Anda di halaman 1dari 8

BULAN EMAS DI JENDELA KAKEK

Karya: H. Adjim Arijadi

Dramatic Personal:
- Kakek
- Badrun
- Aminah
- Rusmini
- Jonah

Interior rumah angker, peralatan serba antic, sepasang meja tamu, sofa dan jam
dinding tersandar di sudut ruangan.

Badrun : Sudah saatnya kita bunuh kakek.

Rusmini : Kakek dengan hartanya itu, bila dia mati pasti disiksa oleh ular-
ular berbisa. Tapi bagaimana dengan Aminah?

Badrun : Kita bertiga adalah cucu-cucunya kakek. Tapi Aminah satu-


satunya cucu kesayangan kakek. Aku akan membereskannya.

Rusmini : Dan Jonah?

Badrun : Jonah juga kesayangan kakek, meskipun cuma babu.

Rusmini : Aminah sudah kembali, hati-hatilah.

Aminah : (masuk) Semua pedagang sungguh gila. Gila semua.

Badrun : Ada apa Aminah?

Aminah : Aku akan berhenti sekolah. Kitab-kitab agama harganya selangit.

Badrun : Kakek kita seorang yang kaya raya.

Aminah : Percuma, siang malam kakek tidur di atas peti emasnya. Hhm
kalau kakek mati, timbunan-timbunan hartanya juga tidak akan dia bawa masuk
liang kubur.
Rusmini : Kalau kakek mati aku harus punya menara kebesaran. Dari atas
menara akan aku lihat wajah dunia.

Badrun : Kapan kakek mati?

Aminah : Kakek sudah tua, sebentar lagi.

Kakek : (tiba-tiba keluar dengan handuk dilehernya dan ember ditangan,


melintas acuh)

Aminah : Hendak kemana kek?

Kakek : Apa? (sambil menguping)

Aminah : Kakek mau kemana kataku.

Kakek : O, mau berolahraga, kemudian berenang di sumur (semuanya


terglitik oleh kelucuan dan tertawa geli)
Kenapa? Apa yang kalian tertawakan?

Aminah : Tidak apa-apa kek, saya cuma ketawa karena.......

Kakek : Karena aku tuli. Begitu?

Aminah : Tidak kek.

Kakek : Kupingku bersih, mataku jernih. Kemari kau Aminah (kakeh


menjewer Aminah dan menyeretnya ke tengah). Ayo ucapkan sekali lagi.

Aminah : Begini kek, lepaskan dulu telingaku kek! Aku bilang kakek orang
tua yang gagah, semua suara orang terdengar nyaring.

Kakek : Mata, mata.

Aminah : Dan mata, tentu saja mata keranjang.

Kakek : Bagus. He he he.......Siapa orang itu Aminah (melihat kepada


Badrun)

Aminah : Badrun kek


Kakek : Badrun yang mana?

Aminah : Badrun cucu kakek yang paling tua.

Kakek : Badrun yang di hutan itu.

Aminah : Ya. Kakak saya datang sudah sejak tadi pagi kek.

Kakek : Badrun perampok itu?

Aminah : Cucu kakek.

Kakek : Di meja itu, secangkir teh bukan?

Aminah : Benar kek.

Kakek : Jonah..... Jonah.... (memanggil)

Jonah : Ada apa kek

Kakek : Apa kau yang memberi bajingan itu teh?

Jonah : (takut) Iya, tapi tapi tidak pakai gula kek.

Kakek : Tarik kembali, bawa masuk teh itu. (Badrun memberi isyarat,
Jonah menurut dan masuk membawa cangkir teh). Hey Aminah! Pagi tadi kau ke
pasar bukan? Dan ku beri uang untuk beli buku Tarih Nabi. Mana buku itu?

Aminah : Uangnya tidak cukup kek.

Kakek : Apa?

Aminah : Nih.........(melemparkannya kakek terbungkuk-bungkuk


memungutnya)

Kakek : He he he nasib baik. Benarkah uang ini seribu rupiah?

Aminah : Lantas kakek maunya berapa?


Kakek : Badrun, Rusmini. Benarkah ini seribu rupiah? (Badrun dan
rusmini mendekat dengan mata mencurigakan) Tidak. Kalian jangan mendekat.
Aku tahu kalian ingin merampoknya. (Kemudian kakek berjalan menuju ke
dalam)

Aminah : Orang tua semangka. Kapan kakek itu mati

Badrun : Umur kakek ada diujung tanduk belatiku

Aminah : Jangan, bagaimana juga dia kakek kita yang baik.

Badrun : Si tua bangka itu kau anggap baik?

Kakek : (muncul dengan teko berisi susu beserta dua buah gelas).
Nah.... kebetulan sekali. Di dalam teko ini telah kubuat air susu
yang kental dan lezat untuk kalian. Air susu ini adalah air kehidupan yang
panjang.

Badrun : Aku sudah katakan, seteguk saja air yang datang dari keringat
kakek, tidak akan aku minum. Sekarang aku permisi pulang.

Kakek : Sebentar. Baiklah kusingkat saja awal dari pesta kita hari ini.
Kemari kau Jonah.... Rumah ini beserta isinya dan seluruh hartaku aku serahkan
kepadamu.

Aminah : Apa artinya ini?

Badrun : Artinya seluruh warisan kakek jatuh ke tangan Jonah.

Aminah : Aku tidak terima, tidak bisa begitu caranya. Aku tidak terima.
Aku sudah lindungi kakek dari pembunuhan.

Kakek : Pembunuhan? Nah... Jonah terimalah kunci ini. Surat warisan


sudah kubuat atas nama dirimu.

Rusmini : Badrun, kalau begitu rencana kita sudah tidak ada gunanya.

Badrun : Ayo, kita pergi sekarang kek. (Badrun dan Rusmini keluar)
Kakek : Tapi kalian harus minum susu ini dulu. Aminah, kalau mereka
kembali, ajaklah minum bersama.

Aminah : Baik kek.

**

Rusmini : Kau tidak menengok kakek?

Aminah : Apapun yang dilakukan kakek di kamarnya mana pernah aku


berani mengganggunya.

Rusmini : Hanya Jonah satu-satunya kepercayaan kakek.

Jonah : Saya cuma babu di rumah ini. Maafkan saya. (pergi)

Aminah : Dia ingin menguasai harta kekayaan kakek.

Rusmini : Prosedur hukum memang demikian.

Badrun : Aminah, cepat kau panggil Jonah.

Aminah : (memanggil Jonah dan kembali dengan tergesa-gesa) Lihat, di


kamar. Pembunuhan!

Badrun : Tak seorang pun diantara kita yang boleh bergerak sementara aku
menengok kakek.

Rusmini : Kakek terbunuh. Ya ya... tidak mengapa. Jonah kau beruntung.


Rupanya kakek punya firasat tentang kematiannya sehingga seluruh hartanya
dihibahkan kepadamu.

Badrun : (muncul di pintu)

Rusmini : Benarkah kakek mati terbunuh?

Badrun : Ya... kau pembunuhnya


Rusmini : Aku (tertawa) lucu. Lucu sekali. Para malaikat saja pasti bersedia
mnjadi saksi bahwa bukan aku pembunuhnya.

Badrun : Lalu siapa?

Rusmini : Aku tidak tahu. Wah kasian air susu itu, tak seorang pun yang
sudi menyentuhnya. Baiklah sebagai cucu tercinta, aku akan meminumnya.
Semoga Tuhan melapangkan kakek di surga.

Badrun : Manusia jahanam. Ayo katakan siapa pembunuh itu. Jangan-


jangan kau Aminah.

Aminah : Waktu kalian berencana membunuh kakek, akulah yang paling


menentang.

Badrun : Tapi sejak aku datang, Cuma kau sndiri yang berada di dalam.

Aminah : Tapi bukan aku pembunuhnya.

Badrun : Salah seorang dari kita mesti membayar darah kakek dengan
darahnya sendiri. (mengarahkan belatinya ke Aminah)

Jonah : Tuan Badrun, kalau kau membunuh Aminah maka bunuhlah aku
juga

Badrun : Benar seperti dugaanku. Kalian berdua sepakat membunuh kakek,


sebeab surat warisan telah kau kuasai.

Jonah : Tapi saya bukan pembunuh itu.

Badrun : Berdustalah terus, dan dustamu tidak akan menyelamatkan


nyawamu.

Rusmini : (merintih) Aduh.... dadaku. Dadaku terbakar.

Badrun : Hari ini juga belatiku ini meminum darah.

Rusmini : Kalian bo..doh...see..mu...a..Masih..ada..yang..menuduh...


Tak..a..da..yang...me..ngaa...ku
Aminah : Peristiwa ini tidak bisa ku diamkan. Jonah segera kau panggil
polisi.

Rusmini : Ja...ngan.. a...ku..ti..dak...su..ka...po..li..si

Badrun : Aku melarangnya. Tidak seorang pun yang boleh beranjak dari
rumah ini.

Rusmini : Yah..untuka..la..san..bah..wa..ka..kek..ma..ti..di..ta..ngan..
orang..la..in... to..long..A..mi..nahh

Aminah : Kenapa Rusmini

Badrun : (heran melihat Rusmini)

Rusmini : Air...air..panas.. sekali

Badrun : Jonah ayo ikut aku.

Aminah : Minumlah, dadamu panas sekali. Ada apa ini.

Rusmini : Air susu itu...beracun...


Kakek..akan..mem..bunuh..kita..se...mua...Kakek... tidak suka kepada kita dan
Jonah..tidak ada surat warisan.

Aminah : Lalu siapa pembunuh kakek?

Rusmini : Kakek minum racun sendiri

Aminah : Tapi perut kakek robek

Rusmini : Sakit sekali... aku mau mati Aminah

Aminah : Katakan siapa yang membunuh kakek

Rusmini : Kakek...ee...Badrun...mengira kakek beelum mati. Kakek


disergap dan ditikamnya perut kakek.

Aminah : Badrun? (terdengar jeritan perempuan)


Rusmini : Cepat..Aminah...bantu..lah..Jonah

Aminah : (masuk kedalam membantu Jonah)

Badrun : Ha ha ha. Aku haus ini dia air susu kedamaian (menuangkan ke
gelas). Wajahmu murung sekali Aminah.

Aminah : Badrun! Memang sudah saatnya kau mengakhiri kebiadabanmu.

Badrun : Akhirnya kau mengetahui juga.

Aminah : Jonah kau bunuh dengan kejam. Aku akan panggil polisi.

Badrun : Ah, bias. Polisi hanya sekumpulan orang berseragam dan


berpangkat, yang akan luluh dengan emas. (meminum susu di tangannya)

Aminah : Dosa dan kebiadabanmu akan berakhir disini.

Badrun : Tapi aku tidak bisa mati. Ayo..... seranglah aku... Aduh.. dadaku..
Aminah kau curang.

Aminah : (dengan napas terengah-engah, gelisah, sedih, terharu.


Menuangkan air susu dan mengangkatnya keudara) Pergilah wahai roh roh.
Impian bsok dilandasi oleh keharuan dendam dan air mata, bersama wajah di
bulan emas.

Terdengar langkah sepatu di luar. Sekali lagi Aminah menudingkan gelas


kemudian meelemparnya. Aminah segera menuju pintu dan menyrahkan
tangannya untuk ditangkap petugas.

Anda mungkin juga menyukai