A. Alasan Memilih Puisi “Di Bawah Kibaran Sarung” karya Joko Pinurbo
Alasan mengapa kami memilih puisi Di bawah Kibaran Sarung karya Joko Pinurbo
karena Joko Pinurbo merupakan salah satu penyair terkemuka Indonesia dimana karya-
karyanya memiliki warna dan gaya tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Ia merupakan
lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas), Sanata Dharma
Yogyakarta. Kegemarannya mengarang puisi ditekuninya sejak di Sekolah Menengah Atas.
Atas pencapaiannya, Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan: Penghargaan Buku
Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001),
Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014),
Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Penyair yang bermukim di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai pertemuan dan
festival sastra. Karya-karyanya telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris,
Jerman, dan Mandarin. Sejumlah puisinya juga telah dimusikalilasi antara lain oleh Oppie
Andaresta dan Ananda Sukarlan.
Puisi-puisi Joko Pinurbo merupakan perpaduan narasi, humor, dan ironi. Ia piawai
menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari
dengan bahasa yang cair tapi tajam. Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan
kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari. Di sisi lain, Joko pinurbo gemar
mempermainkan dan mendayagunakan keunikan kata-kata bahasa Indonesia sehingga banyak
puisinya hanya dapat dibaca dan dinikmati dalam bahasa Indonesia.
Puisi Di bawah Kibaran Sarung ini mengangkat tema mengenai kondisi keseharian di
rumah dan juga mengangat tema tentang lingkungan yang kumuh di tempat yang terpencil.
Menggambarkan tentang kehidupan yang melarat baik dalam bidang ekonomi maupun
kesehatan. Menggambarkan bagaimana kondisi ekonomi yang memengaruhi bidang lain,
namun dibalik itu dalam puisi penulis menggambarkan bahwa tokoh dalam puisi tetap merasa
aman dan senang dalam rumahnya meskipun kondisi tidak mendukung.
Puisi Di bawah Kibaran sarung tersebut merupakan karya yang sangat populer pada
masanya dimana orang-orang turut aktif dalam membaca puisi tersebut. Puisi karya Joko
Pinurbo ini merupakan puisi yang memiliki makna yang dalam dalam setiap kata-katanya.
Dalam puisi ini, Joko Pinurbo tidak menggurui pembaca melalui karya puisinya namun
penulis seolah-olah turut menggambarkan bagaimana kondisi sosial dalam lingkungan
terpencil. Penggunaan bahasa yang sangat dekat dengan realitas yang terjadi dalam
kehidupan sehingga mempermudah pembaca dalam memaknai isi puisi tersebut.
Penggunaan bahasa dalam puisi karya Joko Pinurbo ini memiliki gaya yang sederhana
tetapi mengandung nilai moral yang sangat dalam sehingga pembaca turut merasakan
gambaran dalam puisi tersebut. Penulis menggunakan majas hiperbola, majas alegori, dan
majas litotes. Penggunaan majas ini membantu pembaca dalam menggambarkan kondisi yang
sebenarnya dalam kehidupan nyata. Puisi Di bawah Kibaran Sarung ini memiliki makna yang
dalam yang menggambarkan dan mengingatkan kita bahwa bagaimana pun kondisi rumah
dan lingkungan tempat tinggal kita, tetap saja menjadi tempat ternyaman bagi kita dan tempat
dimana kita akan pulang. Puisi ini juga mengajarkan kita bagaimana kita harus memiliki rasa
syukur dengan segala kondisi yang terjadi dalam hidup dan tetap mensyukuri takdir hidup
yang telah digariskan Sang Pencipta .
Puisi ini merupakan salah satu bentuk puisi baru dimana karena memiliki bentuk yang
lebih bebas dalam jumlah baris, rima, suku kata, dan irama, sehingga dalam pembuatannya
tidak terikat akan aturan-aturan dalam konvensi yang disepakati.
B. Analisis Imagery terhadap Puisi
Puisi dapat menimbulkan efek imajinasi, sehingga dapat memberikan citra inderawi
yang dapat memberikan kesan khusus pula bagi pembaca. Adapun imaji atau pencitraan
tersebut dibagi dalam beberapa hal, yaitu:
a. Imaji Visual
Imaji visual adalah citraan yang menyebabkan pembaca seolah-olah melihat langsung
hal-hal yang diungkapkan penyair.
b. Imaji Auditory
Imaji ini menyebabkan pembaca seolah-olah mendengar secara langsung tentang hal-hal
yang diungkapkan penyair.
c. Imaji Taktil (perasaan)
Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan penyair yang mampu memengaruhi perasaan,
sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya.
d. Imaji Alfatori (citra penciuman/pembauan)
Imaji yang memungkinkan pembaca dapat seolah-olah merasakan adanya bau-bau
tertentu, misalnya wewangian atau bau sungai yang keruh.
e. Imaji Gustatory (citra pencicipan)
Imaji ini memumungkinkan seolah-olah pembaca merasakan pahit, getir, asam, atau
manis.
f. Imaji Kinestetik (citra gerak)
Imaji kinestetik memberikan rasa seolah-olah pembaca dapat merasakan dan melihat
adanya gerak dalam puisi yang diciptakan.
Puisi dapat dianalisis dengan berbagai cara, salah satu caranya yaitu dengan
menganalisis berdasarkan imagery/ imaji terhadap unsur yang terkandung di dalam puisi.
Berikut analisis imagery/ imaji terhadap puisi “Di Bawah Kibaran Sarung” karya Joko
Pinurbo:
1. Imagery visual:
Di bawah kibaran sarung anak-anak berangkat tidur
… seorang lelaki kurus
Dengan punggung melengkung, mata yang dalam dan cekung.
Di bawah kibaran sarung
Kampung kecil
Kampung kumuh
Onggokan sampah
Memainkan piano
2. Imagery auditory:
“Hidup orang miskin!” pekiknya …
“Hidup sarung!” seru seorang perempuan
“Simfoni batukmu, nada-nada
sakitmu, musik klasikmu, mengalun merdu sepanjang malam,”
“Rumahku adalah istanaku,”
“Rumahku adalah kerandaku,”
Terdengar suara andong
3. Imagery taktil (Perasaan):
“Simfoni batukmu, nada-nada
sakitmu, musik klasikmu, mengalun merdu sepanjang malam,”
Puisi “Di Bawah Kibaran Sarung’ oleh Joko Pinurbo dapat dianalisis dengan
menggunakan pendekatan Ekspresif. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan
menganalisis puisi dengan melihat apakah puisi tersebut mengungkapkan gagasan, perasaan,
pikiran dari pengarang dengan jelas. Pendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai
curahan,isi hati,gagasan, pikiran,perasaan dari pengarang.
Pendekatan ekspresif ini digunakan dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui
maksud dari setiap hal yang tersirat dalam kata-kata yang dituangkan oleh pengarang dalam
puisi. Seperti pada kalimat
Maksud dari pengarang bukan lah piano yang merupakan alat musik,melainkan gerakan jari
seorang perempuan lanjut usia yang memijit dada suaminya yang sakit. Sinfoni batuk, nada-
nada sakit, musik klasik yang mengalun merdu sepanjang malam sudah sangat menjelaskan
bagaimana penyakit pria tua itu menghiasi malam mereka.
piano kesayangan.
batuk kemenangan
Dari penggalan puisi di atas,kita dapat melihat isi pikiran pengarang atau curahan isi
hatinya,meskipun berada dalam kehidupan yang jauh dari layak,memiliki rumah yang tidak
mewah dan bergumul dengan penyakitnya, sepasang suami istri tersebut tetap bersyukur dan
merasa bahagia. Rasa syukur dan cukup membuat seseorang mampu melewati setiap
kesulitan yang dihadapinya.
Selain pendekatan ekspresif, ada pula pendekatan yang dapat digunakan dalam
menganalisis pusisi "Di Bawah Kibaran Sarung". Pendekatan tersebut dalam pendekatan
pragmatis, bisa dilihat dari sikap hati yang kuat dari sepasang suami istri tersebut menjadi
contoh bagi pembaca dalam menerima keadaan yang ada.
adalah tetangga."
Dari penggalan di atas, sudah sangat jelas bagaimana pengarang menggambarkan
kehidupan pasangan suami istri yang tinggal dalam sebuah "rumah sederhana". Jika makna
puisi tersebut dihubungkan dengan kondisi saat ini, maka hal-hal yang dijumpai dalam puisi
juga dapat dijumpaai dikehidupan nyata. Kondisi kemiskinan yang terjadi dan dirasakan di
mana saja, dan puisi tersebut menggambarkan dan menyampaikan bagaimana kondisi
kehidupan masyarakat yang kurang mampu atau miskin.
Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta
yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri
sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Pendekatan struktural akan membahsa tentang unsur intrinsik puisi.
1. Tema
Tema dalam puisi di bawah kibaran sarung adalah kondisi kehidupan dan lingkungan
yang kumuh di tempat yang terpencil yang menggambarkan tentang kehidupan yang
melarat baik dalam bidang ekonomi maupun kesehatan.
2. Rasa
Rasa yang ada pada puisi di bawah kibaran sarung adalah rasa sedih, senang dan
merasa aman walaupun dalam lingkungan yang sangat kumuh dimana penyakit dan
onggokan sampah menumpuk di lingkungan tempat tinggal.
3. Nada
Pada puisi ini, penulis menuangkan perasaan tegas dan semangat, dimana penulis
menceritakan bagaimana kehidupan anak-anak yang hidup miskin bersama dengan
seorang lelaki kurus dan punggung melngkung, mata yang dalam dan cekung namun
tetap memiliki semangat yang tinggi untuk bisa bertahan hidup.
4. Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari puisi di bawah kibaran sarung adalah kebahagian,
rasa aman, tidak hanya di dapat dari kondisi lingkungan yang elit. Hidup miskin
dengan Kondisi lingkungan yang sangat sederhana dan kotor yang ditumpuki
onggokan sampah juga bisa memberikan kebahagian dan rasa semangat untuk tetap
bertahan hidup. Tidak merasa rendah diri hidup dalam kondisi yang miskin,
melainkan tetap bahagia hidup di tempat dia di besarkan, seperti kata perempuan itu
“rumahku adalah istanaku”.
5. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang digunakan dalam puisi di bawah kibaran sarung adalah
menggunakan gaya Bahasa yang mudah di pahami pembaca, sehingga pembaca juga
turut merasakan gambaran yang ingin di sampaikan penulis. Penulis menggunakan
majas hiperbola (melebih-lebihkan/berlebihan), majas alegori (kiasan/gambaran), dan majas
litotes (gaya bahasa yang digunakan dengan tujuan merendahkan diri). Penggunaan majas ini
membantu pembaca dalam menggambarkan kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan nyata.