja sekarang.
Penjelasan dan pemaparan hasil kajian psikologi sastra naskah drama Senja Dengan Dua
Kelelawar karya Kridjomulyo menunjukan bahwa naskah drama Senja Dengan Dua
Kelelawar karya Kridjomulyo relevan untuk dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi drama di
tingkah sekolah menengah atas.
SUMBER DATA
http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/article/view/2175
https://media.neliti.com/media/publications/119437-ID-resepsi-sastra-naskah-drama-kau-
tunggu-s.pdf
https://www.kompasiana.com/santuso/54f8cc4ba33311b80b8b48c2/analisis-struktural-naskah-
drama-orangorang-yang-bergegas-karya-puthut-ea
https://eprints.uny.ac.id/37015/1/SKRIPSI_Zizin%20Nurulngaeny_10204244008.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/119074-ID-analisis-semiotika-teks-drama-kau-
tunggu.pdf
https://www.researchgate.net/publication/337563696_Naskah_Drama_Hutbah_Munggaran_di_
Pajajaran_Karya_Yus_Rusyana_Kajian_Struktural_dan_Semiotik