Anda di halaman 1dari 3

Nama: Intan Ayu Linda

NIM: A04218011

Tugas Metpen Sastra

Latar Belakang

Karya sastra tidak akan terlepas dari persoalan kehidupan, baik pribadi ataupun kolektif.
Karya sastra terbagi menjadi dua, yakni fiksi da non fiksi. Meskipun karya sastra fiksi bersifat
khayalan, namun keliru jika karya sastra dianggap tidak memiliki makna kehidupan. Karya sastra
lahir karena pergulatan pengarang dalam perenungan tentang hakikat kehidupan dan makna hidup
itu sendiri, persoalan-persoalan yang tertumpahkan dari pikiran pengarang dalam karya sastranya.
Sastra merupakan sebuah kegiatan kreatif yang didalamnya terdapat nilai-nilai tentang
kehidupan. Karya sastra menyuguhkan kesenangan dan pemahaman. Tak sedikit karya sastra yang
bersifat hiburan mengenalkan berbagai imajinasi dan menyuguhkan fantasi tersendiri, namun tak
kurang juga karya sastra yang memiliki makna tersurat maupun tersirat dibalik penciptaannya.
“Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang
dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dapat dilukiskan melalui kata-kata dalam
dalam bentuk tulisan”. (Wellek dan Warren, 2016: 3)

Pradopo (2001) mengungkapkan puisi sebagai salah satu karya sastra yang dapat dikaji
dalam beberapa aspek, salah satunya adalah struktur dan unsur-unsurnya. Mengingat bahwa puisi
itu adalah struktur yang tersusun dan sarana-sarana kepuitisan.

Karya sastra terutama puisi tak luput dari pergulatan ide, ekspresi gagasan, dan perasaan
pengarang. Karya sastra merupakan dunia imajinatif pengarang yang tertuang di dalam tulisan,
gambar, dan gerak dikreasikan setelah melewati refleksi dari kehidupan di sekitarnya (Al-Ma’ruf,
2010:2). Gambaran tentang apa yang ada di pikiran pengarang mendorongnya untuk
menuangkannya pada karya sastra.

Putu Wijaya merupakan seorang sastrawan yang lebih menonjol pada bidang drama, oleh
karena itu ia disebut juga dramawan. Putu kelahiran Bali tepatnya di Puri Anom, Tabanan pada
tanggal 11 April 1944. Sebagai pegiat budaya, Putu tak hanya bermain drama dalam negeri, ia juga
sering keluar negeri, seperti Jerman, Prancis, dll. Tak hanya pada bidang drama: novel, cerpen,
puisi pun ia geluti. Semua karyanya selalu bernafaskan makna, mayoritas tentang kritik sosial,
kemanusiaan, dan romansa.

Salah satu karyanya yang melegenda, Puisi “Kunyanyikan Lagu Ini”. Puisi tersebut adalah
salah satu gambaran bagaimana kelas sosial selalu menjamah di kehidupan manusia. Pertarungan
kehidupan antara golongan masyarakat kelas bawah dan kelas atas selalu mejadi perbincangan
serius. Bisa dinamakan puisi yang modern karena tidak terikat dengan ketentuan puisi zaman dulu,
seperti pola rima, jumlah bait, dll.

Dalam puisi ini, penyair menyinggung sikap individual perintah/pejabat yang semena-
mena dalam tugasnya, tak memperdulikan nasib rakyat kecil yang membutuhkan pertolongan.
Sikap ppara petinggi yang hanya acuh pada lingkungan politiknya dibandingankan para rakyat
kelas bawah. Adanya ketimpangan sosial semacam ini mendorong pengarang menciptakan dan
menuangakannya dalam bentuk puisi.

Keadaan dalam puisi tersebut menandakan keadaan suatu Negara yang sedang kritis.
Aroma kebebasan belum tercium di permukaan. Sehingga yang selalu dilihat dunia adalah
kemajuan di bidang politik. Padahal rakyat kecil sedang terselubung keberadaannya. Kemiskinan,
keadilan, kebebasan, belum terealisasikan seutuhnya.

Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk menganalisis memakai analisis yang
berfokus pada unsur intrinsik yang ada dalam puisi tersebut, sepertihalnya: tema, gaya bahasa,
rima dan ritme, dan nada dan suasana. Puisi “Kunyanyikan Lagu Ini” sangat layak untuk dikaji,
mengingat masih belum ada peneliti yang mengkaji sebelumnya

Daftar Pustaka

Pradopo, Rachmat Djoko. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai