Anda di halaman 1dari 4

MENGANALISIS DRAMA "AYAHKU PULANG"

I. SINOPSIS

Ayahku Pulang

Pada malam hari raya Raden Saleh pergi meninggalkan istri dan ketiga anaknya. Ia menceraikan
istrinya yang dalam keadaan ekonomi yang susah. Kemudian, istrinya harus membesarkan ketiga
anaknya tanpa seorang suami. 20 tahun kemudian, pada malam takbir Raden Saleh pulang
kembali ke rumah menemui keluarganya dengan keadaan tua renta serta miskin. Raden Saleh
kembali ke rumah dengan membawa segala penyesalannya. Istrinya Tina dan kedua anaknya
yaitu Maemun dan Mintarsih menyambut dengan gembira sedangkan anak pertamanya Gunarto
menyambutnya dengan tatapan benci. Gunarto enggan mengakui bahwa Raden Saleh adalah
Ayahnya. Tetapi dengan sabar sang Ibu selalu mengingatkan bahwa Raden Saleh adalah Ayah
kandungnnya.

Terjadi konflik antara Gunarto dengan Maemun. Saat itu, Gunarto masih menyimpan rasa
bencinya pada Raden Saleh sedangkan adiknya Maemun sudah memaafkan dan masih mau
menerima Ayahnya untuk kembali. Melihat ini sang Ibu merasa sedih karena bagaimanapun
Raden Saleh adalah seorang Ayah kandung mereka. Akhirnya sang Ayah memilih untuk pergi
dari rumah itu dan tidak ingin mengganggu keluarganya yang pernah dulu ia tinggalkan.
Maemun berusaha mengejar sang Ayah namun yang ia temukan bukan sang Ayah melainkan
hanya kopiah dan baju saja.

II. UNSUR INTRINSIK

1) Tema: Rumah Tangga

2) Tokoh dan Penokohan:

a. Raden Saleh (Ayah) :

· Ayah yang material.

Bukti : “…dulu aku dihormati karena mempunyai uang yang melimpah…”

· Tidak bertanggung jawab.

Bukti : Gunarto: “Waktu aku berumur 18 tahun tak lain yang terbayang dan terlihat di bola
mataku hanya gambaran Ayah yang telah sesat itu yang melarikan diri dengan seorang
perempuan asing yang lalu meyeretnya ke lembah kesengsaraan. Lupa kepada anak dan istrinya
juga lupa kepada kewajibannya karna nafsunya yang telah membuatnya ke pintu neraka.”

· Sadar diri.

Bukti : “Aku memang berdosa. Aku mengaku dan itulah sebabnya aku kembali ke sini untuk
memperbaiki kesalahan dan dosaku.”

b. Tina (Ibu) :

· Pemaaf dan masih mau menerima Raden Saleh.

Bukti:1. “Mari duduk dan temuilah mereka.”

2. Maemun: “…tapi bang Ibu sudah memaafkannya.”

· Mencintai keluarga dengan merawat ketiga anaknya.

Bukti : “Anak-anak sudah pandai sudah mempunyai penghasilan masing-masing.”

c. Gunarto :

· Pendendam.

Bukti : “Jika memang mempunyai seorang Ayah. Maka Ayah itulah musuhku yang sebesar-
besarnya!”

· Keras kepala.

Bukti :1. “Jika kami punya Ayah untuk apa kami membanting tulang selama ini?”

2. “Semua ini adalah karena ulah Ayah! Hingga Mintarsih harus menderita pula! Sejak kecil
Mintarsih sudah merasakan pahit getirnya kehidupan. Tapi kita harus mengatasi kesulitan ini,Bu!
Harus! Ini kewajibanku sebagai abangnya, aku harus lebih keras lagi berusaha!”

· Kejam.

Bukti : 1. “Sejak kapan kami memiliki seorang Ayah? Kami tidak punya seorang Ayah!”

2. “Aku telah membunuh Ayahku sendiri! Ayahku pulang!”

· Pemarah.

Bukti : “Jangan kau membela dia! Ingat, siapa yang membesarkan kau! Kau lupa! Akulah yang
membiayaimu selama ini dari penghasilanku sebagai kuli dan kacung suruhan! Ayahmu yang
sebenar-benarnya adalah aku!”

d. Maemun :
· Penurut.

Bukti : Raden Saleh (Ayah) : “Maemun maukah kau mengambil segelas air minum untuk
Ayahmu?”

Maemun : “Iya Ayah.”

· Anak yang mencintai keluarganya.

Bukti : 1.“Tapi lihat bang lihat kasihan Ayah yang sudah tua.”

2.“…bang Narto kita adalah darah dagingnya bagaimanapun buruk baiknya dia kita tetap
anaknya bang yang harus merawatnya.”

· Pemaaf.

Bukti : .“…bang Narto kita adalah darah dagingnya bagaimanapun buruk baiknya dia kita tetap
anaknya bang yang harus merawatnya.”

e. Mintarsih :

· Penurut.

Bukti : Tina (Ibu) : “…Mintarsih dia itu membantuku menjahit.”

· Pemaaf.

Bukti : “…dia Ayah kita bang Ayah kita sendiri!”

3) Latar/Setting:

a. Tempat : Rumah (Ruang tamu).

Bukti : Tina (Ibu) : “Mari duduk dan temuilah mereka.”

b. Waktu : Malam takbiran.

Bukti : Tina (Ibu) : “Pada malam hari raya dia meninggalkanku…”

c. Suasana : Menegangkan dan sedih.

4) Amanat:

a. Janganlah terlalu lama menyimpan rasa benci pada seseorang.

b. Jangan hanya mengingat keburukan yang sudah orang lain lakukan pada kita.

c. Hormati kedua orang tuamu!


d. Harta yang melimpah tidak akan membuat hidupmu selalu bahagia.

e. Kepala rumah tangga harus memimpin keluarganya menjadi keluarga yang utuh dan selalu
bahagia.

5) Alur: Maju

Tahapan Alur:

a. Eksposisi (Tahap permulaan) : Pada malam takbir Ibu Tina sedang duduk di ruang tamu.
Di luar terdengar suara takbir yang mengiringi malam itu. Ibu Tina terlihat sedih dan sedang
memikirkan Raden Saleh.

b. Konflik (Tahap pertikaian) : Gunarto marah pada Ibunya. Gunarto tidak suka jika Ibunya
masih memikirkan Raden Saleh. Ibu Tina tetap memberi penjelasan kepada Gunarto agar tidak
membenci Ayahnya.

c. Klimaks (Tahap puncak masalah) : Gunarto tetap saja tidak bisa menerima lagi Ayahnya.
Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahnya. Datanglah Raden Saleh. Ibu Tina terkejut
melihat Raden Saleh sementara itu Maemun dan Mintarsih terlihat gembira saat Ayahnya
kembali ke rumah. Tetapi tak sedikitpun terlihat perasaan bahagia di wajah Gunarto. Gunarto
malah kesal dan makin benci melihat Ayahnya. Maemun berusaha menjaga perasaan Ayahnya
dengan cara memberi penjelasan kepada Gunarto tetapi Gunarto tetap saja keras kepala.

d. Antiklimaks (Tahap Penyelesaian) : Raden Saleh mengalah untuk pergi dari tempat itu.
Terjadilah perdebatan antara Gunarto dan Maemun. Ibunya dan Mintarsih hanya bisa menangisi
keadaan. Maemun mencoba mengejar Ayahnya tetapi selalu terhalang oleh omongan Gunarto.
Maemun pun tak memperdulikan Gunarto. Maemun tetap mencoba mengejar Ayahnya. Tak
lama dari situ Maemun kembali ke rumah dengan menangis. Ibunya dan Mintarsih bertanya-
tanya. Maemun pun menjelaskan bahwa hanya baju inilah yang bisa ia temukan. Ayahnya telah
pergi bunuh diri dengan terjun ke sungai.

e. Cerita selesai (Tahap akhir) : Gunarto sedih mendengar semua penjelasan Maemun.
Maemun dan MIntarsih menyalahkan Gunarto. Akhirnya Gunarto pun menyesal dengan apa
yang dia lakukan kepada Ayahnya.

Anda mungkin juga menyukai