FITRI
OLEH K USMAN
1. plot/alur
Alur yang di gunakan dalam cerpen ini adalah alur maju, karena dari serangkaian
peristiwa yang terjadi secara urutan maju ke depan.
2. pelaku/tokoh
Tokoh yang terdapat pada cerpen ini adalah
Ir. Kiagus Anang ( suami dari bunda/Ayuningsih)
Bunda/Ayuningsih (istri dari Kiagus Anang)
Indra (putra kembar Kiagus Anang dan bunda)
Indri (putrid kembar Kiagus Anang dan bunda)
Ujang (anak angkat Kiagus Anang)
Alidaya (adik bunda)
Sita (sekertaris Kiagus Anang)
Mang Usin (supir pribadi bunda)
Indri, hati hati, mudah emosi, tegsr, kritis terhsdsp keadaan,,kepekaan yang
halus dan tajam, mudah tersinggung dan mudah memaafkan
“Bunda yang juga ambisius menganggap angin peringatan anak-anak kembar
silangnya yang selalu hati-hati itu”
“Gara-gara Bunda kita jadi sengsara. kata Indri, remaja belia yang selalu
tegar. Gadis itu selalu kritis terhadap keadaan”
“Gadis itu memiiki kepekaan yang halus dan tajam. Dia gampang tersinggung.
Tapi, mudah pula reda, dan sudi memaafkan”
“Tapi, Kakakku. Bunda telah menyusahkan kita. Bunda telah meng khianati
Ayah. Perusahaan jadi bangkrut diacak-acak Bunda dan Om Adidaya”
Sita
4. Latar
o Latar waktu
Siang, “Stroke berat menyerang Kiagus Anang ketika sedang memimpin rapat
di kantornya pada suatu siang”
Malam, “Syukurlah kala begitu jawab Indri seraya memandang bulan dari
jendela. Dia melihat awan hitam sedang mengepung bulan sabit itu. "Lihat itu,
Kak," katanya. Awan hitam. sedang mengepung bulan sabit," lanjutnya.
"Perlambang apa itu, hem?"
Pagi, “Selesai salat Idul Fitri, Bunda menyusun kue nanas buatannya di toples-
toples plastik sederhana”
o Latar tempat
Kantor, “Stroke berat menyerang Kiagus Anang ketika sedang memimpin
rapat di kantornya pada suatu siang”
Rumah berlantai 2, “Bunda seraya menuruni tangga rumah berlantai dua itu.
Langkahnya tergesa-gesa. Tersaruk-saruk”
Rumah sakit, “Ir. Kingung Anang, direktur utama PT Musi Emas Perada itu
menutup mata ketika tiba di ruang gawat darurat rumah sakit”
Rumah di tepi kota, “Deposito yang disediakan Kiagus Anang untuk Indra-
Indri terpaksa dicairkan untuk membeli rumah sederhana di tepi kota”
“Di dalam rumah, menjelang berbuka penghabisan di ujung puasa Ramadhan,
Bunda mendengar takbir dari masjid-masjid terdekat.”
o Latar suasana
Panilk, “Bunda seraya menuruni tangga rumah berlantai dua itu. Langkahnya
tergesa-gesa. Tersaruk-saruk”
Haru, “Bunda tercengang ketika membuka pintu. Ujang dan istrinya sungkem
pada Bunda. Waktu itu pula Indra-Indri pulang. Keduanya melnyalami Abang
Ujang dan istrinya”
“Besok. kita menengok Nenek Rum di Pra bumulih, lanjutnya sambil menunjuk
mobil mini bus di halaman rumah. Itu mobil sewaan. Bukan mobilnya. Kembali
air mata Bunda ber cucuran. Indra-Indri sukacita mendengar berita gembira
itu”
5.Gaya bahasa
Tubuh bunda gemetaran, air mata bercucuran (Hiperbola)
Mang Usin, lelaki separuh baya yang selalu tenang dan penyabar
menjadi kambing hitam (Majas Metafora)
Siapa menabur angin akan menuai badai (Majas Metafora)
6. Tema
Penyesalan
7. Amanat
o Kita tidak boleh asal menuduh orang lain sebelum memiliki bukti yang
kuat
o Kita harus mendengarkan nasehat orang lain karena semua orang bisa
menjadi guru yag baik untuk kita, tanpa memperdulikan status dan usia
o Kita harus memaafkan kesalahan orang lain, karna sesungguhnya
kejahatan harus dib alas dengan kebaikan