Anda di halaman 1dari 12

Anggota Kelompok 7:

1. Florida Rahmatyana Daeli (NIM 01409200026)


2. Gilbert Lamondang (NIM 01409200014)
3. Nurani Siburian (NIM 01409200029)
4. Putri M. Sihombing (NIM 01409200018)

Analisis Puisi Di bawah Kibaran Sarung Joko Pinurbo

Di Bawah Kibaran Sarung


Karya Joko Pinurbo

Di bawah kibaran sarung anak-anak berangkat tidur


ke haribaan malam. Tidur mereka seperti tidur yang baka.
Tidur yang dijaga dan disambangi seorang lelaki kurus
dengan punggung melengkung, mata yang dalam dan cekung.
“Hidup orang miskin!” pekiknya sambil membentangkan sarung.
“Hidup sarung!” seru seorang perempuan, sahabat malam,
yang tekun mendengarkan hujan. Lalu ia mainkan piano,
piano tua, di dada lelaki itu. “Simfoni batukmu, nada-nada
sakitmu, musik klasikmu, mengalun merdu sepanjang malam,”
hibur perempuan itu dengan mata setengah terpejam.
Di bawah kibaran sarung
rumah adalah kampung.
Kampung kecil di mana kau
bisa ngintip yang serba gaib:
kisah senja, celoteh cinta,
sungai coklat, dada langsat,
parade susu, susu cantik
dan pantat nungging
yang kausebut nasib.
Kampung kumuh di mana penyakit,
onggokan sampah, sumpah serapah,
mayat busuk, anjing kawin,
maling mabuk, piring pecah,
tikus ngamuk, timbunan tinja
adalah tetangga.
“Rumahku adalah istanaku,”
kata perempuan itu sambil terus
memainkan pianonya, piano tua,
piano kesayangan.
“Rumahku adalah kerandaku,”
timpal lelaki itu sambil terus
meletupkan batuknya, batuk darah,
batuk kemenangan.
Dan seperti keranda mencari penumpang
dari jauh terdengar suara andong
memanggil pulang. Kling klong kling klong.
Di bawah kibaran sarung
kutuliskan puisimu,
di rumah kecil yang dingin terpencil.
Seperti perempuan perkasa
yang betah berjaga
menemani kantuk, menemani sakit
di remang cahaya:
menghitung iga, memainkan piano
di dada lelaki tua
yang gagap mengucap doa.
Ya, kutuliskan puisimu
kulepaskan ke seberang
seperti kanak-kanak berangkat tidur
ke haribaan malam.
Ayo temui aku di bawah kibaran sarung
di tempat yang jauh terlindung.
(1999)

A. Alasan Memilih Puisi “Di Bawah Kibaran Sarung” karya Joko Pinurbo

Alasan mengapa kami memilih puisi Di bawah Kibaran Sarung karya Joko Pinurbo
karena Joko Pinurbo merupakan salah satu penyair terkemuka Indonesia dimana karya-
karyanya memiliki warna dan gaya tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Ia merupakan
lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas), Sanata Dharma
Yogyakarta. Kegemarannya mengarang puisi ditekuninya sejak di Sekolah Menengah Atas.
Atas pencapaiannya, Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan: Penghargaan Buku
Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001),
Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014),
Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Penyair yang bermukim di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai pertemuan dan
festival sastra. Karya-karyanya telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris,
Jerman, dan Mandarin. Sejumlah puisinya juga telah dimusikalilasi antara lain oleh Oppie
Andaresta dan Ananda Sukarlan.

Puisi-puisi Joko Pinurbo merupakan perpaduan narasi, humor, dan ironi. Ia piawai
menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari
dengan bahasa yang cair tapi tajam. Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan
kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari. Di sisi lain, Joko pinurbo gemar
mempermainkan dan mendayagunakan keunikan kata-kata bahasa Indonesia sehingga banyak
puisinya hanya dapat dibaca dan dinikmati dalam bahasa Indonesia.

Puisi Di bawah Kibaran Sarung ini mengangkat tema mengenai kondisi keseharian di
rumah dan juga mengangat tema tentang lingkungan yang kumuh di tempat yang terpencil.
Menggambarkan tentang kehidupan yang melarat baik dalam bidang ekonomi maupun
kesehatan. Menggambarkan bagaimana kondisi ekonomi yang memengaruhi bidang lain,
namun dibalik itu dalam puisi penulis menggambarkan bahwa tokoh dalam puisi tetap merasa
aman dan senang dalam rumahnya meskipun kondisi tidak mendukung.
Puisi Di bawah Kibaran sarung tersebut merupakan karya yang sangat populer pada
masanya dimana orang-orang turut aktif dalam membaca puisi tersebut. Puisi karya Joko
Pinurbo ini merupakan puisi yang memiliki makna yang dalam dalam setiap kata-katanya.
Dalam puisi ini, Joko Pinurbo tidak menggurui pembaca melalui karya puisinya namun
penulis seolah-olah turut menggambarkan bagaimana kondisi sosial dalam lingkungan
terpencil. Penggunaan bahasa yang sangat dekat dengan realitas yang terjadi dalam
kehidupan sehingga mempermudah pembaca dalam memaknai isi puisi tersebut.

Penggunaan bahasa dalam puisi karya Joko Pinurbo ini memiliki gaya yang sederhana
tetapi mengandung nilai moral yang sangat dalam sehingga pembaca turut merasakan
gambaran dalam puisi tersebut. Penulis menggunakan majas hiperbola, majas alegori, dan
majas litotes. Penggunaan majas ini membantu pembaca dalam menggambarkan kondisi yang
sebenarnya dalam kehidupan nyata. Puisi Di bawah Kibaran Sarung ini memiliki makna yang
dalam yang menggambarkan dan mengingatkan kita bahwa bagaimana pun kondisi rumah
dan lingkungan tempat tinggal kita, tetap saja menjadi tempat ternyaman bagi kita dan tempat
dimana kita akan pulang. Puisi ini juga mengajarkan kita bagaimana kita harus memiliki rasa
syukur dengan segala kondisi yang terjadi dalam hidup dan tetap mensyukuri takdir hidup
yang telah digariskan Sang Pencipta .

Puisi ini merupakan salah satu bentuk puisi baru dimana karena memiliki bentuk yang
lebih bebas dalam jumlah baris, rima, suku kata, dan irama, sehingga dalam pembuatannya
tidak terikat akan aturan-aturan dalam konvensi yang disepakati.
B. Analisis Imagery terhadap Puisi

Puisi dapat menimbulkan efek imajinasi, sehingga dapat memberikan citra inderawi
yang dapat memberikan kesan khusus pula bagi pembaca. Adapun imaji atau pencitraan
tersebut dibagi dalam beberapa hal, yaitu:

a. Imaji Visual
Imaji visual adalah citraan yang menyebabkan pembaca seolah-olah melihat langsung
hal-hal yang diungkapkan penyair.
b. Imaji Auditory
Imaji ini menyebabkan pembaca seolah-olah mendengar secara langsung tentang hal-hal
yang diungkapkan penyair.
c. Imaji Taktil (perasaan)
Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan penyair yang mampu memengaruhi perasaan,
sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya.
d. Imaji Alfatori (citra penciuman/pembauan)
Imaji yang memungkinkan pembaca dapat seolah-olah merasakan adanya bau-bau
tertentu, misalnya wewangian atau bau sungai yang keruh.
e. Imaji Gustatory (citra pencicipan)
Imaji ini memumungkinkan seolah-olah pembaca merasakan pahit, getir, asam, atau
manis.
f. Imaji Kinestetik (citra gerak)
Imaji kinestetik memberikan rasa seolah-olah pembaca dapat merasakan dan melihat
adanya gerak dalam puisi yang diciptakan.

Puisi dapat dianalisis dengan berbagai cara, salah satu caranya yaitu dengan
menganalisis berdasarkan imagery/ imaji terhadap unsur yang terkandung di dalam puisi.
Berikut analisis imagery/ imaji terhadap puisi “Di Bawah Kibaran Sarung” karya Joko
Pinurbo:
1. Imagery visual:
Di bawah kibaran sarung anak-anak berangkat tidur
… seorang lelaki kurus
Dengan punggung melengkung, mata yang dalam dan cekung.
Di bawah kibaran sarung
Kampung kecil
Kampung kumuh
Onggokan sampah
Memainkan piano
2. Imagery auditory:
“Hidup orang miskin!” pekiknya …
“Hidup sarung!” seru seorang perempuan
“Simfoni batukmu, nada-nada
sakitmu, musik klasikmu, mengalun merdu sepanjang malam,”
“Rumahku adalah istanaku,”
“Rumahku adalah kerandaku,”
Terdengar suara andong
3. Imagery taktil (Perasaan):
“Simfoni batukmu, nada-nada
sakitmu, musik klasikmu, mengalun merdu sepanjang malam,”

“Rumahku adalah kerandaku,“ timpal lelaki itu sambil terus


meletupkan batuknya, batuk darah, batuk kemenangan

4. Imagery alfatori (citra penciuman/pembauan):


mayat busuk,
5. Imagery Kinestetik (citra gerak):
membentangkan sarung.
Lalu ia mainkan piano
kutuliskan puisimu,

C. Analisis Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Tertentu

Kegiatan menganalisis puisi bertujuan untuk memahami makna puisi. Menganalisis


puisi adalah usaha menangkapndan memberi makna pada teks puisi. Karya sastra itu
merupakan struktur yang bermakna hal ini mengingat bahwa karya sastra itu sistem tanda
yang mempunyai makna yang menggunakan medium bahasa.

Dalam kegiatan menganalisis karya sastra puisi memerlukan adanya pendekatan


tertentu dalam pelaksanaannya. Pendekatan tersebut bertujuan untuk menilai dan
menganalisis puisi terhadap aspek tertentu. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan,
antara lain:
1. Pendekatan Mimetik, Sosiologis, Historis
Melalui pendekatan ini, sastra dapat dikatakan berhasil jika dari sastra tersebut
menggambarkan masyarakat atau peristiwa kesejarahan.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini menyatakan bahwa sastra yang berhasil apabila unsur-unsur
pembentuknya padu.
3. Pendekatan Ekspresif
Sastra yang berhasil apabila mengungkapkan gagasannya dengan cara yang tepat.
4. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini menyatakan bahwa sastra yang berhasil apabila berguna bagi pembaca.

Puisi “Di Bawah Kibaran Sarung’ oleh Joko Pinurbo dapat dianalisis dengan
menggunakan pendekatan Ekspresif. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan
menganalisis puisi dengan melihat apakah puisi tersebut mengungkapkan gagasan, perasaan,
pikiran dari pengarang dengan jelas. Pendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai
curahan,isi hati,gagasan, pikiran,perasaan dari pengarang.

Pendekatan ekspresif ini digunakan dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui
maksud dari setiap hal yang tersirat dalam kata-kata yang dituangkan oleh pengarang dalam
puisi. Seperti pada kalimat

"Lalu ia mainkan piano, piano tua, di dada lelaki itu.

“Simfoni batukmu, nada-nada sakitmu,

musik klasikmu mengalun merdu

sepanjang malam,” hibur perempuan itu

dengan mata setengah terpejam "

Maksud dari pengarang bukan lah piano yang merupakan alat musik,melainkan gerakan jari
seorang perempuan lanjut usia yang memijit dada suaminya yang sakit. Sinfoni batuk, nada-
nada sakit, musik klasik yang mengalun merdu sepanjang malam sudah sangat menjelaskan
bagaimana penyakit pria tua itu menghiasi malam mereka.

Contoh lain dari penggunaan pendekatan ekspresif adalah seperti berikut :

“Rumahku adalah istanaku,”


kata perempuan itu sambil terus

memainkan pianonya, piano tua,

piano kesayangan.

“Rumahku adalah kerandaku,”

timpal lelaki itu sambil terus

meletupkan batuknya, batuk darah,

batuk kemenangan

Dari penggalan puisi di atas,kita dapat melihat isi pikiran pengarang atau curahan isi
hatinya,meskipun berada dalam kehidupan yang jauh dari layak,memiliki rumah yang tidak
mewah dan bergumul dengan penyakitnya, sepasang suami istri tersebut tetap bersyukur dan
merasa bahagia. Rasa syukur dan cukup membuat seseorang mampu melewati setiap
kesulitan yang dihadapinya.

Jadi,alasan mengapa puisi ini dianalisis menggunakan pendekatan ekspresif,karna puisi


ini banyak mengandung sebuah kalimat yang menunjukan bagaimana pengarang
mencurahkan isi pikirannya, dan mengungkapkan gagasannya. Dengan menggunakan
pendekatan ekspresif memudahkan pembaca dalam memahami maksud dari pengarang.

Selain pendekatan ekspresif, ada pula pendekatan yang dapat digunakan dalam
menganalisis pusisi "Di Bawah Kibaran Sarung". Pendekatan tersebut dalam pendekatan
pragmatis, bisa dilihat dari sikap hati yang kuat dari sepasang suami istri tersebut menjadi
contoh bagi pembaca dalam menerima keadaan yang ada.

Berikutnya, puisi ini dianalisis menggunakan pendekatan mimestik,sosiologis,dan history.


Dari puisi "Di Bawah Kibaran Sarung" tergambar dengan jelas kehidupan masyarakat yang
hidup dalam kondisi ekonomi kelas bawah.

"Kampung kumuh di mana penyakit,

onggokan sampah, sumpah serapah,

anjing kawin, maling mabuk,

piring pecah, tikus ngamuk

adalah tetangga."
Dari penggalan di atas, sudah sangat jelas bagaimana pengarang menggambarkan
kehidupan pasangan suami istri yang tinggal dalam sebuah "rumah sederhana". Jika makna
puisi tersebut dihubungkan dengan kondisi saat ini, maka hal-hal yang dijumpai dalam puisi
juga dapat dijumpaai dikehidupan nyata. Kondisi kemiskinan yang terjadi dan dirasakan di
mana saja, dan puisi tersebut menggambarkan dan menyampaikan bagaimana kondisi
kehidupan masyarakat yang kurang mampu atau miskin.

A. Menganalisis Puisi Menggunakan Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta
yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri
sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Pendekatan struktural akan membahsa tentang unsur intrinsik puisi.

Unsur intrinsik puisi dibawah kibaran sarung

1. Tema
Tema dalam puisi di bawah kibaran sarung adalah kondisi kehidupan dan lingkungan
yang kumuh di tempat yang terpencil yang menggambarkan tentang kehidupan yang
melarat baik dalam bidang ekonomi maupun kesehatan.
2. Rasa
Rasa yang ada pada puisi di bawah kibaran sarung adalah rasa sedih, senang dan
merasa aman walaupun dalam lingkungan yang sangat kumuh dimana penyakit dan
onggokan sampah menumpuk di lingkungan tempat tinggal.
3. Nada
Pada puisi ini, penulis menuangkan perasaan tegas dan semangat, dimana penulis
menceritakan bagaimana kehidupan anak-anak yang hidup miskin bersama dengan
seorang lelaki kurus dan punggung melngkung, mata yang dalam dan cekung namun
tetap memiliki semangat yang tinggi untuk bisa bertahan hidup.
4. Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari puisi di bawah kibaran sarung adalah kebahagian,
rasa aman, tidak hanya di dapat dari kondisi lingkungan yang elit. Hidup miskin
dengan Kondisi lingkungan yang sangat sederhana dan kotor yang ditumpuki
onggokan sampah juga bisa memberikan kebahagian dan rasa semangat untuk tetap
bertahan hidup. Tidak merasa rendah diri hidup dalam kondisi yang miskin,
melainkan tetap bahagia hidup di tempat dia di besarkan, seperti kata perempuan itu
“rumahku adalah istanaku”.
5. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang digunakan dalam puisi di bawah kibaran sarung adalah
menggunakan gaya Bahasa yang mudah di pahami pembaca, sehingga pembaca juga
turut merasakan gambaran yang ingin di sampaikan penulis. Penulis menggunakan
majas hiperbola (melebih-lebihkan/berlebihan), majas alegori (kiasan/gambaran), dan majas
litotes (gaya bahasa yang digunakan dengan tujuan merendahkan diri). Penggunaan majas ini
membantu pembaca dalam menggambarkan kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan nyata.

B. Menganalisis Puisi dengan menggunakan Pendekatan Ekspresif

Pendekatan Ekspresif adalah sastra yang berhasil apabila mengungkapkan gagasannya


dengan cara yang tepat. Pendekatan ekspresif pada puisi di bawah kibaran sarung adalah
mengungkapkan gagasan dengan cara yang tepat. Dimana melalui gaya Bahasa yang
digunakan pada puisi, penulis dapat memberikan gambaran kehidupan kepada pembaca, dan
pembaca juga mendapat gambaran pada puisi di bawah kibaran sarung dan dapat
membayangkan dalam kehidupan nyata.

C. Menganalisis Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Pragmatik

pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya


terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pendekatan
pragmatik pada puisi di bawah kibaran sarung tidak indah tetapi memiliki makna yang sangat dalam
sekalipun penulis menggunakan Bahasa yang sederhana dan menggunakan berbagai majas. Namun
pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca berpengaruh besar dan tersampaikan maksudnya.
Memberikan kesan untuk bisa tetap semangat dan bahagia walaupun dalam kondisi sosial, kondisi
lingkungan yang kurang layak, kondisi perekonomian yang pas-pasan, namun penulis dapat
memberikan gambaran kehidupan nyata bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai