Anda di halaman 1dari 15

FOMO WAR TAKJIL DENGAN NONIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:

Dr. Dorothy Rouly Haratua Pandjaitan , S.E, M.Si

DISUSUN OLEH:

Kelompok 16

Dinda Rara Arum 2211011103

Cindy Adelia 2211011119

Serilda Nazar Putri 2211011094

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR
Dengan rasa Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang sudah
membagikan nikmat yang luar biasa, keteguhan, kekuatan, sehingga kami dapat
menuntaskan makalah ini. Shalawat beserta salam mudah-mudahan terlimpahkan kepada
Nabi kita yang membawa dari akhlak hina menuju akhlak yang sangat mulia, ialah baginda
Nabi Muhammad SAW.
Dalam penataan makalah ini, kami sudah berupaya semaksimal mungkin, dan
pastinya dengan dorongan ataupun referensi dari bermacam sumber, sehingga bisa
memperlancar penataan makalah ini. Untuk itu kami tidak mengurangi rasa untuk
mengantarkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah turut menolong atau
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang cukup tentang
Fenomena Fomo War Takjil Dengan Nonis yang sedang ramai saat ini . Kami ucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Dorothy Rauly Haratua Padjaitan S.E, M.Si selaku Dosen
mata kuliah Metodologi Peneltian, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini. Kami sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karenanya penulis sangat menghargai masukan atau kritik yang membangun supaya
bisa lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kedepannya.
Bandar Lampung, 25 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 2

1.3 TUJUAN ................................................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN TAKJIL ....................................................................................... 3

2.2 PENYEBAB TERJADI FOMO WAR TAKJIL ................................................. 4

2.3 PENGARUH FOMO WAR TAKJIL TERHADAP UMKM INDONESIA ..... 5

2.4 PENGARUH FOMO WAR TAKJIL TERHADAP TOLERANSI UMAT


BERAGAMA ..................................................................................................................... 7

BAB III
PENUTUP ........................................................................................................................................ 10
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................... 10

3.2 SARAN .................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Fear of missing out (FOMO) merupakan fenomena psikologis yang ditandai
dengan perasaan khawatir akan kehilangan sesuatu yang penting atau menyenangkan
yang dialami orang lain. Hal ini sering kali berasal dari rasa iri yang mendalam dan dapat
memengaruhi harga diri. FOMO bukan hanya tentang rasa takut ketinggalan acara atau
aktivitas tertentu, namun juga rasa takut tidak menjadi bagian dari pengalaman sosial
yang lebih besar. Hal ini telah dikaitkan dengan kecemasan dan depresi, dan dapat
menyebabkan efek psikologis negatif seperti peningkatan stres, penurunan harga diri,
dan pengalaman sosial dan emosional negatif seperti kebosanan dan kesepian.

Pada saat ini media sosial tengah diramaikan dengan pembahasan soal tradisi
berburu takjil di bulan Ramadan. Pasalnya, terdapat fenomena unik di mana masyarakat
yang tak beragama Islam turut serta dalam perburuan takjil menjelang waktu berbuka
puasa.Di Indonesia, kemeriahan Ramadan memang tak hanya dirasakan oleh umat
Muslim. Dengan adanya berbagai tradisi khas seperti buka bersama (bukber) dan berburu
takjil, semua masyarakat dapat ikut memeriahkan suasana di bulan puasa.

Tak jarang, pemeluk agama lain juga mengikuti berbagai kegiatan di bulan
Ramadan seperti bukber yang diadakan bersama sahabat, teman sekolah, atau rekan
kantor. Rupanya, tak cuma bukber, masyarakat non muslim juga telah menanti-nantikan
momen berburu takjil dan menu berbuka puasa yang biasanya dilakukan mulai sore hari
hingga waktu Magrib.

Deretan kudapan dan makanan yang disajikan oleh penjual takjil menjelang
berbuka memang mampu menggoda siapa saja yang melihatnya. Bahkan, para pemeluk
agama non-Islam yang tidak ikut berpuasa terkadang justru menjadi yang paling
semangat mencari takjil sembari ikut ngabuburit.

1
Fenomena Fomo para nonis yang ikut berburu takjil ditanggapi dengan penuh
canda oleh warganet di media sosial. Banyak yang takjub dengan kegigihan mereka
berburu takjil, bahkan sampai rela menunggu sejak pukul 3 sore saat para pedagang baru
menggelar lapaknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari penyusunan makalah ini yaitu
sebagai berikut:

1. Apa itu Takjil?


2. Apa yang menjadi penyebab banyak terjadi Fomo War Takjil?
3. Bagaimana pengaruh Fomo War Takjil terhadap UMKM Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Fomo War Takjil terhadap toleransi umat beragama?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang diperoleh dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui apa itu Takjil


2. Mengetahui penyebab terjadinya Fomo War Takjil
3. Memahami bagaimana pengaruh Fomo War Takjil terhadap UMKM Indonesia.
4. Memahami bagaimana pengaruh Fomo War Takjil terhadap toleransi umat
beragama.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TAKJIL
Di Indonesia, istilah takjil sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Takjil
selalu identik dengan Ramadan.Takjil adalah kudapan atau makanan ringan yang
dimakan sesaat berbuka puasa. Di bulan Ramadan, ada berbagai menu takjil yang
umumnya kita temui, seperti es blewah, es timun suri, aneka kolak, biji salak, sup buah,
bubur, dan es pisang ijo. Menu takjil ini biasanya dijual oleh penjual di pinggir jalan dan
dengan harga yang murah.

Kata takjil kerap dipakai setiap Ramadan di negara ini. Bahasa Indonesia
menyerap kata takjil dari bahasa Arab. Banyak dari masyarakat Indonesia yang
memaknai istilah takjil sebagai makanan atau kudapan untuk berbuka puasa, seperti
kolak, kurma dan lainnya.Padahal jika ditinjau lebih lanjut, makna takjil bukanlah seperti
itu. Menukil buku Perca-Perca Bahasa oleh Holy Adib, kata dasarnya adalah 'ajjala yang
berarti menyegerakan, sedangkan turunannya ta'jiil yaitu penyegeraan.Sama seperti yang
tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil diartikan sebagai
menyegerakan atau mempercepat (buka puasa). Sehingga, takjil memiliki arti segera
untuk membatalkan puasa dengan makanan pembuka.

3
Sebuah catatan Snouck Hurgonje dalam De Atjehers yang disusun tahun 1891-
1892 tertulis, tradisi takjil sudah dikenal masyarakat Aceh pada Ramadan masa itu.
Snouck Hugronje menulis, setiap menjelang waktu berbuka puasa, masyarakat Aceh
beramai-ramai mempersiapkan makanan takjil di masjid. Biasanya dengan menu khas
berupa ie bu peudah atau bubur pedas. Bukan hanya di Aceh, Muhammadiyah yang
didirikan di Yogyakarta pada 1912, digadang-gadang juga berperan menyebarkan takjil
sebagai sebuah tradisi di bulan Ramadan. Abdul Munir Mulkhan dalam buku berjudul
Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, menyebut Muhammadiyah
berperan besar dalam penyebaran tradisi takjil di Tanah Air.

2.2 PENYEBAB TERJADI FOMO WAR TAKJIL


Ramadhan tahun ini fenomena baru yang seru yaitu war takjil. Berburu takjil di
bazar Ramadhan yang kini tidak hanya dilakukan warga Muslim yang sedang berpuasa,
tetapi juga warga lain yang beda agama. Fenomena ini ternyata meluruhkan sekat suku,
agama, ras, dan antargolongan atau SARA. Bulan Ramadhan tidak saja di nanti umat
muslim tapi juga antusias pemeluk agama lain untuk bisa menikmati jajanan saat bazar
Ramadhan. Terlepas dari fenomena ini, banyak yang menilai bahwa berburu takjil
masyarakat non muslim justru membawa rezeki bagi pedagang muslim yang
berjualan makanan.

Beberapa hari ini, perbincangan dan konten terkait #WarTakjil melonjak tajam.
Berburu takjil atau menu berbuka puasa yang dijual dari siang hingga waktu berbuka
mulai menjadi tren di masyarakat. Istilah “Nonis (Non-Islam)” menjadi viral karena
dianggap telah melakukan start lebih awal ketimbang masyarakat Muslim yang sedang
berpuasa. Kondisi ini disebutkan berdampak pada banyak menu berbuka puasa lebih
dahulu habis, sebelum masyarakat Muslim yang berpuasa datang ke tempat jualan takjil.
Perbincangan WarTakjil malah ditanggapi dengan gembira dan saling melempar
guyonan, baik di kalangan muslim dan non Muslim. Bahkan, beberapa pendeta pun ikut
berkomentar dalam khutbah mereka.

4
“Untukmu Agamamu, Takjil adalah hak segala agama” adalah slogan paling
populer di tengah perbincangan terkait WarTakjil. Aksi “balasan” pun mulai dibuat
dengan “Aksi memborong telur sebelum perayaan Paskah, sehingga harus diganti dengan
Kinderjoy,” dan beberapa guyonan yang membuat kebahagiaan di tengah bulan puasa
tahun seakan lebih massif.

Ritual atau keberagamaan tak lagi sekedar ajaran atau urusan ibadah di satu
agama. Pergeseran takjil dari menu kudapan untuk menu berbuka puasa adalah buktinya.
Berbuka puasa tentu ibadah atau bagian dari ritual puasa. Namun, hari ini, takjil yang
dijual para pedagang sebagai bagian dari berbuka puasa, telah menjadi perbincangan
media sosial dan aksi berburu beragam kudapan tersebut.

Di titik inilah WarTakjil menjadi isu kelas elit. Perburuan seakan memuaskan
hasrat yang tersembunyi di benak sebagian besar manusia. Tak terkecuali takjil atau menu
berbuka puasa. Manusia modern telah menjadikan kekuatan ekonomi yang dimiliki
sebagai senjata dalam perburuan. Tak berbeda dengan manusia purba yang mulai belajar
berburu, bukan sekedar untuk makanan sehari.

2.3 PENGARUH FOMO WAR TAKJIL TERHADAP UMKM INDONESIA


Dalam bulan Ramadhan tahun ini, Istilah “takjil war” telah menghebohkan media
sosial.Fenomena ini tidak hanya melibatkan umat Islam yang menjalankan puasa di bulan
Ramadhan, tetapi juga menarik perhatian penganut agama lain yang tidak
berpuasa.Percakapan santai mengenai takjil lintas agama menjadi topik yang ramai
dibahas di platform-platform media sosial pada Ramadhan tahun ini.Hal ini menunjukkan
keindahan toleransi dan keragaman di tengah masyarakat Indonesia, bahkan dijuluki
sebagai momen yang menyatukan bangsa.

Tidak hanya sebagai ungkapan simbolis dari toleransi, fenomena berburu takjil
atau makanan halal juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan.Setiap tahun,
Ramadhan dan Idul Fitri menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

5
Aktivitas perdagangan barang dan jasa meningkat pesat selama periode ini, menciptakan
lonjakan perputaran uang di seluruh negeri, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2023, yang beririsan dengan momen Ramadan


dan Idul Fitri lebih tinggi. Dibandingakn dengan bulan sebelumnya.Data menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2023, yang bersinggungan dengan momen
Ramadan dan Idul Fitri, mencapai angka sekitar 5,17%.Salah satu sektor yang
memainkan peran kunci dalam mendukung perekonomian Indonesia adalah Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

UMKM tidak hanya berperan besar dalam kontribusi terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia, yang mencapai 61% atau sekitar Rp9,58 kuadriliun, tetapi juga
menjadi penyumbang utama dalam penyerapan tenaga kerja, dengan mencapai 97% dari
total tenaga kerja di Indonesia, atau sekitar 116 juta orang.

Tidak dapat disangkal bahwa kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia jauh
lebih besar dibandingkan dengan beberapa negara lain.Angka ini menegaskan peran vital
UMKM dalam memperkuat struktur ekonomi Indonesia, menunjukkan potensi besar
yang dimiliki sektor ini dalam mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
negara.Dengan adanya fenomena berburu takjil yang semakin menarik minat lintas
agama, serta peran strategis UMKM dalam mendukung ekonomi, Indonesia terus
menunjukkan bahwa keragaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang
memperkaya dan memajukan bangsa. Selain itu, peran pemerintah dan pelaku bisnis
dalam merespons fenomena ini juga patut diperhatikan.

6
Pemerintah dapat memainkan peran yang proaktif dalam menciptakan kebijakan
yang mendukung pertumbuhan UMKM dan mendorong kerjasama lintas agama dalam
berbagai inisiatif ekonomi. Sementara itu, pelaku bisnis dapat melihat peluang bisnis
yang muncul dari fenomena takjil war ini, seperti pengembangan produk takjil atau
penggunaan strategi pemasaran yang memanfaatkan semangat toleransi dan keragaman
untuk menarik konsumen. Dengan demikian, fenomena berburu takjil tidak hanya
menjadi cerminan dari toleransi dan keragaman yang ada di Indonesia, tetapi juga
menjadi pendorong utama dalam pertumbuhan ekonomi negara.

2.4 PENGARUH FOMO WAR TAKJIL TERHADAP TOLERANSI UMAT


BERAGAMA

Bulan Ramadhan selalu menjadi momen yang penuh berkah dan kebersamaan
bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain dari ibadah puasa dan meningkatnya aktivitas
keagamaan, ada satu tradisi yang semakin meriah dan mencuri perhatian: "War Takjil".

Fenomena ini tidak hanya menciptakan kegembiraan di kalangan umat Islam,


tetapi juga mengundang partisipasi luas dari masyarakat umum, terutama melalui media
sosial. Dalam pandangan komunikasi media sosial, "War Takjil" menjadi sebuah
platform yang memainkan peran penting dalam mempromosikan toleransi antar umat
beragama.

Pertama, maraknya "War Takjil" di media sosial mencerminkan bagaimana


platform digital telah menjadi wadah yang kuat untuk mempromosikan toleransi dan
kebersamaan. Melalui berbagai unggahan, foto, dan cerita yang dibagikan, pesan tentang
keragaman dan persatuan menyebar dengan cepat dan luas.

Dalam konteks ini tradisi "War Takjil" menandai adanya perubahan dinamika
sosial dalam menyambut bulan Ramadhan. Tidak lagi hanya merupakan perayaan
internal umat Islam, tetapi menjadi momen yang menyatukan semua orang tanpa
memandang latar belakang agama atau budaya. Melalui media sosial, gambar-gambar

7
menarik dan cerita-cerita inspiratif tentang pengalaman dalam "War Takjil" diunggah dan
dibagikan secara luas, menarik minat banyak orang dari berbagai komunitas.

Kedua, "War Takjil" juga menunjukkan bagaimana kebaikan dan kebersamaan


tidak mengenal batas agama atau kepercayaan.Dalam konteks ini, berbagi takjil dengan
orang lain, terlepas dari agama atau kepercayaan mereka, adalah tindakan yang
didasarkan pada kebaikan dan takwa kepada Allah SWT. Melalui "War Takjil", kita tidak
hanya memperkuat hubungan sosial, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai kebajikan yang
diajarkan dalam ajaran agama.

Komunikasi media sosial memberikan ruang bagi individu untuk menyampaikan


pesan toleransi dan kebersamaan secara luas dan instan. Melalui penggunaan tagar
(hashtag) seperti #WarTakjil atau #Ramadan, pesan-pesan positif tentang kebersamaan,
saling menghormati, dan berbagi kebaikan dapat dengan mudah menyebar ke berbagai
lapisan masyarakat. Ini tidak hanya mengundang partisipasi aktif dari umat Islam, tetapi
juga membangun kesadaran dan empati di antara mereka yang mungkin tidak familiar
dengan tradisi Ramadhan.

Namun, kekuatan media sosial juga membawa tanggung jawab. Penting untuk
memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui platform ini selalu
mengedepankan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam
suasana yang semakin terhubung secara digital, kata-kata dan tindakan dapat memiliki
dampak yang sangat besar, baik dalam memperkuat harmoni antar umat beragama
maupun dalam memicu konflik.

Selain itu, "War Takjil" di media sosial juga menciptakan kesempatan untuk
membuka dialog yang lebih luas tentang pentingnya toleransi dan keragaman dalam
masyarakat. Diskusi-diskusi tentang perbedaan agama dan budaya dapat menghasilkan
pemahaman yang lebih baik dan mengurangi ketegangan yang mungkin ada setelah
sebelumnya kita dihadapkan dengan war politik yang panas.

8
Dengan demikian, "War Takjil" tidak hanya sekadar tradisi kuliner di bulan
Ramadhan yang menyenangkan, tetapi juga sebuah peristiwa sosial yang
mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan. Melalui media sosial, pesan-
pesan ini dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan membantu membangun
masyarakat yang lebih inklusif dan damai.

Dalam periode yang penuh dengan tantangan dan konflik, "War Takjil" adalah
contoh nyata bagaimana komunikasi melalui media sosial dapat menjadi kekuatan positif
dalam membangun jembatan antar umat beragama. Dengan saling menghormati dan
menjaga toleransi, "War Takjil" dapat menjadi tradisi positif yang mempererat
kebersamaan dan keragaman di Indonesia.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan diatas yaitu adalah sebagai berikut:

1. Di Indonesia, istilah takjil sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Takjil selalu
identik dengan Ramadan.Takjil adalah kudapan atau makanan ringan yang dimakan
sesaat berbuka puasa. Di bulan Ramadan, ada berbagai menu takjil yang umumnya
kita temui, seperti es blewah, es timun suri, aneka kolak, biji salak, sup buah, bubur,
dan es pisang ijo. Menu takjil ini biasanya dijual oleh penjual di pinggir jalan dan
dengan harga yang murah.
2. Ramadhan tahun ini fenomena baru yang seru yaitu war takjil. Berburu takjil di bazar
Ramadhan yang kini tidak hanya dilakukan warga Muslim yang sedang berpuasa,
tetapi juga warga lain yang beda agama. Fenomena ini ternyata meluruhkan sekat
suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA. Bulan Ramadhan tidak saja di nanti
umat muslim tapi juga antusias pemeluk agama lain untuk bisa menikmati jajanan
saat bazar Ramadhan. Terlepas dari fenomena ini, banyak yang menilai bahwa
berburu takjil masyarakat non muslim justru membawa rezeki bagi pedagang muslim
yang berjualan makanan.
3. Fenomena berburu takjil atau makanan halal juga memiliki dampak ekonomi yang
signifikan.Setiap tahun, Ramadhan dan Idul Fitri menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Aktivitas perdagangan barang dan jasa
meningkat pesat selama periode ini, menciptakan lonjakan perputaran uang di seluruh
negeri, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.Pertumbuhan ekonomi triwulan
II 2023, yang beririsan dengan momen Ramadan dan Idul Fitri lebih tinggi.
Dibandingakn dengan bulan sebelumnya.Data menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II 2023, yang bersinggungan dengan momen Ramadan dan
Idul Fitri, mencapai angka sekitar 5,17%.Salah satu sektor yang memainkan peran

10
kunci dalam mendukung perekonomian Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM).
4. Bulan Ramadhan selalu menjadi momen yang penuh berkah dan kebersamaan bagi
umat Islam di seluruh dunia. Selain dari ibadah puasa dan meningkatnya aktivitas
keagamaan, ada satu tradisi yang semakin meriah dan mencuri perhatian: "War
Takjil". Fenomena ini tidak hanya menciptakan kegembiraan di kalangan umat Islam,
tetapi juga mengundang partisipasi luas dari masyarakat umum, terutama melalui
media sosial. Dalam pandangan komunikasi media sosial, "War Takjil" menjadi
sebuah platform yang memainkan peran penting dalam mempromosikan toleransi
antar umat beragama.

3.2 SARAN
Demikian penjelasan dan pembahasan tentang fenomena fomo war takjil yang
dapat kami paparkan. Semoga. dapat menambah wawasan para pembaca. Namun, kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi bahasa,
diksi, maupun kekurangan materi. Maka dari itu, kritik dan saran anda sangat kami
butuhkan. Karena kritik dan saran tersebut sangat berharga bagi kami untuk menjadi
bahan koreksi, agar makalah kedepan yang kami sajikan menjadi lebih baik. Karena
kesalahan itu pula, kami mohon maaf.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://islami.co/fenomena-war-takjil-mulai-dari-toleransi-hingga-berpuasa-ala-kelas-
menengah-di-media-sosial/

https://islami.co/fenomena-war-takjil-mulai-dari-toleransi-hingga-berpuasa-ala-kelas-
menengah-di-media-sosial/

https://www.rri.co.id/daerah/597130/fenomena-war-takjil-bawa-berkah-bagi-pedagang

12

Anda mungkin juga menyukai