Anda di halaman 1dari 13

Kompleksitas Tokoh Sarah dalam Cerpen Kurungan Sumbi Karya Benny Arnas

Oleh: Yuuki Airissa

Guna memenuhi tugas Kritik Sastra

Benny Arnas adalah seorang pengarang cerpen dalam jajaran sastrawan Indonesia yang karyanya
layak diperhitungkan. Lahir pada 8 Mei 1983. karya-karyanya tesebar di berbagai media. Selain
menulis cerpen, dia juga menulis puluhan antalogi. Beberapa pengharhaan dibidang sastra yang
sudah diraihnya antara lain; Balai Bahasa Cup (2009), Radar Pat Petulai Short-Story Award
(2009), Best Inspiring Story Writer (2009), Krakatau Awarrd for Poetry (2009), Batanghari
Sembilan Award for Literary (2009), Menpora Short-Story Awarrd (2010), and Krakatau Award
for Short-Story (2010). Dia juga diundang dalam even sastra Internasional, Ubud Writers &
Readers Festival, di Bali (2010). Dia juga tersmasuk satu dari 31 daftar penulis dalam acara
Temu Sastrawan Indonesia IV di Ternate (2011).

Salah satu cerpen karya Benny Arnas berjudul Kurungan Sumbi yang berkisah tentang
euthanasia dan talasemia yang diderita oleh seorang gadis berusia 18 tahun yang merupakan
anak seorang pejabat kaya bernama Sarah. Sebagai seorang anak yang kekuragan kasih sayang
Sarah melampiaskan rasa kesepiannya dengan cara merusak dirinya sendiri, jarang makan dan
minum, workaholic hingga sengaja menginsomniakan matanya. Hingga kecelakaan yang
menyebabkan sarah harus rela kaki kanannya diamputasi, kemudian perkenalan singkatnya
dengan seorang pasien leukimia yang berasal dari keluarga miskin yang bernama Sumbi. Sumbi
banyak menceritakan tentang dunia luar yang indah, membuat Sarah tenang dan nyaman berada
di dekat Sumbi.

Pembaca akan merasa tertarik jika membaca cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas ini.
Bagaimana Benny memilih judul Kurungan Sumbi, padahal sosok Sumbi adalah sosok yang
lemah, namun mampu mempengaruhi dan merubah sifat Sarah yang arogan.

Dalam sebuah cerita tokoh tidak hanya sebagai pelaku cerita tetapi sekaligus pembawa pesan
pengarang. Tokoh lebih dinilai pada kualitas pribadi, sifat dan sikapnya, serta segala tindak
lakunya, pada kondisi ini posisi tokoh dalam dalam cerita sejajar dengan tokoh pada dunia nyata,
seolah ia merupakan manusia yang menjadikan tokoh cerita memiliki kualitas moral dan
kerumitan tersendiri seperti tokoh Sarah dalam cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas.

Isi dan kerumitan tokoh Sarah yang dihadirkan Benny dalam cerpen Kurungan Sumbi ini
menarik untuk dibahas, “… Bukan karena aku ingin menuntut gadis itu atas kebihongannya,
bukan pula karena ingin menyampaikan empaty, aku hanya ingin mendengarkan ceritanya yang
puitis…” karena melalui kerumitan karakter tokoh Sarah tersebut Benny ingin menyampaikan
sebuah pesan kepada pembaca mengenai pelajaran hidup yang sederhana namun memberikan
pengaruh dan efek yang luar biasa besarnya terhadap pembaca. Kerumitan Sarah terlihat ketika
Sumbi meninggal, Sarah marah, kesal namun ingin tetap bertemu dengan Sumbi.
Tokoh tidak hanya sebagai pelaku cerita tetapi sekaligus pembawa pesan pengarang. Tokoh lebih
dinilai pada kualitas pribadi, sifat dan sikapnya, serta segala tindak lakunya, pada kondisi ini
posisi tokoh dalam dalam cerita sejajar dengan tokoh pada dunia nyata, seolah ia merupakan
manusia yang menjadikan tokoh cerita memiliki kualitas moral dan kerumitan tersendiri seperti
tokoh Sarah dalam cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas .

Penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu cerita karya sastra. Ada 3 cara
yang dapat dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:
Campuran ialah penggambaran watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan dramatik
dengan tujuan untuk saling melengkapi. Analitik cara ini dilakukan pengarang untuk
menggambarkan watak tokoh secara langsung.  Dramatik ialah cara pengarang untuk
menggambarkan tokoh utama secara tersurat, dengan kata lain tidak langsung. Penokohan cara
ini bisa melalui penggambaran tempat tinggal, percakapan/dialog antar tokoh, fisik, tingkah laku,
komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu dan jalan pikiran tokoh.

Kompleksitas watak atau karakter tokoh Sarah sendiri digambarkan menggunakan cara
campuran. Yang pertam pengarang secara langsung menyatakan kalau Sarah mulai mogok
makan, jarang minum, workaholic, insomnia sejak orang tuanya sibuk dan tak punya waktu
untuk Sarah. Setelah kemunculan Sumbi perlahan-lahan karakter Sarah berubah menjadi
terhibur, lebih tenang, dan merasa bahagia, namun ketika Sumbi meninggal Sarah kembali ke
karakter awalnya bahkan semakin parah, secara tidak langsung kompleksitas Sarah terlihat dari
penggambaran, “… Kau telah membunuh Euthanasiaku. Aku akan dikurung lagi. Dipenjara yang
baru yang aku akan bersusah payag membunuh euthanasiaku…”

Didalam sebuah keluarga peran orang tua sangatlah penting. Bukan hanya mencari nafkah untuk
anak-anak mereka, melainkan juga memberikan kasih sayang dan perhatian yang diperlukan oleh
anak-anak mereka. Dalam cerpen Kurungan Sumbi, diceritakan bagaimana tokoh Sarah yang
kekurangan kasih sayang sehingga mengalami depresi hingga mengidap euthanasia, hasrat ingin
mati.

Dari tokoh sarah pembaca dapat pelajaran bagaimana harus menyikapi dan memperlakukan
seorang anak yang kekurangan kasih sayang orang tuanya. Sekaya apapun dan seberapapun
banyak uang yang dimiliki tidak akan mampu membeli kebahagiaan seorang anak. Karena kasih
sayang dari orang tua itu sendiri yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak.

Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering seseorang yang kekurangan perhatian dan kasih
sayang akan merasa dekat dan tergantung dengan orang yang pengertian dan mau mendengarkan
keluh kesah kita. Seperti yang dialami oleh Sarah ketika bertemu Sumbi. Kepolosan dan
pembawaan Sumbi yang terkesan dewasa walaupun umurnya lebih muda dari Sarah membuat
Sarah merasa nyaman dan mempercayai semua kata-kata Sumbi.

Walaupun baru mengenal beberapa hari namun Sarah mempercayai semua kata-kata yang
diucapkan oleh Sumbi. Harusnya kita tidak boleh semudah itu percaya kepada orang yang baru
beberapa hari kita kenal, karena kita belum mengetahui sikap dan sifat asli orang tersebut agar
nantinya kita tidak menyesal.
Seperti Sarah yang menyesali dirinya yang dengan mudahnya percaya pada apa yang Sumbi
katakan, menelan semua kata-kata Sumbi tanpa berpikir tentang kelogisan dan kebenaran apa
yang dikatakannya, hingga dokter yang selama ini merawatnya mengganggapnya gila, terlihat
dari kutipan, “Tampaknya Sarah terkena semacam… gangguan kejiwaan.”

Cerpen Kurungan Sumbi memberikan banyak pelajaran, salah satunya kita tidak boleh langsung
mempercayai kata-kata orang lain begitu saja tanpa adanya bukti karena nanti kalau omongan
orang tersebut ternyata hanya bualan belaka kita sendiri yang akan menyesal dan merasa tertipu,
padahal salah kita sendiri juga yang dengan mudahnya mempercayai omongan orang lain, seperti
Sarah yang histeris setelah mengetahui bahwa Sumbi, teman sekamarnya di rumah sakit yang
menceritakan banyak hal menyenangkan dan indah yang ia lihat melalui tirai kamar mereka
ternyata sudah meninggal. Ternyata selain menderita leukimia Sumbi juga buta. Sarah syock
dengan keadaan itu, terlebih ketika tirai kamarnya dibuka, bukannya jendela yang
memperlihatkan keindahan dunia luar yang ia lihat, namun hanya sebuah dinding kosong belaka.
Dan karena itu pulalah Sarah yang hampir sembuh dari euthanasianya karena cerita yang
dituturkan oleh Sumbi kembali harus menelan pil pahit saat euthanasia yang hampir sembuh itu
kembali menggelayutinya hanya karena kepergian dan kebohongan seorang Sumbi.

Satu hal yang membuat Sarah bisa percaya begitu saja pada Sumbi adalah kesamaan nasib
mereka yang sama-sama tidak diperhatikan oleh orang tua masing-masing. Bila Sarah tak
diperhatikan oleh orang tuanya karena orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka, Sumbi
sama sekali tidak diperhatikan oleh ke-2 orang tuanya, orang tua Sumbi sama sekali tidak pernah
menjengguk Sumbi selama Sumbi dirawat di rumah sakit, mereka hanya mengantar Sumbi ke
rumah sakit lalu memasrahkan semuanya kepihak rumah sakit.

Kerumitan tokoh Sarah dalam cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas juga terlihat dari
kutipan, “… bukan karena aku ingin menuntut gadis itu atas kebohongannya, bukan juga karena
ingin berempati atas ketunanetraanya…”. Melalui kutipan tersebut Benny selaku penulis ingin
menunjukkan sisi rumit dalam diri Sarah, antara marah, kesal, benci, sedih namun membutuhkan
keberadaan Sumbi disekitarnya.

Sama seperti halnya kita pada umumnya, ketika kita dibohongi dan ditipu oleh orang yang kita
percaya, pasti dalam diri kita muncul perasaan kesal, marah, sebal, benci, namun juga butuh
kehadiran orang tersebut sehingga membuat kita binggung sendiri dengan apa yang sebenarnya
kita ingin lakukan, sikap yang bagaimana yang ingin kita tunjukkan untuk mengekspresikan
perasaan kita yang rumit tersebut. Hal itu digambarkan oleh Benny dengan sangat baik melalui
tokoh Sarah.

Kerumitan tokoh Sarah dimulai dari penyakit kejiwaan euthanasia atau hasrat ingin mati yang
disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sendiri, kemudian
kecelakaan yang mengakibatkan kaki kanannya harus diamputasi serta penyakit talasemia yang
dideritanya sejak kecil membuat hidup gadis berusia 18 tahun itu berantakan, kemudian
pertemuannya dengan Sumbi yang sedikit demi sedikit mampu menyembuhkan euthanasianya,
namun kemudian penyakit itu kembali menghantui Sarah, bahkan dokter memvonisnya gila
ketika Sarah tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Sumbi semuanya adalah bohong, Sarah pun
semakin histeris dengan kenyataan bahwa Sumbi telah meninggal.
Pembaca dapat mengabil banyak hal setelah membaca cerpen karya Benny Arnas yang berjudul
Kurungan Sumbi yang sebenarnya menceritakan pengarus seorang gadis buta terhadap orang
lain, dalam hal ini tokoh Sarah. Sarah yang histeris seolah-olah terkurung dalam bayang-bayang
Sumbi, teman sekamarnya di rumah sakit tempatnya di rawat.

Memang agak rumit untuk bisa memahami isi keseluruhan dari cerpen tersebut, terutama
karakter Sarah yang memang sedikit rumit dan membingungkan. Namun apabila kita jelih dalam
membaca cerpen tersebut banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil. Misalnya mengenai
pentingnya tumbuh dalam sebuah keluarga yang penuh dengan kasih sayang, walaupun waktu
yang terbatas namun setidaknya sebuah keluarga yang mendapatkan curahan kasih sayang dari
orang tua tidak akan membuat seorang anak merasa kesepian.

CONTOH WACANA KRITIK SASTRA


Saksi Mata:
Dongeng Mutakhir Tragedi Kemanusiaan
Kehadiran Seno Gumira Ajimara (SGA) yang menyeruak dari belantara Sastra Koran
seolah telah menyerap perhatian pembaca,sesame sastrawan dan kritikus sastra Indonesia.Ia tidak
sekadar hadir dan mengalir dengan cerpen-cerpenya, melainkan memperbaharui cara bertutur
para cerpenis pendahulunya. Ia lahir dengan kegelisahan kretifnya sendiri. Ia mencapai
kepeloporan daya cipta. Dengan segala”keunggulannya” itu tidak heran jika Korrie Layun
Rampan telah menempatkan SGA sebagai tokoh cerpenis Angkatan 2000.
Dengan sangat lincah SGA mencoba mempertukarkan fakta dan fiksi. Dia menggunakan
kekuatan verbal juru cerita untuk membocorkan fakta dan menyembunyikan pesan moral serta
kejutan pada akhir cerita. Ia memanfaatkan bahasa jurnalisme yang lugas, serta dengan bahasa
yang komunikatif itu pula ia merebak imaji pemaknaan dan penafsiran di dalamnya. Meskin
cerpennya kental fakta, namun SGA tak sampai membekukan imaji, pemaknaan dan penafsiran
pembaca.
SGA telah menyempurnakan darmanya sebagai seorang sastrawan-jurnalis. Ia telah
mampu memancarkan cara bercerita yang khas, yang bisa menyusup banyak peristiwa : sejarah,
sains maupun studi antropologi. Dengan demikian, jauh sebelum Dewi Lestari lewat novel
Supernova-nya dielu-elukan oleh sejumlah kritikus sebagai juru cerita mutakhir yang unik,
lantaran menyatukan ruh sains dan fiksi, sesungguhnya SGA telah lebih dulu mendedahkannya
dalan kegairahan bercerita yang komtemplatif.
Satu-satunya cerpen yang terkesan berbeda gaya penuturanyya terdapat pada cerpen
“Seruling Kesunyian”. Kekuatan cerpen ini bukan pada konflik antartokohnya, melainkan pada
kekuatan diksi yang puitis, dengan ungkapan-ungkapan yang lazim ditulis para penyair. Di
tangan SGA ruang waktu seolah mencair. Tak ada lagi fakta yang hadir sebagai mimesis,sebab
SGA telah melarutkannya secara lembut dalam narasi serupa dongeng mutakhir yang puitis.
Selain tu SGA tidak sekadar mengalirkan narsi, melainkan menjadi juru cerita bagi suasana, bagi
perlambang. Dengan begitu maka pemahaman pembaca pun seakan-akan menemukan teks sastra
yang lebih imajinatif,lebih membangkitkan penafsiran.
Selain itu, lewat cerpen “Seruling Kesunyian” SGA juga telah memperkenalkanpada kita
eksplorasi cara bertutur. Dalam cerpen tersebut tidaklagi berpusat pada kekuatan alur dan setting
serta pada pemahaman pembaca secara konvensional. Dengan perkataan lain SGA telah mampu
membiaskan cerpen menjadi serupa puisi panjang yang indah, dengan diksi (sangat) terlipih,
dengan kedalamam kontemplasi, serta dengan penafsiran yang berlapis-lapis.SGA juga telah
berhasil menepiskan jauh-jauh godaan sebagai seorang jurnalis yang harus “membocorkan” fakta
dalam cerpen. Dalam cerpen tersebut , intuisi kesastrawanan SGA begitu pekat, begitu kuat,
serta begitu kental. SGA telah membuka wawasan estetika pembaca bahwa fakta bsahadir dan
mengalirdalam narasi puisi yang menyerap segenap empati pembaca secara lembut,tanpa harus
menjadikannya protes sosialatau cerita bertendens,serta tanpa harus menjadikannya sebagai
cerpen naturalis atau realis yang “diperalat: oleh poliik sbagi panglima.Tema yang digarap
SGAsama yakni perjuangan manusia terhadap kekejian suatu rezim,namun SGA seolah tidak
pernah merasa kekeringan dalam hal bercerita. Sebagaimana Yasunari Kawabata dalam”Penari-
Pnari Jepang” dalam berkarya SGA seolah hampir tak pernah kehabisan nafas untuk
mendongeng.
Drs.S.Prasetyo Utomo,guru SMUN 13 Smg
Dari TegakLurus dengan Langit: Potretketerasingan Manusia Modern

Contoh Kritik:

Religiusitas dan Humanitas dalam Robohnya Surau Kami

Adalah sangat ironis, jika seseorang yang taat beribadat, bahkan sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk melalukan ibadat, ketika ia mati pada akhirnya ia harus menjadi penghuni
nerak.Malah sebagai pengalas neraka.Penyataan itu merupakan sebuah simpulan sementara yang
tentunya masih memerlukan sebuah pembuktian saat mengomentari Robohnya Surau Kami
karya A.A.NAvis,salah seorang sastrawan Angkatan’66
Tentu bukan tanpa alasan munculnya simpulan yang masih sementara itu, tapi
berdasarkan bukti-bukti atau argument yang logis yang penulisnukil dari karya A.A.Navis itu
sendiri.Sebab kija tidak,maka bukan tidak mungkin setiap orang akan meninggalkan ibadatnya
atau orang akan menyerang karya A.A.Navis tersebut. Bahkan bisa juga menimbulkan
interpretasi yang menimbulkan masalah baru.
Karena simpulan itu telah bermasalah,makapantaslah jika orang lantas bertanya;Siapa
yang beribadat?, Bagaimana ibadatnya? Apakah karena ibadatnya yang seperti itu yang
membuatnya masuk neraka? Siapa yang mengatakannya? Bagaimana ibadatyang semestinya?,
dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mencoba mengurai simpulan itu.
Dalam Robohnya Surau Kami,Navis mengawali dengan mendeskripsikan suasana desa
dengan sebuah surau tua,sebuah kolam ikan di depan surau airnya mengalir melalui empat buah
pancuran mandi. Pelukisan ini menggambarkan nuansa keindahan, kedamaian, dan ketenangan.
Sebuah kehidupan yang sejahtera dan makmur.
Kakek yang ditokohkan sebagai tokoh utama dalam cerita adalah bagian integral dari
suasana desa yang digambarkan itu. Kakek ada di situ dan tinggal di situ. Tapi kakek tidak bias
hidup di situ. Tak ada interaksi antara kakek dengan lingkungan itu.Kakek seakan berada di
tempat lain. Kakek seakan tak merasa bahwa lingkungan sekitarnya adalah bagian hidupnya,
bahkan hidupnya sendiri.Kakek ibarat sebatang pohon yang meranggas di tengah alam
sekitar.Dan suasana itu Cuma semacam onjek yang dinikmati orang lain.
Kakek ,tokoh utama cerita, adalah orang yang taat beribadat.Seluruh hidup dan waktunya
dikhususkan Cuma beribadat. Sampai-sampai istri dan anaknya tak diingatnya lagi.Hisupnya
sendiri pun tak dipikirkannya lagi. Sebagai penjaga surau atau garin,surau tua itulah yang
menjadi tempat tinggalnya. Yang penting baginya adalah beribadat,bias hidup, sudah cukup.
Seperti yang dikatanya kepada si aku:”Sedari muda aku di sini bukan? Tak kuingat punya
istri,punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain tahu? Tak kupikirkan hidupku
sendiri.Aku tak ingin jadi kaya,bikin rumah.Segala kehidupanku lahir batin, kuserahkan kepada
Allah Subhanahu Wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain.lalat seekor aku enggan
membunuhnya….”
Tak ada yang keliru menurut kakae kepada si aku. Dan si aku yang dalam cerita ini Cuma
sebagai pengamat membiarkan kata-kata kakek mengalir tanpa interupsi.Apalagi kakek
digambarkan sebagai orang yang berwatak keras, egois,dan sombong.Karakter tersebut implicit
dalam pertanyaan-pertanyaan kepada si aku:” Kau kenal padaku bukan? Sedari kecil aku di
sini.Sedari muda bukan? Kautahu apa yang kulakukan semua bukan? Terkutuklah perbuatanku?
Dikutuki Tuhan semua pekerjaanku?”
Si aku cerita pun telah mengenal karakter kakek yang keras dan egois ini.Baginya tak
mungkin ada celah untuk melakukan interupsi.seperti kesaksiannya:”Tapi aku tak perlu
menjawabnya lagi, sebab aku tahu,kalau kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam
lagi.Aku biarkan kakek dengan pertanyaan sindiri
……………………………………
Bagi Navis, kebenaran itu tak bias dipaksakan.Kebenaran sangat berhubungan dengan
urani seseorang.Oleh karena itu, untuk mengoreksi perilaku ibadat kakek, Navis tidak
bombastis, tidak revolusioner, tidak demonstrative, tidak melalui pengerahan massa. Navis Cuma
berkotbah.Navis mengemukakan apa yang benar menurut Tuhan.tapi tanpa menggurui sedikit
pun.Navis memberi kebebasan untuk menilai,membandingkan dan mengambil keputusan.Tetapi
kesalahan berkeputusan sanksinya cukupberat.Sanksi ini bukan versi Navis,melainkan sanksi
dari Tuhan.
Kotbah Navis ibarat pisau cukur.Cara kerjanya halus,nyaris tak kelihatan dan fungsinya
untuk mencukur, mengikis, memperbaiki apa-apa yang salah yang dianggap menghambat,
mengotori baik diri sendiri, maupun orang lain.Pisau cukur Navis ini dititipkannya melalui Ajo
Sidi, tokoh antagonis dalam cerita.
Navis tahu persis bahwa oaring seperti kakek tak perlu diajari lagi tentang pisau
cukur,karena pekerjaan kakek adalah sebagai pengasah pisau.tapi antar pisau dan pisau cukur ada
bedanya. Soal ketajaman dan fungsinya. Dan kali ini Navis memberi pisau yang lebih tajam
kepada kakek.
Ketajaman pisau cukur Navis menyayat nurani Kake.kakekkaget.kakekjadi
durjana.Muram, Kakek sadarbetul tentang ketajaman dan fungdi piasu cukur Navis itu.
Kedurjaan kakek disaksikan si aku:… Tidak pernah aku melihat begitu durja dan belum pernah
pernah salamku tak disahuti seperti saat itu. Kemudian aku duduk di sampingnya dan aku jamah
pisau cukur itu. Dan aku Tanya kakek,”Pisau apa,kek?”AjoSidi.””Ajo Sidi?” Kakek yak
menyahut.
Pisau cukurAjo sidi yang ditinggalkannya adalah gambaran tentang bualanataukotbah
Navis yang pernah disampaikan kepada kakek, yang kini menyampaikannya kembali kepada
aku.dan kesaksian aku tadi menggambarkan perubahan peri laku kakek.Kakek terpukul oleh
bualan Ajo Sidi mengenai Haji Soleh. Bagi kakek apa yang disampaikan Ajo Sidi,sebenarnya
dianggapnya sebagai angina lalu ,karena dianggapnya sebagai pembual.Namun,kali ini bualan
Ajo Sidi tak bisa dianggap sepele.Bualan seperti palu kena paku.
Kakekmasih mencoba membela diri.lalu kakek mengemukakan argumen-argumen
pembenarannya kepadasi aku:”Aku bangun pagi-pagi bersuci. Aku pukul bedug,membangunkan
manusia dari tidurnya supaya bersujud kepada-Nya.Aku sembahyang setiap waktu,siang malam,
pagi sore.Aku sebut-sebut nama-Nya selalu. Aku puji-puji Dia.Aku baca kitab-
Nya.Alhamdullihan kataku,bila aku menerima kurnia-Nya.Astagafirullah kataku,bila
terkejut.Masya Allah.kataku bila aku kagum.Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku
dikatakan manusia terkutuk.
Terkutuklah engkau kakek,dan neraka telah tersedia bagimu,karena ibadatmu itu.
Posted 22nd April 2013 by Christiana Rini Astuti

AIR MATA ANAKKU

Cepen Air Mata Anakku mengangkat kehidupan sehari-hari yang sudah akrab dengan
lingkungan sekitar kita, dalam cerpen ini kita dapat melihat akibat dari cara didikan yang salah
dalam lingkungan sekolah. Terlihat dari kutipan berikut :
            “Dengan diam-diam kami diberi jalan pintas.”
Jalan pintas yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah jalan pintas untuk lulus ketika
menghadapi ujian nasional saat SMA, niat para guru adalah membantu anak didiknya agar semua
lulus dan tentu saja agar nama sekolah tidak tercemar dengan adanya siswa yang tidak lulus.
Namun terlihat sekali bahwa niat untuk membantu pelaksanaannya menghalalkan segala cara.
Tanpa sadar guru menjadi pelopor kecurangan.
Akibatnya pengalaman yang mereka dapat dari sekolah tentang praktek kecurangan,
ketidakjujuran, jalan pintas untuk mendapatkan kelulusan terbawa sampai ketika mereka terjun
dimasyarakat, tokoh Huki contohnya telah mengamalkan ilmu yang didapat ketika sekolah dulu,
walau ilmunya tidak ada dalam catatannya tapi begitu mudah ilmunya melekat dalam
ingatannya. Dalam kehidupannya Huki selalu mengunakan jalan pintas dan tidak mau repot, ini
ilmu yang tanpa sadar telah diberikan pihak sekolah padanya, sampai pada akhirnya dia begitu
takut kehilangan jabatan yang dia dapatkan secara instan, hingga masa pensiunnya dia tetap
terbawa angannya haus akan jabatan yang disandangnya. Anak disini menjadi korban orang tua,
karena ketika orang tua yang menanam kemungkinan yang akan menuai hasilnya adalah
anaknya, demikian juga kebaikan dan keburukan.
Kekurangan dalam cerpen ini adalah cara penyampaian yang kurang begitu langsung
dapat dipahami oleh pembaca, dengan sudut pandang orang pertama yang menceritakan dalam
keadaan gangguan kejiwaan. Sebagian pembaca ada juga yang binggung dengan judul karena
hanya sedikit disinggung di akhir cerita sebagai berikut.

“Tangis anakku tambah mengeras. Air matanya mengenai safariku. Santi, anak perempuan
terakhirku, seakan tak rela melepas kepergianku ke kantor. Dia sesenggukan di dadaku. Baju
safariku terasa makin basah oleh air matanya.”

Cerita yang diutarakan lebih dominan pada kehidupan sang tokoh yakni orang tua dari pada sang
anak yang dimaksud dalam judul.

Dalam kisah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa niat yang baik harus
dilaksanakan dengan jalan yang baik pula, apabila dalam suatu lembaga pendidikan diajarkan
pola yang seperti dalam cerita tersebut maka ketika siswa-siswi terjun dalam kehidupan
masyarakat maka yang terjadi akan menghalalkan segala cara pula untuk kenikmatan dirinya
sendiri. Seharusnya guru sebagai seorang pendidik memberikan  contoh yang baik kepada para
siswanya. Jika guru mengajarkan hal-hal yang baik dan tidak berbau kepalsuan atau kebohongan
siswa pasti akan lebih disiplin dalam pendidikan dan tidak melakukan kebohongan atau
kepalsuan.

ESAI DAN KRITIK SASTRA PADA CERPEN “KIAI JOGOLOYO” KARYA M. SHOIM ANWAR
Nama          : Ahmad sya’roni
NIM            : 09 520 0234

Kelas           : A/ 2009

ESAI DAN KRITIK SASTRA PADA CERPEN “KIAI JOGOLOYO”

KARYA

M. SHOIM ANWAR

Ulama adalah seseorang atau berkepribadian yang baik, dan mempunyai tugas khusus untuk
mengajar dan meneladani secara mendalam tentang agama atau kepercayaan yang dimilikinya. Dia
mempunyai keperibadian atau sosok yang baik bagi sesama penganut kepercayaannya. Seperti yang
dikutip pada cerpen yang berjudul Kiai Jogoloyo, yaitu “Kiai Jogoloyo memang figur yang sangat dikenal
dan berwibawa dan berjiwa taqwa”.

Tugas pokok dari para Ulama adalah memberi ajaran atau petuah kepada tokoh agamannya
sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dimilikinya. Dia bisa menjadi teladan atau contoh kepada
masyarakat terutama dalam kehidupan rohani. Untuk menjadi seorang Ulama itu tidak mudah, Dia
harus bisa melewati tahap-tahap yang harus dijalani, dan menurut Kepercayaan Saya seorang yang
masuk dan menjadi Ulama adalah seseorang yang mempunyai panggilan hati, dan siap menjalani
kehidupan rohani. Dia mendapat berbagai ilmu dan berbagai tantangan (larangan) yang salah satunya
adalah seorang Ulama tidak boleh masuk partai politik. Ini adalah sebuah tegasan atau sebuah aturan
yang bersifat tradisi.

Akibat seorang Ulama masuk partai politik adalah Dia tidak bisa menjalankan tugas kedua-
duanya dengan baik dan benar. Dia sudah tidak mempunyai hati nuranai, pendirian, disiplin, jujur, dan
tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Dan dalam menjalani hidup ini pasti banyak tantangan
atau masalah yang dihadapinya. Contoh  yang konkret pada Negara kita ini adalah banyaknya Pejabat-
pejabat yang sudah korupsi dan melakukan kriminalitas pada kehidupan masyarakat Indonesia.
Masalah-masalah ini terus berada pada Negara kita ini, dan tidak bisa diselesaikan karena semua Profesi
sudah saling campur.

Dalam kehidupan modern ini, semua orang mempunyai hak untuk ikut partai politik. Tetapi
kalau seorang Ulama dalam kepercayaan Saya, ini sangat melarang atau tidak boleh untuk masuk paratai
politik. Sebab, Dia sudah menerima, mengakui, dan sudah berjanji untuk menjalankan tugas yang
dilakukan itu dengan membawa tujuan yang bersifat rohani atau gereja, yaitu melayani umat agama.
Memang secara sederhana, partai politik menurut Saya adalah sebuah wadah atau ruang bergerak bagi
siapa saja yang bisa menjalankan program-programnya atau visi dan misi yang dapat membangun dan
mensejahterakan kehidupan masyarakat. Seseorang yang ikut partai politik pasti sudah memiliki dan
merencanakan tujuan yang harus dicapai untuk masyarakat. Misalya melalui kampanye dia berjanji
sekolah gratis, biaya rumah sakit gratis, dan berjanji tidak korupsi. Ini adalah cara-cara yang harus
dilakukan oleh paratai politik untuk mempengaruhi masyarakat, dan cara-cara tersebut tidak bersalah
yang walaupun pada kenyataannya dia tidak menempatkan janji, karena ini demi memperoleh suara dan
partisipasi masyarakat untuk menjadi dan mendapat tempat tertentu bagi partai politik tersebut.

Jadi, kalau kita berpikir secara kritis kedua tugas atau profesi ini sudah tidak bisa dicampurkan
lagi, karena sudah mempunyai jalan-jalan dan tugas-tugas tersendiri yang harus dilaksankan. Contoh
saja pada cerpen tersebut, “Kiai Jogoloyo yang awalnya hanya menjalankan tugasnya sendiri, dia mejadi
teladan atau contoh bagi pengikut kepercayaannya, dia mempunyai keperibadian yang baik, bahkan
menurut masyarakat, Kiai Jogoloyo memang figur yang sangat dikenal, berwibawa, dimuliakan dan
mempunyai jiwa yang taqwa”. Tetapi ketika Kiai Jogoloyo masuk partai politik,   “kehidupannya sudah
mulai hancur, tidak tenang, penuh masalah, kepercayaan diri sudah tidak ada, dan tidak mempunyai
martabat, hati nurani, dan rasa tanggung jawab. Dimana bila dulu selalu terdengar lantunan ayat-ayat
suci, kini saat kiai pergi, dari pondok itu terdengar lagu-lagu pop, dandut, bahkan metal. Para santri
perempuan yang dulu dipisahkan dengan laki-laki, kini menjadi longgar. Mereka malah saling mengintip
dari kejauhan”.

Oleh karena itu, idealnya para Ulama dan Politikus tidak boleh campur dalam menjalankan
tugasnya. Lebih baik jika tetap fokus terhadap tugas masing-masing, dan saling memberi bantuan,
gagasan, dan motivasi yag baik dalam mencapai tujuan kehidupan masyarakat umum, serta tidak lebih
mementingkan kepentingan sendiri dari pada kepentingan umum. Karena akibatnya, adalah kehidupan
orang tersebut akan jatuh, hancur, dan tidak berjiwa kemanusian; atau seperti yang dikutip pada cerpen
tersebut, ialah “Politikus Partai Kecemplung Kali”.

Kritik dan Esai Sastra - Cerpen Tangisan Anakku karya Shoim Anwar
3:30 PM Fahmi Faisol

TIDAK DI NEGERI ANTAH BERANTAH

Begitu banyak macam realitas kehidupan yang tertoreh dalam bentuk karya sastra. Ketika
menemukan peristiwa yang memilukan, pengalaman yang menggelitik, kejadian nan unik atau eksentrik,
dan hal-hal baru yang menggigit, pengarang mengeksplorasi semuanya itu dalam bentuk karya sastra.
Cerpen Tangisan Anakku merupakan hasil karya sastra yang mengabstraksikan realitas
kehidupan masyarakat. Soim Anwar sebagai pengarang cerpen ini menggugah pembaca dengan
menampilkan problema kehidupan seorang pria yang bernama Huki, berpredikat sebagai kepala
perkantoran yang bekerja di sebuah lembaga instansi negara, akan tetapi karena proses dalam
menggapai itu semua dengan jalan yang bisa dibilang curang dan instan maka karir Huki berakhir suram
dan pada akhirnya membuat pria dari tiga anak tersebut mengalami gangguan kejiwaan.

Siapapun orangnya setelah menempuh sekian tahun pelajaran di sekolah pasti sangat
mendambakan lulus ujian nasional (UN). Banyak usaha dan upaya yang dilakukan agar dapat lulus ujian
nasional ini, dari cara-cara yang baik yaitu dengan belajar sungguh-sungguh sampai menggunakan cara
yang tidak terpuji seperti membocorkan soal - soal yang akan keluar dalam ujian nasional tersebut.
Semua itu dilakukan tidak lain agar dapat lulus dalam ujian nasional, syukur-syukur dapat lulus dengan
hasil yang memuaskan.

Sebagai contoh, cerpen Tangisan Anakku karya Shoim Anwar. Bagaimana penyair ini memotret
sitem pendidikan di negara ini yang semakin memprihatinkan. Dalam hal inilah “Tangisan Anakku”
memperlihatkan orisinalitasnya yang khas dari gagasan penyairnya.

Perhatikan kutipan berikut.

“Huki, kamu kan siswa paling malas. Pingin lulus, kan?” tanya pak Dar, kepala sekolah kami.

“Ya, Pak,” aku mengangguk.

“Nah, perhatikan untuk semuanya. Jangan sampai ketahuan orang luar. Jaga, ya?”

“Bereeees,” kami serentak koor.......(Shoim Anwar, 2009: 102)”

Dari kutipan di atas dijelaskan bagaimana sikap kepala sekolah yang berniat meluluskan semua
siswa baik yang pintar dan malas dengan cara curang. Sistem pendidikan saat ini seperti lingkaran setan,
jika ada yang mengatakan bahwa tidak perlu UN karena yang mengetahui karakteristik siswa di sekolah
adalah guru, pernyataan tersebut betul sekali, namun pada kenyataan dilapangan, sering kali dilihat dari
nilai raport yang dimanipulasi, jarang bahkan mungkin tidak ada guru yang tidak memanipulasi nilainya
dengan berbagai macam alasan, kasihan siswanya, supaya terlihat guru tersebut berhasil dalam
mengajar.

Perhatikan kutipan berikut.

“Soal ujian, yang para pembuatnya harus dikarantina, soal disiman di kantor polisi dan dijaga ketat,
pihak sekolah ketika mengambil dan menyetor harus dikawal polisi, ternyata tidak bemakna apa-apa.
Aku dapat lulus dengan mudah berkat cara-cara di atas. Aku tak ingin kuliah, tapi aku ingin cari cepat
bekerja agar dapat bayaran. Dengan bekal ijazah sekolah atas itulah aku daftar tes pegawai negeri.....
(Shoim Anwar, 2009: 103)”

Dari kutipan di atas dijelaskan begitu banyak pilihan yang  bisa dilakukan oleh seorang siswa,
terlepas apakah orang tua bisa mengerti ataupun tidak keinginan putra-putirnya. Tidak besekolah
memag keputusan yang sangat berat, berbagai macam keberatan akan muncul, bagaimana dengan
diskuis, bagaimana dengan penyamaan persepsi terhadap suatu permasalahan, jika tidak bersekolah,
bagaimana dapat menemukan lingkungan yang kondusif untuk belajar, atau yang lebih umum, karena
bangsa kita adalah bangsa yang gila gengsi dan gelar, bagaimana dengan pekerjaan, jika tidak punya
gelar. Poin inilah yang paling menjanjikan, sekolah hanya untuk mencari gelar??.

            Masa sekolah dan perguruan tinggi terlewati dengan mudah, Huki pun lolos tes uji dan diterima
sebagai pegawai negeri. Berbekal ijazah yang didapat hanya kurang dari  dua tahun, Huki kini bisa
menikmati kariernya sebagai pegawai pemerintah, hari-hari yang dilalui begitu santai, seakan tanpa
beban namun gaji terus mengalir.

Perhatikan kutipan berikut.

“Terus terang, prestasi kerja di kantor memang tak ada peningkatan dan hanya rutinitas. Aku mengalami
dan merasakan karena aku juga pelakunya. Para personilnya banyak mengantongi gelar baru yang lebih
tinggi, tapi ilmu dan sikap mereka tambah merosot kerena gelar itu diperoleh dengan cara instan.
Mereka, aku juga, minta jabatab dan tunjangan-tunjangan lebih banyak karena punya gelar baru. Dari
uang rakyat, negara harus mengeluarkan biaya lebih banyak lagi bagi birokrat yang modelnya kayak gini.
Tapi apa boleh buat. Toh mereka yang di atas juga memberi contoh demikian .....(Shoim Anwar, 2009:
106)””

            Dari kutipan di atas dijelaskan bagaimana aktifitas pegawai negeri yang tiap hari hanya mengobrol
dari lorong-lorong ketawa ketiwi, tidak ada beban pekerjaan, sambil menunggu proyek turunan. Cara
mencari duit mereka salah satunya dengan menaikkan gelar, perjalanan dinas fiktif, dari sliip atau
invoice hotel, tiket pesawat, tiket boarding pass, semua bisa dipalsukan alias kalau perjalanan dinas
kalau tidak berangkat malah mendapat duit. Kita bisa lihat di kantor-kantor kelurahan dan kecamatan,
pelayanan masyarakat hanya isapan jempol belaka, pukul 10-11 masih pada kosong. Di tempat dinas
yang lain, pegawai juga hanya datang absesn langsung pulang dan sore datang lagi untuk absen saja. Jadi
untuk apa mereka menjalani itu semua, mengejar prestasi..?? Ironi sekali negara ini.

Anda mungkin juga menyukai