Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KARAKTER TOKOH NASKAH ORANG ASING

KARYA RUPERT BROOKE TERJEMAHAN D.DJAJAKUSUMA


BERDASARKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI

Penulis
Renata Mokodongan

Anggota penulis
Zulkipli, S.Pd, M.Sn
Elva S. Sukarno S.Sn, M.Sn

JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013
ABSTRAK

Renata Mokodongan. 2013, Analisis Karakter Tokoh Naskah Orang Asing Karya Rupert
Brooke Terjemahan D.Djajakusuma. Skripsi, jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan
Musik, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Zulkipli
S.Pd, M.Sn dan Pembimbing II Elva S. Sukarno, S.Sn, M.Sn.
Sastra merupakan sebuah dunia yang kompleks yang menggambarkan suatu kondisi sosial
masyarakat tertentu sesuai dengan tafsir dan interpretasi penulisnya. Sebagai dunia,
kehidupan imajiner yang ditampilkan dalam sastra hakikatnya adalah kehidupan yang
mengacu pada kenyataan yang sebenarnya, yang telah dikreasikan oleh pengarangnya.
Maka dari itu, sekalipun hubungan kenyataan sosial sastra dengan masyarakat di mediasi
oleh penulisnya, tetapi secara karakter dan unsur pembangunnya, kehidupan keduannya
adalah sama, yaitu menghadirkan relasi manusia (tokoh), ruang, dan waktu. Dengan
demikian, kenyataan sosial dalam sastra bisa dianalisis dengan norma-norma sosiologis.
Dengan melihat sastra sebagai “dunia” yang di mediakan dengan kata, maka fokus analisis
ini adalah pada relasi antar tokoh dalam konteks latar sosial dan alur sebagai peristiwa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakter dan mengungkap permasalahan sosial
yang terjadi antar tokoh berdasarkan pendekatan sosiologi. Metode penelitian yang
digunakan penulis adalah metode penelitian sosiologi sastra. Metode ini disampaikan oleh
Suwardi (2011 : 208). yang mengatakan bahwa, perlu menghubungkan antara realitas
sosial dengan realitas imajinatif. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini,
Penyajiannya dialihkan kedalam naskah agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun
dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami. Hasil penelitian ini membahas tentang
tentang Analisis Karakter Tokoh Naskah Orang Asing Karya Rupert Brooke Terjemahan
D.Djajakusuma Berdasarkan Pendekatan Sosiologi.

Kata Kunci : Analisis Tokoh


PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk sosial yang setiap hari melakukan interaksi sosial

dengan anggota masyarakat lainnya. Berbagai konflik yang terjadi ditengah-tengah

masyarakat sering menjadi bahan penulisan drama. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Suwardi 2011: 293) drama adalah pantulan kehidupan sosial, hampir seluruh gerak-

gerik drama diasumsikan ada dalam realitas sosial.

Sosiolog Durkheim (dalam Wulansari 2009 : 45 ) juga berpendapat bahwa

”lingkungan sosial sering tampil sebagai drama, lingkungan tersebut sering digarap

dan terkait dengan hal-hal diluar scenario. Sastra, termasuk drama, dapat dipandang

sebagai suatu gejala social”. Karya drama yang ditulis pada kurun waktu tertentu selalu

berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu.

Damono (dalam dewojati 2010: 9) mengatakan bahwa, drama menampilkan

gambaran kehidupan, dan kehidupan itu pada dasarnya adalah realitas sosial.

Kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antara masyarakat dengan individu-

individu, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam diri seseorang, dapat

dijadikan sebagai bahan penulisan drama. Sosiologi seringkali disebut sebagai ilmu

hubungan antar manusia, dan kelompok-kelompok. Seperti halnya sastra, sosiologi

berurusan dengan manusia didalam masyarakat.

Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kejelasan bahwa hubungan sosiologi

dan naskah terbentuk dari cerita yang berasal dari masyarakat, sekecil apapun sesuatu

yang menjadi ide penulisan karya drama sesungguhnya tidak tiba-tiba turun dari langit,

melainkan cerita kehidupan disekitarnya, disini kita bisa melihat bahwa dari awal

setiap naskah berasal dari kehidupan masyarakat disekitar pengarang.


Naskah drama kebanyakan unsur-unsurnya bersifat sosial. Seperti yang terdapat

dalam naskah “Orang Asing” karya Rupert Brooke. Naskah ini menarik untuk dianalisis

karena menggambarkan sisi kehidupan masyarakat miskin yang identik dengan

kehidupan masyarakat di negara kita khususnya di wilayah-wilayah perbatasan.

Masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil kurang begitu mendapat perhatian

dari pemerintah setempat, maupun pemerintah pusat. Sehingga kesejahteraan

masyarakatnya tidak merata. Tidak adanya kepedulian dari pemerintah untuk

menciptakan lapangan pekerjaan bagi wargannya, membuat masyarakat sulit untuk

membebaskan diri dari kemiskinan dan kebodohan.

METODE PENULISAN

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian sosiologi

sastra. Metode ini disampaikan oleh Suwardi (2011 : 208). yang mengatakan bahwa,

perlu menghubungkan antara realitas sosial dengan realitas imajinatif. Fakta sosial

selalu berubah, transformatif dan berada pada tegangan dunia mungkin dan dunia tak

mungkin. Dari kenyataan itu peneliti sastra dapat menyelami kehidupan khayali dan

realitas.

PEMBAHASAN

W.B Yeats (dalam,Suwardi, 2011:23) meletakkan pemahaman sosiologi sastra

khususnya fungsi sastra. Menurut Yeats, seni dan sastra adalah refleksi tindakan sosial

manusia. Itulah sebabnya membaca sastra sama halnya dengan orang yang memetik

ajaran penting dari kehidupan. Keterkaitan sastra dan masyarakat sudah tidak bisa

ditawar lagi. Sastra menjadi potret keadaan sosial. Adapun secara singkat Grebstein

(dalam Suwardi 2011: 12) mengungkapkan konsep tentang sosiologi sastra, yaitu karya
sastra tidak dapat dipahami selengkapnya tanpa dihubungkan dengan kebudayaan dan

peradaban yang menghasilkannya. Weber (dalam Sahid: 25) mengatakan bahwa

sosiologi adalah ilmu yang hendak mengerti dan menjelaskan tindakan-tindakan sosial

dari manusia dan pengaruhnya atas masyarakat. Bentuk-bentuk interaksi sosial

masyarakat merupakan kerja sama atau bentuk persaingan dan mungkin justru

pertentangan.

Dengan demikian, berdasarkan pada pengertian diatas, sosiologi sastra hakikatnya

adalah interdisiplin antara sosiologi dengan sastra, yang menurut Ratna (2004: 23)

keduanya memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat. Dengan

demikian, sosiologi sastra disini objek kajian utamanya adalah sastra, yang berupa

karya sastra, sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami gejala sosial

yang ada dalam sastra.

Dimensi Sosiologis

Manusia adalah makluk sosial yang hidupnya dipengaruhi oleh struktur sosial

masyarakat yang ada. Struktur sosial adalah perumusan dan susunan hubungan antar

individu. Struktur sosial dari suatu masyarakat dapat dipelajari dari aktivitas-aktivitas

individunya. Jadi kalau ingin mengetahui Analisis karakter dari segi sosiologis adalah

analisis karakter untuk mencari gambaran sifat-sifat kemanusiaan secara sosial. Dalam

analisis ini kita akan mencari gambaran status ekonominya bagaimana, kepercayaan

apa, profesinya apa atau sebagai apa, hubungan kekeluargaanya bagaimana, bangsa apa,

pendidikannya apa, dan lain-lain yang mendudukan karakter itu dalam lingkungan atau

kemasyarakatannya. Analisis ini penting karena karakter yang akan dimainkan itu

memiliki dunianya sendiri dan hidup sesuai dengan dunia tersebut.

Dimensi Fisiologis
Anlisis karakter dari fisiologis adalah analisis untuk mencari gambaran tentang

ciri-ciri fisik peran, termasuk kelamin, usia, postur tubuh, warna kulit, warna rambut,

bentuk mata dan lain-lain. Analisis ini ini mencari gambaran sosok raga secara utuh.

Dimensi Psikologis

Analisis karakter dari segi psikologis adalah analisis untuk mencari gambaran

tentang kebiasaan, moralitas, keinginan, nafsu, motivasi dan lain-lain. Analisis ini lebih

mencari gambaran peranyang bersifat emosional batiniah dan tingkat intelektualitas

peran.

Analisis karakter tokoh berdasarkan pendekatan sosiologi terhadap karya sastra

pasti akan meminjam norma-norma ilmu sosiologi, dan kenyataan yang sebenarnya

dimasyarakat untuk menjelaskan hubungan-hubungan antar unsur dalam karya sastra.

Sehingga implikasinya, persoalan persoalan yang kemudian muncul, dan tidak

dijelaskan dalam karya sastra, bisa diterangkan secara sosiologis. Anlisis tokoh ini

berfokus pada bagaimana relasi-relasi yang terjalin antara tokoh yang satu degan tokoh

yang lain dalam kondisi sosial yang ada. Maka, deskripsi hubungan antara tokoh yang

satu dengan tokoh lain bersifat sosiologis. Dari analisis relasi antar tokoh inilah, maka

persoalan sosial dalam karya sastra bisa diidentifikasi dan dirumuskan.

Tokoh sentral (utama) dalam naskah ini adalah Orang Asing, yaitu seorang laki-

laki kira-kira berumur 27 tahun, tingginya sedang, badannya agak lemah, kulit kuning

langsat, memiliki kumis dan jenggot runcing hitam. Lahir di tengah-tengah keluarga

miskin dilembah lituania. Lithuania merupakan daerah pertanian terpencil dibawah

pemerintahan Rusia. Diumur 13 tahun orang asing minggat dari rumah, ia pergi ke kota

besar utuk mencari kehidupan yang lebih baik dari kehidupannya saat itu. Lahir sebagai

seorang anak laki-laki membuat orang asing merasa bertanggung jawab atas kehidupan
keluarganya, sehingga diusia yang masih belia ia nekat berangkat ke kota besar utuk

mengubah nasib menjadi lebih baik. Dalam konteks sosial kehidupan orang asing yang

tinggal didusun terpencil, dilatar belakangi oleh kemiskinan.

Maka dapat disimpulkan bahwa karakter orang asing terbentuk berdasarkan latar

kehidupan keluarganya yang hidup sebagai petani miskin, sifat kaku dan lemah yang

dimiliki orang asing merupakan dampak dari latar sosial kehidupan orang asing yang

hidup dibawah garis kemiskinan. hal ini menjelaskan bahwa latar sosial masyarakat

dapat mempengaruhi segala tindak dan laku seseorang.

Tokoh ibu merupakan tokoh utama dalam naskah “Orang Asing”, ibu adalah

seorang perempuan paruh bayah kira-kira berumur 45 tahun, tingginya sedang,

badannya agak bungkuk karena keras bekerja, mukannya kurus, yang hidup sebagai

petani miskin didusun terpencil. Dalam konteks sosial, masyarakat pedesaan cenderung

hidup dibawah garis kemiskinan. latar sosial masyarakat kelas bawah merupakan

gambaran dari sisi kehidupan ibu yang menjadikanya sebagai sosok perempuan yang

kuat bekerja demi kelanjutan hidup keluarganya. hal inipulah yang membentuk karakter

ibu menjadi seorang perempuan yang keras dan berani meski hidup ditengah hutan.

Berdasarkan fakta ini, maka jelas terlihat bahwa perilaku masyarakat yang tidak

dilatar belakangi oleh ilmu pendidikan, sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat

itu sendiri terhadap anggota masyarakat yang lain. hal inilah yang memicu perbedaan

pendapat pada keluarga miskin ini. Maka dapat disimpulkan bahwa karakter ibu dalam

naskah iini digambarkan sebagai sosok wanita paruh baya yang hidup sebagai petani

miskin, keadaan ini yang mengharuskannya bekerja keras demi kelangsungan hidup

keluaganya. Sifat keras ibu terbentuk karena kelas sosial masyarakat mayoritas miskin
yang hidup didusun terpencil, senantiasa harus membanting tulang demi kelangsungan

hidup keluarganya.

Ayah adalah seorang laki-laki paru bayah kira-kira berumur 49 tahun, tingginya sedang,

badannya tegap. Hidup sebagai petani miskin bersama istri dan anaknya. Latar sosial

pedesaan yang ditempati oleh masyarakat miskin adalah tempat dimana ayah dan

keluarganya menggantungkan hidup mereka. Sosok ayah tidak lepas dari perannya

sebagai kepala rumah tangga, dimana ia bertanggung jawab atas hidup anak dan

istrinya. Dilihat dari fakta sosial masyarakat pedesaan sulit melepaskan diri dari

kemiskinan.

Berdasarkan fakta diatas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh ayah memiliki

watak keras, perilaku sosial ini merceminkan sosok ayah sebagai seorang anggota

masyarakat yang telah lama hidup dalam kesengsaraan. Dalam konteks sosial keadaan

ini jelas tidak mudah bagi ayah akan tetapi sosoknya yang kuat menjadikanya sebagai

sorang bapak yang tetap bertanggung jawab atas hidup keluarganya.

Gadis adalah tokoh utama dalam naskah ini. Ia dalah perempuan yang baru saja

dewasa. Lahir sebagai seorang perempuan, tidak lantas membuatnya menjadi manja. Latar

sosial yang ia tempati menjadikannya sebagai sosok perempuan yang kuat, bahkan lebih

kuat dari pada laki-laki. Berdasakan peristiwa diatas maka dapat dilihat bahwa gadis

memiliki cacat fisik yang diakibatkan oleh gigitan hewan(anjing). Dalam konteks sosial,

perempuan yang hidup sebagai seorang pekerja yang kesehariannya melakukan pekerjaan

laki-laki akan menjadi sosok perempuan yang keras, hal ini dapat dilihat dari perilaku

sosial masyarakat itu sendiri. Dimana gadis seharusnya menjadi perempuan yang lembut

lakunya, akan tetapi keadaan dan faktor lingkunganlah yang akhirnya mengubah ia

menjadi seperti sosok laki-laki.


Hal ini juga yang pada akhirnya membuat dirinya menjadi perempuan yang kaku dan

kasar, efek sosial yang muncul adalah rasa tidak percaya diri dikarenakan ia memiliki

kekurangan fisik. Maka dapat disimpulkan bahwa tokoh gadis memiliki perwatakkan yang

keras, dimana ia lahir sebagai seorang perempuan, akan tetapi hidup dan bekerja seperti

seorang laki-laki. Badannya kuat dan tegap, faktor lingkunganlah yang paling

mempengaruhi terbentuknya karakter gadis sehingga ia menjadi sosok perempuan yang

kaku dan kasar.

Relasi tokoh-tokoh antara Orang Asing dengan Ibu tidak terjalin begitu baik, hal ini

disebabkan oleh faktor ketidak dekatan antara ibu dengan anak. latar sosial kehidupan

orang asing dan keluarganya yang hidup sebagai petani miskin, membuat hubungan

keduanya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keadaan inilah yang membuat Orang

Asing minggat diumur 13 tahun. Belasan tahun keduanya tidak bertemu, hingga pada

suatu malam yang tidak di sangkah-sangkah, Orang Asing kembali kerumah orang

tuanya tanpa seorangpun mengenalinnya. Sambil menunggu Ayahnya Pulang, Orang

Asingpun mencoba menyinggung keberadaan anak laki-laki di tengah-tengah keluarga

kecil ini.

Maka dapat disimpulkan bahwa persoalan sosial yang terjadi diantara keduanya,
semata-mata karena masalah ekonomi yang timbul karena kedatangan Orag Asing yang
secara tiba-tiba hadir ditengah-tengah keluarga miskin ini. Walaupun diakhir cerita Ibu
menyesali perbuatannya, akan tetapi waktu tidak dapat diputar. Sehingga peristiwa ini
meninggalkan luka batin yag mendalam bagi seorang Ibu.

Hubungan Orang Asing dengan Ayahnya sama halnya dengan hubungan Orang

Asing dengan Ibunya. Semenjak Orang Asing minggat dari rumah, ia sama sekali telah

dilupakan oleh orang tuannya. Terutama oleh Ayahnya yang seharusnnya bertanggung
jawab sebagai kepala rumah tangga, atas minggatnya anak laki-laki mereka diumur

yang masih belia yaitu 13 tahun.

Fakta ini mengunggap adanya ketidakpedulian orang tua terhadap anak, entah

dikarenakan oleh keterbatasan ekonomi atau mungkin kesibukan orang tua terutama

Ayah sebagai orang yang sehari-harinya bekerja banting tulang untuk mencarai nafkah

untuk keluargannya. Apapun itu jelas keadaan ini dialami Orang Asing, maka Inilah

awal dari putusnya hubungan antara ayah dengan anak. Kurang lebih empat belas tahun

lamanya keduanya tidak pernah bertemu. Bahkan mungkin Ayah tidak pernah

bermimpi suatu hari nanti akan bertemu anak laki-lakinya kembali. Maka suatu hari

tanpa sepengetahuan Ayah, Orang Asingpun muncul ditengah keluarga miskin ini.

Akan tetapi ia menyembunyikan identitasnyya terlebih dahulu.

Tujuannya adalah membunuh Orang Asing, akan tetapi Ayah tidak memiliki
cukup kebernian untuk melakukannya. Dengan alasan terlalu capek dan merasa sakit
karena seharian bekerja. Jelas terlihat bahwa sebenarnnya Ia tidak mau melakukan
perbuatan keji ini. akan tetapi harga diri sebagai laki-laki yang tidak mau dianggap
pengecut, membuatnya ingin tetap melakukannyan namun ia harus minum tuak terlebih
dahulu. Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial yang terjadi antara Ayah
dengan Orang Asing, semata-mata karena kecemburuan sosial yang muncul karena
sikap Orang Asing yang dirasakan Ayah berlebihan ketika ia berlagak seperti jutawan
besar didepan simiskin. Maka dari itulah muncul rasa iri hati dibenak Ayah yang
merasa seperti diremehkan.

Relasi sosial antara Orang Asing dengan Gadis tidak berjalan sebagaimana
hubungan antara kakak dengan adik yang saling menjaga, dan mengasihi satu sama lain.
Setelah sekian lama tidak berjumpa kurang lebih 14 tahun lamannya, membuat
keduannya tidak lagi saling mengenal secara fisik. Maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan sosial yang terjadi antara Gadis dan Orang Asing, berawal dari semenjak
kepergian Orang Asing yang akhirnnya meninggalkan rasa benci yang begitu mendalam
dalam benak sang gadis. Sebab ialah yang harus bekerja seperti kebanyakan lelaki,
yang seharusnya adalah tanggung jawab saudaranya sebagai anak tertua. Maka inilah
yang menjadi akar persoalan sosial diantara keduanya.

Ayah dan Ibu adalah sepasang suami istri yang telah bertahun-tahun hidup
sebagai petani miskin. Hubungan keduanya berjalan baik, setiap hari ayah bekerja
diladang sedangkan ibu berada dirumah. Diusia menjelang hari tua, keduannya masih
tetap membanting tulang demi menyambung hidup. Sangat jelas terlihat bahwa akar
permasalahan antara Ibu dengan Ayah terjadi karena tuntutan ekonomi. Dimana ayah
sebagai kepala rumah telah berusaha membanting tulang demi keluargannya, akan
tetapi nasib baik belum berpihak pada keluarga miskin ini. Maka dari itulah muncul niat
jahat yang tidak terkendali dari Ibu. Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan
sosial diantara keduanya terjadi karena masalah ekonomi, Ayah sebagai kepala Rumah
tangga sudah tidak tahu harus berbuat apa, sehingga ia mengikuti kemauan istrinya.

Ibu dan Gadis adalah dua orang perempuan pekerja keras, hidup dan lahir di

pedesaan membuat Ibu dan anak ini menjadi perempuan-perempuan yang kuat karena

pekerjaan sehari-hari keduannya adalah seorang petani. Gadis membantu ayahnya

bekerja diladang, begitu juga dengan Ibu. Meskipun keduannya terlihat akur, namun

kadang hubungan mereka begitu kaku.

Tujuannya adalah membunuh Orang Asing, hal inilah yang menjadi


permasalahan sosial antara Ibu dengan Gadis, dimana ibu menyuruh Gadis untuk
bersabar sampai menunggu Ayahnya pulang, sebab Ayahnyalah yang akan membunuh
Orang Asing. Akan tetapi hati dan pikiran Gadis telah dibutakan oleh harta. Iapun tidak
mendengar perkataan Ibunya, dengan seketika Ia selesai membunuh Orang Asing
dengan bantuan ibunya. Dan akhirnya ketika mereka mengetahui bahwa Orang Asing
adalah saudara kandungnya, maka Ibu dan Gadis hanya bisa menyesali perbuatan
keduanya. Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial diantara keduanya
terjadi saat kebenarannya terungkap.

Sebagai Ayah dan anak hubungan keduanya cukup saling memahami satu sama
lain. Gadis sering membantu Ayahnya bekerja diladang, hal yang mungkin hanya
dilakukan anak laki-laki, biasa dilakukan oleh Gadis. Meskipun begitu permasalahan
sosial antara keduanya muncul saat kehadiran Orang Asing dirumah mereka. Sangat
jelas terlihat bahwa Gadis merasa lebih hebat dari Ayahnya. Ia begitu bersikeras untuk
ingin membunuh Orang Asing. Hal inilah yang menjadi persoalan sosial bagi keduanya,
karena rasa ketidak sabaran menunggu Ayahnya pulang begitu tidak terkendali, maka
gadislah yang akhirnya menghabisi nyawa Orang Asing dengan bantuan Ibunya. Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial diantara keduanya terjadi saat
Ayah tidak sanggup membunuh Orang Asing sebelum ia mabuk, dan Gadislah yang
akhirnya melakukan perbuatan nekat itu sehingga ia harus menanggung resikonya.
DAFTAR RUJUKAN

Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Gadjah

Mada University Press. ISBN.

Endraswara, Suwardi. 2011.Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta.

CAPS.

----------------------------2011.Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta. CAPS.

Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi . PT Asdi Mahasatya. Jakarta. ISBN.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Tehnik Penelitian Sastra. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar.

Sahid, Nur. 2008. Sosiologi Teater. Yogyakarta. ISBN.

Sitorus, D. Eka. 2002. The Art Of Acting. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Wulansari, Dewi. 2009. Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung. ISBN.

http://www.spartacus.schoolnet.co.uk/Jbrooke.htm

http://www.kirjasto.sci.fi/rbrooke.htm.

Anda mungkin juga menyukai